Refarat Insomnia.docx

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Refarat Insomnia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,024
  • Pages: 30
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RSD MADANI PALU – FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

REFERAT PSIKIATRI INSOMNIA

DISUSUN OLEH : ARKAM, S.Ked N 111 17 111

PEMBIMBING KLINIK dr. Nyoman Sumiati, M.Biomed, Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RSJ MADANI PALU –FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2018

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: Arkam, S.Ked

No. Stambuk

: N 111 17 111

Fakultas

: Kedokteran

Program Studi

: Profesi Dokter

Universitas

: Tadulako

Judul Referat

: Insomnia

Bagian

: Ilmu Kedokteran Jiwa

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSJ MADANI Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, 28 Maret 2018

Pembimbing Klinik

(dr. Nyoman Sumiati, M.Biomed, Sp.KJ)

Mahasiswa

( ARKAM )

2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................

ii

DAFTAR ISI .........................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ELEKTROFISIOLOGI TIDUR .........................................

3

B. DEFINISI . ..........................................................................

5

C. ETIOLOGI . ........................................................................

6

D. EPIDEMIOLOGI ................................................................

11

E. PATOFISIOLOGI ..............................................................

13

F. DIAGNOSIS . .....................................................................

13

G. DIAGNOSIS BANDING ...................................................

16

H. KRITERIA DIAGNOSTIK ................................................

17

I. PENATALAKSANAAN ....................................................

20

J. PROGNOSIS ......................................................................

24

BAB III KESIMPULAN . .....................................................................

26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

27

3

BAB I PENDAHULUAN Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, rata-rata hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu keadaan yang tidak bermanfaat, untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Setelah seseorang menjalankan aktivitas sehari-harinya tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh, dibutuhkan tidur yang cukup untuk memulihkan kondisi tubuh menjadi segar guna menghadapi aktivitas kembali esok hari. Apabila seseorang tidak bisa melakukan proses tidur, maka orang tersebut dicurigai mengalami gangguan tidur. (1,2) Insomnia istilah digunakan dalam berbagai cara dalam literatur medis dan terbitan popular. Insomnia adalah gangguan tidur yang umum, kronis, dan meluas di mana orang secara teratur memiliki kesulitan tidur dan / atau tidur meskipun kesempatan adekuat untuk tidur. Paling sering, insomnia didefinisikan oleh kehadiran dan laporan individu kesulitan dengan tidur. Misalnya, dalam studi survei, insomnia didefinisikan sebagai respon positve untuk pertanyaan baik, apakah Anda memiliki pengalaman susah tidur? Dalam literatur tidur, insomnia kadang-kadang digunakan sebagai istilah untuk menggambarkan keberadaan bukti polysomnographic tidur terganggu. Dengan demikian, kehadiran laten tidur panjang, sering terbangun tengah malam, atau periode lama terjaga selama periode tidur bahkan sering tergugah sementara diambil sebagai bukti insomnia. (3) Mengapa insomnia memenuhi syarat disebut gangguan? Gangguan adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan konsekuensi negatif, dan yang lebih penting, konsekuensi ini bukan hasil yang normal dari kondisi melainkan semacam respon patologis. Konsekuensi insomnia tidak bisa hanya menjadi konsekuensi normal dari kurang tidur. (3)

4

Menurut penelitian di Amerika menyebutkan 40-70 juta penduduk Amerika mengalami insomnia intermiten dan 10 hingga 20 % penduduk Amerika terkena insomnia kronsi. Konsekuensi dari penyakit insomnia sangat banyak bahkan hingga menimbulkan kerugian secara ekonomi. Hal inilah yang mendasari insomnia sebagai masalah yang sering didapat pada tingkat pelayanan kesehatan primer, sehingga dokter umum sebagai garda pelayanan kesehatan primer dituntut untuk menguasai kompetensi penyakit insomnia dengan baik. Dokter umum harus mampu mendiagnosis insomnia serta mampu melakukan terapi yang tepat bagi pasien. (2)

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Elektrofisiologi Tidur Siklus bangun tidur adalah suatu variasi siklik normal adalam kesadaran akan lingkungan. Berbeda dari keadaan terjaga, orang yang tidur tidak secara sadar mengetahui dunia eksternal, tetapi mereka memiliki pengalaman keseadaran dunia internal misalnya mimpi. Selain itu, mereka dapat dibangunkan dengan rangsangan luar, misalnya bunyi alarm. Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Selama tahap-tahap tertentu tidur, penyerapan O2 oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat normal sewaktu terjaga. (4) Terdapat dua jenis tidur yang berlainan ; tidur non rapid eye movement (NREM) dan tidur rapid eye movement (REM). Tidur NREM dibagi menjadi 4 stadium. Seorang yang baru tertidur stadium 1, yang ditandai oleh aktivitas EEG frekuensi tinggi dengan amplitudo yang rendah. Stadium 2 ditandai oleh munculnya kumparan tidur (sleep spindle). Disini terjadi letupan gelombang mirip alfa, gelombang 10-14 Hz, 50 µV. Pada stadium 3, pola yang timbul adalah gelombang EEG dengan frekuensi yang lebih rendah dan amplitudo meningkat. Perlambatan maksimum dengan gelombang besar dijumpai pada stadium 4. (5) Pada permulaan tidur,berpindah dari tidur ringan (tidur ayam) stadium 1 menjadi tidur dalam stadium 4 dalam waktu 30 sampai 45 menit; kemudian berbalik melalui stadium-stadium yang sama dalam periode waktu yang sama. Pada akhir masing-masing siklus tidur gelombang lambat terdapat episode tidur paradoksal 10 sampai 15 menit. Secara paradoks, pola EEG selama periode ini mendadak berubah seperti dalam keadaan terjaga, meskipun masih dalam keadaan tidur lelap (karena itu dinamai tidur paradoksal). (4) Selama tidur paradoksal, terjadi gerakan mata yang cepat dan acak, dan karena hal inilah tidur tersebut dinamakan tidur REM. Tidur gelombang 6

