Referat Omsk.docx

  • Uploaded by: Amin Muhammad
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Omsk.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,022
  • Pages: 24
REFERAT OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

Disusun oleh : Muhammad Amin I4061172062

Pembimbing: dr. Muslim M. Amin, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT RUMAH SAKIT ABDUL AZIZ SINGKAWANG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

LEMBAR PENGESAHAN REFERAT

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Disusun Oleh : Muhammad Amin I4061172062

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Departemen Ilmu Kesehatan THT RSUD Abdul Aziz

Telah disetujui oleh pembimbing :

dr. Muslim M.Amin, Sp. THT-KL

2

BAB I PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan keadaan inflamasi kronik pada telinga tengah. Seseorang dengan OMSK biasanya memunyai riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) melalu membran timpani. Menurut WHO, apabila keluarnya sekret sudah 2 miggu, pasien tersebut dapat dikatakan OMSK, namun menurut otolaringologis diagnosa dari OMSK dapat dicurigai bila ditemukan otorea kurang lebih selama 2 bulan. Penyakit ini biasanya dimulai dari masa kanak-kanak sebagai perforasi membran timpani secara spontan akibat adanya infeksi akut pada telinga tengah.1 Penyakit OMSK cukup sering ditemukan, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang. Secara global, WHO menyatakan bahwa penderita OMSK berkisar antara 65-330 juta orang dan ditemukan setidaknya 31 juta kasus baru pertahunnya. Prevalensi OMSK di Indonesia sendiri, Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia dengan keluhan utama berupa telinga berair, nyeri telinga, terganggunya pendengaran dan vertigo.2 Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi dan tergantung dari penyebab. Akan tetapi, pasien seringnya tidak datang kontrol kembali apabila tidak terjadi keluhan, sehingga tingkat kesembuhan dari OMSK harus bergantung pada proses pembedahan. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun hasilnya tidak sempurna.3

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) tersebut lebih dari 2 bulan. Baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.4 Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik mukosa telinga tengah dan kavum mastoid dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya cairan dari liang telinga (otore) lebih dari dua bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.5 2.2 Klasifikasi OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu : a. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen. Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek. Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:6 1. Fase aktif Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi

4

dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior. 2. Fase tidak aktif / fase tenang Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

Gambar 2.1 OMSK tipe tubotimpanik

Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani : a. Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis b. Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis c. Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang terkontaminasi d.

Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia

e. Otitis media supuratif akut yang berulang 5

b. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:7 a. Kongenital Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital adalah: a) Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh. - Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan. Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

Gambar 2.2 Kolesteatom Kongenital b) Didapat Kolesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu kantong retraksi. Jika telah terbentuk adhesi antara permukaan bawah kantong retraksi dengan komponen telinga tengah, kantong tersebut sulit untuk 6

mengalami perbaikan bahkan jika ventilasi telinga tengah kembali normal. Area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars tensa membrane timpani. Epitel skuamosa pada membrane timpani normalnya membuang lapisan sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk kantong retraksi dan proses pembersihan ini gagal, debris keratin akan terkumpul dan pada akhirnya membentuk kolesteatoma. Pengeluaran epitel melalui leher kantong yang sempit menjadi sangat sulit dan lesi tersebut membesar. Membran timpani tidak mengalami ‘perforasi’ dalam arti kata yang sebenarnya : lubang yang terlihat sangat kecil, merupakan suatu lubang sempit yang tampak seperti suatu kantong retraksi yang berbentuk seperti botol, botol itu sendiri penuh dengan debris epitel yang menyerupai lilin. Teori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bahwa metaplasia skuamosa pada mukosa telinga tengah terjadi sebagai respon terhadap infeksi kronik atau adanya suatu pertumbuhan ke dalam dari epitel skuamosa di sekitar pinggir perforasi, terutama pada perforasi marginal.8 Destruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma didapat, yang dapat terjadi akibat aktivitas enzimatik pada lapisan subepitel. Granuloma kolesterol tidak memiliki hubungan dengan kolesteatoma, meskipun namanya hampir mirip dan kedua kondisi ini dapat terjadi secara bersamaan pada telinga tengah atau mastoid.Granuloma kolesterol, disebabkan oleh adanya kristal kolesterol dari eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. Kristal ini menyebabkan reaksi benda asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan granulomatosa.

7

Gambar 2.3 Kolesteatom Didapat 2.3 Letak Perforasi Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/ jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars flaksida.JenisJenis Perforasi dapat dibagi menjadi:3 a. Perforasi sentral Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan posterosuperior, kadang-kadang sub total.

Gambar 2.4: Perforasi sentral

8

b. Perforasi marginal Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

Gambar 2.5: Perforasi marginal

c. Perforasi atik Terjadi

pada

pars

flasida,

berhubungan

dengan

primary

acquired

cholesteatoma.

