Refarat Kelainan Pada Kuku.docx

  • Uploaded by: Liana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Refarat Kelainan Pada Kuku.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,955
  • Pages: 29
REFARAT KELAINAN PADA KUKU

DisusunOleh Ardha Abdullah

(18360025)

Arie Franata

(18360028)

Astrid Astrida (18360029) Bachtiar muchaj (18360033)

Pembimbing dr. Imanda Jasmine Siregar, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM SUMATERA UTARA 2018

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang............................................................................. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Kuku....................................................... 2 2.2.Jenis-Jenis Kelainan Kuku…...................................................... 4 2.2.1. Paroniki……..................................................................... 4 2.2.2. Onikomikosis.................................................................... 16 2.2.3. Kuku Liken Planus........................................................... 21 BAB III KESIMPULAN 3.1. Kesimpulan………………………………...………….............. 25 DAFTAR PUSTAKA

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kuku

merupakan

salah

satudermal

appendages

yang

mengandunglapisantanduk yang terdapat pada ujung-ujungjaritangan dan kaki, gunanyaselainmembantujari-jariuntukmemegang

juga

digunakansebagaicerminkecantikan. Lempeng kuku terbentukdarisel-sel keratin yang mempunyaiduasisi, satusisiberhubungandenganudaraluar dan sisilainnya tidak.15 Kuku

memiliki

banyak

fungsi.

Kuku

jari

tidak

hanyamembuatpenampilantanganmenjadimenarik, tapi sangat penting dalam melindungi

bagian

distal

darifalang,

meningkatkan

sensasi

taktil

dan

bergunauntuk mengambil benda-benda kecil. Kuku kaki melindungi bagian distal dari kaki. Kelainan

pada

kuku

dapatdisebabkan

oleh

infeksibaikbakteriataupunjamursepertiparonikia yang sudahterjadiinfeksisekunder dan

onikomikosis,ataudisebakandaripenyakitkulitsepertipenyakit

liken

planus,psoriasis, alopesia areata dan lainnya. Adapunkelainan kuku yang didapatkandaripenyakitsistemik dan herediteratau kongenital.15s Di Amerika Serikat, prevalensi penyakit paronikia sebesar 35% dari seluruh kelainan kuku. Sedangkan, liken planus sebesar 1% dari semua pasien baru yang datang berobat ke klinik kesehatan.1,3Kejadian onikomikosis telah

3

dilaporkan sebesar 2-13% di Amerika Utara dan umumnya terjadi pada orang dewasa. 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuku Kuku merupakan salah satu dermal appendages yang mengandung lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, gunanya selain membantu jari-jari untuk memegang tetapi juga digunakan sebagai cermin kecantikan. Lempeng kuku terbentuk dari sel-sel keratin yang mempunyai dua sisi, satu sisi berhubungan dengan udara luar dan sisi lainnya tidak.15 Bagian kuku terdiri dari:15 a.

Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.

b.

Dinding kuku (nail wall): merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas.

c.

Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.

d.

Alur kuku (nail grove): merupakan celah antar dinding dan dasar kuku.

e.

Akar kuku (nail root): merupakan bagian proksimal kuku.

f.

Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingidinding kuku.

g.

Lunula: merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit.

4

h.

Eponikium (kutikula): merupakan dinding kuku bagian proksima, kulit arinyamenutupi bagian permukaan lempeng kuku.

i.

Hiponikium: merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (freeedge) menebal.

Gambar 2.1Anatomi kuku normal. Kuku dibentuk secara terus menerus oleh matriks kuku dan dasar kuku (nail bed). Bagian ventral lempeng kuku (nail plate) dibentuk oleh dasar kuku (nail bed), sedang sisanya berasal dari matriks. Lempeng kuku merupakan struktur yang paling besar dan bewarnatranslucent dimana ia melekat kuat pada dasar kuku dan perlekatan ini kurang kuat ke arah proksimal. Hiponikium merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (free edge) menebal yang berfungsi sebagai protektif, menghalang kemasukan dari patogen infeksius. Ketebalan lempeng kuku dianggarkan antara 0,5-1,0 mm dan dapat dibahagi atas beberapa lapisan yaitu lapisandorsal, intermediate, dan ventral. Bagian lapisan dorsal umumnya terdiri dari keratain keras. Lapisan intermediate juga mengandung keratin keras dan merupakan ¾ dari total ketebalan kuku. Sedangkan lapisan ventral dibentuk oleh keratin hiponikial lembut dan mempunyai 1-2 lapisan sel.