lambat tidak memperlihatkan gerakan semacam itu sehingga dinamakan tidur NREM. Ciri lain tidur tidur REM adalah adanya potensial fasik besar, dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-5 gelombang, yang berasal dari pons dan cepat berpindah ke corpus geniculatum laterale dan dari sini ke korteks oksipitalis. Oleh karena itu, potensial ini disebut ponto-geniculo-occipitalspike, PGO. Tonus otot rangka di leher sangat menurun selama tidur REM. Otot lain tetap mempertahankan tonusnya, tetapi terdapat paralisis relative pada aktivitas volunter yang tergantung lokus serelus. (5) Siklus bangun tidur serta berbagai tahapan tidur disebabkan oleh hubungan timbal-balik antara tiga sistem saraf : (1) sistem keterjagaan, yaitu bagian dari reticular activating system yang berasal dari batang otak, (2) pusat tidur gelombang lambat di hipotalamus yang mengandung neuron tidur yang menginduksi tidur, dan (3) pusat tidur paradoksal di batang otak yang mengandung neuron tidur REM, yang menjadi sangat aktif sewaktu tidur REM. Pola interaksi di antara ketiga region saraf ini, yang menghasilkan rangkaian siklis yang dapat diperkirakan antara keadaan terjaga dan kedua jenis tidur, kini menjadi bahan penelitian intensif. Para ilmuwan saraf barubaru ini mempeljari bahwa neuron yang membuat anda terjaga melepaskan muatan secara otonom dan terus-menerus. Neuron-neuron ini harus dihambat agar kita dapat tidur, mungkin oleh PPI yang dihasilkan oleh masukan dari neuoron tidur atau oleh masukan inhibitorik lain. Neuron tidur REM dipercayai berfungsi sebagai tombol antara tidur gelombang lambat dan tidur REM. Siklus tidur normal dapat mudah diinterupsi, dengan sistem yang membuat kita terjaga lebih mudah mengalahkan sistem tidur daripada kebalikannya; yaitu lebih mudah terjaga ketika mengantuk daripada jatuh tertidur ketika terjaga penuh. Sistem keterjagaan dapat diaktifkan oleh masukan sensorik aferen (sebagai contoh, seseorang mengalami kesulitan untuk tidur jika lingkungan berisik) atau oleh masukan yang turun ke batang otak dari daerah-daerah emosi yang lebih tinggi. Konsentrasi penuh atau keadaan emosi yang kuat, misalnya rasa cemas atau kegembiraan, dapat

7

mencegah orang tidur, demikian juga aktivitas motorik, misalnya bangkit dan berjalan-jalan dapat membangunkan orang yang mengantuk. (4) B. Definisi Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Menurut DSM-V, Insomnia didefinisikan sebagai ketidakpuasan dengan kuantitas tidur atau kualitas terkait dengan satu atau lebih gejala berikut : 

Kesulitan memulai tidur



Kesulitan mempertahankan tidur, ditandai dengan sering terbangun atau masalah kembali tidur setelah terbangun



Bangun lebih pagi dengan ketidakmampuan untuk kembali tidur

Kriteria lainnya adalah sebagai berikut : 

Gangguan tidur menyebabkan distress klinis signifikan atau gangguan dalam bidang bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, akademik, perilaku, atau lainnya yang penting dari fungsi



Kesulitan tidur berlangsung minimal 3 malam per minggu



Kesulitan tidur hadir untuk setidaknya 3 bulan



Kesulitan tidur terjadi meskipun peluang cukup untuk tidur



Insomnia tidak dapat dijelaskan oleh dan tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan tidur-bangun yang lain



Insomnia tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari penyalahgunaan obat atau obat.



Berdampingan antara gangguan mental dan kondisi medis tidak memadai menjelaskan keluhan dominan insomnia (10)

Menurut The International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut. (1), (6)

8

C. Etiologi Masalah tidur ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, daintaranya karena hormonal, obat-obatan, dan kejiwaan. Bisa juga karena faktor luar misalnya tekanan batin, suasana kamar tidur yang tidak nyaman atau perubahan waktu karena harus kerja malam. (1) Tabel 1. Komorbid Psikiatri dan Gangguan Mental serta Obat-obatan dan Substansi yang Dapat Mengintervensi Tidur Gangguan Mental Gangguan Mood (depresi berat, gangguan distimik, bipolar) Gangguan anxietas (gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik, gangguan stress pasca trauma Gangguan psikotik (skizofrenia) Gangguan penyalahgunaan zat Gangguan medis dan kondisi Kardiovaskular (gagal jantung kongestif, penyakit arteri koronaria) Paru (PPOK, asma) Saraf (stroke, Parkinson, neuropathy, traumatic brain injury, penyakit cerebrovascular) Gastrointestinal (GERD) Ginjal dan genitourinary (gagal ginjal kronik, benign hyperplasia prostat) Endokrin dan metabolik (diabetes, hipertiroid, obesitas) Muskuloskeletal (rheumatoid arthritis, osteoarthritis, fibromyalgia) Lain-lain (menopause) Obat-obatan dan Zat Alkohol (penggunaan akut, withdrawal) Kafein Nikotin Antidepressan (SSRI, Serotononin norepinephrine reuptake inhibitor, atypical antidepressant) Dekongestan (phenylpropanolamine, pseudoephedrine) Kortikosteroid

