Referat-tabir-surya.docx

  • Uploaded by: himami
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat-tabir-surya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,411
  • Pages: 33
REFERAT TABIR SURYA Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Pendidikan Profesi Kedokteraan Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Disusun oleh : Himami Firdausiyah (6120018017)

Pembimbing : dr. Meidyta Sinantryana W.,Sp.KK dr. Winawati Eka Putri, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA PERIODE 19 November 2018 - 14 Desember 2018 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

1

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN

2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

3

2.1. Anatomi Kulit

3

2.2. Fisiologi Kulit

8

2.3. Sinar Matahari

9

BAB 2. TABIR SURYA

4

3.1. Definisi Tabir Surya

14

3.2. Klasifikasi Tabir Surya

14

3.3. Komposisi Tabir Surya

16

3.4. Mekanisme Kerja Tabir Surya

22

3.5. Vehikulum Tabir Surya

25

3.6. Penggunaan Klinik Tabir Surya

25

3.7. Monitoring

29

3.8. Efek Samping Tabir Surya

30

DAFTAR PUSTAKA

31

2

BAB I PENDAHULUAN Sinar matahari merupakan salah satu unsur yang penting bagi kehidupan manusia. Hampir semua makhluk hidup membutuhkan sinar matahari. Matahari adalah sumber energi elektromagnetik yang terutama terdiri atas radiasi sinar ultra violet, sinar tampak, dan spektrum infra merah. Ditinjau dari sudut komponen, sinar matahari terdiri dari sinar ultraviolet (panjang gelombang antara 100nm - 400nm), sinar infra merah (panjang gelombang antara 770nm - 10.000nm), dan sinar tampak (panjang gelombang antara 400nm - 700nm) Pada manusia, organ yang mengalami pengaruh sinar matahari terbesar adalah kulit yang sekaligus beperan sebagai pelindung tubuh terhadap pengaruh buruk pajanan sinar matahari terutama akibat pajanan sinar UV.1 Banyaknya efek merugikan yang timbul akibat paparan UV, menyebabkan munculnya berbagai cara sebagai upaya perlindungan terhadap UV. Salah satu cara yang dilakukan adalah menggunakan tabir surya. Tabir surya merupakan losio, spray, gel atau produk topikal lainnya yang menyerap atau merefleksikan radiasi sinar ultraviolet pada kulit yang terpapar sinar matahari. Berdasarkan mekanisme kerjanya tabir surya diklasifikasikan menjadi tabir surya fisikal (yang merefleksikan sinar matahari) atau tabir surya kimiawi (yang menyerap sinar ultraviolet).2 Tabir surya digunakan untuk melindungi efek akut radiasi UV dan juga memiliki efek protektif terhadap perubahan kronik yang diinduksi radiasi UV seperti photoaging dan kanker kulit. Oleh karena itu, pemahaman mengenai tabir surya sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya efek radiasi UV terhadap kulit.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA a.

Anatomi Kulit Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.3 Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan seluruh kulit, maka ciran tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit-elektrolit yang penting akan menghilang dari tubuh dalam beberapa jam saja. Contoh dari keadaan ini adalah penderita luka bakar. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, dan nyeri berkat jalinan ujung-ujung saraf yang bertautan. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.4 Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan pokok terdiri dari : a. lapisan epidermis, b. lapisan dermis, c. subkutis, sedangkan alat-alat tambahan juga terdapat pada kulit antara lain kuku, rambut, kelenjar sebasea, kelenjar apokrin, dan kelenjar ekrin. Keseluruhan tambahan yang terdapat pada kulit dinamakan appendices atau adneksa kulit.

4

i. Epidermis Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.4 Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : 1. Stratum korneum (lapisan tanduk). Adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). 2. Stratum lusidum. Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki. 3. Stratum granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans. 4. Stratum spinosum (Stratum malphigi). Disebut pula prickle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang

besarnya

berbeda-beda

karena

adanya

proses

mitosis.

Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatanjembatan antar sel (intercelullar bridge) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel

5

spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel Stratum spinosum mengandung banyak glikogen. 5. Stratum basale (Stratum germinativum).Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis paling bawah.Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.3

ii. Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung dan paling tipis pada palpebra. Hubungan antara dermis dan epidermis ini tidaklah sebagai bidang yang rata, tetapi berbentuk gelombang. Bagian dermis yang menonjol ke dalam epidermis dinamakan pars papilare, sedangkan bagian epidermis yang menonjol ke dermis disebut pars retikulare (rete ridge). Papila ini pada telapak tangan dan jari-jari terutama tersusun linier yang memberi gambaran kulit yang berbeda-beda sebagai dermatoglifi (sidik jari). Bagian dermis papiler ini tebalnya sekitar seperlima dari tebal dermis total. Bagian bawah dari dermis papiler ini dinamakan dermis retikuler yang mengandung pembuluh darah dan lymphe, serabut saraf, adneksa dan lainnya. Dermis ini tersusun dari beberapa unsuratau organ yang meliputi: unsur seluler, unsur fibrous, substansi dasar, pembuluh darah dan limfe, dan sistem saraf. Kelima unsur atau organ yang menyusun dermis akan kita bahas satu demi satu.

