Referat Panoftalmitis.docx

  • Uploaded by: Fel
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Panoftalmitis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,055
  • Pages: 13
REFERAT Panoftalmitis

DISUSUN OLEH FELISIA VARIAN WIBOWO 112016334

PEMBIMBING : dr. Ernita, SpM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA 2019

1

Bab I Pendahuluan

Panopthalmitis merupakan suatu peradangan pada mata yang dapat melibatkan semua lapisan bola mata. Peradangan juga dapat memperluas ke jaringan di sekitar bola mata. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien yang berobat. Dan dalam beberapa kasus mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk mengarahkan aliran darah arteri ke arteri karotid kanan. Kejadian ini dapat meningkat karena penyebaran AIDS, penggunaan agen imunosupresif yang berlebihan, dan yang sering yaitu akibat dari tindakan prosedur invasif. Sebagian besar kasus (sekitar 60%) terjadi setelah operasi intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab, panopthalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat, panopthalmitis postcataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi yang memiliki komplikasi ini, dan kejadian ini telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Posttraumatic panopthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi okular. sedangkan kejadian panopthalmitis akibat benda asing intraokular adalah sekitar 7-31%. Komplikasi paling sering akibat penyakit ini ialah penurunan visus yang dapat menjadi permanen, dan yang paling berbahaya apabila terjadi penyebaran infeksi secara hematogen dan menyebabkan syok septik. Menurut penelitian menunjukan adanya hubungan perkembangan panopthalmitis pada pasien post operasi dengan usia lebih atau sama dengan 70 tahun.

2

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 DEFINISI Panoftalmitis ialah peradangan pada seluruh bola mata yang juga termasuk sklera dan kapsul Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi yang masuk kedalam bola mata dapat melalui peredaran darah (secara endogen) atau perforasi dari bola mata (secara eksogen), dan dapat pula merupakan akibat tukak kornea perforasi. panophthalmitis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi yang mempengaruhi semua struktur dari mata. Biasanya keadaan ini terjadi pada pasien yang memiliki kekurangan dalam sistem kekebalan tubuh untuk setiap penyakit yang kronis seperti diabetes atau infeksi oleh virus HIV , atau dapat pula sebagai akibat dari trauma atau operasi pada mata yang menyebabkan terbentuknya jalur yang dapat membuat mikroba menembus ke dalam bola mata.

3

2.2 ETIOLOGI Panoftalmitis biasanya dapat disebabkan oleh masuknya organisme piogenik kedalam mata melalui luka yang terdapat pada kornea yang terjadi secara kebetulan atau merupakan akibat dari operasi atau akibat mengikuti perforasi suatu ulkus kornea. Sebagian kecil, kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya metastasis alamiah dan terjadi dalam kondisi seperti pyaemia, meningitis maupun septikaemia purpural. Pneumococcus

merupakan

suatu

organisme

yang

paling

sering

menyebabkan panoftalmitis, disamping itu dapat pula disebabkan oleh Streptococcus, Staphylococcus dan E.coli. Selain itu, jamur (seperti Candida albicans, Histoplasma, Cryptococcus, dll), parasit (seperti Toxoplasma, Toxocara,

4

dll), serta virus (sepert CMV, HIV, dll) juga dapat menyebabkan terjadinya panoftalmitis.

2.3 PATOGENESIS Pada kasus panoftahlamitis atau peradangan supuratif pada isi bola mata gejalanya yaitu terdapatnya nanah, palpebra yang bengkak, dan mata masih dapat digerakkan apabila pus keluar karena perforasi, panas menjadi turun, tidak terdapat gelisah, tetapi tekanan bola mata menjadi menurun, jaringan yang kisut atau mengkerut, kemudian akan menjadi ptisis bulbi. Terjadinya panofthalmitis biasanya dikarenakan infeksi eksogen, misalnya pascabedah intraocular (terutama ekstraksi katarak), trauma tembus, atau tukak kornea yang mengalami perforasi. Jika terjadi trauma penetrasi, maka korpus vitreum merupakan bagian yang akan pertama kali terkena dan kemudian ke bagian lain seperti uvea dan retina yang juga dapat ikut terkena. Sedangkan apabila pada kasus metastasis peradangan dimulai dengan terjadinya emboli septik pada arteri retina dan atau arteri choroid. Keadaan ini biasanya mengenai kedua mata. Bila pada kasus perforasi ulkus kornea atau yang mengikuti infeksi pasca bedah intra-ocular, peradangan dimulai dengan iridocyclitis dan apabila infeksi tidak terlalu virulent, dapat dikontrol dengan pengobatan sedini mungkin. Tapi jika kuman terlalu virulent, peradangan purulen akan berangsur-angsur menyebar ke bagian uvea posterior dan mengenai seluruh jaringan uvea dan retina, akhirnya terjadi pembentukan pus atau nanah dalam bola mata meskipun diobati. Infeksi endogen biasanya melalui hematogen dan merupakan penyulit dari bakteremia atau septicemia. Dan sangat jarang terjadi adanya invasi infeksi orbita ke dalam bola mata yang bersifat langsung.