5

Lempeng kuku (nail plate) berasal dari matriks dan bagian yang bewarna putih berbentuk seperti bulan sabit yang terletak di bagian ujung distal kuku adalah lunula. Dasar kuku (nail bed) terdiri dari sel epitelial dan berkembang secara proksimal dari pinggir lunula kemudian secara distal ke arah hiponikium. Keratinisasi dari matriks membentuk lempeng kuku. Kuku jari tangan tumbuh 0,1mm/hari atau 3mm/bulan, sedangkan kuku jari kaki 1mm/bulan. Kuku jari tangan memerlukan kurang lebih 4-6 bulan untuk mengganti lempeng kuku yang baru. Sedangkan, pertumbuhan kuku jari kaki lebih lambat dari kuku jari tangan dimana memerlukan 12-18 bulan untuk mengganti kuku jari kaki yang baru. Kuku

memiliki

banyak

fungsi.

Kuku

jari

tidak

hanyamembuatpenampilantanganmenjadimenarik, tapi sangat penting dalam melindungi bagian distal darifalang, meningkatkan sensasi taktil dan berguna untuk mengambil benda-benda kecil. Kuku kaki melindungi bagian distal dari kaki.

2.2 Jenis-Jenis Kelainan Pada Kuku 2.2.1

Paronikia

2.2.1.1 Definisi Paronikia (Paronychia) adalah infeksi pada lipatan kuku yang disebabkan oleh kuman (bakteri) Streptococus, ditandai dengan pembengkakan lipatan kuku.11

2.2.1.2 Etiopatogenesis

6

Paronikia adalah infeksi pada kulit di sekitar kuku jari tangan atau kuku jari kaki. Paronikia biasanya akut, tetapi kasus kronis bisa terjadi. Pada paronikia akut, bakteri (biasanya Staphylococcus aureus atau Streptococus) masuk melalui robekan pada kulit diakibatkan dari trauma pada lapisan kuku (lapisan pada kulit keras yang tumpang tindih disisi kuku), hilangnya kutikula, atau iritasi kronis (seperti dari air dan detergent). Paronikia lebih umum pada orang yang menggigit atau menghisap jari-jari mereka. Pada kaki, infeksi seringkali mulai pada jari kaki yang tumbuh ke dalam.11

Paronikia terjadi sepanjang garis tepi kuku (samping dan dasar lapisan kuku) kebanyakan penderita paronikia mengalami rasa sakit terlebih pada saat berjalan, hangat, kemerahan, dan pembengkakan. Nanah biasanya terkumpul dibawah kulit sepanjang garis tepi kuku dan kadangkala di bawah kuku.11

2.2.1.3 Klasifikasi Paronikia

1.

Paronikia akut

a. Definisi dan Etiologi

Paronikia akut merupakan keluhan yang sering terjadi dan biasanya disebabkan oleh Staphylococus11,14. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma langsung ataupun tidak langsung, misalnya kuku pecah, menggigit kuku, menghisap kuku, kuku yang tumbuh ke dalam, akibat manikur, pemakaian kuku palsu atau dapat pula terjadi tanpa trauma terlebih dahulu. Juga sering terjadi sebagai komplikasi paronikia kronik. Bakteri patogen yang sering menyebabkan paronikia akut antara lain Streptococcus pyogenes,Pseudomonas pyocyaneaceae,

7

Organisme koliform dan Proteus Vulgaris, flora normal yang berasal dari mulut, bakteri anaerob gram negatif .11

Gambar 2.1 Paronikia akut. b. Gejala Klinis Pada paronikia biasanya hanya satu jari kuku yang terkena, Kondisi ini ditandai oleh eritema, edema, rasa nyeri pada lipat kuku lateral dan proximal. Biasanya terjadi dua sampai lima hari serelah trauma. Tanda awal berupa infeksi superfisial dan akumulasi pus dibawah lipatan kuku yang diindikasikan mengalirnya pus ketika lipatan kuku ditekan. Infeksi yang tidak diobati dapat berubah menjadi abses subungual dengan adanya peradangan dan nyeri pada matriks kuku. Manifestasi lanjut, dapat terjadi distrofi sementara atau permanen pada lempeng kuku. Paronikia akut rekuren dapat berkembang menjadi paronikia kronis.11,14,13 c.