6

1. Unsur seluler lebih banyak didapatkan pada stratum papillaris yang terdiri dari: a) Fibroblast: merupakan sel pembentuk unsur untuk fibrous dan substansi dasarnya b) Sel mast : merupakan sel pembentuk dan penyimpanan histamin dan histamine like substance yang berperan dalam anafilaksis. c) Makrofag : merupakan sel fagosit yang berfungsi memfagosit bahan-bahan asing dan mikroorganisme. d) Leukosit : Banyak dijumpai pada proses-proses peradangan yang dapat berupa mononuklear ataupun granulosit. 2. Unsur fibrous lebih padat pada stratum retikularis dibandingkan pada stratum papilaris. Unsur fibrous terdiri dari : a) Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan ikat, serabut ini terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin dari rantai polipeptida. Serabut ini bertanggung jawab pada ketegangan kulit merupakan unsur pembentuk garis langer (cleavage line) b) Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut elastin, ini juga dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya lebih halus dibandingkan dengan kolagen. Serabut elastin ini bertanggung jawab atas elastisitas kulit. c) Retikulin : Merupakan serabut kolagen yang masih muda dan hanya dapat dilihat dengan pewarnaan khusus. 3. Substansi dasar tersusun dari bahan mukopolisakaris (asam hialuronat dan dermatan sulfat) yang juga dibentuk oleh fibroblast. Substansi dasar hanya merupakan 0,1% dari berat kering jaringan ikat, tetapi substansi dasar ini mampu menahan sejumlah air sehingga akan menempati ruang terbesar dari dermis. 4. Pembuluh darah dan limfe4

7

iii. Subkutis Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapat 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.4

Gambar 2. Anatomi Kulit

8

b.

Fisiologi Kulit Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh

diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), fungsi persepsi, ekskresi dan metabolisme. Sebagai fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanis misalnya tekanan, gesekan, dan tarikan. Gangguan kimiawi misalnya oleh zat-zat kimia yang bersifat iritan seperti lisol dan karbol. Kulit juga melindungi dari gangguan infeksi luar seperti infeksi jamur dan bakteri. Hal ini dikarenakan kulit memiliki bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Kulit dilindungi dari radiasi ultraviolet oleh melanin. Melanin adalah produk dari melanosit yang memberikan warna (pigmen) kecoklatan pada kulit. Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase memainkan peranan penting dalam proses pembentukannya.

Sebagai akibat dari kerja enzim tironase, tiroksin diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian dikonversi dan melalui beberapa tahap transformasi menjadi melanin. Setelah terbentuk melanin akan ditransfer ke keratinosit yang merupakan sel-sel pembentuk jaringan epidermis. Melanin akan berakumulasi di dalam sitoplasma tepatnya di atas inti sel keratinosit. Akumulasi melanin di atas inti sel keratinosit bertujuan melindungi nukleus dari efek radiasi ultraviolet. Nukleus yang mengandung DNA di dalamnya dapat bermutasi apabila terpapar radiasi ultraviolet.

Sinar yang sampai ke kulit di absorbsi oleh stratum korneum yang mengandung protein (asam urokanik). Mekanisme proteksi berupa meningkatnya proses mitosis epidermis setelah mengalami pajanan sinar matahari, menyebabkan penebalan stratum korneum dalam waktu 4-7 hari. 9

Meningkatnya kandungan melanin dalam epidermis merupakan proteksi kulit tehadap keadaaan terbakar matahari. Melanin dalam hal ini mepunyai peran mampu

menyerap

radiasi

luar,

mampu

menghamburkan

radiasi

sinar,

menstabilkan radikal-radikal bebas yang disebabkan radiasi sinar UV. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air, di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak-kontak zat kimia dengan kulit. Sebagai fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia. Kulit juga memiliki fungsi persepsi karena kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Kulit melakukan peranan termoregulasi dengan cara mengeluarkan keringat dan kontraksi otot pembuluh darah kulit. Sebagai fungsi metabolisme, kulit dapat membentuk vitamin D dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.1

c.

Sinar Matahari Sinar matahari merupakan elektromagnetik yang dipancarkan dari

permukaan matahari sebagai hasil aktifitas termonuklir. Energi elektromagnetik ini dipancarkan dalam bentuk gelombang, mulai dari sinar X yang berenergi tinggi dan panjang gelombang yang sangat pendek sampai gelombang radio yang sangat rendah.

10

Sebagian energi tersebut akan hilang di atmosfer karena mengalami absobrsi dan filtrasi oleh lapisan ozon dan molekul oksigen yang terdapat dilapisan stratosfer sehingga sinar ultraviolet C (UVC) tidak pernah sampai ke permukaan bumi. Ilmuwan mengklasifikasikan radiasi UV dalam tiga tipe yaitu UVA, UVB, dan UVC. Beberapa dari radiasi tersebut diserap oleh lapisan ozon, namun tidak secara keseluruhan. 1. UVA :

Panjang gelombang 320-400nm. Tidak diserap oleh lapisan ozon.

2. UVB :

Panjang gelombang 290-320nm. Kebanyakan diserap oleh lapisan ozon, namun beberapa sinar UVB dapat mencapai permukaan bumi.

3.UVC :

Panjang gelombang 100-290nm. Sepenuhnya diserap oleh lapisan ozon dan atmosfer.

i.

Radiasi dan Spektrum Ultraviolet

1. Radiasi UVA (320-400nm)
 Radiasi UVA memiliki panjang gelombang terpanjang spektrum UV yang mempunyai efek biologis kurang daripada UVB, gelombang UVA bertanggung jawab sebagai penyebab eritema akibat sinar matahari. Radiasi UVA sebagiannya akan diabsorpsi oleh epidermis dan sebanyak 20-30% akan mencapai bagian bawah dermis. UVA terdiri dari UVA I (340-400 nm) dan UVA II (320-340 nm).

2.

Radiasi UVB (290-320 nm) Radiasi UVB memiliki keaktifan biologis tertinggi pada sinar matahari dan

penyebab reaksi eritema setelah pajanan sinar matahari. Disebut juga UV gelombang tengah atau sunburn UV radiation. Sebanyak 70% radiasi UVB akan diabsorpsi oleh stratum korneum, 20% dapat mencapai epidermis dan hanya 10% yang dapat mencapai bagian atas dermis.


11

3.

Radiasi UVC (100-290 nm) Radiasi ini tidak ditemukan dalam spektrum sinar matahari pada permukaan

bumi karena disaring oleh ozon dan air. Radiasi UVC disebut juga radiasi germisidal karena dapat membunuh mikroorganisme. Disebut juga UV gelombang pendek karena merupakan panjang gelombang terpendek pada spektrum UV.5

Gambar 3. Radiasi dan spektrum ultraviolet

12

ii. Hubungan Antara Sinar Matahari dan Kulit Pengaruh buruk dari sinar matahari dapat menimbulkan berbagai macam kelainan kulit. Willis (1971) membagi kelainan kulit akibat pengaruh buruk dari sinar matahari menjadi dua tipe yaitu :

1. Kelainan kulit terjadi secara langsung i) Reaksi yang terjadi segera berupa terbakar matahari (sunburn) Keadaan ini terutama disebabkan karena sinar UVB yang menembus

epidermis

dan

menyebabkan perubahan

fotokimia.

