REFERAT: Pemeriksaan Luka Bakar pada Jenazah Korban Pencekikan yang Dibakar
Latar belakang Rumusan masalah
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG • Luka bakar merupakan salah satu kondisi yang memiliki pengaruh yang katastropik terhadap penderita dalam hal penderitaannya, kehidupan sosialnya. • Di Indonesia, luka bakar telah menjadi penyebab kurang lebih 195.000 kematian tiap tahunnya. • Seorang dokter harus dapat membedakan luka bakar antemortem dan postmortem sehingga bisa didapatkan penyebab kematian yang sebenarnya.
RUMUSAN MASALAH 1. Apa saja klasifikasi luka bakar? 2. Bagaimana cara mengetahui perbedaan luka bakar antemortem dan postmortem? 3. Bagaimana identifikasi pada korban luka bakar?
1. 2. 3. 4.
Keadaan umum Pemeriksaan luar Pemeriksaan dalam Pengakuan pelaku
I. KASUS
1. Keadaan umum • Jasad dibawa ke Rumah Sakit Safdarjung untuk otopsi dengan dugaan kematian karena dibakar. • Wanita dewasa, tubuh dalam keadaan normal, gizi sedang, berkulit putih. Mata tertutup, pupil dilatasi dan terfiksasi. Lebam mayat ditemukan pada punggung dan kaku mayat telah terjadi di seluruh tubuh.
2. Pemeriksaan Luar 1. Luka bakar sampai dalam (deep burns) terdapat pada aspek posterior dari leher melebar ke aspek lateral leher. Luka bakar yang memiliki kedalaman yang sama juga terdapat di antara kedua bahu dan scalp bagian oksipital. Luka bakar permukaan hingga dalam (superficial to deep burns) terdapat pada aspek posterior kedua lengan atas dan aspek lateral dada. Otot dari regio punggung atas, leher belakang, dan regio bahu terlihat dan terbakar sebagian. Warna hitam tampak pada area yang terbakar. Tidak ada eritema, tepi kemerahan, ataupun reaksi vital yang terdapat pada area yang terbakar. 2. Abrasi kemerahan berbentuk bulan sabit berukuran 0,5 cm X 0,1 cm, arah vertikal tepat di atas pertengahan alis kiri. 3. Abrasi kemerahan berbentuk bulan sabit berukuran 0,3 cm X 0,1 cm, arah vertikal paralel dan medial dari injuri nomor 2. 4. Abrasi kemerahan ukuran 2 cm X 1,2 cm, terdapat pada pelipis kiri. 5. Abrasi kemerahan ukuran 2,2 cm X 1 cm, terdapat pada regio leher atas tepat di bawah ramus mandibula, 1,8 cm arah medial angulus mandibularis kanan.
3. Pemeriksaan dalam 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7.
Aspek oksipital dari scalp terbakar secara keseluruhan dan tulang di bawahnya terbakar sebagian (charred). Otak pada regio tersebut terpanggang sebagian disertai heat hematoma. Terdapat memar pada sisi kiri leher sepanjang carotid sheath. Dinding trakhea mengalami kongesti tanpa disertai jelaga di dalamnya. Otot pada segmen posterior leher terbakar sebagian. Paru mengalami edematous dan kongesti. Jantung terdapat petechie pada regio apex. Lambung berisi material mukoid sebanyak 30 cc. Selaput dara intak dan dapat dimasuki ujung jari. Tidak terdapat injuri di sekitar vulva atau perineum.
4. Pengakuan pelaku • Pada hari kejadian, pelaku menemukan korban sedang sendiri di dapur dan seluruh ruangan di dalam koridor dalam kondisi terkunci. Pada kesempatan tersebut, ia berusaha untuk mendekati wanita tersebut, namun wanita tersebut menolak. Untuk membungkam dan menahannya, ia mencekik leher wanita tersebut dan berakhir mencekik wanita tersebut hingga meninggal. • Untuk menutupi tanda perlawanan pada leher jasad wanita tersebut, pelaku meletakkan jasad tersebut pada kompor dengan area leher belakang tepat mengenai tempat api.
