Referat Kematian Mendadak Terbaru.docx

  • Uploaded by: sir.
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Kematian Mendadak Terbaru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,147
  • Pages: 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematian Mendadak 1. Definisi Kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga, dan kematian yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada bersamaan pada suatu kasus (Rahmawati, 2010). Terminologi kematian mendadak sendiri dibatasi pada suatu kematian alamiah yang terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan kematian mendadak dengan terminologi Sudden Natural Unexpected Death. Kematian alamiah disini berarti kematian hanya disebabkan oleh penyakit dan bukan akibat trauma atau racun (Rorora, 2014). Bila suatu kasus kematian menimbulkan kecurigaan bagi penyidik, penyidik berhak meminta bantuan dokter untuk mencari penyebab kematiannya melalui otopsi berdasarkan KUHAP Pasal 133, 134, dan 135. 2. Epidemiologi Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak. Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum menyerang laki-laki lebih sering dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum menopause, dan menjadi 1:1 setelah perempuan menopause. Di Indonesia seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995).

3. Klasifikasi Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah yang terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak (Sudden Natural Unexpected Death). Kematian alamiah ini dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: a. Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana faktor fisik dan emosi mungkin memainkan peran, juga dapat terjadi saat aktifitas fisik, dimana cara mati dapat lebih mudah diterangkan atau kematian tersebut terjadi selama perawatan/pengobatan yang dilakukan oleh dokter (attendaned physician). b. Keadaan dimana mayat ditemukan dalam keadaan yang lebih mencurigakan seringnya diakibatkan TKP nya atau pada saat orang tersebut meninggal tidak dalam perawatan/pengobatan dokter (unattendaned physician), terdapat kemungkinan hadirnya saksi-saksi yang mungkin ikut bertanggungjawab terhadap terjadinya kematian. 4. Etiologi Penyebab mati mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh, yaitu sistem susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem haemopoietik, dan sistem endokrin. Dari sistem-sistem tersebut, yang paling banyak menjadi penyebab kematian adalah sistem kardiovaskuler, dalam hal ini penyakit jantung (Rahmawati, 2010). Menurut sistem tubuh, lesi yang menyebabkan kematian mendadak dapat dibagi atas: penyakit jantung dan pembuluh darah (penyumbatan arteri koroner, trombosis koroner, hipertensi, stenosis aorta, penyakit miokard, aneurisma sifilis), penyakit sistem respirasi (epiglottis), penyakit pada otak dan lesi intrakranial lain (ruptur aneurisma berry, perdarahan serebral, meningitis), penyakit sistem gastrointestinal, penyakit sistem urogenital, lain-lain (asthma dan epilepsi) (Bhaskara et.al, 2014). Selain itu juga dapat disebabkan karena keracunan dan trauma

meliputi trauma pada otak, leher, dada, panggul. a. Sistem kardiovaskular

Sudden Cardiac Death adalah kematian tidak terduga karena penyakit jantung, yang didahului dengan gejala maupun tanpa gejala yang terjadi 1 jam sebelumnya. 1) Penyakit jantung iskemik 2) Infark miokard 3) Penyakit katup jantung 4) Miokarditis 5) Aneurisma 6) Kardiomiopati alkoholik 7) Tamponade cordis b. Sistem respirasi Kematian biasanya melalui mekanisme perdarahan, asfiksia, dan atau pneumothorax. 1) Perdarahan saluran napas 2) Bronkiektasis 3) Abses paru 4) Pneumothorax 5) Tuberkulosa paru 6) Obstruksi saluran napas 7) Asma bronkial 8) Karsinoma bronkogenik c. Sistem pencernaan 1) Penyakit pada esophagus dan lambung 2) Penyakit pada usus halus, usus besar, pankreas 3) Penyakit pada hati d. Sistem hematopoietik 1) Ruptur limpa 2) Megaloblastik anemia e. Sistem saraf pusat 1) Perdarahan subarachnoid dan intraserebral 2) Stroke