9

β-Agonist and theophylline-derivate bronchodilators β-Antagonist Stimulants Statins Dopamine agonist (8)

Berdasarkan International Classification of Sleep Disorder, Second Edition (ICSD-2), terdapat 11 klasifikasi insomnia, yaitu :  Adjustment insomnia (insomnia akut) Adjustment insomnia juga dikenal sebagai transient, jangka pendek, atau insomnia akut. Penyebab dapat dibagi menjadi 2 kategori: lingkungan dan stres terkait. Etiologi lingkungan termasuk unfamiliarity, kebisingan yang berlebihan atau cahaya, temperatur yang ekstrim, atau tempat tidur yang tidak nyaman atau kasur. Etiologi stres yang berhubungan terutama melibatkan peristiwa kehidupan, seperti pekerjaan baru atau sekolah, batas waktu atau ujian, atau kematian kerabat dan teman dekat. Adjustment insomnia biasanya berlangsung 3 bulan atau kurang. Insomnia menyelesaikan ketika stressor tidak lagi hadir atau individu beradaptasi dengan stressor. (9)  Psikofisiologi insomnia (insomnia primer) Insomnia primer dimulai dengan stres berkepanjangan pada seseorang dengan tidur sebelumnya yang memadai. Pasien merespon stres dengan ketegangan somatisasi dan agitasi. Pada orang yang mengalami tidur yang normal, sebagai tegangan awal mereda, kebiasaan tidur yang buruk secara bertahap dipadamkan karena mereka tidak diperkuat setiap malam. Namun, pada pasien dengan kecenderungan malam yang susah sesekali tidur, kebiasaan buruk yang diperkuat, pasien "belajar" khawatir tentang tidurnya, dan diikuti dengan insomnia kronis (9) Pasien akan memiliki bukti sulit tidur terkondisi dan atau / memuncak arousal di tempat tidur, sebagai indikasi diikuti 1 atau lebih berikut:

10

o

Fokus yang berlebihan dan tinggi kecemasan tentang tidur

o Sulit jatuh tidur di waktu tidur yang diinginkan atau selama tidur siang yang direncanakan, tapi tidak ada kesulitan tidur selama kegiatan monoton lain ketika tidak berniat untuk tidur o Kemampuan untuk tidur lebih baik jauh dari rumah daripada di rumah o Mental arousal di tempat tidur yang ditandai dengan baik pikiran mengganggu atau ketidakmampuan dianggap atas keinginannya berhenti mencegah aktivitas mental tidur o Ketegangan somatik di tempat tidur tercermin dari ketidakmampuan dirasakan untuk bersantai tubuh cukup untuk memungkinkan terjadinya tidur. Gangguan tidur tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan lain tidur, gangguan medis atau neurologis, penggunaan obat, atau gangguan penyalahgunaan zat.  Insomnia akibat kondisi medis Pada pasien insomnia yang berhubungan dengan kondisi medis, gangguan medis terdiri atas : o Sindrom nyeri kronis dari berbagai sebab (contoh : arthiritis, kanker) o Penyakit paru obstruktif kronik o Penyakit ginjal kronik (khususnya hemodialisa) o Sindrom fatigue kronik o Fibromialgia o Gangguan neurologis Gangguan neurologis bisa berupa penyakit Parkinson, atau gangguan gerakan lainnya, dan sindrom sakit kepala, utamanya cluster headache, yang dapat dipicu oleh tidur. (9)  Insomnia akibat gangguan mental Kebanyakan gangguan mental kronis dihubungkan dengan gangguan tidur. Depresi merupakan gangguan paling umum yang dihubungkan dengan

11

terbangun lebih pagi dan ketidakmampuan untuk jatuh tidur kembali. Sebaliknya, penelitian juga menemukan bahwa insomnia dapat memicu depresi : insomnia yang durasinya lebih dari 1 tahun dapat dihubungkan dengan peningkatan resiko depresi. (9) Schizofrenia dan bipolar fase manik umumnya dihubungan dengan onset tidur insomnia. Gangguan cemas (termasuk nocturnal panic disorder dan gangguan stress paska trauma) dihubungkan dengan keduanya yakni onset tidur dan keluhan maintenence tidur. Menurut DSM 5 insomnia yang berhubungan dengan gangguan mental dapat muncul beberapa hari sampai minggu sebelum kedaruratan gangguan mentalnya. Insomnia umumnya umuncul secara tipikal dihubungkan dengan gangguan mental, sebagai indikasi ditandai dengan distress atau merupakan fokus independen pengobatan. Gangguan tidur tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan lain tidur, gangguan medis atau neurologis, penggunaan obat, atau gangguan penyalahgunaan zat. (9)  Insomnia akibat penyalahgunaan obat dan zat Gangguan tidur umumnya

