REFLEKSI KASUS
PNEUMONIA NEONATAL
Oleh: Kadek Nova Adi putra 1871121006
Pembimbing: Pembimbing : dr. Putu Triyasa, Sp.A
DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD SANJIWANI GIANYAR FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WARMADEWA 2018
REFLEKSI KASUS BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD SANJIWANI GIANYAR FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WARMADEWA Oleh : Kadek Nova Adi Putra (1871121006) Pembimbing : dr. Putu Triyasa, Sp.A
I.
Identitas Pasien
Nama
: Bayi PASA
Usia
: 0 hari
Jenis kelamin : Laki-laki Alamat
: Surasada, Tampaksiring
Agama
: Hindu
Suku/bangsa : Bali/Indonesia No. RM.
: 632397
Tanggal MRS. : 13/09/2018 Ruang
II.
: Peri
Anamnesis a. Riwayat Penyakit Sekarang (Heteroanamnesis) Keluhan utama : sesak nafas Bayi dibawa ke peri dikeluhkan sesak nafas dan retraksi kosta setelah dilahirkan. Sesak nafas dan retraksi kosta terjadi 10 menit setelah dilahirkan dan terjadi pada kedua paru. Riwayat persalinann, bayi lahir pukul 18.20 di VK RSUD Sanjiwani, segera menangis, gerak aktif, BBL 3000gr, PB 50cm, AS :7-8. Segera setelah dilahirkan bayi diberikan ke ibu untuk dilakukan IMD, namun 3-5 menit saat diletakan di perut ibu (belum sempat bayi menyusui), kondisi bayi memburuk dan bayi tampak sulit bernafas. Tampak retraksi kosta pada kedua paru dan kemudian bayi tampak sianosis.
2
b. Riwayat Penyakit Dahulu c. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat penyakit kronis pada seperti hipertensi, jantung, tuberculosis, diabetes mellitus disangkal oleh keluarga. d. Riwayat Lingkungan, Sosial dan Pribadi Pasien merupakan anak pertama di keluargannya.
III.
Pemeriksaan Fisik a. Status Present Nadi
: 60 kali/menit
Respirasi Rate
: 34 kali/menit
Suhu Aksila
: 35.5 0C
AS
: 1-3
BS
: 104
SpO2
: Tidak dapat dievaluasi
Berat badan
: 3000gr
Tinggi Badan
: 50 cm
b. Status General Kulit
: ikterus (-), sianosis (+)
Kepala
: normocephali
Mata
: pucat (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil isokor (+/+) simetris 3 mm , refleks pupil (+/+)
THT Telinga
: sekret (-)
Hidung
: sekret (-), nafas cuping hidung (+)
Tenggorokan : hiperemis (-) Lidah
: tampak bersih, pembesaran (-)
Mulut
: celah palatum (-)
Leher
: pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
3
Thorax
: pergerakan dada simetris, tampak retraksi kosta
Jantung
: S1-S2 tunggal, regular, Murmur: (-)
Paru
:Vesikular(+/+), Rhonki(+/+), Wheezing(-/-)
Abdomen
: distensi (-), bising usus (+) normal, pelebaran vena (-), hepar teraba, lien tidak teraba.
Ekstremitas
:
Hangat
CRT
Edema -
-
-
-
-
-
-
-
: > 3detik
4
IV.