Keadaan terbakar matahari dapat terjadi bervariasi tergantung dari tipe kulit seseorang dan lamanya terpajan matahari. Kelainan bervariasi mulai dari warna kemerahan pada kulit sampai terbentuknya luka bakar disertai gangguan keadaan umum berupa demam dan muntahmuntah. Warna kemerahan dapat timbul dalam waktu 2 – 3 jam dan kelainan yang hebat 10 – 24 jam setelah pajanan matahari. Pada keadaan yang ringan akan menghilang tanpa meninggalkan bekas dalam waktu 24 – 36 jam. Sedangkan pada kasus yang berat proses penyembuhan berlangsung dalam waktu 4 – 8 hari dengan diikuti pengelupasan kulit. Selain itu dapat juga terjadi perubahan berupa pigmentasi (tanning) dan perubahan ketebalan kulit. ii) Reaksi Kronis Pajanan kronis sinar matahari, terutama sinar UVB sangat berperan terjadinya proses keganasan pada kulit. Kelainan kuit yang dapat terjadi dapat berupa proses penuaan dini, penyakit pra keganasan dan keganasan. Pada proses menua dini terlihat gambaran kulit menebal, elastisistas berkurang atau menghilang dan terbentuk kerutan-kerutan. Hal ini terjadi karena hilangnya kemampuan kulit untuk mengikat air.

13

Perubahan pra keganasan dapat terjadi pada pajanan sinar matahari yang kronis seperti keratosis aktinik dan keratosis solaris. 2. Kelainan kulit yang didapat secara tidak langsung i). Kelainan yang didapat karena faktor eksogen Reaksi fotosensitifitas karena obat atau agen yang berada di kulit karena pemakaian topikal atau sistemik. Reaksi fototoksik, yaitu pemakaian obat atau bahan kimia apabila mendapat pajanan sinar matahari dengan panjang gelombang yang sesuai akan terjadi kelainan kulit dengan gejala yang lebih berat daripada gejala terbakar matahari. Reaksi fotoalergi berlangsung karena faktor imun. Gambaran kulit yang terjadi merupakan dermatitis yang akut dan basah disertai rasa gatal yang hebat. ii). Kelainan yang didapat karena faktor endogen Kelainan kulit akibat manifestasi dari penyakit sistemik pada kulit akibat pajanan sinar matahari. -

Kelainan Biokimiawi

-

Kelainan Imunologik

-

Kelainan genetik

-

Adanya penyakit infeksi dan penyakit kulit yang lain.6

14

BAB III TABIR SURYA a.

Definisi Tabir surya (sunscreen) adalah losio, spray, jel atau produk topikal lainnya

yang menyerap atau merefleksikan radiasi sinar ultraviolet pada kulit yang terpapar sinar matahari dan membantu melindungi kulit dari sunburn. Sunburn adalah luka bakar radiasi yang mengenai jaringan misalnya kulit yang terjadi akibat paparan berlebihan terhadap radiasi ultraviolet yang biasanya berasal dari sinar matahari. Gejala yang biasa ditemukan adalah warna kemerahan pada kulit yang teraba panas bila disentuh. Akan tetapi, penggunaan tabir surya masih kontroversial karena beberapa alasan. Banyak tabir surya tidak memblokir radiasi UVA, yaitu jenis ultraviolet yang tidak mengakibatkan sunburn tetapi dapat meningkatkan risiko melanoma dan fotodermatitis. Sehingga orang yang menggunakan tabir surya dapat terpapar radiasi UVA dalam kadar yang sangat tinggi. Penggunaan tabir surya spektrum luas (broad-spectrum) dapat membantu mengatasi kekhawatiran akan hal ini.

b. Klasifikasi Tabir Surya FDA mengklasifikasikan UV filter atau tabir surya menjadi dua kategori, yaitu tabir surya organik dan tabir surya inorganik. Istilah ini digunakan menggantikan istilah yang sebelumnya yaitu tabir surya kimiawi dan fisikal. Tabir

15

surya organik disubklasifikasikan menjadi tabir surya UVB dan tabir surya UVA.7,8

i. Tabir Surya Kimia Tabir surya kimia umumnya senyawa aromatik terkonjugasi dengan gugus karbonil. Bahan kimia ini menyerap intensitas tinggi sinar UV dengan eksitasi menjadi energi yang lebih tinggi. Energi yang hilang akibat konversi dari energi yang tersisa menjadi panjang gelombang energi yang lebih rendah lagi dengan kembali ke keadaan dasar. Contoh tabir surya yang bersifat sebagai penyerap kimia adalah turunan paraaminobenzoat (PABA), turunan sinamat, dan turunan salisilat. Senyawasenyawa tersebut merupakan senyawa yang tersusun atas struktur aromatik yang terkonjugasi dengan gugus karbonil dan dengan gugus pelepas elektron (amin atau metoksi) yang berada pada posisi para atau orto terhadap gugus karbonil dalam cincin aromatik. Senyawa kimia dengan konfigurasi tersebut dapat menyerap radiasi UV berenergi tinggi dengan panjang gelombang pendek yaitu 250 – 340 nm dan merubah energi yang tersisa menjadi radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang (energi rendah) yaitu 380 nm yang relatif tidak berbahaya. Energi yang diabsorbsi dari radiasi UV A dan UV B besarnya sama dengan energi resonansi yang dibutuhkan untuk delokalisasi elektron pada komponen aromatik.