dengan penggunaan berlebihan stimulan,

alkohol, atau obat penenang-hipnotik. Dapat ditegakkan apabila satu dari kriteria berikut ini : o Pasien memiliki saat ini, ketergantungan berkelanjutan pada atau penyalahgunaan obat atau zat yang dikenal memiliki sifat tidurmengganggu baik selama periode penggunaan atau intoksikasi atau selama periode penarikan o Pasien memiliki penggunaan saat berkelanjutan atau paparan obat, makanan, atau racun yang dikenal memiliki sifat tidur-mengganggu pada individu yang rentan Insomnia adalah temporal berhubungan dengan paparan zat, penggunaan, atau penyalahgunaan, atau penarikan akut. Gangguan tidur tidak dapat lebih baik dijelaskan oleh gangguan lain tidur, gangguan medis atau neurologis, penggunaan obat, atau gangguan penyalahgunaan zat. (9)

12

 Insomnia bukan akibat penyalahgunaan atau kondisi fisiologis yang diketahui, tidak tergolongkan Diagnosis ini digunakan untuk bentuk insomnia yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain di ICSD-2 tetapi diduga merupakan hasil dari gangguan yang mendasari mental, faktor psikologis, atau tidur proses mengganggu. Diagnosis ini dapat digunakan secara sementara sampai informasi lebih lanjut diperoleh untuk menentukan kondisi mental tertentu atau faktor psikologis atau perilaku yang bertanggung jawab untuk kesulitan tidur. (9)  Inadekuate sleep hygiene Inadekuate sleep hygiene pada prakteknya dibutuhkan minimal 1 dari berikut: penjadwalan tidur yang tidak benar terdiri dari sering siang tidur siang, memilih sangat bervariasi tidur atau rising time, atau menghabiskan jumlah waktu yang berlebihan di tempat tidur, penggunaan rutin produk yang bahan mengandung alkohol, nikotin , atau kafein, terutama pada periode sebelumnya tidur Ikatan perangsangan mental, kegiatan fisik yang aktif, atau perasaan emosional yang sedih saat menuju waktu tidur. Sering menggunakan tempat tidur untuk kegiatan selain tidur (misalnya, menonton

televisi,

membaca,

mempelajari,

ngemil,

berpikir,

merencanakan sesuatu) Kegagalan untuk mempertahankan lingkungan tidur yang nyaman. Gangguan tidur tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan lain tidur, gangguan medis atau neurologis, penggunaan obat, atau gangguan penyalahgunaan zat. (9) Gangguan tidur ini merupakan keluhan jangka panjang, onset tiba-tiba pada bayi atau masa kanak-kanak. Tidak terdapat sisa atau penyebab yang dapat diidentifikasi. Onsetnya persisiten, dengan tanpa periode remisi. Kondisi ii ada 0,7 % pada dewasa dan 1% pada dewasa muda. (9)

13

 Perilaku Insomnia pada masa kanak-kanak Gejala pada anak dikaitkan dengan gejala insomnia pada dewasa dengan observasi pengasuhnya. Ada 2 tipe gangguan tidur yang diketahui” berhubungan dengan onset tidur dan pengaturan batasan tidur. Berhubungan dengan onset tidur dikarakteristikkan sebagai berikut : 

Jatuh tidur sebagai proses panjang yang membutuhkan kondisi khusus



Berhubungan dengan onset tidur adalah masalah yang rumit



Pada hilangnya kondisi yang berhubungan, onset tidur secara signifikan tertunda atau tidur terganggu



Terbangun di malam hari membutuhkan intervensi pengasuh anak untuk kembali menidurkan anak

Pengaturan batasan tidur dikarakteristikkan sebagai berikut: 

Anak sulit menginisiasi atau maintaining tidur



Anak menolak untuk pergi ke tempat tidur pada waktu yang tepat atau menolak untuk kembali ke tempat tidur pada setelah proses terbangun di malam hari



Pengasuh mendemonstrasikan ketidakcukupan atau ketidaserasian pengaturan batasan waktu untuk menegakkan perilaku tidur yang sesuai pada anak (9)

 Gangguan tidur primer akibat insomnia Gangguan tidur primer akibat insomnia terdiri atas kategori berikut : 

Restless legs syndrome (RLS)



Obstructive sleep apnea/hypopnea syndrome



Circadian rhythm disorders

(9)

D. Epidemiologi Penyakit insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering dikeluhkan masyarakat. Prevalensinya bervariasi berdasarkan definisi kasus dan kriteria diagnositik yang spesifik, sehingga estimasi prevalensi insomnia memiliki rentang sekitar 10% hingga 40%. Penelitian di Korea Selatan menunjukkan bagaimana variasi angka prevalensi insomnia berdasarkan 14

