REFERAT HIDROKEL DAN ASPEK RADIOLOGISNYA
Pembimbing: dr. Herman Widjaja Hadiprodjo, Sp.Rad
Oleh: Irnanto Fardik Kinanda 406172086
KEPANITERAAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT ROYAL TARUMA PERIODE 11 MARET 2019 – 14 APRIL 2019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Irnanto Fardik Kinanda
NIM
: 406172086
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
: Tarumanagara
Tingkat
: Program Studi Profesi Dokter (PSPD)
Bagian
: Radiologi
Periode
: 11 Maret 2019 – 14 April 2019.
Pembimbing
: dr. Herman Widjaja hadiprodjo, Sp.Rad
Diajukan
: Maret 2019
Telah diperiksa dan disahkan tanggal ………………………………………….
Jakarta,
dr. Herman Widjaja hadiprodjo, Sp.Ra
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2 2.1 Definisi ..................................................................................................... 2 2.2 Epidemiologi ............................................................................................ 2 2.3 Etiologi ..................................................................................................... 2 2.4 Patofisiologi .............................................................................................. 4 2.5 Gambaran Klinis ...................................................................................... 6 2.6 Pemeriksaan Fisik ..................................................................................... 7 2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 7 2.8 Diagnosa Banding .................................................................................. 14 2.9 Tatalaksana ............................................................................................. 17 2.10. Prognosis ............................................................................................ 17 BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
BAB I PENDAHULUAN Hidrokel testis adalah keadaan patologis karena akumulasi cairan serosa di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis yang berbatas tegas. Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. Pada bayi hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu , testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya
sehingga
terisi cairan
yang
mengelilingi testis tersebut. Pada orang dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Radang yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau orchitis (radang testis), bisa juga disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor testis. Pemeriksaan penunjang bisa dilakukan dengan pemeriksaan transiluminasi ini merupakan langkah diagnostik yang
paling
penting
sekiranya
menemukan
massa
skrotum
kemudian
ultrasonografi. USG membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya tumor. Portabilitas, keamanan, biaya rendah dan efisiensi, bersama dengan kemampuan untuk secara akurat menentukan patologi dengan cepat, telah membuat ultrasound modalitas pencitraan utama untuk evaluasi skrotum, testis dan struktur paratesticular. Faktor-faktor ini membuat diagnosis dan pengobatan menjadi tepat waktu.
Universitas Tarumanagara
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Hidrokel testis adalah keadaan patologis karena akumulasi cairan serosa di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis yang berbatas tegas dan terjadi ketika produksi cairan meningkat atau resorpsi menurun. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya (1,2)
.
2.2. Epidemiologi Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan, dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral. Insidensi PPPVP bila procesus vaginalis tidak tertutup, dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei menurun seiring dengan bertambahnya umur. Pada neonates, 80%-94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram dibandingkan dengan bayi aterm (3) .
2.3. Etiologi Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi Universitas Tarumanagara
2
cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu: 1. Hidrokel primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi. 2. Hidrokel sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika. Berdasarkan kejadian: 1. Hidrokel akut Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf. 2. Hidrokel kronis Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang menyebabkan nyeri.
Universitas Tarumanagara
3
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu 1. Hidrokel testis. Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. 2. Hidrokel funikulus. Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari. 3. Hidrokel Komunikan Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen (1) (2)
.
2.4. Patofisiologi Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan demikian cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum. Pada kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Ujung bawah kantong ini mengelilingi testis dan disebut tunika vaginalis. Apabila terjadi atrofi pada ujung proksimal dan tengah sehingga bagian distal yang mengelilingi testis tetap terbuka, maka terjadi hidrokel testikularis. Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus, juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada Universitas Tarumanagara
4
undesensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang prosesus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur semalaman. Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis. Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga tunika vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi dalam sistem limfatik (1,4).
Gambar 1. Patogenesis Hidrokel
Universitas Tarumanagara
5
Gambar 2. Jenis-Jenis Hidrokel
2.5. Gambaran Klinis Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara
klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2)
hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel. Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen (2,5). Universitas Tarumanagara
6
2.6. Pemeriksaan Fisik Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia. Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan. Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan hernia (6) (3).
Gambar 3. Tes Transiluminasi
2.7. Pemeriksaan Penunjang 1. Transiluminasi Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, Universitas Tarumanagara
7
darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel .
2. Ultrasonografi Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya tumor. Portabilitas, keamanan, biaya rendah dan efisiensi, bersama dengan kemampuan untuk secara akurat menentukan patologi dengan cepat, telah membuat ultrasound modalitas pencitraan utama untuk evaluasi skrotum, testis dan struktur paratesticular. Faktor-faktor ini membuat diagnosis dan pengobatan menjadi tepat waktu. USG skrotum sangat membantu ketika pemeriksaan fisik tidak meyakinkan. Pencitraan mendetail ultrasonografi sering merupakan komponen penting dari diagnosis berbagai gejala termasuk nyeri skrotum atau trauma, infertilitas dan temuan abnormal pada pemeriksaan fisik (7). Berikut adalah gambaran normal testis dan gambaran abnormalitas testis dengan hidrokel. a. Gambaran testis normal
Gambar 4. Sonographer melakukan pandangan longitudinal testis. Universitas Tarumanagara
8
Cara menempatkan tranduser pada pemeriksaan USG skrotum. Perhatikan penggunaan jari kelima pada paha pasien untuk membantu menstabilkan transduser dan meminimalkan pergerakan testis dalam skrotum.