3) Malaria 4) Meningitis (Rahmawati, 2010) Menurut hasil penelitian kasus kematian mendadak yang penyebabnya penyakit pembuluh darah koroner merupakan penyebab kematian terbanyak. Hal ini dikarenakan peran berbagai faktor yang diduga ikut berpengaruh dalam meningkatnya kasus kematian mendadak. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat, yaitu kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji yang berprotein tinggi dan berlemak, tanpa diiringi dengan konsumsi makanan berserat. Perubahan tersebut berdampak dengan terjadinya peningkatan penyakit pada pembuluh darah yaitu aterosklerosis (Bhaskara et.al, 2014). Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum menyerang laki-laki lebih sering dibanding perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum menopause, dan menjadi 1:1 setelah perempuan menopause. Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995) (Bhaskara et.al, 2014). Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% per tahun pada kasus gagal jantung ringan, yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Dari semua kasus kematian mendadak, sekitar 45% disebabkan oleh patologi pada sistem kardiovaskular, 20% sistem respiratori, 15% sistem saraf pusat, 6% sistem pencernaan, 4% sistem saluran kemih dan genital, dan 10% penyebab lainnya (Bhaskara et.al, 2014). B. Aspek Medikolegal Pada Kematian Mendadak Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu tindakan atau usaha agar tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui baik oleh keluarga, masyarakat dan yang pasti adalah pihak penyiidik (polisi), salah satu modus operandus yang bisa dilakukan adalah dengan cara membawa jenazah tersebut ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau meninggal di perjalanan ketika menuju ke rumah sakit (Death on Arrival) dimana sebelumnya

korban mengalami serangan suatu penyakit (natural sudden death) (Budiyanto dan Widiatmika, 1997). Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang profesional yang mempunyai kewenangan untuk memberikan surat keterangan kematian harus bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan menandatangani surat kematian pada kasus kematian mendadak (sudden death) karena dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan yang dokter lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan menandatangani surat kematian tersebut dapat terkena sangsi hukuman pidana (Budiyanto dan Widiatmika, 1997; Dahlan dan Sofwan, 2008). Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu: 1. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan yang signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan kematian? 2. Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang mengarah pada keracunan? 3. Apakah korban merupakan pasien (contoh: penyakit jantung koroner) yang rutin datang berobat ke tempat praktek atau poliklinik di rumah sakit? 4. Apakah korban mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan penyakit tersering penyebab natural sudden death? Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian yang tidak wajar berdasarkan kriteria tersebut, maka dokter yang bersangkutan harus melaporkan kematian tersebut kepada penyidik (polisi) dan tidak mengeluarkan surat kematian (Budiyanto dan Widiatmika, 1997; Dahlan dan Sofwan, 2008).

DAFTAR PUSTAKA Budiyanto. A, Widiatmika.W,. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Dahlan, Sofwan. 2008. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang. Dione S. M. Bhaskara ,Johannis F. Mallo ,Djemi Tomuka (2014). Hasil Autopsi Sebab Kematian Mendadak Tak Terduga Di Bagian Forensik BLU RSUP. PROF. DR. R. D. Kandau Manado Tahun 2010-2012. Jurnal E-Clinic (ECL). Vol 2. No 1. Rahmawati, M. L. A. (2010). Hubungan antara usia dengan prevalensi dugaan Mati mendadak (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret). Rorora, J. D., Tomuka, D., & Siwu, J. (2014). Temuan otopsi pada kematian mendadak akibat penyakit jantung di BLU RSU Prof. DR. RD Kandou Manado periode 2007-2011. e-CliniC, 2(3).

Related Documents

Kematian
June 2020 35
Selamatan Kematian
October 2019 28
Hikmah Kematian
June 2020 35
Koping Kematian
June 2020 20
Lonceng Kematian
April 2020 21

More Documents from "brigitta cullen"