ii. Tabir Surya Fisik Tabir surya yang merupakan pemblok fisik bekerja dengan memantulkan atau menghamburkan radiasi ultraviolet. Contoh tabir surya yang bersifat pemblok fisik adalah petrolatum, senyawa anorganik seperti zink oksida dan titanium oksida. Senyawa-senyawa ini apabila terdapat dalam jumlah yang mencukupi dapat memantulkan semua spektrum ultraviolet dan sinar infra merah. Kedua

16

senyawa anorganik ini inert secara kimia, tidak bersifat iritan dan memberikan perlindungan sempurna terhadap seluruh spektrum UV. Ukuran partikel dari logam oksida dengan diameter kurang dari 300 amstrong dinyatakan mempunyai tingkat perlindungan terhadap sinar matahari yang lebih tinggi tanpa menimbulkan opasitas yang secara estetika mengganggu penampilan dan pembentukan aglomerat yang dapat mengurangi efektivitas tabir surya. Pemblok fisik efektif untuk melindungi kulit terhadap pemaparan radiasi UV A maupun UV B. Titanium dioksida dan seng oksida melindungi kulit dari sinar UV dengan gelombang 250-340 nm, namun perlindungan terhadap UVA I secara statistik sangat baik pada seng oksida (340-380 nm). Titanium oksida melindungi terhadap UVB dan UVA II.9,10

c. Komposisi Tabir Surya i. Komposisi kimiawi tabir surya UVB 1. PABA dan derivatnya, ( maksimal 283 nm) PABA (para amino benzoic acid) merupakan satu dari bahan kimia tabir surya yang tersedia secara luas, namun beberapa kendala dalam keterbatasan penggunaannya. PABA larut dalam air, dapat menempel pada pakaian, sering digunakan dalam vehikulum alkohol, dan berkaitan dengan berbagai efek yang merugikan. Tabir surya jenis PABA aman bagi kebanyakan orang ketika dioleskan secara langsung pada kulit. Belum ada laporan kerusakan yang signifikan, meskipun ada laporan bahwa PABA meningkatkan kemungkinan terbakar sinar matahari pada beberapa orang. Derivat ester dari PABA, terutama octyl dimetyl PABA atau Padimate O ( maksimal 311 nm), menjadi popular dengan kompatibilitas dengan berbagai vehikulum substantif dan potensial rendah terhadap efek yang merugikan. Padimate O merupakan absorber UVB yang poten.7,9,10,11 2. Cinnamates. Absorber UVB paling poten yang secara luas telah menggantikan turunan PABA. Octinoxate ( maksimal 311 nm) merupakan komposisi

17

tabir surya yang sering digunakan. Octinoxate dalam hal magnitudonya kurang poten dibandingkan Padimate O dan membutuhkan absorber UVB tambahan untuk mencapai level SPF yang lebih tinggi.9,11

3. Salicylates Salicylates merupakan absorber UVB lebih rendah sehingga digunakan dengan konsentrasi tinggi. Umumnya digunakan untuk tambahan absorber UVB lain. Dengan adanya trend terhadap tingginya SPF, octisalate (octyl salicylate) ( maksimal 307 nm) sering digunakan. Diikuti dengan homosalate (homomenthyl salicylate) ( maksimal 306 nm).

Octisalate

dan

homosalate

umumnya

digunakan

untuk

meminimalisasikan degradasi foto dari kandungan tabir surya lain mencakup oxybenzone dan avobenzone. 9,10,11 4. 2-ethylhexyl-2-cyano-3,3-diphenylacrylate atau Octocrylene ( maksimal 303 nm) Octocrylene berkaitan dengan cinnamates secara kimiawi. Digunakan untuk meningkatkan SPF dan memperbaiki resistensi terhadap air. Octocrylene merupakan photostable dan dapat memperbaiki stabilitas sinar dari tabir surya lainnya.9,11 5. Ensilizole (dulunya Phenylbenzimidazole sulfonic acid) ( maksimal 310 nm) Ensilizole merupakan absorber UVB yang larut dalam air, berbeda dengan kebanyakan komposisi tabir surya yang larut dalam minyak, ensilizole memungkinkan formulasi yang kurang berminyak, lebih estetis, termasuk penggunaan sehari-hari, pelembab yang mengandung tabir surya.9 6. Turunan camphor (misalnya 4-methylbenbenzylidene campor) (  maksimal 300 nm) Turunan camphor merupakan absorber UVB moderat. Meskipun FDA tidak mengizinkan penggunaan turunan camphor di Amerika Serikat, enam turunan camphor diizinkan di Eropa.9

18

ii. Komposisi kimiawi tabir surya UVA 1. Benzophenones. Oxybenzone

merupakan

benzophenone

yang

umum

digunakan.

Meskipun oxybenzone atau benzophenone-3 menyerap secara efisien sinar UVB, penyerapan yang luas juga pada UVA II dengan rentang puncak absorbsi ( maksimal 288 atau 325 nm). Ini digunakan secara primer sebagai absorber UVA namun meningkatkan nilai SPF dalam kombinasi dengan absorber UVB. Meskipun merupakan UVA filter dengan spektrum yang luas, oxybenzone merupakan photolabile dan dapat dioksidasi secara cepat. Oksidasi ini akan menginaktivasi sistem antioksidan.7,9,10,11 2. Menthyl Anthranilate ( maksimal 336 nm) Menthyl Anthranilate merupakan filter UVB lemah dan menyerap terutama pada spektrum UVA II. Kurang efektif dibandingkan benzophenone.7,9 3. Butyl Methoxydibenzoylmethane (Avobenzone) ( maksimal 358 nm) Avobenzone telah disetujui oleh FDA untuk penggunaannya sebagai obat bebas tabir surya di Amerika Serikat. Memberikan absorpsi yang kuat pada UVA I.7 4. Tetraphthalydine Dicamphor Sulfonic acid (Mexoryl SX) ( maksimal 345 nm) Mexoryl SX merupakan absorber UVA luas yang tersedia di Eropa. Mencegah UVA memproduksi perubahan histokimiawi pada kulit yang berkaitan dengan photoaging. Mexoryl SX yang diaplikasikan sebelum terpapar UVA telah menunjukkan pencegahan perubahan kulit yang diinduksi UV, meliputi pigmentasi, hiperplasia epidermal, penurunan hidrasi kulit dan elastisitas.