Pemeriksaan Diagnosis paronikia akut berdasar riwayat trauma, penemuan pada

pemeriksaan fisik lipat kuku. Tes tekan jari dapat membantu pada infeksi stadium awal keberadaan atau luas abses Pengujian ini dilakukan meminta pasien menjauhkan ibu jari dan jari yang terkena, kemudian memberi tekanan ringan

8

pada aspek volar distal digit yang terkena. Peningkatan tekanan di dalam lipatan kuku (khususnya cavum abses) menyebabkan perubahan warna menjadi putih dari kulit di atasnya dan demarkasi yang jelas dari abses. Pada pasien dengan infeksi berat atau abses, spesimen harus diperoleh untuk mengidentifikasi patogen yang bertanggung jawab dan untuk menyingkirkan infeksi Staphylococcus aureus resisten metisilin (MRSA).11,13 Selain gambaran klinis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu : (1) pemeriksaan gram dan uji sensitivitas bacterial, (2) KOH jika dicurigai adanyainfeksi Candida, (3) Tzanck smear jika dicurigai adanya herpetic whitlow, dan (4) biopsi jika terdapat kecurigaan adanya keganasan.11

d. Penatalaksanaan

Pengobatan paronikia akut ditentukan oleh tingkat peradangan. Jika abses tidak terbentuk, penggunaan kompres air hangat dan merendamkan yang terkena dalam larutan Burow (yaitualuminum asetat) atau cuka mungkin efektif. Acetaminophen atau obat anti-inflammasi untuk mengurangi gejala. Kasus ringan dapat diobati dengan krim antibiotik (misalnya, mupirocin [Bactroban], gentamisin, bacitracin/ neomycin/ polimiksin B [Neosporin]) sendiri atau dalam kombinasi dengan kortikosteroid topikal. Kombinasi antibiotik topikal dan kortikosteroid seperti betametason (Diprolene) adalah aman dan efektif untuk pengobatan paronikia bakteri akut dan tampaknya mempunyai keuntungan dibandingkan dengan antibiotik topikal saja.11 Pada infeksi yang menetap rendaman air hangat sebagai tambahan obat antistafilokok dan bidai pelindung pada bagian yang sakit. Anak yang menghisap

9

jari dan pasien yang menggigit jari

diobati untuk melawan bakteri anaerob

dengan terapi antibiotik. Penisilin dan ampisilin obat paling efektif. Bagaimana pun, Staphylococcus aureus dan Bakteriodes dapat resisten terhadap antibiotik ini. Clindamisin dan kombinasi amoksisilin clavulanat efektif untuk melawan bakteri yang terisolasi. Sefalosporon generasi pertama kurang efektif karena resistensi tehadap beberapa bakteri anaerob dan Escherichia coli. Beberapa ahli merekomendasikan kultur bakteri aerob dan anaerob pada paronikia berat sebelum memulai terapi antibiotik. Ketika terdapat abses atau fluktuasi dilakukan usahakan drainase secara spontan, atau drainase dengan intervensi bedah. Jika paronikia didiamkan, pus mungkin menyebar kebawah sulkus kuku pada daerah yang berlawanan

sehingga

mengakibatkan

terjadinya

abses

disekitar

kuku.

Pusberakumulasi pada bawah kuku dan mengangkat lempeng kuku. Jika sudah terjadi kasus ini maka kuku harus diekstraksi untuk mendrainase pus secara adekuat.11

10

11

12

Seperti dalam pengobatan abses apapun, drainase diperlukan. Perlu dilakukan anestesi blok kecuali jika kulit yang melapisi abses menjadi kuning atau putih, mengindikasikan bahwa saraf telah menjadi infark, membuat penggunaan bius lokal yang tidak perlu. Lipat kuku yang mengandung nanah harus diinsisi dengan skalpe no. 11 atau no. 15. Pisau diarahkan menjauh dari dasar kuku untuk menghindari cedera dan

pertumbuhan abnormal. Setelah nanah dikeluarkan,

abses harus irigasi dan dibalut dengan kain kasa. obat antibiotik oral harus diresepkan. Balut dilepas selepas 48 jam, diikuti oleh meredam dalam air hangat empat kali sehari selama 15 menit.6

Jika saraf telah infark, anestesi mungkin tidak diperlukan untuk intervesi bedah. Dalam hal ini, bagian datar pisau bedah no.11 dengan hati-hati ditempatkan di atas kuku dan ujung pisau diarahkan ke depan abses.6

2.

Paronikia Kronik

a.