definisinya. Ketika insomnia didefinisikan berdasarkan frekuensi tidur (gejala muncul selama 3 malam dalam 1 minggu) maka angkanya menjadi 17%. Bila definisinya mengarah pada kesulitan dalam mempertahankan tidur, nilainya menjadi 11,5%. Dengan mengguankan DSM 5 nilainya menjadi 5%. Suatu survey di Singapura menunjukkan 8%-10% pasien yang datang ke dokter umum mengeluhkan gejala insomnia. Penelitian ni menunjukkan kuantitasa pasien insomnia yang datang kepada dokter umum tidaklah sedikit. Sebuah artikel menyatakan Riset internasional yang telah dilakukan US Census Bureau, International Data Base tahun 2004 terhadap pendudk Indonesia menyatakan bahwa dari 238,452 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 28,035 juta jiwa (11,7%) terjangkit insomnia. Angka ini membuat insomnia sebagai salah satu gangguan paling banyak yang dikeluhkan masyarakat Indonesia. Dari segi jenis insomnianya, hasil penelitian di Amerika Serikat yang menggunakan DSM 4 menunjukkan 20-49% penduduk dewasa mengidap insomnia intermiten dan 10-20% mengidap insomnia krons, dimana 25% dari pengidap insomnia kronis terdiagnosis sebagai insomnia primer. Prevalensi insomnia lebih tinggi pada wanita dan lansia (65 tahun ke atas). Wanita lebih sering 1,5 kali mengidap insomnia dibandingkan pria, dan 20-40% lansia mengeluhkan gejala-gejala pada insomnia tiap beberapa hari dalam 1 bulan.(2) Berdasarkan Survey Nasional di Inggris prevalensi insomnia dari tahun 1993 – 2007 terdapat beberapa keadaan yang berhubungan dengan insomnia : o Wanita o Usia tua o Pendidikan rendah o Depresi o Tidak bekerja o Tidak memiliki penghasilan o Janda, bercerai, atau hidup berpisah dengan suami (9)

15

E. Patofisiologi Insomnia sering dikaitkan dengan keberadaan hyperarousal. Keadaan ini meningkatkan level kewaspadaan seseorang dan menyebabkan terjadinya peningkatan metabolism di dalam tubuh. Bila terjadi di malam hari akan menimbulkan kesulitan tidur. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang hasilnya menunjukkan adanya peningkatan body metabolic rates yang lebih tinggi pada penderita insomnia bila dibandingkan orang normal. Keadaan ini tidak hanya terjadi pada malam hari, tetapi juga bisa di siang hari. Keadaan hyperarousal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti stress psikologis maupun fisik. Penelitian yang dilakukan Charles M.Morin, dkk menunjukkan tingginya intensitas stressor dalam kehidupan sehari-hari serta meningkatnya arousal pada orang dengan insomnia primer bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami gangguan tidur.(2) Penelitian tentang neuroimaging pada pasien insomnia, menunjukkan adanya peningakatan metabolism glukosa serebral selama tidur dan saat bangun. Pada pemeriksaan electroencephalography, insomnia menunjukkan peningkatan aktivitas gelombang beta dan penurunan aktivitas gelombang delta.(2) F. Diagnosis  Anamnesis : Melalui

anamnesis

yang lengkap diagnosis

insomnia dapat

ditegakkan. Beberapa informasi yang harus didapatkan seperti informasi yang mendalam mengenai keluhan yang dirasakan sangat dibutuhkan untuk membantu menegakkan diagnostik, seperti apakah insomnia yang dikeluhkan

berhubungan

dengan

gangguan

saat

memulai

tidur,

mempertahankan tidur, bangun tidur pagi, tidur yang tidak menyegarkan atau kombinasinya. (10) Apabila gangguan memulai tidur berhubungan dengan restless leg syndrome , sedangkan gangguan bangun terlalu pagi berhubungan dengan gangguan depresi. Tambahan informasi seperti onset, frekuensi, penyakit penyerta, faktor yang memperberat dan memperingan juga dapat

16

membantu dalam menegakkan diagnosis. Apabila perjalanannya panjang tanpa diikuti penyerta menandakan insomnia primer yang kronik, sedangkan insomnia yang disertai penyakit penyerta menandakan insomnia sekunder. (10) Ditanyakan juga jadwal tidur, meliputi waktu tidur, latensi tidur, lamanya waktu tidur, waktu untuk memulai kembali tidur, waktu bangun, waktu yang dihabiskan di tempat tidur, waktu total tidur mesti dikaji. Apabila ditemukan pilihan waktu tidur tidak sesuai dengan kenyataannya menandakan adanya gangguan tidur irama sirkardian. Digali juga informasi mengenai aktivitas sehari-hari seperti jadwal kerja, makan, olahraga, lama dan waktu tidur siang. Pembahasan mengenai rasa ngantuk sepanjang hari, menurunnya daya ingat dan konsentrasi, depresi, cemas, mudah tersinggung, gangguan dalam bekerja atau di rumah juga perlu ditanyakan pada orang sekitar pasien untuk emmastikan keluhan yang disampaikan pasien. Kondisi tidur seperti kondisi ruangan, pencahayaan, suhu, tingkat kebisingan, penggunaan TV, komputer selama waktu menjelang tidur juga perlu ditanyakan karena akan mengurangi kemampuan untuk tidur. (10) Ditanyakan juga penanganan yang dilakukan sebelumnya dan efek yang ditimbulkan melalui pengobatan tersebut. Beberapa penyakit yang timbul bersamaan dengan penyakit (kardiovaskular, paru-paru, saraf, gastrointestinal, ginjal, endokrin), yang berhubungan dengan gangguan psikiatri (depresi, gangguan bipolar, cemas, panic) dan penggunaan zat seperti (alcohol, kafein), perlu ditanyakan jumlah penggunaan, waktu dan frekuensinya. (10)  Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik mungkin memberikan petunjuk untuk gangguan medis yang mendasari predisposisi insomnia. Rekomendasi spesifik meliputi.: 

Riwayat sugestif sleep apnea; kepala. Cermat dalam pemeriksaan kepala dan leher

17



Gejela restless leg syndrome atau gangguan pergerakan tungkai periodic atau gangguan neurologis lainnya. Cermat dalam melakukan pemeriksaan neurologis



Gejala siang konsisten dengan penyebab medis insomnia: cermat dalam pemeriksaan sistem organ yang terkena (misalnya, paru-paru pada penyakit paru obstruktif kronik) (9)

 Pemeriksaan Penunjang : Insomnia adalah diagnosis klinis. Studi diagnostic diindikasikan secara prinsip untuk

klarifikasi

gangguan

komorbid.