19

Tabir surya yang mengandung Mexoryl SX secara signifikan menekan radiasi UV yang menginduksi karsinogenesis pada tikus dibandingkan dengan preparat yang hanya mengandung absorber UVB. Setelah terpapar UV, Mexoryl SX yang terkadung dalam tabir surya juga mengurangi pembentukan cis-urocanic acid dan mencegah penurunan sel Langerhans epidermal, perubahan ini berperan dalam imunosupresi.7,11 5. Drometrizole trisiloxane (Silatriazole, M,  maksimal 303 dan 344 nm), Silatriazole merupakan photostable dan dapat menyerap kedua sinar, yaitu UVA dan UVB.7 6. Methylene-bis-benzotriazolyl tetramethylbutylphenol (Tinosorb M) Tinosorb M merupakan filter UV yang telah menunjukkan sebagai tabir surya spektrum luas yang baik.7 7. Bis-ethylhexyl-oxyphenol methoxyphenol triazine (anisotriazin, Tinosorb S) merupakan filter UV spektrum luas yang larut dalam minyak.7

20

Tabel 1. Daftar Tabir Surya Berdasarkan Monografi Tabir Surya FDA12 Tabir Surya

Rentang penyerapan (maks (nm))

Keterangan

Tabir Surya UVB  PABA & derivate PABA Padimate O

283 311

Menempel pada pakaian. Turunan PABA yang digunakan secara luas. Photounstable.

 Cinnamates Octinoxate

311

Tabir surya UVB yang paling sering digunakan secara luas.

 Salicylates Octisalate

307

Absorber UVB lemah. Bersifat photostability pada tabir surya lain. Absorber UVB lemah. Substantif baik, digunakan pada tabir surya tahan air.

Homosalate Trolamin salicylates

306 260-355

 Lainnya: Octocrylene

303

-

310

Ensulizole

Photostable. Memperbaiki photostability dari tabir surya lain. Larut dalam air. Meningkatkan SPF pada produk akhir.

Tabir Surya UVA  Benzophenones Oxybenzone

288, 325

Tabir surya UVB yang sering digunakan. Sering menyebabkan photoallergic contact dermatitis terhadap tabir surya.

 Others Avobenzone

360

-

340

Photounstable. Meningkatkan degradasi dari octinoxate. Tabir surya UVA lemah. Tidak ada reeaksi sensitisasi yang dilaporkan

Meradimate

Tabir Surya Inorganik  Titanium dioxide  Zinc oxide

Tidak ada sensitisasi. Photostable, digunakan untuk meningkatkan photostability dari produk akhir. Zinc oxide ukuran mikro memiliki perlindungan terhadap UVA lebih baik daripada titanium dioxide.

21

Tabel 2. Kandungan Tabir Surya10 Organic Sunscreen

Protection (nm)

UVB

UVA II

UVA I

(290-320)

(320-340)

(340-400)

Aminobenzoic acid and derivatives PABA

260-313

Sebagian

Lisadimate (Glyceryl PABA)

264-315

Sebagian

Padimate O

290-315

Sebagian

Roxadimate

280-330

Sebagian

Anthranilates Menthyl anthranilate

260-380

Komplit

Komplit

Sebagian

Dioxybenzone

250-390

Komplit

Komplit

Sebagian

Oxybenzone

270-350

Komplit

Komplit

Sebagian

Sulisobenzone (Eusolex 4360)

260-375

Komplit

Komplit

Sebagian

Octocrylene

250-360

Komplit

Komplit

Sebagian

Ootyl methoxycinnamate (Parsol MCX)

290-320

Komplit

Komplit

Komplit

Benzophenones

Cinnamates

Dibenzoylmethanes Avobenzone

320-400

Salicylate Homosalate

295-315

Sebagian

Octyl salicylate

280-320

Komplit

Trolamine salicylate

260-320

Komplit

290-340

Komplit

Komplit

Titanium dioxide

290-700

Komplit

Komplit

Komplit

Zinc oxide

290-700

Komplit

Komplit

Komplit

Phenylbenzimidazole sulphonic acid Ensizoles Inorganic sunscreen

Keterangan: sebagian = memberikan perlindungan sebagian pada spektrum UV; komplit = memberikan perlindungan lengkap pada spektrum UV

22

d. Mekanisme Kerja Tabir Surya Tabir surya mempunyai fungsi dapat menyerap, memantulkan atau menghamburkan energi sinar surya yang mengenai kulit manusia, sehingga dapat melindungi kulit dari terjadinya eritema karena paparan sinar matahari tersebut. Daya perlindungan tabir surya terhadap eritema terkait dengan SPF pada tabir surya tersebut. Tabir surya dengan SPF 5 dapat menahan 80% dosis eritema (20% atau seperlima paparan ultraviolet lolos melewati tabir surya), tabir surya dengan SPF 15 dapat menahan 93,3% dosis eritema, dan tabir surya dengan SPF 30 dapat menahan 96,6% dosis eritema. Sehingga dengan menggunakan tabir surya kita dapat

mencegah kemungkinan kerusakan akibat sinar matahari secara

keseluruhan, perlindungan tabir surya terhadap eritema mulai menurun pada saat tercapai dosis sub-eritema (merupakan waktu mulai terjadinya proses kerusakan kulit) sebesar sepersepuluh energi yang dibutuhkan untuk menimbulkan terbakar surya. Dosis suberitema terjadi pada fase awal proses terjadiya eritema kulit dimana belum terjadi kemerahan pada kulit secara visual yang dapat diukur dengan peralatan spektrofotometer. Pemakaian ulang tabir surya dianjurkan pada saat daya perlindungannya mulai menurun pada dosis sub-eritema. Lembaga pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) menganjurkan untuk pemakaian ulang tabir surya 1-2 jam pada kegiatan di luar ruangan. Untuk pemakaian ulang tabir surya SPF 15 lebih cepat dibandingkan dengan tabir surya SPF 30. Daya perlindungan tabir surya juga tergantung ketebalan pemakaian tabir surya, untuk perhitungan SPF digunakan ketebalan tabir surya 2mg/cm2.