Definisi dan Etiologi 13

Paronikia kronik adalah penyakit inflamasi multifaktorial pada lipatan kuku proximal terhadap iritan dan alergen. Penyakit ini sebagai hasil berbagai kondisi seperti mencuci piring, menghisap jari, pengangkatan kutikula pada manikur, kontak dengan bahan kimia. Penyakit ini sering terjadi pada orang yang tangannya banyak terkena air, pada orang yang diabetik. Lebih sering pada wanita daripada pria. Dapat timbul pada umur berapa saja,tetapi kasus tersering adalah antara 30 sampai 60 tahun. Kadang-kadang terlihat pada anak-anak, terutama akibat pengisapan jari atau jempol. Merupakan penyakit yang dominan pada ibu-ibu rumah tangga dan orang yang mempunyai pekerjaan tertentu seperti juru masak, pelayan bar, pedagang ikan. Paronychia kronis dapat disebabkan oleh infeksi Candida albicans, eksaserbasi akut dapat terjadi dan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.

Berbagai

organisme

aureusataualbus, Proteus vulgaris,

dapat ditemukan, Escherichia

termasuk

Staphylococus

coli dan Pseudomonas

pyocyanea6.Penggunaan obat sistemik, seperti retinoid dan proteasem inhibitor, seperti indinavir, lamivudin dapat menyebabka paronychia kronis. Indinavir paling sering menyebabkan paronychia kronis atau rekuren pada jari kaki atau tangan pada orang yang terinfeksi HIV.11,7

14

Gambar 2.2 Paronikia kronis. b.

Gejala Klinis Gejala klinis paronikia kronis menyerupai paronikia akut biasanya tidak

supuratif dan tidak terdapat fluktuasi. Gejala dimulai sebagai pembengkakan ringan, jauh lebih ringan daripada paronychia akut6. Kutikula dapat hilang dan pus dapat terbentuk di bawah lipat kuku.Kemerahan, bengkak, lunak pada lipatan kuku proksimal dan lateral. Serta keluhan adanya cairan dibawah lipatan kuku, penebalan lempeng kuku dan perubahan warna kuku.8Secara morfologi, khas ditandai oleh indurasi paronychium, episode kekambuhan dari inflamasi akut eponychial dan drainase. Gejala ini menetap selama 6 minggu atau lebih. Fluktuasi jarang didapatkan dan warna kemerahan sedikit berkurang jika dibandingkan dengan paronikia akut. Kutikula hilang dan bagian ventral lipatan kuku proksimal terpisah dari lempeng kuku membentuk celah untuk berbagai mikroba untuk menginvasi. Lipatan kuku tertarik, menebal dan membulat. Seiring berjalannya waktu, lempeng kuku menebal mengalami perubahan warna menjadi kuning, coklat atau kehitaman; hal ini dapat meluas hingga sebagian besar kuku dan kadangkala seluruh kuku dapat terkena.11,15Permukaan kuku menjadi kasar dan rapuh, terdapat garis irregular yang melintang akibat eksaserbasi akut yang berulang. Ukuran kuku mengecil, akibat efek pendesakan dari proses inflamasi di jaringan lunak sekitar kuku.11,8 Diagnosis paronikia kronis didasarkan pada pemeriksaan fisik lipatan kuku dan riwayat kontak terus-menerus dengan air, kontak dengan sabun, deterjen, atau bahan kimia lainnya; atau penggunaan obat sistemik (retinoid, ARV, anti-EGFR antibodi). Manifestasi klinis yang mirip dengan paronychia akut: eritema, nyeri,

15

dan bengkak, dengan terangkatnya lipatan kuku proksimal dan tidak adanya kutikula yang berdekatan. Nanah bisa terbentuk di bawah lipat kuku. Satu ataubeberapa kuku biasanya terkena, biasanya ibu jari dan kedua atau ketiga tangan dominan. Lempeng kuku menjadi tebal dan berwarna. Paronikia kronis umumnya terdapat selama setidaknya enam minggu pada saat diagnosis. Kondisi ini biasanya memiliki penyebab yang berkepanjangan dengan berulang, eksaserbasi akut yang sembuh sendiri.11

Gambar 2.3 Paronikia kronis. c.

Penatalaksanaan Pengobatan paronikia kronis mencakup paparan menghindari

kontak

dengan zat iritasi dan manajemen yang tepat terhadapt penyebab dasar inflamasi dan infeksi, cegah adanya trauma dan jaga agar kulit tetap kering, misal jika mencuci gunakan sarung tangan.15 Agen broadspectrum anti jamur topikal dapat digunakan untuk mengatasi kondisi tersebut dan mencegah kekambuhan. Penerapan lotion emolien untuk melumasi kutikula yang baru dan tangan biasanya bermanfaat. Salah satu percobaan acak terkontrol menggunakan 45 orang dewasa dengan paronikia kronis untuk pengobatan dengan agen antijamur sistemik 16