Gambar 2.6: Perforasi atik

9

2.4 Epidemiologi Insidensi OMSK, biasanya berkembang pada tahun pertama kehidupan namun tidak menutup kemungkinan juga muncul diusia dewasa. Penyakit ini mengenai 65-330 juta orang diseluruh dunia. Perkiraan bahwa tiap tahunnya terdapat 31 juta kasus OMSK baru pertahunnya dan 22,6% merupakan anak-anak dibawah usia 5 tahun.2 Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang. Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.9 2.5 Etiologi Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.10 Penyebab OMSK antara lain: 1. Lingkungan

10

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat. 2. Genetik Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder. 3. Otitis media sebelumnya. Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis 4. Infeksi Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya. 5. Infeksi saluran nafas atas Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri. 6. Autoimun Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media kronis. 7. Alergi

11

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi.Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksintoksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya. 8. Gangguan fungsi tuba eustachius Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.10 2.6 Patogenesis Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media).9 Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.9 Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah

12

permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.9 Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya selsel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana.9 2.7 Gejala Klinis 1. Telinga Berair (Otorrhea) Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis7. 2. Gangguan Pendengaran Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.7 3. Otalgia (Nyeri Telinga) Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, 13

terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.9 4. Vertigo Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum4. Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna4 : 1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular 2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani. 3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom) 4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom. 2.8 Pemeriksaan Penunjang Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut4,9 : Pemeriksaan Audiometri Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas4 Derajat ketulian nilai ambang pendengaran 

Normal : -10 dB sampai 26 dB



Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB



Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB



Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

14



Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB



Tuli total : lebih dari 90 dB.

Pemeriksaan Radiologi. 1. Proyeksi Schuller Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen3. 2. Proyeksi Mayer atau Owen, Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur3. 3. Proyeksi Stenver Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat4 4. Proyeksi Chause III Memberi

gambaran

atik

secara

longitudinal

sehingga

dapat

memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom4.

2.9 Penatalaksanaan Terapi OMSK memerlukan waktu lama dan harus berulang. Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Bila didiagnosis kolesteatoma, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, dimana pengobatanannya dibagi atas: 

Konservatif 15



Pembedahan

A. OMSK Benigna Tenang Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas

memungkinkan

sebaiknya

dilakukan

operasi

rekonstruksi

(miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran. B. OMSK Benigna Aktif Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah : 1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme. Pembersihan kavum timpani dengan menggunakan cairan pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Garam faal agar lingkungan bersifat asam sehingga merupakan media yang buruk untuk pertumbuhan kuman. 2. Pemberian antibiotika : a. antibiotika/antimikroba topikal Setelah sekret berkurang, terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid, hal ini dikarenakan biasanya ada gangguan vaskularisasi ditelinga tengah sehingga antibiotika oral sulit mencapai sasaran optimal. Cara pemilihan antibiotika yang paling baik adalah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Preparat antibiotika topikal untuk infeksi telinga tersedia dalam bentuk tetes telinga dan mengandung antibiotika tunggal atau kombinasi, jika perlu ditambahkan kortikosteroid untuk mengatasi manifestasi alergi lokal. Obat tetes yang dijual di pasaran saat ini 16

banyak mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu, jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1-2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. b. antibiotika sistemik Secara oral, dapat diberikan antibiotika golongan ampisilin atau eritromisin sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin-asam klavulanat. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret. Terapi antibiotika sistemik yang dianjurkan pada OMSK adalah: 1. Pseudomonas: aminogliosida + karbenisilin 2. P. Mirabilis: ampisilin atau sefalosporin 3. P.morganii, P.vulgaris : aminoglikosida +karbenisilin 4. Klebsiella: sefalosporin atau aminoglikosida 5. E.coli: ampisilin atau sefalosporin 6. S.aureus antis-stafilikokus: penisiln, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida 7.

Streptokokus:

penisilin,

sefalosforin,

ertiromisin,

sminoglikosida 8.

B. Fragilis: klindamisin. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dengan sekret

yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Dianjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam dan merupakan media yang burukuntuk tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap pada telinga tengah dan kavum 17

mastoid. Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik adalah dengan berdasarkan kulturkuman penyebab dan uji resistensi. C. Jenis pembedahan OMSK Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis baik tipe aman atau bahaya, antara lain:9 1. Mastoidektomi sederhana (Simple Mastoidectomy). Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruangan mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.9 2. Mastoidektomi Radikal Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolesteotoma yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum tympani dibersihkan dari semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak di perbaiki. Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus dating dengan teratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien. Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatoplast yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus telinga luar menjadi lebar. 3. Mastoidektomi radikal dengan Modifikasi 4. Miringoplasti. 5. Timpanoplasti 18