Pengukuran

yang

dapat

sensitive

untuk

dipertimbingkan sebagai berikut : o Polysomnography,

merupakan

alat

yang

paling

membedakan tidur dan terjaga. Pemeriksaan alat ini tidak rutin digunakan untuk mengevaluasi insomnia kronik karena pada banyak kasus hanya mengkonfirmasi laporan subjektif dari pasien tanpa mengindikasikan penyebab pasien terjaga, tapi pada situasi tertentu polisomnografi sangat berguna pada sleep apnea, periodic limb movement, atau parasomnia. Pada pasien dengan keluhan tidak wajar atau riwayat respon terhadap pengobatan tidak baik dapat dilakukan polisomnografi. o Actigraphy, merupakan metode objektif untuk mengevaluasi pola tidur dan beraktivitas dengan menggunakan peralatan yang sensitive terhadap gerakan, digunakan pada pergelangan tangan yang tidak dominant. Pada penelitian yang valid menunjukkan hubungan antara pola aktigrafi dan tidur yang dinilai melalui polisomnografi, walaupun aktigrafi dapat melebih-lebihkan jumlah nyata dari tidur. Aktigrafi bertujuan untuk memeriksa pola-pola yang terjadi secara temporal, variasinya dan respon terhadap pengobatan. Aktigrafi digunakan dalam mengevaluasi gangguan ritme sirkardian tapi belum sepenuhnya valid. o Sleep diary, merupakan pencatatan waktu tidur yang dilakukan selama 1-2 minggu, pencatatan ini berguna untuk menegakkan pola tidur, variasi pada jam tidur, gangguan tidur dari hari ke hari. (9), (10)

18

G. Diagnosis Banding -

Sleeplessness and Circadian Rhythm Disorder Gangguan pada sirkadian ritme-sekitar 24 jam siklus yang endogen dihasilkan oleh organisme-dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok utama: gangguan transien (misalnya, jet lag atau jadwal tidur berubah karena pekerjaan, tanggung jawab sosial, atau sakit) dan gangguan kronis (misalnya, tertunda delayed sleep-phase syndrome [DSPS], advanced sleep-phase syndrome [ASPS], dan tidak teratur siklus tidur-bangun). Sulit tidur (insomnia) didefinisikan sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur. (9)

-

Restless Legs Syndrome Restless Legs Syndrome

(RLS) adalah gangguan neurologis gerakan

anggota tubuh yang sering dikaitkan dengan keluhan tidur. Pasien dengan RLS dapat melaporkan sensasi, seperti dorongan hampir tak tertahankan untuk menggerakkan kaki, yang tidak menyakitkan tetapi jelas mengganggu. RLS dapat menyebabkan cacat fisik dan emosional yang signifikan. (9) -

Obstructive Sleep Apnea Obstructive Sleep Apnea (OSA) -juga disebut sebagai obstruktif sleep apnea-hypopnea-adalah gangguan tidur yang melibatkan penghentian atau penurunan yang signifikan dalam aliran udara di hadapan bernapas usaha. Ini adalah jenis yang paling umum dari gangguan napas saat tidur dan ditandai oleh episode berulang dari runtuhnya saluran napas bagian atas selama tidur. Episode ini berkaitan dengan desaturasi oksihemoglobin berulang dan arousals dari tidur. (9) OSA yang berhubungan dengan siang hari yakni rasa kantuk berlebih biasa disebut apnea tidur obstruktif sindrom-juga disebut sebagai obstructive sleep apnea-hypopnea syndrome. (9)

-

Periodic limb movement disorder Gangguan gerakan tungkai periodik (PLMD) adalah unik dalam bahwa gerakan terjadi selama tidur. Kebanyakan gangguan gerakan lainnya

19

manifes selama terjaga. Kondisi ini sangat periodik, dan gerakan dapat menyebabkan kurang tidur dan mengantuk di siang hari berikutnya. PLMD dapat terjadi dengan gangguan tidur lainnya dan berhubungan dengan, tetapi tidak identik dengan, sindrom kaki gelisah (RLS), suatu kondisi yang kurang spesifik dengan fitur sensorik yang nyata selama terjaga. Sebagian besar pasien dengan RLS memiliki PLMD, tetapi sebaliknya adalah tidak benar. Pengobatan melibatkan baik obat dopaminergik dalam upaya untuk memodifikasi aktivitas sistem motorik subkortikal atau, lebih umum, sedatif obat untuk memungkinkan tidur terganggu. Banyak agen baru terbukti berkhasiat untuk pengobatan juga. (9)