Pemeriksaan Penunjang
Analisa Gas Darah (14/09/2018) No
PARAMETER
HASIL
NILAI NORMAL
1
pH
7.069
7.35-7.45
2
PCO2
75.6
34-45
3
pO2
98.5
75-100
4
HCO3
20.9
22-28
5
tCO2
23.2
22-29
6
BE
-10.3
-2 – +2
7
SaO2
94.5
94-100
8
AaDO2
392.5
<25
Pemeriksaan Darah Lengkap (14/09/2018) Jenis Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
Keterangan
WBC
41.3
4,0-12,0
H
Gran%
25.6
50,0-70,0
N
Lymp%
21.7
20,0-40,0
N
HGB
13.1
11,0-16,0
N
MCV
107.9
80,0-100,0
H
MCH
37.9
27,0-54,0
H
MCHC
35,0
32,0-36,0
N
HCT
37.3
37-49
N
PLT
233
150-450
N
5
IT (Immature To Total) Ratio (14/09/2018) No
Jenis Neutrofil
Jumlah
1
Neutrofil Segmen
55
2
Neutrofil Stab
14
3
Metamielosit
1
4
Mielosit
-
5
Promielosit
-
IT ratio
15/70 = 0.21 (≥0.2)
Faal Hemostasis (14/09/2018) Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
BT
1-6 menit
CT
6-12 menit
APTT
89.8
23.2-36.2 menit
PT
54.2
11.6-18.9
INR
5.27
Hapusan Darah Tepi (14/09/2018) Eritrosit
Normokromik, anisopoikilositosis, (makrosit +, eliptosit +, tear drop +, el target +), normoblast (++)
Leukosit
Kesan jumlah sangat menningkat, didominasi neutrophil segmen (55%), granula toksik (+), proporsi stab 14% (N : 1-6%), ditemukan granulosit imatur (metamielosit 1%), limfosit matur 25%, limfosit atipikal (+), monosit 5%, tidak ditemukan blast
Trombosit
Kesan jumlah normal, giant platelet (+)
Kesan
Morfologi
eritrosit
normokromik
anisopoikilositosis ec suspect infeksi/inflamasi Leukositosis dengan shift to the left ec proses infeksi/inflamasi
6
Analisa Gas Darah (15/09/2018) No
PARAMETER
HASIL
NILAI NORMAL
1
pH
7.233
7.35-7.45
2
PCO2
34.5
34-45
3
pO2
162.8
75-100
4
HCO3
14.0
22-28
5
tCO2
15.1
22-29
6
BE
-12.3
-2 – +2
7
SaO2
98.8
94-100
8
AaDO2
371.4
<25
Pemeriksaan Elektrolit (15/09/2018) Jenis Pemeriksaan
Nilai Normal
Hasil
Natrium
(133-155) mmol/L
135
Kalium
(3,5-5,5) mmol/L
7.0
Chlorida
(95-108) mmol/L
103
Gula darah acak
<150 mg/dl
Pemeriksaan Elektrolit (15/09/2018) Jenis Pemeriksaan
Nilai Normal
Hasil
Natrium
(133-155) mmol/L
135
Kalium
(3,5-5,5) mmol/L
6.3
Chlorida
(95-108) mmol/L
110
Gula darah acak
<150 mg/dl
Pemeriksaan Ureum-Creatinin (15/09/2018) Jenis Pemeriksaan
Nilai Normal
Hasil
Ureum
18-55 mg/dl
59
Creatinin
0.7-1.2 mg/dl
1.6
7
Analisa Gas Darah (18/09/2018) No
PARAMETER
HASIL
NILAI NORMAL
1
pH
7.192
7.35-7.45
2
PCO2
59.7
34-45
3
pO2
97.4
75-100
4
HCO3
22..0
22-28
5
tCO2
23.9
22-29
6
BE
-6.7
-2 – +2
7
SaO2
95.4
94-100
8
AaDO2
10.0
<25
V.
Diagnosis
BCB, SMK, Asfiksia Berat, Respiratory Distress ec suspect pneumonia neonatal dd SNAD
VI.
Penatalaksanaan
-
Resusitasi neonatus
-
Loading NaCl 40cc habis dalam 30 menit, dapat diulang 2x jika akral masih dingin
-
Antibiotik ampisilin, sulbactam 190 mg tiap 8 jam
-
Pasang ventilator
-
Naikan P control menjadi 16.0 PEEP 7
8
TINJAUAN PUSTAKA PNEUMONIA NEONATAL
1. Definisi Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia adalah suatu keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk merumuskan suatu definisi yang universal 1. Menurut Pedoman Pelayan Medis (2009), pneumonia neonatal adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial yang menginfeksi neonatus.
Pneumonia didefinsikan berdasarkan gejala dan tanda
klinis, serta perjalanan penyakitnya.
World Health Organization (WHO)
mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapatkan pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan. Pneumonia pada neonates sering terjadi akibat transmisi vertical ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau serviks ibu. Infeksi dapat berasal dari kontaminasi dengan sumber infeksi dari RS (hospital-acquired pneumonia), misalnya dari perawat, dokter atau pasien lain; atau dari alat kedokteran, misalnya penggunaan ventilator. Di samping itu, infeksi dapat terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari masyarakat (community-acquired pneumonia). Gambaran klinis pneumonia pada neonates dan bayi kecil tidak khas, mencakup serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi atau bradikardi, retraksi subkosta, dan demam. Pada bayi BBLR sering terjadi hipotermi. Gambaran klinis tersebut sulit dibedakan dengan sepsis atau meningitis. Sepsis pada pneumonia nenonatus dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48 jam pertama. Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%. Angka kematian di Indonesia dan negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi.