II. LUKA BAKAR (BURNS) DEFINISI JENIS LUKA BAKAR PEMERIKSAAN
Luka bakar adalah injuri karena panas, atau oleh agen kimia atau fisika yang memiliki efek seperti panas
DEFINISI
1. 2. 3. 4.
Moist burns Dry burns Chemical burns Perbedaan
JENIS LUKA BAKAR
1. Moist Burns (scalds) • Umum terjadi, khususnya pada anak-anak dan orang tua. • Kerusakan jaringan disebabkan oleh cairan panas. • Tidak menyebabkan menghitam pada permukaan kulit, namun terdapat kemerahan, deskuamasi dan melepuh. Memiliki tepi berbatas tegas, sesuai dengan batas kontak terhadap cairan.
1. Moist Burns (scalds)
2. Chemical Burns • Menyebabkan denaturasi fisiologis protein melalui 6 proses berbeda: – reduksi, oksidasi, korosi, vesication, dessication dan keracunan protoplasma. Jenis zat
Mekanisme timbul luka
Asam
Sebagai donor proton nekrosis koagulatif pada jaringan superfisial
Basa
Sebagai aseptor proton bereaksi dengan lemak, mengekstraksi air dari jaringan sekitar nekrosis liquefactive menimbulkan penetrasi dalam
Larutan organik
Melarutkan membaran lemak mengganggu proses fisiologis
Larutan inorganik
Mendenaturasi
3. Dry Burns • Lebih umum daripada scalds • Disebabkan oleh suhu tinggi yang diaplikasikan permukaan tubuh melalui konduksi atau radiasi. • Sebagian besar dry burns terjadi karena suhu tinggi dalam waktu yang singkat. Ketika durasinya diperpanjang melebihi yang diperlukan untuk pembakaran awal, jaringan dapat hangus, berkarbonisasi, atau hancur total, seperti pada kremasi.
3. Dry Burns • Derajat keparahan menurut Wilson:
4. Perbedaan Masing-masing Jenis
1. 2. 3. 4. 5.
Pemeriksaan luar Otopsi Heat artefacts Tanda vital Identifikasi
PEMERIKSAAN POSTMORTEM PADA LUKA BAKAR
1. Pemeriksaan Luar • Pakaian • Tempat, distribusi, dan luas luka bakar dicatat • Wajah: distorsi dan membengkak
Protrusi lidah
Jelaga pada orificium nasi
1. Pemeriksaan Luar • Kulit
Livor mortis berwarna cherry red
Craw’s feet
1. Pemeriksaan Luar • Heat ruptures: retakan-retakan pada kulit mirip dengan luka insisi atau laserasi.
1. Pemeriksaan Luar • Rambut
• Sikap pugilistik
1. Pemeriksaan Luar • Presentase luas luka:
1
2
1. Pemeriksaan Luar Perbedaan luka bakar antemortem dengan postmortem: Beda Tepi kemerahan
Luka Bakar Antemortem
Luka Bakar Postmortem
Paling sering ditemukan di sekeliling Tidak begitu sering luka bakar
Vesikula, bula
Warna sekitarnya hiperemis
Cairan
serosa
banyak
Tidak hiperemis Sebagian besar udara. Bila ada cairan
mengandung albumin dan klorida
mengandung sedikit albumin dan tidak
Dasar vesikel mengalami inflamasi
mengandung klorida
Dasar vesilkel kering, keras, berwarna kuning
Tanda inflamasi
Edema disertai proses penyembuhan Tidak terjadi sesuai survival period (rentang waktu dari terbakar hingga meninggal)
Aktivitas enzimatik
Peningkatan reaksi enzimatik sesuai waktu
Tidak terjadi
2. Otopsi • Tengkorak: Heat hematoma
2. Otopsi
EDH akibat luka bakar
2. Otopsi • Otak: Kongesti, dapat tampak perdarahan subdural. • Leher: Perdarahan pada radix linguae dan otot-otot leher. • Laring, trakea, bronki: – Inflamasi, mengandung jelaga yang bercampur dengan mukus tanda pasti luka bakar antemortem – Lepasnya mukosa trakeobronkial, faring, epiglotis atau esophagus indikator reaksi vital
2. Otopsi • Pleura: Kongesti dan inflamasi dengan efusi serosa. • Paru: Kongesti dan edematous, dapat mengerut. • Jantung: penuh darah, merah terang/cherry red karena inhalasi CO; darah membentuk massa seperti plastisin.