(itrakonazol [Sporanox] atau terbinafine [Lamisil]) atau topikal krim steroid (metilprednisolon aceponate [Advantan, tidak tersedia di Amerika Serikat])selama tiga minggu. Setelah sembilan minggu, lebih banyak pasien dalam kelompok steroid topikal yang terdapat perbaikan atau sembuh. Keberadaan Candida sp tampaknya tidak terkait dengan efektivitas pengobatan. Mengingat risiko dan biaya mereka lebih rendah dibandingkan dengan antijamur sistemik, steroid topikal harus menjadi pengobatan lini pertama untuk pasien dengan paronychia kronis.14 Atau, pengobatan topikal dengan kombinasi steroid dan agen antijamur juga dapat digunakan pada pasien dengan paronikia kronis sederhana, meskipun data menunjukkan keunggulan pengobatan antifungal terhadap penggunaan steroid saja kurang,pengobatan anti jamur yang digunakan dapat berupa terapi sistemik seperti amfoterisin B 0,5-1 mg/kgBB intravena, tablet nistatin 3x100.000 IU selama 1-4 minggu, ketokonazol 400 mg/hari selama 5 hari atau flukonazol 150 mg/hari selama 7 hari.14 Administrasi kortikosteroid intralesi (triamcinolone [Amcort]) dapat digunakan dalam kasus-kasus refrakter. Kortikosteroid sistemik dapat digunakan untuk pengobatan peradangan dan rasa sakit pada jangka waktu terbatas pada pasien dengan paronychia berat melibatkan beberapa kuku. Jika pasien dengan paronychia kronis tidak merespon terhadap terapi topikal dan menghindari kontak dengan air dan iritasi, penggunaan antijamur sistemik dapat berguna sebelum mencoba pendekatan invasif. Pada pasien dengan paronikia kronis sulit diobati, eksisi en block pada lipatan kuku proksimal efektif. Pengangkatan lempeng kuku (total atau parsial, terbatas pada dasar lempeng kuku) meningkatkan hasil bedah. Atau,

17

marsupialization eponychial, dengan atau tanpa pengangkatan kuku, dapat dilakukan. Teknik ini melibatkan eksisi bagian proksimal bagian kulit setengah lingkaran pada lipatan kuku dan sejajar dengan eponychium, memperluas ke tepi lipatan kuku di kedua sisi. Paronychia disebabkan oleh cetuximab penghambat EGFR

cetuximab

dapat

diobati

dengan

antibiotik

seperti

doxycycline

(Vibramycin). Pada pasien dengan paronychia diinduksi oleh indinavir, penggantian rejimen antiretroviral alternatif yang mempertahankan lamivudine dan protease inhibitor dapat mengatasi manifestasi seperti retinoid tanpa kambuh.11

Paronikia kronis berespon perlahan terhadap pengobatan. Resolusi biasanya memakan waktu beberapa minggu atau bulan, tetapi tingkat perbaikan lambat seharusnya tidak membuat putus asa dokter dan pasien. Dalam kasus ringan sampai sedang, sembilan minggu pengobatan biasanya efektif.Dalam kasus membandel, eksisi en block lipatan kuku proksimal dengan pengangkatan kuku dapat menghasilkan tingkat kesembuhan yang signifikan. Hasil pengobatan yang berhasil juga tergantung pada langkah-langkah pencegahan yang diambil oleh pasien (misalnya, memiliki penghalang air di lipatan kuku).Jika pasien tidak diobati, episode inflamasi akut, sporadis diduga sebagai hasil dari penetrasi terus menerus dari berbagai patogen.11,14

2.2.2 Onikomikosis 2.2.2.1 Definisi dan Etiologi Onikomikosisadalahkelainan

kuku

akibatinfeksijamur.

Jamur

yang

termasukdalamspesies Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton11.