H. Kriteria Diagnostik Tabel 2.Kriteria Umum untuk Insomnia menurut International Classification of Sleep Disorder, Second Edition A. keluhan kesulitan memulai tidur, kesulitan mempertahankan tidur, atau bangun terlalu awal atau tidur yang kronis-menyegarkan atau miskin dalam kualitas. Pada anak-anak, kesulitan tidur sering dilaporkan oleh penjaga dan mungkin terdiri dari diamati perlawanan tidur atau ketidakmampuan untuk tidur secara mandiri B. Kesulitan tidur di atas sering penghematan meskipun peluang dan situasi yang cukup untuk tidur. C. Setidaknya salah satu bentuk berikut penurunan siang berkaitan dengan kesulitan tidur malam hari dilaporkan oleh pasien: kelelahan atau malaise attentiion, konsentrasi atau gangguan memori disfungsi sosial atau kejuruan atau prestasi sekolah yang buruk gangguan mood atau iritabilitas kantuk di siang hari (6)

Kriteria diagnostik Insomnia Primer menurut DSM IV-TR A. Keluhan yang dominan adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak bersifat menyegarkan, selama sedikitnya 1 bulan.

20

B. Gangguan tidur (atau kelelahan di siang hari yang terkait) menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain C. Gangguan tidur tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan narkolepsi, gangguan tidur terkait dengan pernapasan, gangguan tidur irama sirkardian, atau parasomnia D. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (cth.gangguan depresif berat, gangguan ansietas menyeluruh, delirium) E. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth, penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum. (8)

Pedoman diagnostic Insomnia Non Organik (F 51.0) 

Hal tersebut dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti : a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk; b. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan; c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari; d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.



Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Semua ko-morbiditas

harus dicantumkan karena membutuhkan terapi

tersendiri 

Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria diatas (seperti pada “transient insomnia”) tidak di-diagnosis

21

disini, dapat dimasukkan dalam Reaksi Stress Akut (F43.0) atau Gangguan Penyesuaian (F43.2) (8) Suatu periode singkat insomnia paling sering disebabkan anxietas, baik sebagai gejala sisa suatu pengalaman yang mencemaskan atau antisipasi pengalaman yang mencetuskan anxietas (cth, ujian awau wawancara pekerjaan yang akan berlangsung). Pada beberapa orang insomnia sementara jenis ini dapat disebabkan berkabung, kehilangan maupun stres. Keadaan ini cenderung tidak berat, meskipun episode psikotik atau depresi berat kadangkadang dimulai dengan insomnia akut. Terapi spesifik untuk keadaan ini biasanya tidak diperlukan. Jika diindikasikan terapi dengan obat hipnotik, dokter dan pasien harus sama-sama memahami bahwa terapi ini berduarasi singkat dan ebberapa gejala seperti kekambuhan singkat insomnia dapat terjadi jika obat dihentikan. (7) Insomnia menetap adalah kelompok keadaan yang cukup lazim ditemukan dengan masalah yang paling sering adalah kesulitan untuk jatuh tertidur bukannya untuk tetap mempertahankan tidur. Insomnia ini melibatkan dua masalah yang kadang-kadang dapat dipisahkan, tetapi sering saling berkaitan yaitu:tegangan somatisasi serta anxietas dan respon asosiatif yang dipelajari. Pasien sering tidak memiliki keluhan yang jelas selain insomnia. Mereka mungkin tidak mengalami anxietas itu sendiri tetapi melepaskan anxietasnya melalui saluran fisiologis; mereka terutama dapat mengeluhkan perasaan gelisah atau pikiran yang mendalam dan tampaknya membuat mereka tetap terjaga. Kadang-kadang (tetapi tidak selalu), seorang pasien menjelaskan perburukan gejala terjadi di saat stress di tempat kerja atau di rumah dan perburukan terjadi saat sedang berlibur. (7) I.

Penatalaksanaan Menurut guideline American Academy of Sleep Medicine (AASM) terdapat 2 tujuan utama penatalaksanaan insomnia yakni : -

Untuk meningkatkan kualitas tidur

-

Untuk meningkatkan perbaikan gangguan terkait siang hari pada pasien (9)

22

Terapi Farmakologi (Psikofarmaka) o Obat sedatif-hipnotik Obat-obat sedatif hipnotik tidak selalu mengobati insomnia, tetapi dapat menghilangkan gejala dengan atau tanpa penyesuaian terapi CBT. Kelompok reseptor agonis non benzodiazepine (eszopiclone, zolpidem, zaleplon) dipercaya mempunyai kemampuan menghambat lebih rendah dari benzodiazepine serta memiliki mejuan penting untuk terapi jangka panjang pada insomnia kronik. o Suvorexant (Belsomra) Suveorexant telah diterima oleh FDA pada Agustus 2014 sebagai reseptor antagonis orexin untuk insomnia. Obat ini diindikasikan untuk terapi insomnia dengan karakter diikuti kesulitan dalam onset tidur dan atau maintaining tidur. Signal sistem Neuropeptida orexin sebagai promotor utama terjaga. Memblok ikatan yang menginisiasi keterjagaan orexin neuropeptide A dan B pada reseptor OX1R dan OX2R oleh suvorexant diyakini menekan keinginan untuk terjaga. Diterima pada tiga uji klinik yang melibatkan 500 relawan. Dosis yang direkomendasikan 10 mg untuk kebanyakan pasien. Setelah mengkonsumsi 20mg, gangguan mengemudi dapat ditemukan pada relawan yang diobservasi. (9) o Ramelteon Remelteon (Rozerem) adalah reseptor agonis melatonin, yang diterima oleh FDA sebagai terapi untuk insomnia. Ramelton adalah reseptor agonis melatonin spesifik yang mengikat reseptor melatonin MT1 dan MT2. Memiliki waktu paru 1-3 jam. Reseptor MT1 melemahkan sinyal memperingatkan suprachiasmatic nucleus (SCN), dan pergeseran fase reseptor MT2 (peningkatan) jam SCN untuk mempromosikan tidur.(9) o Antidepresan sedatif Antidepresan sedative digunakan untuk terapi insomnia primer tanpa gangguan mood, yakni trisiklik sedatif antidepresan seperti amitriptyline, nortriptyline, dan daoxepin, serta obat tetrasiklik seperti mirtazapine. Banyak dokter percaya bahwa antidepresan penenang memiliki efek