Gambar 5. Sonografer memposisikan transduser untuk tampilan transversal dari testis.
Perhatikan lagi, penggunaan jari kelima pada paha pasien untuk membantu menstabilkan transduser dan meminimalkan pergerakan testis dalam skrotum
Gambar 6. Skema pandangan dari USG skrotum longitudinal
Universitas Tarumanagara
9
Gambar 7. Skema pandangan ultrasound skrotum transversal seperti yang terlihat pada layar ultrasound dengan testis kanan pada testis kiri dan kiri di sebelah kanan. Posisi relatif setiap epididimis juga ditunjukkan. Gambar diatas adalah skema gambaran posisi testis dari pandangannya secara longitudinal pada USG (gambar 6). Serta gambaran skematis pada layar USG untuk melihat testis kanan dan kiri berikut juga dengan epididimis dalam posisi transversal(gambar 7).
Gambar 8. Gray sisi-sisi tampilan kedua testis di satu gambar. Gambar ini penting untuk mengkonfirmasi keberadaan dua testis (4)
Universitas Tarumanagara
10
Gambar 9. Skala ultrasound abu-abu dalam bidang melintang dan memanjang yang digunakan untuk mengukur volume testis. b. Gambaran abnormal testis dengan hidrokel. Hidrokel adalah penyebab paling umum dari pembengkakan scrotal tanpa rasa sakit. Hidrokel adalah kumpulan cairan serosa antara lapisan parietal dan visceral dari tunika vagina. Tunica vaginalis adalah kantung mesothelium yang terbentuk dari penutupan bagian superior dari prosesus vaginalis. Struktur fasia ini biasanya menutupi seluruh testis kecuali batas posterior. Ini memiliki lapisan visceral dan lapisan parietal luar yang melapisi fasia spermatika internal dinding skrotum. Hidrokel dapat menjadi bawaan atau diperoleh. Hidrokel bawaan atau hidrokel yang
berkomunikasi
terjadi
ketika
prosesus
vaginalis
memungkinkan cairan berpindah dari ruang peritoneum ke dalam skrotum . Hidrokel yang didapat mungkin idiopatik dengan penyebab tidak teridentifikasi. Insiden hidrokel adalah sekitar 1% dari pria dewasa. Hidrokel biasanya anechoic pada ultrasonografi. Mereka mungkin mengandung kristal kolesterol echogenic
(5)
. Kehadiran septations sering dikaitkan dengan
infeksi, trauma, atau penyakit metastasis. Hidrokel dapat berkembang sekunder karena obstruksi vena atau limfatik yang disebabkan oleh infeksi, trauma, torsi, atau tumor. Sekitar 10% tumor testis disertai dengan hidrokel; kecurigaan klinis Universitas Tarumanagara
11
meningkat dengan onset hidrokel yang baru pada pria berusia 30 atau
40
tahun.
USG
skrotum
sangat
penting
untuk
menyingkirkan patologi testis pada pasien ini. Testis sering di posterior tergeser oleh hidrokel. Hidrokel besar memberi efek tekanan yang dapat membahayakan aliran darah di dalam testis. Resistensi vaskular di arteri intratesticular meningkat, dan warna USG Doppler dapat menunjukkan peningkatan kaliber arteri kapsuler. Cairan aspirasi dan eksisi bedah kantung hidrokel telah terbukti mengembalikan aliran darah normal ke testis (4) .
Gambar 10. Skala ultra-suara abu-abu yang menunjukkan hydrokel kiri (H)
Universitas Tarumanagara
12
Gambar 11. Hidrokel pada laki-laki berusia 28 tahun dengan pembengkakan skrotum. Ultrasonogram transversus skrotum menunjukkan pengumpulan cairan anechoic di sekitar testis (tanda bintang).
Universitas Tarumanagara
13
Gambar 12. a, b. Hydrocele. Gambar Doppler AS (a, b) dari seorang pria 45 tahun dengan hidrokel kanan. Pulsed Doppler US image dari testis sebelum hidrokelektomi (a) menunjukkan nilai indeks resistif (RI) 0,74. Pulsed Doppler US dari testis yang sama 4 bulan setelah hidrokelektomi (b) menampilkan penurunan RI (0,57). Selain itu, volume testis menurun setelah hidrokelektomi (sebelum operasi, 20,7 cm3; pasca operasi, 15,7 cm3). 2.8. Diagnosa Banding Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu diagnosis banding hidrokel adalah : 1. Hernia scrotalis: Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerah testis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia bersifat hilang timbul, sedangkan pada hidrokel, benjolan dapat berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes transiluminasi, hidrokel memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia inguinalis hasil tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan dengan Universitas Tarumanagara
14
penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat terjadi.