Oleh kerana itu, setiap
kemunkinan adanya pneumonia pada neonates dan bayi kecil berusida dibawah 2 bulan harus segera dirawat di RS. 9
Pneumonia sebagian besar disebakan oleh mikroorganisme (virus atau bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pada pneumonia yang disebabkan oleh kuman, menjadi pertanyaan penting adalah penyebab dari Pneumonia (virus atau bakteri).
Pneumonia seringkali dipercaya
diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia bakterial dengan pneumonia viral. Demikian pula pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak menunjukkan perbedaan nyata. Namun sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa pneumonia bacterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis, dan perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis2. 2. Epidemiologi Pneumonia adalah penyakit yang terjadi secara umum di semua bagian dunia. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok usia. Pada anak-anak, kematian banyak terjadi selama periode neonates. WHO memperkirakan satu dari tiga bayi mengalami kematian akibat pneumonia dan lebih dari 2 juta anak dengan usia dibawah 5 tahun meninggal setiap tahunnya3. Igor (2007) mengemukakan risiko terbesar dari kematian akibat pneumonia di masa anak-anak ialah pada masa neonatal. Setidaknya sepertiga dari 10,8 juta kematian pada anak-anak di seluruh dunia terjadi pada 28 hari kehidupan, dengan proporsi yang besar diakibatkan oleh pneumonia. Diperkirakan bahwa pneumonia memberikan kontribusi antara 750 000 dan 1,2 juta kematian neonatal per tahun, terhitung 10% kematian anak secara global. Dari semua kematian neonatal, 96% terjadi di Negara berkembang. Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang.
Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia menurut survey kesehatan nasional (2001) 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia1. Menurut data yang dikutip dari Pedoman Pelayanan Medis,
10
insiden pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang.
3. Etiologi Pada neonatus, agen penyebab infkesi umumnya bakteri daripada virus. Infeksi ini sering diperoleh pada saat proses persalinan, dapat berasal dari cairan ketuban atau jalan lahir, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari intubasi dan ventilasi. Tanda-tanda klinis dan radiografi pneumonia pada neonatal dapat nonspesifik.
Kegagalan
untuk
mengobati
pneumonia
pada
neonatal
dapat
mengakibatkan kematian, karena itu semua neonatus menunjukkan tanda-tanda distress pernapasan baik itu tanpa sebab non-infeksi yang jelas harus dipertimbangkan untuk pemberian antibiotik secara rutin. Etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju1:
Usia Lahir - 20 hari
Etiologi yang sering
Etiologi yang jarang
Bakteri
Bakteri
E. colli
Bakteri anaerob
Streptococcus group B
Streptococcus group D
Liseria monocytogenes
Haemophillus influenza Streptococcus pneumonia Virus CMV, HSV
3 minggu - 3 bulan
Bakteri
Bakteri
Chlamidya trachomatis
Bordetella pertussis
Streptococcus pneumonia
Haemophillus influenza tipe B
Virus
Moraxella catharallis
Adenovirus
Staphylococcus aureus
11
Virus Influenza
Ureaplasma urealyticum
Virus parainfluenza 1,2,3
Virus
Respiratory Syncytial
CMV
Virus Bakteri
Bakteri
Chlamidya pneumonia
Haemophillus influenza tipe B
4 bulan – 5 tahun
Mycoplasma pneumonia
Moraxella catharalis
Streptococcus pneumonia
Neisseria meningitides
Virus
Staphylococcus aureus
Adenovirus
Virus
Virus Parainfluenza
Varisela zoster virus
Rinovirus Respiratory Syncytial virus Bakteri
Bakteri
Chlamidya pneumonia
Haemophillus influenza tipe B
5 tahun – remaja
Mycoplasma pneumonia
Legionalle sp
Streptococcus pneumonia
Staphylococcus aureus Virus Adenovirus Varisela Zoster virus Respiratory Syncytial virus Epstein-Barr virus
4. Patogenesis Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut 12
stadium hepatisasi merah. Selanjutnya deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.
5. Manifestasi Klinis Menurut IDAI (2012), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomic dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostic invasive, etiologi noninfeksi yang relatif lebih sering dan faktor pathogenesis.
