Referat Bo.docx

  • Uploaded by: musya
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Bo.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,521
  • Pages: 15
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

REFERAT JANUARI 2019

BLIGHTED OVUM

OLEH

Nama

: Musyarafa

NIM

: N 111 17 058

Pembimbing Klinik

: dr. Melda M M Sinolungan, Sp. OG

DISUSUN DALAM RANGKA UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK DI BAGIAN ILMU OBTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2019

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama

: Musyarafa

NIM

: N 111 17 058

Judul Referat : Blighted Ovum

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Obtetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.

Pembimbing Klinik

dr. Melda M M Sinolungan, Sp. OG

Dokter Muda

Musyarafa

2

BAB I PENDAHULUAN

Kahamilan kosong atau dikenal dengan istilah Blighted Ovum yang dimana merupakan salah satu perdarahan pada kehamilan muda. Blighted ovum merupakan keadaan dimana terbentuknya gestational sac namun embrio tidak terbentuk atau berhenti terbentuk sehingga terabsorbsi kembali oleh tubuh. Keadaan dim ana seorang wanita dalam keadaan hamil tetapi tidak ada janin di dalam kandungan. Kegagalan perkembangan kasus blighted ovum terjadi pada 6-7 minggu usia kehamilan1. Penyebab blighted ovum biasanya merupakan hasil dari masalah kromosom dan penyebab sekitar 50% dari keguguran trimester pertama, atau mungkin paparan teratogens. Tubuh wanita mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha untuk tidak meneruskan kehamilan karena janin tidak berkembang menjadi bayi normal dan sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal, atau kualitas sperma atau ovum yang buruk2,3. Komplikasi yang terjadi pada pasien blighted ovum adalah perdarahan akibat kehamilan yang tidak normal. Perdarahan ini terjadi karena tubuh berusaha mengeluarkan hasil konsepsi yang tidak normal. Perdarahan akan terhenti jika hasil konsepsi berhasil dikeluarkan. Agar tidakn terjadi perdarahan terus menerus ada dua cara umum yang di lakukan untuk mengeluarkan kehamilan kosong yaitu dengan menggunakan obat dan kuratase2,3. Angka kejadian blighted ovum menurut WHO (2012) di ASEAN adalah 51 %, dan di Indonesia mencapai 37% dari 100 kehamilan. Abortus spontan kemungkinan akan terjadi pada kehamilan blighted ovum pada usia kehamilan 14-16 minggu2, 4.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif. Blighted ovum (kehamilan anembryonic) yang terjadi ketika ovum yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus, tetapi embrio tidak berkembang. Sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi dalam trimester pertama sebelum seorang wanita tahu tentang kehamilannya. Tingginya tingkat kelainan kromosom biasanya menyebabkan tubuh wanita secara alami mengalami keguguran.5

Gambar 1. Gamabr hasil USG Blighted Ovum

4

2.2. Etiologi Blighted ovum biasanya merupakan hasil dari masalah kromosom dan penyebab sekitar 50% dari keguguran trimester pertama. Tubuh wanita mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha untuk tidak meneruskan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi normal dan sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal, atau kualitas sperma atau ovum yang buruk. Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, angguan hormonal serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.5

2.3. Faktor Resiko A. Faktor Genetik Abnormalitas kromosom orang tua dan beberapa faktor imunologi berhubungan dengan blighted ovum dan abortus secara umum telah diteliti. Pada tahun 1981 Granat dkk mendeskripsikan adanya translokasi 22/22 pada pria yang istrinya mengalami 6 kali abortus secara berurutan. Pada tahun 1990, Smith dan Gaha menemukan insiden yang cukup besar dari carrier translokasi kromosom pada suatu penelitian terhadap keluarga abortus habitualis dan didapatkan 15 balanced reciprocal translocations dan 9 fusi robertsonian pada populasi ini. Kelainan kromosom yang paling banyak menyebabkan abortus habitualis adalah balanced translocation yang menyebabkan konsepsi trisomi. Kelainan struktural kromosom yang lain adalah mosaicism, single gene disorder dan inverse dapat menyebabkan abortus habitualis. Single gene disorder dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang seksama terhadap riwayat keluarga atau dengan mengidentifikasi pola dari kelainan yang dikenal dengan pola keturunan.6