i. Sun Protection Factor (SPF)/ Faktor Pelindung Matahari Metode yang diterima secara luas untuk pengukuran efisiensi tabir surya adalah SPF.7,11 SPF didefinisikan sebagai dosis dari radiasi UV yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 dosis minimal eritema (MED) pada kulit yang terlindungi setelah pemberian 2 mg/cm2 dari produk dibagi dengan radiasi UV yang

23

menghasilkan 1 MED pada kulit yang tidak terlindungi.3,5,6 SPF-15 memfiltrasi 94% radiasi UVB dan tabir surya dengan SPF-30 memberikan perlindungan lebih besar dari 97%.

Misalnya seorang individu dengan MED dicapai setelah 10 menit paparan UV, bila individu tersebut memakai tabir surya dengan SPF 15 maka secara teori proteksi terbakar surya sampai 150 menit. Tabir surya sudah lama digunakan untuk melindungi efek akut radiasi UV dan juga diketahui memiliki efek protektif terhadap perubahan kronik yang diinduksi radiasi UV, seperti photoaging dan kanker kulit. Penggunaan regular tabir surya dengan SPF yang tinggi dapat mengurangi jumlah aktinik keratosis.7

ii. Substansivitas dan Bahan Aktif Tabir Surya Substansivitas menunjukan sifat adheren tabir surya pada kulit yaitu water resistance dan waterproof. Yang dimaksud dengan water resistance bila individu setelah diolesi tabir surya kemudian direndam dalam air selama 40 menit dan diukur ulang mempunyai SPF tetap, sedangkan yang dimaksud dengan waterproof adalah setelah diolesi tabir surya kemudian direndam air selama 80 menit dan diukur ulang mempunyai SPF tetap. Berdasarkan mekanisme kerjanya, tabir surya dapat dibagi menjadi absorban kimiawi dan pemblokir fisikal (physical blocker). Tabir surya kimiawi secara umum berkonjugasi dengan zat kimia kelompok karbonil. Zat-zat kimia ini menyerap sinar UV intensitas tinggi dengan eksitasi menjadi energi yang lebih tinggi. Sedangkan, pemblokir fisikal merefleksikan atau memendarkan radiasi UV.2

24

Gambar 1. Mekanisme Kerja Tabir Surya

iii. Fotostabilitas (Photostability) Photostability mengacu pada kemampuan molekul untuk tetap utuh terhadap radiasi. Photostability merupakan masalah potensial dari semua filter UV karena mereka terseleksi secara sengaja sebagai molekul yang menyerap radiasi UV. Masalah ini telah muncul terutama pada avobenzone, dengan adanya fotolisis, terutama dalam sistem in vitro, yang secara bersamaan menyinari dan mengukur transmisi di situ. Efek ini dapat menurunkan tabir surya lain dalam formulasi. Perubahan ini juga telah diamati dengan oktil metoksisinamat dan dimetil PABA oktil, sementara oksibenzon terbukti relatif stabil.8,14 Produk tabir surya dengan SPF yang lebih tinggi telah menyebabkan penggunaan beberapa agen tabir surya dalam kombinasi pada konsentrasi maksimum yang dapat berinteraksi. Photostability dari molekul juga tergantung pada pelarut atau vehikulum yang digunakan. Bahan tertentu mungkin memiliki efek stabilisasi pada bahan lain; octocrylene telah terbukti memberikan efek fotostabilitas pada avobenzone.10,11

25

e. Vehikulum Tabir Surya Jenis vehikulum ini sangat penting dalam menentukan efektivitas dan estetika tabir surya. Bahan seperti pelarut dan emolien dapat memiliki pengaruh yang besar terhadap besarnya absorpsi UV oleh bahan aktif tergantung panjang gelombang yang dapat diserap. Sifat dari film yang terbentuk pada permukaan kulit sangat dipengaruhi oleh pembentuk film dan pengemulsi. Produk SPF yang tinggi mengharuskan bahwa bahan-bahan dapat menghasilkan film tabir surya yang seragam dan kental dengan interaksi minimal antara bahan diam dengan bahan aktif. Daya tahan air dan daya tahan produk tergantung pada komponen vehikulum.9,10,11 Losio dan krim merupakan vehikulum tabir surya yang paling popular. Karena mereka memungkinkan formulasi yang bervariasi. Terdapat dua fase yang paling popular yaitu emulsi minyak dalam air atau air dalam minyak. Produk tabir surya dengan SPF tinggi mungkin mengandung minyak 20-40% tabir surya, terhitung dari kesan berminyaknya. Vehikulum lainnya untuk bahan tabir surya organik termasuk gel, sticks, dan aerosol. Air atau alkohol berbasis gel secara estetika lebih baik karena memberikan efek kurang berminyak, tetapi memiliki potensi yang lebih besar untuk terjadinya iritasi. Tongkat (sticks) adalah tabir surya larut lemak yang menebal dengan lilin dan petrolatum berguna untuk melindungi daerah terbatas, seperti bibir, hidung, atau di sekitar mata.2

f.

Penggunaan Klinik i. Aplikasi Klinis Tabir Surya Dalam pemilihan tabir surya, beberapa dermatologis menyarankan langkah-langkah sebagai berikut:

26

1. Tabir surya dapat menghambat kedua UVA dan UVB. Ini disebut spektrum luas tabir surya, yang juga harus hipoalergenik dan non komedogenik sehingga tidak menyebabkan ruam atau menyumbat pori-pori, yang dapat menyebabkan jerawat. Gunakan SPF 15 atau diatasnya. 2. Tabir surya perlu diaplikasikan secara cukup tebal untuk mendapatkan perlindungan SPF penuh. 3. Tabir surya harus diaplikasikan 15 sampai 30 menit sebelum terpapar, kemudiian diaplikasikan kembali 15 sampai 30 menit setelah terpapar sinar matahari. Aplikasi lebih lanjut diperlukan setelah kegiatan seperti berenang dan berkeringat.12 4. Batasi paparan dari paparan sinar matahari, sinar matahari terkuat terjadi

pada pukul 10.00-16.00.7,9,12 5. Memakai pakaian yang melindungi dari paparan sinar matahari seperti lengan panjang, celana panjang, kacamata hitam, dan topi.

ii.