2.3.1 Bakteri Bila panoftalmitis yang disebabkan karena bakteri, maka perjalanan penyakitnya akan cepat dan berat.

5



Pseudomonas Bakteri batang gram negatif, bergerak, aerob; beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Bakteri ini merupakan bakteri tipe ganas, merupakan patogen utama bagi manusia. Bisa menghancurkan semua bagian termasuk kornea; sekret purulen, berupa nanah biru kehijauan; mempunyai zat proteolitik yang dapat menghancurkan fibrin; banyak sel-sel yang mati, terutama leukosit, dan jaringan nekrosis.



Staphylococcus Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan separti anggur. Bakteri ini mampu menghasilkan substansi (eksotoksin, leukosidin, koagulase, dan enterotoksin), substansi ini meningkatkan kemampuannya untuk berlipat ganda dan menyebar secara luas ke dalam jaringan dan menghasilakan sekret mucopurulen (kental berwarna kekuningan, elastis). Permukaan Stafilokok ditutupi dengan substansi yang dinamakan protein A, yang menghambat fagositosis. Bakteri stafilokok yang telah difagostosis masih mampu bertahan dalam jangka waktu lama.



Streptococcus Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhan. Sekret pseudo-membranacea, seolah-olah melekat pada konjungtiva tetapi mudah diambil dan tidak mengakibatkan pedarahan; infeksi oleh bakteri ini akan membentuk sekret, terdapatnya sel-sel lepas dan jaringan nekrotik,sehingga terjadi defek pada konjungtiva.

2.3.2 Jamur Bila panoftalmitis akibat jamur perjalanan penyakit akan berjalan perlahan-lahan dan malahan gejala akan terlihat setelah beberapa minggu setelah 6

terjadinya infeksi. Candida albicans adalah salah satu jamur oportunis yang terpenting. Lesi candida awal berwujud retinitis granulomatosa nekrotikans fokal dengan atau tanpa koroiditis, yang ditandai lesi eksudatif putih berjonjot yang berhubungan dengan sel-sel dalam badan kaca yang menutupi lesi tersebut. Lesi ini bisa menyebar dan mengenai saraf optik dan struktur mata lainnya. Jamur ini juga bisa menyebabkan endoftalmitis, panoftalmitis, bercak Roth, papilitis, dan ablasi retina. Penyebaran ke badan kaca dapat mengakibatkan terjadinya abses badan kaca. Juga bisa akan terjadi uveitis anterior dengan sel-sel dan flare di dalam bilik mata depan, serta hipopion.

2.3.3 Parasit 

Toxoplasma gondii Lesi okuler mungkin didapat inutero atau muncul sesudah serangan infeksi sistemik akut. Toksoplasmosis adalah penyebab retinokoroiditis paling umum pada manusia. Kucing peliharaan dan spesies kucing lain berfungsi sebagai hospes definitif bagi parasit ini. Wanita peka yang terkena penyakit ini selama kehamilan dapat menularkan penyakit ini ke janin. Sumber infeksi pada manusia adalah ookista di tanah atau lewat udara ikut debu, daging kurang matang yang mengandung bradizoit (parasit bentuk kista), dan takizoit (bentuk proliferatif), yang diteruskan melalui plasenta. Tanda dan gejala infeksi parasit ini yaitu seperti melihat benda mengambang, penglihatan kabur, atau fotofobia. Lesi okuler berupa daerah-daerah retinokoroiditis fokal nekrotik keputih-putihan, kecil atau besar, satu-satu atau mulipel. Lesi yang aktif dapat bersebelahan dengan parut retina yang telah sembuh dan dikelilingi edem retina. Dapat terjadi vaskulitis retina, yang menimbulkan perdarahan retina. Peradangan berakibat terlihatnya sel-sel didalam vitreus dan eksudasi. Mungkin juga akan menimbulkan edem pada makula kistoid. Iridosklitis sering dijumpai pada pasien retinokoroiditis toksoplasmik.