18

2.2.2.2 Epidemiologi Angka kejadian onikomikosis terus meningkat dimana 50% dari seluruh penyakit kelainan kuku dan 30% dari seluruh kasus jamur superfisialis11. di amerika utara kejadian onikomikosis sebanyak 2-13%, umumnya terjadi pada orang dewasa. Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmarina dan Unandar Pada Tahun 2004 sebanyak 3,2% dari semua penyakit kulit karena jamur atau skin fungal diseases. Penelitian yang sama oleh Bramono dan Budimulya pada tahun 2003 insiden onikomikosis meningkat sebanyak 4,7%, data diambil dari empat rumah sakit pendidikan di empat kota besar pulau jawa yaitu Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. 2.2.2.3 Klasifikasi Ada empattipeklinisdari onikomikosis: 1) Distal lateral subungual onychomycosis (DLSO) Merupakan bentuk onikomikosis yang paling sering dijumpai. Infeksi ini berkembang terutamanya di matriks kuku bermula dari distal ke proksimal melalui sisi distal lateral atau melalui alur lateral lempeng kuku. Infeksi ini sering disebabkan oleh jamur golongan Trichophyton spp. dan kadang oleh Scytalidium spp, Candida spp dan nondermatofit yang lain. Gambaran klinis ditandai hiperkeratosis subungual, onikolisis (terlepasnya lempeng kuku dari nail bed ) dan penebalan kuku. Ruang subungual adalah tapak bagi jamur dan bakteri infeksius dimana boleh menyebabkan diskolorasi lempeng kuku menjadi warna kuning.11,12

19

Gambar 2.4 Distal subungual onychomycosis.

2) Superficial whiteonychomycosis (SWO) Kelainan

ini

jarang

ditemui.

Nama

lainnya

adalah

Leukonikiamikotika.Kelainan ini terjadi apabila jamur menginvasi langsung lapisan superfisial lempeng kuku yang disebabkan sering oleh T.mentagrophytes dan kadang oleh nondermatofit seperti Acremonium spp, Aspergillusterreus dan Fusarium oxysporum. Gambaran khas yang dapat dilihat adalah bercak-bercak putih “white island” yang berbatas tegas di permukaan lempeng kuku yang dapat berkonfluensi. Lambat laun, kuku akan menjadi kasar, lunak dan rapuh.11,12

Gambar 2.5 Superficial whiteonychomycosis. 20

3) Proximal subungual onychomycosis (PSO) Merupakan bentuk paling jarang ditemui, tetapi umumnya ditemukan pada penderita AIDS dimana ia dianggap sebagai tanda awal seseorang itu terkena infeksi HIV. Penyebab tersering adalah T.rubrum. Selain itu, penyebab lain adalah C.albicans,Fusarium spp, Aspergillus spp dan Scopulariopsis brevicaulis. Jamur menginvasi daerah bawah kutikula kuku yang akan menyebabkan infeksi pada lempeng kuku proksimal. Infeksi ini akan berkembang secara distal padaseluruh permukaan kuku. Gambaran klinis berupa hiperkeratosis dan onikolisis proksimal serta destruksi lempeng kuku proksimal.11,12

Gambar 2.6 Proximal subungual onychomycosis.

4) Candida onychomycosis Infeksi kuku yang disebabkan oleh kandida didapatkan pada pasien yang menderita kandidiasis mukokutan kronis dimana sering disebabkan oleh C.albicans yaitu sebanyak 70% dari seluruh kasus onikomikosis. Selain itu, disebabkan oleh C.parapsilosis, C.tropicalis dan C.krusei.11,12

21

Gambar 2.7Chronic mucocutaneous candidiasis.

Sebelum pengobatan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis. Dua pemeriksaan penunjang utama yaitu pemeriksaan mikroskopik dan kultur. Pemeriksaan mikroskopik dapat menghasilkan 10% negatif palsu dan pemeriksaan kulturdapat menghasilkan 30% negatif palsu6. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan preparat KOH 20%. Sampel diambil dari kerokan jaringan dasar kuku yang terinfeksi. Pada mikroskop akan tampak elemen jamur berupa hifa atau ragi, tetapi tidak bisa membedakan spesies; untuk itu diperlukan pemeriksaan tambahan, yaitu kultur.12 Apapunjenisklinisnya, onikomikosis yang tidakdiobatiakanterjadidestruksi total pada lempeng kuku dimana merupakan stadium akhir dari seluruh jenis onikomikosis. Seluruh permukaan kuku menjadi tebal dan distrofik(total dystrophiconychomycosis).11,12 Pengobatan tergantung jenis klinis, jamur penyebab, jumlah kuku yang terinfeksi dan tingkat keparahan keterlibatan kuku. Pengobatan sistemik selalu diperlukan pada pengobatan subtipe OSP (Onikomikosis Subungual Proksimal) dan subtipe OSD (Onikomikosis Subungual Distal) yang melibatkan daerah lunula. OSPT (Onikomikosis Superfisial Putih) dan OSD (Onikomikosis Subungual Distal) yang terbatas pada distal kuku dapat diobati dengan agen