Penggunaan Tabir Surya Untuk Negara Tropis (Indonesia) Radiasi sinar ultraviolet mencapai permukaan bumi terutama UVA 95-

98%, 2-5% UVB, sedangkan UVC seluruhnya terserap ozon di stratosfer. Jumlah dan komposisi radiasi matahari pada suatu daerah tergantung pada beberapa faktor terutama sudut zenith matahari jatuh ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh waktu, musim, dan letak lintang daerah tersebut. Indonesia berdasarkan letaknya merupakan bagian negara tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi, sehingga paparan sinar matahari khususnya UVA lebih sering dibandingkan dengan negara lain. Pemakaian tabir surya untuk tipe kulit I-II berdasarkan klasifikasi Fitzpatrick dianjurkan memilih minimal SPF 25-30 (waterproof), sedangkan tipe kulit III-VI minimal SPF 15 (waterproof)

27

Tabel 3. Tipe kulit menurut Fitzpatrick13 Tipe I

Warna kulit putih pucat, sangat mudah terbakar dan tanning

Tipe II

Warna kulit putih, mudah terbakar, sukar/minimal tanning

Tipe III

Warna kulit putih, terbakar sedang, tanning sedang

Tipe IV

Warna kulit coklat terang, terbakar minimal, tanning ringan

Tipe V

Warna kulit coklat, jarang terbakar, dan mudah tanning

Tipe VI

Warna kulit coklat tua/hitam, tidak pernah terbakar, tanning sangat kuat

Pemilihan tabir surya untuk orang Indonesia harus mempertimbangkan hal berikut: 1. Tabir surya yang dipilih adalah non PABA untuk Indonesia karena bersifat broad spectrum, sedangkan PABA hanya bersifat absorber UVB. 2. SPF yang dipilih cukup SPF 15-25 karena termasuk dalam tipe kulit Fitzpatrik IV-VI.13 3. Aplikasi pengulangan pemakaian tabir surya diperlukan karena SPF yang dipakai adalah 15, sehingga perlu pengulangan tiap 2 jam atau berkeringat 4. Aplikasi pemakaian tabir surya harus cukup tebal digunakan ketebalan tabir surya 2mg/cm2.

iii.

Penggunaan Tabir Surya Untuk Orang Kulit Putih Kepekaan terhadap sinar matahari bervariasi, tergantung kepada

ras/bangsa, pemaparan sebelumnya dan keadaan kulit secara keseluruhan. Orang berkulit gelap memiliki lebih banyak melanin sehingga lebih tahan terhadap efek matahari yang berbahaya termasuk luka bakar karena matahari, penuaan kulit dini dan kanker kulit. Orang kulit putih tidak memiliki melanin di dalam kulitnya dan bisa mengalami luka bakar yang serius meskipun hanya mengalami sedikit pemaparan. Jika tidak memakai pelindung, bisa terjadi kanker kulit. Oleh karena itu, semakin cerah warna kulit seseorang maka semakin tinggi SPF yang diperlukan. Pada orang kulit putih (kaukasoid) dibutuhkan SPF 50.

28

iv.

Penggunaan Tabir Surya pada Anak-anak Penting untuk mulai menggunakan tabir surya pada anak-anak dan saat

remaja. Dalam sebuah studi dilaporkan bahwa bila menggunakan tabir surya secara regular dengan SPF yang efektif pada usia 1-18 tahun dapat mengurangi risiko mengalami kanker kulit non melanoma sebesar 78%. Namun, harus ditekankan bahwa foto proteksi sebaiknya dilakukan pada semua kelompok usia.7 Tahun 1999 FDA Sunscreen Final Monograph merekomendasikan bahwa klinisi sebaiknya berkonsultasi mengenai penggunaan tabir surya pada anak di bawah usia 6 bulan, karena sistem fisiologis untuk metabolisme dan ekskresi agen-agen yang diserap belum berkembang sempurna.7,12 Penghindaran terhadap matahari dan penggunaan pakaian merupakan perlindungan terhadap matahari yang paling tepat pada usia ini. Jika memerlukan penggunaan tabir surya, berikan secara terbatas.

v. Penggunaan Tabir Surya pada Pasien SLE Pasien dengan SLE sangat sensitif terhadap pajanan sinar matahari. Bila terpajan sinar matahari maka akan timbul lupus flare. Oleh karena itu, pasien dengan SLE wajib menggunakan tabir surya. Gunakan tabir surya spektrum luas yang dapat melindungi kulit dari sinar UVA dan UVB setiap hari. Pilih produk dengan SPF 30 atau yang lebih tinggi dan yang mengandung avobenzone, titanium oksida, dan seng oksida. Gunakan 10 menit sebelum keluar rumah.

vi. Penggunaan Tabir Surya pada Pasien Keratosis Seboroik Keratosis seboroik adalah pertumbuhan kulit yang jinak dan sering terjadi. Patogenesis Keratosis Seboroik belum diketahui karena Keratosis seboroik dapat tumbuh pada kulit yang terpajan sinar matahari maupun pada kulit yang tidak terpajan sinar matahari. Penggunaan tabir surya dengan SPF 15 dilakukan untuk melindungi lesi kulit dari paparan sinar matahari. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan eksaserbasi dan perubahan warna.

29

vii.