Disamping itu,
kelompok usia pada anak merupakan faktor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia. Pneumonia pada nonatus merupakan gangguan pernapasan pada bayi baru lahir, dengan gejala seperti
pernafasan yang bising atau sulit, Takipnea >
60x/menit, retraksi dada, batuk dan mendengus. WHO tidak membedakan antara pneumonia neonatal dan bentuk lain dari sepsis berat, seperti bakteremia, karena gejala-gejala yang tampak hamper sama, dan keterlibatan organ dan pengobatan empirik rejimen yang sama. Takipnea merupakan tanda yang paling sering didapatkan dalam 60-89% kasus, termasuk tanda lain seperti retraksi dada (36-91% kasus), demam (30-56%), ketidakmampuan untuk makan (43 -49%), sianosis (1240%), dan batuk (30-84%) (Nessen, 2007).
13
Kriteria takipnea menurut WHO : Laju napas normal
Takipnea (frekuensi
(frekuensi per menit)
per menit)
0-2 bulan
30-50
≥ 60
2-12 bulan
25-40
≥ 50
1-5 Tahun
20-30
≥40
>5 tahun
15-25
≥20
Umur
Dikutip dari Gittens MM. Pediatric Pneumonia. Clin Ped Emerg Med J 2002.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut : 1. Gejala infeksi umum : Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare 2. Gejala gangguan respiratori : Batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis. Tanda awal dan gejala pneumonia mungkin tidak spesifik, seperti malas makan, letargi, iritabilitas, sianosis, ketidakstabilan temperatur, dan keseluruhan kesan bahwa bayi tidak baik. Gejala pernapasan seperti grunting (mendengus), tachypnea, retraksi, sianosis, apnea, dan kegagalan pernafasan yang progresif. Pada bayi dengan ventilasi mekanik, kebutuhan untuk dukungan ventilasi meningkat dapat menunjukkan infeksi. Tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan fisik, seperti tumpul pada perkusi, perubahan suara napas, dan adanya ronki, radiografi thorax didapatkan infiltrat baru atau efusi pleura. Tanda akhir pneumonia pada neonates tidak spesifik seperti apnea, takipnea, malas makan, distensi abdomen, jaundice, muntah, respirasi distress, dan kolaps sirkulasi4. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara napas melemah dan ronki. Akan tetapi pada neonates dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan2.
14
6. Pemeriksaan Penunjang Darah Lengkap Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.00040.000/mm3 dengan predominan PMN. Leukopenia (<5000/mm3) menunjukkan prognosis yang buruk. Leukositosis (>30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakterimi dan risiko terjadinya komplikasi lebih tinggi5. Pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik2. Analisis Gas Darah Gas darah menunjukkan asidosis metabolic dan respiratorik bersamaan dengan hipoksia, Asidosis muncul karena atelektasis alveolus dan/atau overdistensi jalan napas terminal. Asidosis metabolik merupakan asidosis laktat primer, yang merupakan akibat dari perfusi jaringan yang jelek dan metabolism anaerob. Uji Serologis Uji serologic untuk mendeteksi antigen dan antibody pada infeksi bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosis infeksi Streptokokkus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi seperti antistreptolisin O, streptozim atau antiDnase B5. Secara umum, uji serologis tidak selau bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri tipik. Akan tetapi, untuk deteksi infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia, serta beberapa virus seperti RSV, CMV, campak, Parainfluenza 1,2,3, Influenza A dan B, dan Adeno, peningkatan antibody IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis5. Pemeriksaan Mikrobiologis Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk pemeriksaan
15
mikrobiologik, specimen dapat berasal dari usap tenggorok, secret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru. Diagnosis dikatakan definitive bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru. Kecuali pada masa neonates, kejadian bakteremia sangat rendah sehingga kultur darah jarang yang positif5. Pemeriksaan Rontgen Thoraks Kelainan foto rontgen thoraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis. Kadang-kadang bercak-bercak sudah ditemukan ada gambaran radiologis sebelum timbul gejala klinis. Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk mennunjang diagnosis pneumonia di IGD hanyalah pemeriksaan rontgen thoraks posisi AP 6. Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari :
Infiltrate interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi
Infiltrate alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris, atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia.
Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial. Gambaran foto rontgen thoraks dapat membantu mengarahkan kecenderungan
etiologi pneumonia.
Penebalan peribronkial, infiltrate interstitial merata dan
hiperinflasi cenderung terlihat pada pneumonia virus. Infiltrate alveolar berupa konsolidasi segmen atau lobar, bronkopneumonia, dan air bronchogram sangat mungkin disebabkan oleh bakteri. Pada pneumonia Stafilococcus sering ditemukan abses-abses kecil dan pneumatokel dengan berbagai ukuran7.