7



Toxocara cati dan Toxocara canis Toksokariasis okuler dapat terjadi tanpa manifestasi sistemik. Anak-anak yang rentan terkena penyakit ini, berhubungan erat dengan binatang peliharaan dan karena memakan kotoran yang terkontaminasi ovum Toxocara. Telur yang termakan membentuk larva yang menembus mukosa usus dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik, dan akhirnya sampai di mata. Tanda dan gejala larva Toxocara diam di retina dan mati, menimbulkan reaksi radang hebat dan pembentukan antibodi Toxocara setempat. Keluhan berupa penglihatan kabur, atau pupil keputihan. Terdapat tiga presentasi klinik, yaitu endoftalmitis, granuloma posterior lokal, dan granuloma posterior perifer dengan uveitis intermediate.

2.3.4 Virus Manifestasi okuler pada infeksi HIV adalah bintik ”cotton wool”, peradarahan retina, sarcoma Kaposi pada permukaan mata dan adneksa, dan kelainan neurooftalmologik pada penyakit intrakranial. Selain itu sering terkena infeksi oportunistik. Retinopati sitomegalovirus adalah penyakit yang membutakan dan merupakan infeksi okuler paling umum. 2.4 DIAGNOSIS Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis Pada umumnya pasien datang dengan keluhan demam, sakit kepala dan kadang –kadang muntah, rasa nyeri , mata merah, kelopak mata bengkak atau edem, serta terdapat penurunan tajam penglihatan.

8

2. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan, ditemukan congesti conjungtiva dengan injeksi ciliar hebat. Chemosis conjungtiva selalu ada dan kornea tampak keruh. Kamera oculi anterior sering menunjungkan pembentukan hypopion. Pupil mengecil dan menetap. Sebuah reflek berwarna kuning terlihat pada pupil dengan illuminasi oblique. Hal ini juga dapat terlihat pada eksudasi purulen dalam vitreus humor. Terjadi peningkatan intra okuler. Proptosis derajat sedang serta gerakan bola mata terbatas disebabkan peradangan pada kapsul Tenon’s (Tenonitis).

3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp, sedangkan kausanya atau penyebabnya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskpik dan kultur. Diagnosis laboratorium panoftalmitis secara integral berkaitan dengan terapinya. Biasanya cairan badan kaca (corpus vitreum) diambil untuk contoh pada waktu dikerjakan debridemen rongga badan kaca (vitrekomi). 2.6 PENATALAKSANAAN Pada tahap awal, tepi luka, baik itu luka karena operasi atau kecelakaan, harus di cauterisasi dengan asam carbolic murni. Pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi lokal dan sistemik harus segera dimulai, seperti Vancomycin dan obatobat sulfa, misalnya Trimethoprim-sulfamethoxazole. Deksametason Na fosfat 1 mg, neomisina 3,5 mg, polimiksina B sulfat 6000 UI (kandungan tiap ml tetes mata

atau

g

salep

mata).

Jika peradangan terjadi pada segmen anterior bola mata, pengobatan yang intensif dengan kompres hangat, atropin lokal dan sulfonamide sistemik serta antibiotik sebaiknya

diperiksa

kemajuannya.

Jika

penyebabnya

jamur

diberikan

amfotererisin B150 mikrogram sub konjungtiva, flusitosin, ketokonazol secara sistemik,

dan

9

vitrektomi.

Penyebab parasit (toxoplasma) diberikan pyrimetamine, 25 mg peroral per hari, sulfadiazine, 0,5 g per oral empat kali sehari selama 4 minggu. Selain itu mg kalsium leukovorin per oral dua kali seminggu, dan urin harus tetap dijaga agar tetap alkalis dengan minum satu sendok teh natrium bikarbonat setiap hari. Alternatif lain clindamicyn, 300 mg per oral empat kali sehari, dengan trisulfapyrimidine, 0,5-1 g peroral empat kali sehari. Antibiotik lain spiramycin dan minocycline. Toksokakariasis okuler pengobatan dengan kortikosteroid secara sistemik

atau

periokuler

bila

ada

tanda

reaksi

radang

intra

okuler,

dipertimbangkan vitrektomi pada pasien dengan fibrosis vitreus nyata. Sedangkan bila penyebabnya virus dapat diberikan sulfasetamid dan antivirus (IDU). Apabila mata sudah tidak dapat diselamatkan lagi harus segera dilakukan

eviserasi.