Penggunaan Tabir Surya pada Pasien Melasma Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umumnya simetris berupa

makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpajan sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. Salah satu faktor penyebab yang dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah sinar matahari. Hal ini karena spektrum sinar matahari merusak gugus sulfhidril di erpidermis yang merupakan penghambat enzim tirosinase dengan cara mengikat ion Cu dari enzim tersebut. Sinar ultra violet menyebabkan enzim tirosinase tidak dihambat lagi sehingga memacu proses melanogenesis.14 Oleh karena itu, diperlukan penggunaan tabir surya pada pasien melasma. Tabir surya yang digunakan adalah tabir surya fisikal seperti seng oksid atau titanium oksida yang dapat melindungi kulit dari sinar UVA dan UVB dengan SPF 15.

viii. Penggunaan Tabir Surya pada Pasien Vitiligo Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik didapat ditandai dengan adanya makula putih yang dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit. Sampai saat ini penyebab pasti vitiligo belum diketahui. Penggunaan tabir surya pada pasien vitiligo untuk meminimalkan tanning, yang membuat kontras antara kulit normal dan kulit yang mengalami depigmentasi. Tabir surya yang digunakan adalah tabir surya dengan SPF minimal 15. Untuk perlindungan terhadap UVA gunakan tabir surya yang setidaknya mengandung 5 persen seng oksid.

g. Monitoring i. Penilaian Perlindungan terhadap UVA Meskipun SPF diterima secara luas sebagai standar pengukuran efisiensi tabir surya, belum ada konsensus yang menyatakan metode standar untuk mengukur perlindungan terhadap UVA. Meskipun demikian, ada beberapa metode yang digunakan. Umumnya digunakan dalam metode in vivo adalah IPD

30

(Immediate Pigment Darkening) dan PPD (Persistent Pigment Darkening), serta faktor perlindungan terhadap UVA. Diantara metode-metode ini, PPD merupakan metode yang paling umum digunakan karena pigmentasi tetap bertahan antara 2 sampai 24 jam, dan ini sensitif untuk semua filter UVA, terlepas dari jangkauan yang mereka serap dari rentang gelombang UVA. Efek perlindungan spektrum luas dapat dievaluasi in vitro dengan menggunakan spektrofotometri untuk mengevaluasi nilai panjang gelombang kritis, yang didefinisikan sebagai panjang gelombang dibawah 90% dari absorbansi tabir surya yang terjadi sebagaimana pengukuran pada 290 sampai 400 nm. Telah ditunjukkan bahwa nilai panjang gelombang kritis sepadan dengan SPF. Konsensus yang disponsori oleh American Academy of Dermatology merekomendasikan bahwa tabir surya dengan label spektrum luas harus memiliki panjang gelombang kritis lebih dari 370nm, dan PPD atau perlindungan faktor dalam UVA lebih besar dari4.7,9

h. Efek Samping Iritasi subjektif terkait dengan rasa terbakar atau rasa menyengat tanpa eritema merupakan keluhan sensitivitas yang paling umum dari tabir surya. Iritasi ini paling sering diamati di daerah mata.10 Hampir semua bahan tabir surya yang dilaporkan menyebabkan alergi kontak mungkin foto alergen. Meskipun relatif masih jarang, bahan aktif tabir surya tampaknya telah menjadi penyebab utama reaksi foto kontak alergi. Individu dengan kondisi yang sebelumnya sudah ada dermatitis memiliki kecenderungan yang signifikan untuk mengalami sensitisasi terkait dengan pertahanan kulit yang telah rusak. Oxybenzone merupakan penyebab umum foto alergi.12 Tabir surya yang mengandung partikel inorganik (titanium dioksida dan seng oksida) memberikan pilihan yang baik untuk individu dengan kulit sensitif karena bahan ini tidak berkaitan dengan iritasi atau sensitisasi. Telah dibuktikan tidak adanya penetrasi dermal. Kekhawatiran tentang toksisitas dengan penggunaan nanoteknologi tampaknya tidak ditemukan pada bahan ini.11

31

DAFTAR PUSTAKA 1. Wasitaatmadja SM. Fisiologi Kulit.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p.7-8 2. Levy SB. Sunscreens and Photoprotection. Last Update:February, 12th 2014Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1119992-overview. Accessed June, 14th 2014 3. Wasitaatmadja SM. Anatomi Kulit. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p.3-6 4. Perdanakusuma DS. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Available at: http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1705_ANATOMI%20FISIOLOGI%20 KULIT%20DAN%20PENYEMBUHAN%20LUKA%20Agustus%202007.pd f. Accessed June, 14th 2014 5. Soebaryo RW, Jacoeb TNA. Fotobiologi. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 177-81 6. Soedarwoto Asmaja D. Penyakit Kulit Akibat Matahari dan Penanganannya. Sinar Matahari Keuntungan dan Kerugian Untuk Kulit. FKUP/RS Dr.Hasan Sadikin. Bandung:1991. Hal 1 - 2 7. Kullavanijaya P, Henry WL. Photoprotection. J Am Acad Dermatol, 2005; 52:937-58 8. Lim HW. Photoprotection and sun protective agents. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. New York: McGraw Hill Co, 2008: 21372141. 9. DeBuys HV, Levy SB, Murray JC, Madey DL, Pinnell SR. Modern approach to photoprotection. Dermatol Clin, 2000; 18(4):577-590.

32

10. Edlich, RF et al. Photoprotection by sunscreens with topical antioxidants and systemic antioxidants to reduce sun exposure. J Long Term Eff Med Implants, 2004; 14 (4):317-340. 11. Young AR, Boles j, Herzog B, Osterwalder U, Baschong W. A sunscreen’s labeled sun protection factor may overestimate protection at temperate latitudes: a human in vivo study. J Invest Dermatol, 2010; 130:2457-2462. 12. Lim HW. Photoprotection and sun protective agents. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. New York: McGraw Hill, 2008: 2137-2141. 13. Carucci JA, David JL. Basal cell carcinoma. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. New York: McGraw Hill Co, 2008: p 1036-1042. 14. Soepardiman L. Kelainan Pigmen. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 289-300

33

More Documents from "himami"