7. Diagnosis Kultur bakteriologis konvensional merupakan tes yang paling banyak digunakan. Aerobik inkubasi dari kultur sudah cukup untuk mendapatkan agen 16
pathogen yang menyebabkan infeksi. Meskipun air ketuban berbau busuk yang sering disebabkan oleh bakteri anaerob, tetapi organisme ini jarang menjadi penyebab infeksi. Kultur jamur, virus, dan U. urealyticum merupakan tes yang lainnya yang dapat dilakukan tetapi harus didasarkan pada gejala klinis yang ada.1 Selain pengujian hematologi, biokimia darah, dan kultur bakteri, pencitraan pencitraan dada radiografi dianggap komponen penting dalam membuat diagnosis pneumonia neonatal. Pencitraan diagnostik tidak hanya dilakukan pada penilaian awal kondisi neonatus dan untuk menegakkan diagnosis, tetapi juga untuk memantau perkembangan penyakit dan efek dari tindakan terapi intervensi. Radiografi thorax konvensional tetap menjadi diagnosis andalan pada neonatus dengan gejala distress pernapasan. Pada neonatus, radiografi thorax sebagian besar dilakukan dengan posisi supine dan dalam proyeksi anteroposterior.8 Pada pneumonia didapatkan Perbercakan dengan pola garis di perihilar yang dapat menyerupai TTN, Perbercakan pada pneumonia akibat S. Pneumonia group B dapat menyerupai HMD dengan penurunan volume paru. Bayi aterm dengan gambaran HMD harus dianggap sebagai pneumonia sampai terbukti sebaliknya. Efusi pleura pada 25% kasus7 Meskipun pneumonia neonatal tidak memiliki tanda karakteristik yang jelas, Banyak hasil radiografi thorax yang ditemukan konsisten dengan pneumonia neonatal. Ada beberapa tanda seperti kekeruhan yang luas pada parenkim paru yang menyerupai tanda “ground-glass appearance” dari sindrom distress pernapasan . Tanda ini tidak spesifik ditemukan pada proses hematogen. Aspirasi cairan yang terinfeksi dapat memberikan gambaran serupa.6 Kekeruhan yang merata atau konsolidasi umumnya dianggap sebagai komplikasi antepartum atau aspirasi intrapartum, terutama ketika bagian perifer dari paru-paru terlibat. Densitas yang merata di bada bagian basa di kedua paru terutama paru kanan menunjukkan aspirasi postnatal7. Hiperinflasi terkait dengan konsolidasi merata menunjukkan obstruksi jalan napas parsial yang disebabkan oleh sumbatan lender dan debris inflamasi. Tanda air bronchogram biasanya menunjukkan konsolidasi yang luas, tetapi tanda ini tidak
17
pesifik dan mungkin berkaitan perdarahan paru atau edema. Kehadiran pneumatoceles terkait dengan efusi pleura menunjukkan proses infeksi pneumonia7.
8. Penatalaksanaan Eradikasi pathogen penyebab pneumonia WHO merekomendasikan penggunaan ampicillin (50mg/kg) setiap 12 jam dalam minggu pertama kehidupan, kemudian pada umur 2-4 minggu diberikan tiap 8 jam, ditambah dengan dosis tunggal gentamicin. Pengobatan lini pertama dapat diberikan ampicilin seperti benzylpenicillin atau amoxicillin, sedangkan gentamicin seperti amikasin atau tobramycin. Jika bakteri S. Aureus yang didapat, dengan resisten terhadap penicillin seperti flucloxacillin atau cloxacillin maka harus diganti dengan ampicillin1. Dalam sebuah percobaan acak pada bayi Kenya, pemberian sehari sekali gentamicin dengan dosis loading 8 mg/kg, pada bayi < 2 kg diberikan 2 mg/kb, sedangkan pada bayi > 2 kg diberikan 4 mg dalam minggu pertama kehidupan. Pemberian 4 mg/kg pada bayi yang berat < 2 kg atau 6 mg/kg dengan berat > 2 kg dalam minggu kedua tau lebih. Jika bayi tidak berespon terhadap pemberian antibiok lini pertama, WHO merekomendasikan untuk mengganti antibiotic dengan generasi ketiga cephalosporin atau kloramfenikol terutama pada bayi yang tidak premature dan level obat dapat di monitor.1 Prinsip-prinsip umum pengobatan serupa dengan anak, yaitu hidrasi, antipyretics dan ventilasi dukungan jika diperlukan. Pada bayi yang berumur kurang dari 1 bulan jika penyebabnya bakteri dapat diberikan ampicillin 75-100 mg/kg/hr dan gentamicin 5 mg/kg, untuk umur 1-3 bulan dapat diberikan Cefuroxime 75– 150 mg/kg/hr atau co-amoxiclav 40 mg/kg/hari. Sedangkan pada umur lebih dari 3 bulan diberikan Benzylpenicillin atau erythromycin, jika tidak berespon segera ganti dengan cefuroxime atau amoxicillin.12 Pengobatan pendukung pada pneumonia non bakteri, jika penyebabnya Chlamydia dan mycoplasma harus diterpi dengan erythromycin 40–50 mg/kg/hari