Eviserasi Adalah suatu tindakan operasi dimana isi bola mata dikeluarkan dan scleral cup disingkirkan. Hal ini biasanya dilakukan pada kasus supurati intra-ocular (panoftalmitis), perdarahan anterior staphyloma dan trauma penetrans pada bola mata dengan keluarnya isi bola mata.

Anastesi Anastesi umum dianjurkan pada anak-anak. Sedangkan pada orang dewasa operasi dapat dilakukan dengan anastesi lokal dengan transquilizer sistemik. Infiltrasi 4 ml, 2 % larutan lignocaine hydrochlor ke dalam jaringan retrobulber akan mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri pada saat operasi. Infiltrasi subkonjungtiva pada anastesi disekeliling kornea membantu memisahkan conjungtiva

dari

bola

mata

dengan

mudah.

Tindakan Operasi Kulit kelopak mata disterilkan dengan larutan savlon dan conjungtiva diirigasi dengan larutan garam fisiologis. Dan pada umumnya eye spekulum disisipkan untuk membuka kelopak mata. Kemudian dilakukan irisan circum-corneal pada 10

conjungtiva bulbi yang mengelilingi limbus. Conjungtiva bulbi dengan kapsul Tenon’s dipisahkan dari bola mata ke fornik. Lalu dibuat irisan sirkuler pada sclero-cornea dan kornea terpisah. Pada bagian tepi scleral cup kemudian di geser dengan forsep arteri dan isi bola mata dikeluarkan dengan scoop. Hati-hati pada saat proses mengeluarkan semua jaringan uvea dari dalam permukaan scleral cup, karena bagian portio pada sclera mungkin saja terkena.

Untuk memastikan agar tekanan tetap seimbang maka kelopak mata ditutup dengan memasangan perban. Setelah Operasi Pemakaian pertama kali sebaiknya setelah 48 jam dan , setiap 24 jam selama 7 hari. Pasien sebaiknya meninggalkan rumah sakit pada hari ke-7. Mata buatan mungkin akan menyesuaikan setelah 3-4 minggu.

2.6 PROGNOSIS Prognosis untuk mata yang terinfeksi oleh staphylococcus epidermidis keadaannya lebih baik, tetapi jika infeksinya karena Pseudomonas atau spesies gram negatif lainnya prognosisnya tetap suram. Prognosis panoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit.

11

BAB III KESIMPULAN



Panoftalmitis ialah peradangan pada seluruh bola mata yang juga termasuk sklera dan kapsul Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses.



Infeksi yang masuk kedalam bola mata dapat melalui peredaran darah (secara endogen) atau perforasi dari bola mata (secara eksogen), dan dapat pula merupakan akibat tukak kornea perforasi.



Disebabkan terutama oleh golongan bakteri dan diikuti jamur, parasit, dan virus.



Diagnosis panoftalmitis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S., Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006 : 177-178. 2. James, Bruce, dkk, Lecture Notes Oftalmologi, Edisi 9, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006. 3. Ilyas, S., Atlas Ilmu Penyakit Mata, Sagung Seto, Jakarta, 2001: 53. 4. Vaugh, Daniel G., Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika, Jakarta, 2000: 155-165. 5. Radjamin, Tamin, R.K., dkk, Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press, Surabaya, 1998: 85-92.

13

Related Documents

Referat
May 2020 53
Referat Skizoid.docx
April 2020 17
Referat Carotid.docx
November 2019 20
Referat Faringitis.pptx
December 2019 28
Referat Cont.docx
December 2019 26
Referat Hnp.docx
June 2020 17

More Documents from "Nalda Nalda"

Referat Panoftalmitis.docx
November 2019 31
Referat Mata Fix.docx
November 2019 16
Proporsi Jurnal.docx
June 2020 7
Mass Wedding Doc
October 2019 17