Timpanoplasti adalah prosedur menghilangkan proses patologik didalam telinga tengah dan diikuti rekontruksi system konduksi suara pada telinga tengah. Timpanoplasti diajukan pertama kali oleh Wullstein tahun 1953 yang kemudian membagi timpanoplasti menjadi V tipe pada tahun 1956. Tujuan dari timpanoplasti itu sendiri ialah mengembalikan fungsi telinga tengah , mencegah infeksi berulang dan memperbaiki pendengaran. Tujuan lainnya membersihkan

semua

jaringan patolgis dimana anatomi dari meatus eksternus termasuk sulkus timpani utuh. Kavum mastoid dibuka untuk menghindari system aerasi yang tertutup. Aerasi dapat diperoleh dengan membersihkan penyumbatan antara kavum tympani, antrum, dan system sel mastoid. Indikasi timpanoplasti dilakukan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bias ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Pada operasi ini selain rekontruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Sebelum rekontruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis.1 Tipe-tpe Timpanoplasti a. Tipe I: Disebut juga miringoplasti. Operasi ini merupakan timpanoplasti yang paling ringan, dengan melakukan rekontruksi hanya pada membrane tympani dan cangkokan bersandar pada maleus.

Indikasi operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman

yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi yang menetap. Pada tipe I ini seharusnya dapat memulihkan pendengaran konduktif sampai normal atau hampir normal. b. Tipe II sampai tipe V dilakukan rekontruksi membran timpani dan rekontruksi tulang pendengaran.

19

. Gambar 2.7 Algoritma tatalaksana OMSK

20

Gambar 2.7 Algoritma talaksana OMSK 2.10 Komplikasi Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otorea. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom. Adam dkk mengemukakan klasifikasi sebagai berikut:4 i.

Komplikasi di telinga tengah yaitu perforasi persisten, erosi tulang pendengaran dan paralisis nervus fasial.

ii.

Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin, labirinitis supuratif dan tuli saraf (sensorineural).

iii.

Komplikasi ekstradural yaitu abses ekstradural, trombosis sinus lateralis dan petrositis. 21

iv.

Komplikasi ke susunan saraf pusatyaitu meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis.

Sauza dkk membagi komplikasi otitis media menjadi:4 i. Komplikasi Intratemporal Komplikasi di telinga tengah a. paresis nervus fasialis b. Kerusakan tulang pendengaran c. Perforasi membran timpani Komplikasi ke rongga mastoid a. Petrositis b. Mastoiditis koalesen Komplikasi ke telinga dalam a. Labirintis b. Tuli saraf/sensorineural ii. Komplikasi ekstratemporal -

Komplikasi intrakranial a. Abses ekstradura b. Abses subdura c. Abses otak d. Meningitis e. Tromboflebitis sinus lateralis f. Hidrosefalus otikus

- Komplikasi ekstrakaranial a. Abses retroaurikular b. Abses Bezold’s c. Abses zigomatikus Selain

komplikasi-komplikasi

tersebut,

dapat

juga

terjadi

komplikasi

padaperubahan tingkah laku.

22

BAB III KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Otitis media akut dapat menjadi otitis media supuratif kronik apabila terapi terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk. Otitis media supuratif kronik mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian.

23

DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. Chronic Suppurative Otitis Media, Burden of Illness and Management Options. 2004. 2. Mittal R, Lisi V C, Gerring R, Mittal J, Mathee K, Narasimhan G, et al. Current concepts in the pathogenesis and treatment of chornic suppurative otitis media. Journal Of Medical Microbiology. 2015. 3. Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotik Topikal Pada Otitis Media Supuratif Kronik Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran. 2001. 4. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Keseharan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2012. 5. Aboet A. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap : Radang Telinga Tengah Menahun. Medan : Universitas Sumatera Utara; 2007. 6. Berman S.

Otitis media

in developing countries. Pediatrics. July 2006.

Available from URL: http://www.pediatrics.org 7. Thapa N, Shirastav RP. Intrakranial complication of chronic suppuratif otitis media, attico-antral type: experience at TUTH. J Neuroscience. 2004 8. Couzos S, Lea T, Mueller R, Murray R, Culbong M. Effectiveness of ototopical antibiotics for chronic suppurative otitis media in Aboriginal children: a community-based, multicentre, double-blind randomised controlled trial. Medical Journal of Australia. 2003. 9. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001 10. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap beberapa antibiotika di bagian THT. Bagian Penerbit Library USU. 2003.

24

Related Documents

Referat
May 2020 53
Referat Skizoid.docx
April 2020 17
Referat Carotid.docx
November 2019 20
Referat Faringitis.pptx
December 2019 28
Referat Cont.docx
December 2019 26
Referat Hnp.docx
June 2020 17

More Documents from "Nalda Nalda"

Laporan Kasus
June 2020 53
Referat Omsk.docx
December 2019 34
Chapter 2.en.id.docx
November 2019 30