18
dan diberikan peroral. Jika pneumonia yang disebabkan oleh pneumocystis carinii dapat diberikan co-trimoxazole 18–27 mg/kg/hr.13 Prioritas awal pada anak dengan pneumonia meliputi identifikasi dan pengobatan gangguan pernapasan, hipoksemia, dan hiperkarbia. Mendengus, melebar, tachypnea parah, dan retraksi harus meminta dukungan pernapasan langsung. Anak-anak yang berada dalam kesulitan pernapasan yang parah harus menjalani intubasi trakea jika mereka tidak mampu untuk mempertahankan oksigenasi atau mengalami penurunan tingkat kesadaran.14 Amoksisilin digunakan sebagai agen lini pertama untuk anak-anak dengan pneumonia komunitas tanpa komplikasi, Generasi kedua atau ketiga dari sefalosporin dan antibiotik macrolide seperti azitromisin merupakan alternatif yang bisa diterima. Pada pasien rawat inap biasanya diobati generasi sefalosporin intravena, dan seringkali dikombinasikan dengan macrolide.14 Pneumonia Influenza A yang sangat parah atau bila terjadi pada pasien berisiko tinggi dapat diobati dengan oseltamivir atau zanamivir. Pneumonia Virus Herpes Simplex diobati dengan asiklovir parenteral, sedangkan Infeksi jamur invasif, seperti yang disebabkan oleh Aspergillus atau spesies Zygomycetes, dapat diberikan amfoterisin B atau vorikonazol.14 Amoxicillin dapat digunakan sebagai terapi lini pertama, pada bayi dan anak yang diduga pneumonia rigan sampai sedang. Pemberian amoxicillin efektif pada bakteri pathogen invasive streptococcus pneumoniae. Ampicillin or penicillin G dapat juga diberikan pada bayi dan usia sekolah. Terapi empiris dengan pemberian cephalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone atau cefotaxime pada bayi dan anak yang dirawat di rumah sakit dengan riwayat imunisasi yang tidak lengkap.15 Pada neonates dan bayi kecil, terapi awal antibiotic intravena harus dimulai sesegera mungkin. Oleh karena pada neonates dan bayi kecil sering terjadi sepsis dan meningitis, antibiotic yang direkomendasikan adalah antibiotic spectrum luas seperti kombinasi beta laktam/klauvulanat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga.
Bila keadaan sudah stabil, antibiotic dapat diganti dengan
antibiotic oral selama 10 hari1.
19
Terapy Suportif Perawatan supportif pada neonatus dengan pneumonia akan memberikan hasil akhir yang lebih baik dan menurunkan angka kematian. Hal ini termasuk penggunaan oksigen, deteksi dan pengobatan hipoksemia dan apnea, termoregulasi, deteksi dan pengobatan hipoglikemia, dan meningkatkan penggunaan cairan intravena dan suplemen gizi melalui nasogastrik. Pemberian ASI yang sering sangat dianjurkan kecuali bila ada kontraindikasi yang pasti, seperti muntah, intoleransi gastrointestinal atau risiko tinggi aspirasi. Pemberian intravena yang mengandung garam isotonik dengan dextrose 5-10% yang lebih sedikit dibanding dosis maintenance merupakan rekomendasi, disebabkan karena ekskresi air cairan bebas bebas menurun pada bayi dengan infeksi pneumonia akut.1
9. Komplikasi Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti mengitis purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bacteria1. Ilten F, dkk melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninavasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim1.