22

topikal. Kombinasi pengobatan sistemik dan topikal akan meningkatkan kesembuhan. Tingkat kekambuhan tetap tinggi, bahkan dengan obat-obat baru, sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan.3 Pengobatan onychomycosis telah berkembang pesat dalam dekade terakhir.Ada beberapa obat antijamur oral yang bisa digunakan dengan tingkat keberhasilan tinggisejakduluyaitu griseofulvin dan ketoconazole (Nizoral) namun keduanya memiliki keterbatasan. Griseofulvin merupakanfungistatic dan perlu diminum dalam dosis yang relatif tinggi untuk 1 tahun atau lebih untuk kuku kaki. Penggunaan ketokonazol dibatasi karena potensi hepatotoksisitas.Tiga obat baru telah melengkapi obat yang sebelumnya. Terbinafine merupakanAllylamine yang diresepkan dengan dosis 250 mg setiap hari selama 12 minggu untuk kuku kaki dan

6

minggu

untuk

kuku

jari.

Itrakonazol

dapat

diberikan

terus

menerusdengandosis 100 mg dua kalisetiap hari selama 12 minggu atau 200 mg dua kali sehari selama 1 minggu setiap bulan selama 3bulan.Flukonazol merupakan triazol dengan kegunaan melawan ragi dan dermatofit. Ini diberikan dalamdosis 200 mg sekali seminggu sampai kuku kembalinormal, periode waktu bisa sampai 12 bulan untuk kuku kaki dan 9 bulan untuk kuku jari.Terapi onychomycosis topikal berkembang dengan cepat.Ada satuobat antijamur topicalyaitucyclopirox disetujui oleh FDA untuk pengobatan onikomikosis dan ada beberapa obat antijamur topikal lainnya dalam uji klinis untuk onikomikosis.12

2.2.3 Kuku Liken Planus 2.2.3.1 Definisi

23

Liken planus pada kuku dapattimbultanpakelainankulit. Perubahan pada kuku berupabelah longitudinal, lipatan kuku yang mengembung (pterigium kuku), kadang-kadanganonikia. Lempeng kuku menipis dan papul liken planus dapatmengenailempeng kuku. Lokalisasi kuku dari liken planus harusditanggapi dengan serius, karena bisa menghancurkan kuku. Oleh karena itu, penting untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit sesegera mungkin.9 2.2.3.2 Epidemiologi Perubahan kuku pada liken planus dapat terjadi pada 10 % kasus. Dapat timbul tanpa adanya kelainan kuku15.

2.2.3.3 Etiologi Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi berhubungan dengan reaksi alergi atau reaksi kekebalan (autoimun). Penyakit ini timbul setelah pemaparan alergen yang kuat, seperti obat-obatan, zat warna, dan zat kimia lainya. 2.2.3.3 Gambaran Klinis Adanya belah longitudinal (longitudinal ridges) dan pitting. Matriks akan membentuk kuku yang rapuh dan dapat disertai koilonikia. Mengenai beberapa atau seluruh kuku. Bila ada atrofi atau jaringan parut pada matriks dan lipatan skuku proksimal, maka akan terjadi pembentukan pterigium kuku15. 2.2.3.4 Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan histopatologik, terdapat hiperkeratosis, degenerasi sel basal dan infiltrat limfosit serta histiosit yang menyerupai susu.15 2.2.3.5 Penatalaksanaan

24

Pengobatan liken planus kuku umumnya tidak memuaskan, dicoba dengan steroid kuat tropikal dioleskan dari bagian distal ke proksimal selama 6 bulan. Penyuntikan triamsinolon asetonid 0,5 ml dosis 40 mg/ml dengan 1% lignokain setiap bulan selama 6 bulan.15

Gambar 2.8 Liken planus pada matriks kuku.

Liken planus pada matrikskuku memerlukan perawatan oral atau intramuskular dengan steroid sistemik. Suntikan kortikosteroid intralesional (vs sistemik) harus dipertimbangkan pada pasien denganketerlibatan kurang dari tigajari.

Gambar 2.9 Liken planus pada matriks kuku sebelum dan sesudah diterapidengan steroid sistemik.