5

B. Kelainan Hormonal Faktor–faktor endokrinologi yang berhubungan dengan abortus dan blighted ovum termasuk insufisiensi fase luteal dengan atau tanpa kelainan dimana luteinizing hormone (LH) hipersekresi, diabetes mellitus, dan penyakit tiroid. Perkembangan pada kehamilan awal tergantung pada produksi estrogen yang dihasilkan oleh korpus luteum sampai

kecukupannya

terpenuhi

diproduksi

oleh

perkembangan

trofoblast, yang terjadi pada usia kehamilan 7–9 minggu. Abortus spontan terjadi pada kehamilan kurang dari 10 minggu jika korpus luteum gagal untuk memproduksi progesteron yang cukup, adanya gangguan distribusi progesteron ke uterus, atau bila pemakaian hormon progesteron pada endometrium dan desidua terganggu. Keguguran juga dapat terjadi apabila trofoblas tidak dapat menghasilkan progesteron yang seharusnya menggantikan progesteron dari korpus luteum ketika korpus luteum menghilang. Sekresi LH yang abnormal juga memiliki akibat langsung pada perkembangan oosit, menyebabkan penuaan yang prematur, dan pada endometrium menyebabkan maturasi yang tidak sinkron. Dipihak lain, sekresi luteinizing hormone yang abnormal dapat menimbulkan

keguguran

secara

tidak

langsung

dengan

cara

meningkatkan kadar hormon testosteron. Keadaan gangguan sekresi luteinizing hormone biasanya berhubungan dengan adanya polikistik ovarium. Mekanisme yang mungkin menyebabkan terjadinya keguguran pada penderita diabetes mellitus ialah gangguan aliran darah pada uterus terutama sekali pada kasuskasus dengan diabetes mellitus tahap lanjut. Hipotiroid merupakan gangguan endokrin lain yang dihubungkan dengan adanya abortus berulang, terutama sekali sebagai akibat disfungsi korpus luteum dan ovulasi yang sering menyertai penyakit tiroid. Antitiroid antibodi juga dihubungkan dengan abortus berulang. Karena pada awal kehamilan tubuh membutuhkan kadar hormon tiroid yang lebih tinggi, adanya antitiroid antibodi dapat menjadi suatu petanda bagi seseorang untuk terjadi peningkatan risiko terjadinya abnormalitas

6

tiroid yang dapat berakhir pada keguguran. Kelainan-kelainan regulasi hormonal tersebut juga mampu menyebabkan kegagalan perkembangan atau pembentukan janin.6,7 C. Infeksi Saluran Reproduksi Walaupun keguguran telah dihubungkan dengan organisme seperti Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Chlamydia trachomatis, dan Toxoplasma gondii, namun tidak ada hubungan yang meyakinkan dengan abortus berulang. Adanya organisme tersebut pada saat terjadinya keguguran tidak dapat dianggap sebagai bukti organisme tersebut sebagai penyebab dari keguguran. Organisme-organisme tersebut dapat menjadi penyebab keguguran apabila: 

Telah ada dalam waktu yang lama tanpa menimbulkan gejala pada ibu secara nyata sehingga keadaan ini menjadi tidak terdiagnosis dan tidak diobati



Memiliki jalur untuk masuk ke lingkungan intrauteri sehingga menginfeksi jaringan fetus dan/atau menstimulasi terjadinya proses radang.

Terdapat bukti bahwa vaginosis bakterialis berhubungan dengan keguguran dan juga menjadi faktor risiko terjadinya persalinan preterm. Bakterial vaginosis disebabkan karena terganggunya flora normal dari vagina. Terjadi pertumbuhan berlebih dari bakteri anaerob dan lactobacilli yang normal tidak ada atau tidak banyak terdapat. Tidak didapatkan adanya hubungan yang nyata dengan keguguran dan hubungan ini masih perlu dibuktikan. Terdapat teori yang menyatakan bahwa keguguran merupakan akibat dari aktifasi imunologi sebagai respon dari adanya organisme patologis. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi obligat intraselular protozoa yakni Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii menginduksi respon kekebalan tubuh tipe 1 yang kuat yakni T-cell-mediated. Saat respon imun berlangsung dan terdapat respon yang dominan kuat Th 1, terjadi peningkatan IFN γ di plasenta, yang disekresikan oleh antigen-spesifik T-sel, membatasi replikasi takizoite