20
PEMBAHASAN PNEUMONIA NEONATAL
Teori
Kasus
Kelengkapan Data Rekam Medis
Nama
Nama, umur, tempat dan tanggal lahir, Usia
: Bayi PASA : 0 hari
jenis kelamin, alamat, agama, no telp Jenis kelamin : Laki-laki yang bisa dihubungi, tanggal MRS, Alamat
:Surasada, Tampaksiring
nomor rekam medis.
: Hindu
Agama
Suku/bangsa : Bali/Indonesia No. RM.
: 632397
Tanggal MRS. : 13/09/2018 Ruang
: Peri
Kelengkapan data kurang
Alamat seharusnya lebih diperjelas
Nomer telfon yang bisa dihubungi
Pada kasus ditemukan bayi mengalami
Definisi
Pneumonia neonatal adalah infeksi distress nafas sesaat setelah dilahirkan akut parenkim paru yang meliputi dengan pemriksaan lab yang menunjukan alveolus dan jaringan interstitial yang WBC meningkat. menginfeksi neonates biasanya 48 jam pertama setelah dilahirkan. Pneumonia sebagian
besar
disebakan
oleh
mikroorganisme (virus atau bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll).
*Terdapat kesesuaian kasus dengan teori
Etiologi
Pada kasus ditemukan pasien lahir dari ibu
Agen penyebab infkesi umumnya dengan KPD sehingga kemungkinan terjadi bakteri daripada virus. Infeksi ini infeksi. Pada kasus juga dilakukan intubasi sering diperoleh pada saat proses untuk mencukupi kebutuhan oksigen pasien. persalinan, dapat berasal dari cairan Pada pemeriksaan DL menunjukan WBC
21
ketuban atau jalan lahir, tetapi juga meningkat signifikan yang menunjukan dapat terjadi sebagai akibat dari adanya infeksi. intubasi dan ventilasi.
Tapi
%granulosit
dan
%limfosit dalam batas normal sehingga belum bisa dipastikan penyebabnya bakteri atau virus.
*Terdapat kesesuaian kasus dengan teori DIAGNOSIS Keluhan utama : sesak nafas
1. Anamnesis: Pada
anamnesis
menggunakan Bayi dibawa ke peri dikeluhkan sesak nafas
sacred seven dan fundamental four. dan retraksi kosta setelah dilahirkan. Sesak Ditambahkan kehamilan
juga ibu
dan
riwayat nafas dan retraksi kosta terjadi 10 menit riwayat setelah dilahirkan dan terjadi pada kedua
persalinan untuk mencari faktor paru. Riwayat persalinann, bayi lahir pukul risiko.
18.20 di VK RSUD Sanjiwani, segera menangis, gerak aktif, BBL 3000gr, PB 50cm, AS :7-8. Segera setelah dilahirkan bayi diberikan ke ibu untuk dilakukan IMD, namun 3-5 menit saat diletakan di perut ibu (belum sempat bayi menyusui), kondisi bayi memburuk dan bayi tampak sulit bernafas. Tampak retraksi kosta pada kedua paru dan kemudian bayi tampak sianosis.
Pasien
merupakan
anak
pertama
di
keluargannya. Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat penyakit kronis pada seperti hipertensi, jantung, tuberculosis, diabetes mellitus disangkal oleh keluarga.
22
Pasien dilahirkan dari ibu dengan diagnosis G1P0000 38 minggu 6 hari T/H + KPD
*Terdapat kesesuaian kasus dengan teori 2. Pemeriksaan Fisik: Pada
pemeriksaan
Vital sign perlu
segera Berdasarkan pemeriksaan fisik, dari vital
diperiksa vital sign pasien, status sign didapatkan suhu aksila 35.5°C, nadi 60 general, APGAR score, Downes Score x/menit, frekuensi
napas 34 x/menit.
untuk mengetahui kondisi fisik pasien Ditemukan adanya retraksi costa, nafas dan
menentukan
penanganan cuping hidung dan sianosis.
selanjutnya. Status General Status
general
ditemukan
kepala
normocephali, mata tidak dapat dievaluasi, ditemukan nafas cuping hidung, pada leher tidak ditemukan pembesaran KGB, pada thorax ditemukan suara jantung S1S2 tunggal
regular
murmur
(-),
pada
pemeriksaan suara nafas ditemukan rhonki, retraksi costa (+), pada abdomen tidak ditemukan distensi dan bisingg usus (+) normal, pada ekstremitas ditemukan akral dingin.