2. Varikokel Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Gambaran klinis : Anamnesa : a. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah. b. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri. c. Terasa berat pada testis d. Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava) e. Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam kantung, yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis. Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang, sedangkan pada hidrokel tidak hilang, hanya dapat berkurang tetapi butuh waktu yang lama.
3. Torsio Testis Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan aliran darah daripada testis. Gambaran klinis : Anamnesa : a. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum. b. sakit perut hebat, kadang mual dan muntah. c. nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal. Pemeriksaan Fisik : Inspeksi a. testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi yang sehat. Universitas Tarumanagara
15
b. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah hilangnya reflex kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores atau mencubit paha bagian medial, menyebabkan kontraksi musculus cremaster yang akan mengangkat testis. Refleks kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah atas minimal 0.5 cm. c. Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-3 mm di ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang dikenal
dengan
“blue
dot
sign”.
Prehn’s
sign
negative
mengindikasikan nyeri tidak berkurang dengan pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio testis, merupakan operasi CITO dan harus dikoreksi dalam 6 jam.
4. Hematocele Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh trauma. Gambaran klinik : benjolan pada testis Pemeriksaan Fisik : - Masa kistik -Transiluminasi (-)
5. Tumor testis Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun. Gambaran klinis : Anamnesa : keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri. Terasa berat pada kantong skrotum Pemeriksaan Fisik : Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi (2).
Universitas Tarumanagara
16
2.9.Tatalaksana Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Mayoritas hidrokel pada neonates akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP awal setelah kelahiran. Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur 1 tahun. Berdasarkan fakta tersebut, observasi umumnya dilakukan pada hidrokel pada bayi. 1. Indikasi operasi perbaikan hidrokel : o Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun o Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna o Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah o Adanya infeksi sekunder (sangat jarang) 2. Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. 3. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Plikasi kantong hernia (Lord’s procedure) digunakan untuk hidrokel ukuran kecil sampai medium. Tehnik ini mengurangi resiko terjadiya hematoma. Eversi dan penjahitan kantong hidrokel dibelakang testis (Jaboulay procedure) dihubungkan dengan pengurangan kejadian rekurensi, mengurangi resiko
terjadinya
hematom.
tetapi
tidak
Pada hidrokel funikulus
dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto (1,6)
2.10.
Prognosis Dengan terapi operasi, angka rekurensi adalah kurang dari 1% (2).
Universitas Tarumanagara
17
BAB III KESIMPULAN
Hidrokel testis adalah keadaan patologis karena akumulasi cairan serosa di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis yang berbatas tegas dan terjadi ketika produksi cairan meningkat atau resorpsi menurun. Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Pemeriksaan penunjang dengan Transiluminasi dan Ultrasonografi. Pemeriksaan transiluminasi merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa skrotum. Ultrasonografi modalitas pencitraan utama untuk evaluasi skrotum, testis dan struktur paratesticular. Pencitraan mendetail ultrasonografi sering merupakan komponen penting dari diagnosis berbagai gejala termasuk nyeri skrotum atau trauma, infertilitas dan temuan abnormal pada pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan dengan USG didapatkan pengumpulan cairan anechoic di sekitar testis dan pada USG Doppler dapat menunjukkan peningkatan kaliber arteri kapsuler. Terapi pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal. pada
hidrokel
testis
dewasa
dilakukan
pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel. Dengan terapi operasi, angka rekurensi adalah kurang dari 1%.
Universitas Tarumanagara
18
DAFTAR PUSTAKA 1. SR, Wim DJ. Buku Ajar Ilmu Bedah Jakarta: EGC; 2010. 2. Lasheen A. Hydrocelectomy melalui Penatalaksanaan Inguinal dibandingkan Penatalaksanaan skrotum untuk Hidrokel Idiopatik pada orang dewasa. Journal of the Arab Society for Medical Research. 2012; 7. 3. Kühn AL, Scortegagna E, Nowitzki KM, Kim YH. Ultrasonography of the scrotum in adults. Ultrasonography. 2016; 35. 4. Mihmanlı İ, Kantarcı F. Sonography of scrotal abnormalities in adults. Diagn Interv Radiol. 2009; 15(1). 5. Goldenberg E, Gilbert R. Ultrasound of the Male Genitalia New York: Business Media ; 2015. 6. Daryanto B. PEDOMAN DIAGNOSIS & TERAPI Malang: SMF UROLOGI LABORATORIUM ILMU BEDAH; 2010. 7. Studniarek , Balandowska KS, Modzelewska E. Scrotal imaging. Journal of Ultrasonography. 2015; 15.
Universitas Tarumanagara
19
LAMPIRAN
Universitas Tarumanagara
20
Universitas Tarumanagara
21
Universitas Tarumanagara
22
Universitas Tarumanagara
23
Universitas Tarumanagara
24
Universitas Tarumanagara
25