2. Otopsi • Gaster dan intestine: – Gaster: partikel karbon yang terimpregnasi pada membran mukosa. – Intestine: inflamasi dan ulserasi pada glandula Peyer. – Curling’s ulcers pada antrum gaster dan bagian pertama dari duodenum setelah 72 jam (3-10 hari setelah selamat), terjadi karena iskemia mukosa akibat stres dan syok
• Lien: Membesar dan melunak. • Hepar: cloudy swelling dan fatty liver atau nekrosis sel, jika kematian tertunda. Jaundice dapat terjadi. • Ginjal: tanda-tanda nephritis, thrombosis, dan infark. • Adrenal: Dapat membesar dan kongesti. organ-organ internal puppet’s organ
3. Heat artifacts • Sisa-sisa pakaian sekitar leher dapat menyerupai strangulasi ligature. • Sikap pugilistik. • Retaknya/memisahnya kulit. • Fraktur yang tidak berhubungan dengan perdarahan jaringan lunak, misal karena terbentur jalan. • Perdarahan epidural bilateral. • Otak mengerut, keras, berwarna coklat terang. • Adanya jelaga pada trakea selama insisi leher yang hangus saat otopsi.
4. Tanda Vital pada Kematian akibat Luka Bakar Tanda/reaksi vital Deep soot aspiration
Injuri termal postmortem Lepasnya kulit dan jaringan lunak subkutan karena panas (heat cracks)
Ingesti jelaga dan ditemukan jelaga Sikap pugilistik pada gaster dan duodenum bagian atas Injuri termal langsung pada saluran napas
Fraktur karena panas (fraktur cranial, terpisahnya sutura)
Inhalasi asap: adanya COHb
Hematoma termal
Crow’s feet
Protrusi lidah karena panas, bekas jelaga pada saluran respirasi eksternal
Thermal blisters (serosa/gelatin dengan leukosit dan protein)
Thermal blisters postmortem (cairan hemolitik, tidak ada leukosit atau fibrin)
Embolisme lemak pada paru, mungkin juga pada ginjal
Mengerutnya aponeurosis epikranial karena panas
5. Identifikasi Korban • Pemeriksaan dalam akhirnya sangat penting, terutama jika jenazah memiliki penyakit seperti infark miokard, tuberkulosis paru-paru, atau riwayat operasi. Penemuan pacemaker, implant katub, dapat berguna dalam identifikasi jenazah. • Lihat sisa-sisa pakaian atau benda-benda di dekatnya. • Pemeriksaan x-ray seluruh tubuh. • Identifikasi dental. • Meskipun api merusak sebagian besar permukaan tubuh, organ internal (terutama uterus dan prostat) masih dapat ada, jika tidak, tulang, terutama gigi/gigi palsu.
ANALISA KASUS • Pada pemeriksaan luar; • Luka bakar yang ditemukan merupakan luka bakar postmortem karena tidak ditemukan tanda-tanda intravital seperti pada luka bakar antemortem.
• Pada pemeriksaan dalam; • Heat hemaotoma dapat ditemukan pada jasad yang dibakar. • Adanya kekerasan fisik tumpul pada regio leher. • Tidak didapatkan jelaga pada saluran napas bagian atas mengindikasikan orang tersebut tidak menghirup gas CO. • Tidak terjadi kekerasan seksual.
KESIMPULAN • Luka bakar merupakan trauma katastrofik yang dapat diklasifikasikan menurut penyebabnya yaitu panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), dan kimiawi (bahan-bahan korosif). • Luka bakar tersebut dapat terjadi ketika korban masih hidup (antemortem) atau ketika korban telah meninggal dunia (postmortem). Terdapat beberapa poin untuk membedakan luka bakar antemortem dan postmortem, yaitu tepi atau batas kemerahan, vesikula, dan tanda inflamasi. • Dari kasus dan teori yg kami baca dapat disimpulkan bahwa ciri luka bakar postmortem pada kasus sesuai dengan penjelasan pada teori. • Identifikasi dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan barangbarang yang ada disekitar korban, pemeriksaan x-ray, dan identifikasi dental.