*Kasus sesuai dengan teori APGAR score Pada kasus didapatkan dua kali pengukuran APGAR score, yang pertama dilakukan di VK dengan AS 7-8 sedangkan yang kedua dilakukan di peri dengan AS 1-3. *tidak
sesuai
dengan
teori
dimana
APGAR score harusnya dihitung hanya 1
23
kali pada menit pertama setelah lahir dan menit kelima setelah lahir Downes Score Pada kasus Downes score tidak dihitung
*tidak sesuai dengan teori dimana downes score wajib dihitung untuk menentukan klasifikasi distress pernafasan pasien dan penenganannya 3. Pemeriksaan Penunjang: Darah lengkap Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia
mikoplasma
umumnya
ditemukan leukosit dalam batas normal Pada
pemeriksaan
atau sedikit meningkat. Akan tetapi, leukosititosis
DL
(41.300/mm3
ditemukan )
yyang
pada pneumonia bakteri didapatkan menunjukan adanya infeksi bakteri leukosit yang meningkat. Leukositosis (>30.000/mm3)
hampir
selalu * Kasus sesuai dengan teori
menunjukkan adanya infeksi bakteri, Analisa Gas Darah Gas
darah
menunjukkan
Pada kasus dilakukan analisa gas darah yang asidosis ,menunjukan
respiratori
dan
metabolic
metabolic dan respiratorik bersamaan asidosis (PCO2 = 75.6, HCO3 = 20) yang dengan hipoksia,
belum terkompensasi. * Kasus sesuai dengan teori
Rontgen Thorax
Tidak dilakukan pada kasus
Pemeriksaan Mikrobiologis
Tidak dilakukan pada kasus
Diagnosis
Diagnosis asfiksia berat masih meragukan karena APGAR score pada awalnya 7-8.
24
BCB,
SMK,
Respiratory
Asfiksia
Distress
Berat,
ec
suspect
pneumonia neonatal dd SNAD
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan yang diberikan pada kasus
•
:
Bersihkan jalan nafas, hisap lendir (suction)
•
Pemberian oksigen , pasang OGT
•
Pasang akses intra vena :
•
D10% 60 ml/kgBB
•
Ca-Gukonas 10% 6-8 ml/kgBB
•
Monitor temperatur
•
Monitor saturasi
•
Rontgen toraks (Bila
-
Resusitasi neonatus
-
Loading NaCl 40cc habis dalam 30 menit, dapat diulang 2x jika akral masih dingin
-
Antibiotik ampisilin, sulbactam 190 mg tiap 8 jam
memungkinkan)
-
Pasang ventilator
-
Naikan P control menjadi 16.0 PEEP 7
*Penatalaksanaan yang diberikan sudah Bila tidak ada perbaikan klinis : • Intubasi •
Pemberian
antibiotik
sesuai dengan teori
spektrum
luas: Ampicillin & Gentamicin (inisial) •
Pemeriksaan penunjang: Darah rutin & hitung jenis, AGD, GDS, elektrolit, rontgen toraks
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiadi, A.H., Hegar, B.,Handryastuti S., Idris, N.S., Gandaputra, E.P., Harmoniati, E.H, [Ed]. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia, halaman 250-254. 2. Said, M. 2012. Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia, halaman 350364. 3. Igor, Rudan., dkk. 2014. Epidemiology and Etiology of Childhood Pneumonia. Bulletin of the World Health Organization. Vol 86: 321. [Diakses dari : http://www.who.int/bulletin/volumes/86/5/07-048769/en/] [Diakses pada : 28 September 2018]. 4. Stoll JB. Clinical Manifestations of Transplacental Intrauterine Infection. Nelson Texbook of Pediatrics. New York: Elsevier. 2015. 19th ed. P.103.639. 5. Sukadi, A., Usman, Ali,. Effendi, S.H. 2002. Perinatologi. Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS, Bandung. 6. Khan,
Ali
Nawaz,
dkk.
2015.
Neonatal
Pneumonia
Imaging.
http://emedicine.medscape.com/article/412059-overview#a19 [Diakses pada : 28 September 2018. 7. Soetikno DR. Pneumonia neonatus. Kegawatdaruratan pada Pediatri. Radiologi Emergency. Bandung; Rafika Aditama. 2011. P260-262 8. Asih, Retno,. Landia., MS, Makmuri. 2006. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI. FK UNAIR RSU Dr. Soetomo Surabaya. 9. Nissen DM. Congenital and Neonatal Pneumonia. Pediatric Respiratory Reviews. Australia: Elsevier. 2015. p195-203.
26