7

kemudian akan menarik TNF α yang menghambat proliferasi sel trofoblas manusia in vitro dan toksik untuk sel-sel trofoblas manusia. Di samping itu, IFN ɣ juga meningkatkan produksi NO oleh sel trofoblas dan memicu apoptosis. Mekanisme dimana NO menginduksi apoptosis tidak jelas, tetapi dapat melibatkan efek pembentukan peroxynitrite dari NO dan superoksida dalam mitokondria. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel plasenta terutama sel trofoblas atau target fetoplacental lainnya mengakibatkan kematian inembryo dan resorpsi. Mekanisme imunitas inilah yang dapat menyebabkan terjadinya blighted ovum.7

2.4.

Patofisiologi Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim.

Plasenta

menghasilkan

hormon

HCG

(human

chorionic

gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.5,9 Meskipun embrio sudah terbentuk, tetapi tidak tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Kehamilan hanya berupa kantung rahim yang berisi cairan, uterus akan berhenti pembesarannya. Kemudian embrio juga akan terhenti perkembangannya lalu mati. Embrio yang nekrosis itu dianggap uterus benda asing sehingga uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut sehingga keluarlah

8

bercak-bercak kecoklatan atau bahkan pendarahan dalam jumlah banyak. Tak jarang pula keguguran terjadi secara spontan. Pada kehamilan normal, embrio sudah terlihat sejak di USG pada usia kehamilan 6,5 minggu.5,9 Setelah keguguran tanpa tindakan kurretage biasanya haid akan kembali datang setelah 4 -6 minggu tetapi keguguran dengan tindakan kurretage biasanya haid akan kembali datang setelah 2-3 bulan karena perlu penyesuaian hormonal. Beberapa dokter menyarankan lebih baik menunggu hingga 2-3 kali periode menstruasi baru hamil lagi, tetapi bisa juga untuk hamil sebulan kemudian, itu semua tergantung pada kondisi kesehatan penderita.10 Blighted ovum tidak terkait dengan gangguan kesuburan, sehingga kehamilan selanjutnya bisa normal, tapi bila BO kembali pada kehamilan selanjutnya maka kemungkinan besar terdapat kelainan kromosom menetap pada salah satu dari suami-istri.

2.5.

Tanda Dan Gejala Tanda dan Gejala Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda - tanda mungkin termasuk:11  periode menstruasi terlambat.  kram perut  minor vagina atau bercak perdarahan  tes kehamilan positif pada saat gejala  ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan  hampir sama dengan kehamilan normal.

2.6.

Prinsip Diagnostik a. Anamnesis b. Pemeriksaan Fisik

9

c. Pemeriksaan Penunjang (USG)  diagnosis pasti, Blighted ovum dapat segera terdeteksi segera pada pemeriksaan ultrasonografi pada minggu 6, karena tidak tampaknya fetus. Pada usia 7 minggu dipastikan tidak ada fetus. Pencitraan USG dapat dilakukan transabdominal maupun transvaginal, namun cara yang kedua lebih akurat pada usia kehamilan yang sangat dini. Pada usia 8 dan 9 minggu, jika perhitungan HPHT tepat, detak jantung bayi atau pulsasi sudah dapat terdeteksi. Kantung gestasi mulai tampak pada pertengahan minggu ke 4, dan yolk sac normalnya tampak pada minggu 5. Sehingga, embrio dapat terlihat jelas mulai pertengahan minggu 5 pada pemeriksaan USG tranvaginal.

A

B

Gambar 2 . A. Gambaran USG Blighted Ovum; B. Kehamilan Normal Tidak ditemukan fetal pole, dengan kantung gestasi (ges sac) diameter lebih dari 10 mm tanpa yolk sac, diameter 15 mm tanpa mudigah pada USG transvaginal atau lebih dari 25 mm pada USG transabdominal. Sedangkan pada gambar di sebelah kanan tampak gambaran hiperechoic berupa fetal pole di dalam ges sac. Pemeriksaan kadar hormon pada kehamilan dapat juga membantu pemeriksaan dimana beta-hCG dibentuk oleh plasenta. Normalnya, pada pemeriksaan darah hormon ini dapat dideteksi pada hari 11 setelah konsepsi, dan pada tes urin pada hari ke 12-14 hari. Produksi hormone ini akan menjadi 2 kali lipat tiap 72 jam. Kadarnya akan mencapai jumlah tertinggi pada kehamilan usia 8-11 minggu lalu

10

menurun. Jika penurunan kadar beta-hCG ini terjadi lebih dini, dapat dicurigai terjadinya blighted ovum.5,6

2.7.