25

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan Kuku

merupakan

salah

satudermal

appendages

yang

mengandunglapisantanduk yang terdapat pada ujung-ujungjaritangan dan kaki,

gunanyaselainmembantujari-jariuntukmemegang

juga

digunakansebagaicerminkecantikan.Kelainan pada kuku dapatdisebabkan oleh infeksibaikbakteriataupunjamursepertiparonikia sudahterjadiinfeksisekunder

yang dan

onikomikosisataudisebakandaripenyakitkulitsepertipenyakit liken planus. Paronikia merupakan penyakit infeksi superfisial terlokalisir atau abses pada perionikiuim (lipat kuku) tangan, jarang pada kaki. Paronikia terbagi

26

menjadi dua yaitu paronikia akut dan paronikia kronik. Paronikia akut biasanya disebabkan oleh Sthapylococus, dapat juga disebabkan oleh trauma langsung ataupun tidak langsung, misalnya kuku pecah, menggigit kuku atau menghisap kuku.Paronikia kronik adalah penyakit inflamasi multifaktorial pada lipatan kuku proximal terhadap iritan dan alergen. Penyakit ini sebagai hasil berbagai kondisi seperti mencuci piring, menghisap jari, pengangkatan kutikula pada manikur dan kontak dengan bahan kimia. Onikomikosis merupakan infeksi jamur kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita (tinea unguium), kapang non-dermatofita dan ragi. Penyakit ini dapat terjadi pada matriks, nail bedatau nail plate. Onikomikosis dapat mengakibatkan rasa nyeri, tidak nyaman, dan terutama tampilan kurang baik. Kejadian onikomikosis meningkat seiring bertambahnya usia, dikaitkan dengan menurunnya sirkulasi perifer, diabetes, trauma berulang pada kuku, pajanan lebih lama terhadap jamur, imunitas yang menurun, serta menurunnya kemampuan merawat kuku. Liken planus pada kuku dapattimbultanpakelainankulit. Perubahan pada kuku berupabelah longitudinal, lipatan kuku yang mengembung (pterigium kuku), kadang-kadanganonikia. Lempeng kuku menipis dan papul liken planus dapatmengenailempeng kuku. Lokalisasi kuku dari liken planus harusditanggapi dengan serius, karena bisa menghancurkan kuku.

27

DAFTAR PUSTAKA

1.

Billingsley EM. Paronychia. Emedicine Medscape: USA; 2016. Diakses 11 September 2018: emedicine.medscape.com/article/1106062-overview.

2.

Chuang TY. Lichen Planus. Emedicine Medscape: USA; 2017. Diakses 11 September 2018: emedicine.medscape.com/article/1123213-overview

3.

Gupta AK, Drummond-Main C, Cooper EA, Brintnell W, Piraccini BM, Tosti A. Systematic review of nondermatophyte mold onychomycosis: Diagnosis, clinical types, epidemiology, and treatment. J Am Acad Dermatol. 2012;66(3):494–502.

4.

Hay RJ, Mackie RM, Clayton YM. Tioconazole nail solution--an open study of its efficacy in onychomycosis. Clin Exp Dermatol. 1985;10(2):111–5.

5.

Kartowigno Soenaro. Sepuluh Besar Kelompok Penyakiut Kulit. Edsisi ke-2. Palembang: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2012. Hal 140.

28

6.

Murphy-lavoie H. Paronychia in emergency.[internet] 2012 [updated 2012 May

31].

Available

from:

http://www.emedicine.medscape.com/article/785158.overview. 7.

Paronychia [internet] 2011 [cited 2011 May 5]. Available from: http://www.ncbi.nlm.gov/pubmedhealth/PMH0002416/.

8.

Relhan V, Goel K, Bansal S, Garg VK. Management Of Chronis Paronychia. Indian J Dermatol 2014; 59 : 15-20.

9.

Rich P, Scher RK. Lichen Planus, Alopecia Areata dan Darier’s Disease. An Atlas of Disease of the Nail. The Parthenon Publishing Group: USA; 2005. p. 87-93.

10. Rich P, Scher RK. Onychomycosis. An Atlas of Disease of the Nail. The Parthenon Publishing Group: USA; 2005. p. 61-69. 11. Rigopoulos D, Larios G, Gregorious S. Acute amd chronic paronychia. American Family Physician.2008;77(3)339-346,347-348. 12. Rodgers P, Bassler M. Treating onychomycosis. Am Fam Physician 2001;63(4):663–72, 677–8. 13. Roberts JR. Fingertrip Problems: acute paronychia. Am Fam Physician. 2010;77:12-15. 14. Siregar RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi ke-3. 2015. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bab 2. Penyakit jamur. Hal 32. 15. Soeparman L. Kelainan kuku. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dann kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Penerbit fakultas kedokteran Indonesia. 2016. hal 312-317, 378-380. 16. Tang W. Nail and Nail Disorders. The Hong Kong Medical Diary: Hong Kong; 2010: 15; 13-17. 17. Tosti A. Onychomycosis.Emedicine Medscape: USA; 2017. Diakses 18Agustus 2017: emedicine.medscape.com/article/1105828-overview.

29

Related Documents


More Documents from "kurniati ramadhaniah"