Pencegahan Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.7 1.

Menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.

2.

Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan bahwa calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.

3.

Melakukan pemeriksaan kromosom.

4.

Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.

5.

Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang terdekteksi saat usia kandungan masih di bawah delapan bulan.

6.

Pada ibu hamil yang menderita diabetes melitus diarapkan untuk selalu mngontrol kadar gula darah dalaam tubuhnya.

11

BAB III KESIMPULAN  Blighted Ovum (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada kantong gestasi (kantong kehamilan) dan air ketuban saja.  kehamilan anembryonic mengacu pada kehamilan di mana kantung kehamilan berkembang di dalam rahim, namun kantung kosong dan tidak mengandung embrio. Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa embrio berhenti berkembang pada tahap yang sangat awal dan itu kembali diserap. Kehamilan Anembryonic" berarti kehamilan tanpa embrio.  dikenal sebagai "kehamilan anembryonic" terjadi ketika telur yang telah dibuahi

menempel

pada

dinding

rahim,

tetapi

embrio

tidak

berkembang.Sel berkembang untuk membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak embrio itu sendiri.  blighted ovum adalah

jenis

umum

keguguran. Ini terjadi ketika

telur dibuahi di dalam rahim tetapi embrio yang dihasilkan berhenti berkembang sangat awal atau tidak terbentuk sama sekali.  Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada janin di dalam kandungan. Blighted ovum (kehamilan anembrionik) merupakan kehamilan patologik, dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal. Di samping mudigah, kantong kuning telur juga tidak ikut terbentuk. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti  terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.  Blighted ovum (anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi menempel ke dinding uterus, tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk kantong kehamilan, tapi 12

tidak membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi pada trimester pertama sebelum

wanita tersebut

mengetahui tentang

kehamilannya.

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B, Wiknjosastro H: Kelainan dalam lamanya kehamilan. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2016; 302-312 2. Hill JA: Recurrent spontaneous early pregnancy loss. In: Berekj JS, Adashi EY, Hillard PA: Novak’s gynecology 12th edition. Pennsylvania: Williams & Wilkins Co, 2009;963-979 3. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22nd ed. New York: McGrawHill; 2008:298-325 4. Porter FT, Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforth’s Obstetric and Gynecology 23th ed. New York. Lippincott Williams & Wilkins; 2013:61-70 5. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H: Gangguan bersangkutan dengan konsepsi. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2014; 246-250 6. Hatasaka HH: Recurrent miscarriage: epidemiologic factors, definitions and incidence. In: Clin obstet gynecol 37;2011; 625-634 7. Byrne JLB, Ward K: Genetic factors in recurrent abortion. In: Clin obstet gynecol 37; 2012; 693-704 8. Hunt JS, Roby KF: Implantation factors. In: Clin obstet gynecol 37; 2012; 635-645 9. Brent RL, Beckman DA: The contributional of environmental teratogens to embryonic and fetal loss. In: Clin obstet gynecol 37; 1994; 646-664 10. Azmanov, Dimitiar et al. profile of chromosomal in different gestational age spontaneous abortions detevted by comparative genomic hybridation. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. Epub 2006 Jun 6. Sofia. University Hospital Maichin Dom

14

11. Kashevarova et al. Pathogenetic effects early human embryo development. 2006. ESHRE Annual. Prague

15

Related Documents

Referat
May 2020 53
Referat Skizoid.docx
April 2020 17
Referat Carotid.docx
November 2019 20
Referat Faringitis.pptx
December 2019 28
Referat Cont.docx
December 2019 26
Referat Hnp.docx
June 2020 17

More Documents from "Nalda Nalda"

Referat Bo.docx
November 2019 20
3. Tetatus Pada Anak.docx
October 2019 13
Refka Mollahilatidosa.docx
November 2019 23