23

samping yang lebih sedikit daripada agonis reseptor nonbenzodiazepine; Namun, hal ini tidak terjadi. Obat trisiklik dan mirtazapine dapat menyebabkan sedasi siang hari, berat badan meningkat, mulut kering, hipotensi postural, dan aritmia jantung. Trazodone dapat menyebabkan priapismus pada pria, sedasi siang hari, dan hipotensi. (10) Efikasi dan keamanan dari dosis rendah doxepin telah dibuktikan dalam 2 acak, double-blind, kelompok paralel, uji coba terkontrol plasebo. Dosis rendah doxepin dianggap hipnosis yang terutama bekerja melalui efek antihistamin. (9) Roth et al melaporkan bahwa doxepin dosis rendah (6 mg) diberikan perbaikan yang signifikan dalam onset tidur, pemeliharaan, durasi, dan kualitas, serta muncul untuk mengurangi terbangun pagi. Para peneliti menggunakan efek pertama-malam dikombinasikan dengan fase muka 3 jam untuk menginduksi insomnia sementara pada orang dewasa yang sehat. Insiden efek samping adalah sebanding dengan plasebo.(10) Dalam sebuah studi 12-minggu pasien lansia dengan insomnia primer kronis, Krystal et al melaporkan bahwa malam 1-mg atau dosis 3 mg doxepin menghasilkan perbaikan yang signifikan dan berkelanjutan di sebagian endpoint insomnia, termasuk pemeliharaan tidur dan terbangun pagi. Tidak ada bukti dari hari berikutnya sedasi residual atau efek samping yang signifikan lainnya. Khasiat dinilai menggunakan polisomnografi, laporan pasien, dan peringkat dokter .(9) o Antihistamin Antihistamin adalah obat utama yang dijual bebas untuk membantu tidur . Namun demikian, antihistamin umum (yaitu, antagonis H1-reseptorgenerasi

pertama

seperti

diphenhydramine,

hydroxyzine,

dan

doxylamine) tidak diindikasikan untuk pengobatan sulit tidur.(10) Zhang et al melaporkan bahwa dosis malam hari dari 50 mg diphenhydramine mengakibatkan hari berikutnya efek residu obat penenang.

Ini double-blind, terkontrol plasebo, studi Crossover

24

digunakan positron emission tomography (PET) untuk pengukuran yang objektif efek residual.(10) Sementara H1 antihistamin memiliki efek sedatif pada individu yang sehat, tidak ada penelitian telah membentuk berbagai dosis efektif untuk efek hipnotis agen ini 'pada pasien dengan insomnia. Agen ini mungkin memiliki beberapa manfaat subjektif, tapi khasiat dan keamanan jangka panjang belum ditunjukkan. Dengan demikian, penggunaan rutin mereka pada individu dengan insomnia tidak disarankan.(9) o Melatonin Melatonin menjadi terkenal sebagai obat yang dijual bebas untuk membantu tidur. Melatonin adalah agen alami yang mensekresi hormone pada glandula pinealis. Konsentrasi melatonin tinggi dalam darah selama proses tidur normal dan rendah pada waktu terjaga normal. Konsensus umum menyatakan bahwa melatonin memberikan efek hiponotik pada waktu jam normal. Melatonin memberikan peningkatan waktu tidur, sebaiknya diadministrasikan 30 menit sebelum waktu tidur normal. (10) Pada penderita insomnia kronis mampu mengubah kebiasan tidur serta perubahan mood serta kewaspadaan untuk terjaga di siang hari setelah terapi. Pada pedoman AASM (2008) mencatat kurangnya relatif data keamanan dan data kemanjuran dan, karena itu, menyatakan bahwa melatonin tidak dianjurkan untuk pengobatan insomnia kronis. (10) Sebuah double-blind, uji klinis terkontrol plasebo oleh Rondanelli et al pada pasien fasilitas perawatan jangka panjang menemukan bahwa dosis malam hari melatonin, dikombinasikan dengan magnesium dan seng, muncul untuk meningkatkan kualitas penduduk 'tidur dan kualitas hidup. Suplemen, yang mengandung 5 mg melatonin, 225 mg magnesium, dan 11,25 mg seng, diberikan 1 jam sebelum tidur. (9) o Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Pada guideline American Academy of Sleep Medicine (AASM) rekomendasi penatalaksanaan yakni paling tidak terdapat satu intervensi

25

terapi perilaku dalam terapi awal. Cognitive behavioral therapy (CBT) adalah terapi yang paling dipertimbangkan untuk pasien dengan insomnia primer, serta efektif sebagai terapi adjuvan pada insomnia dengan komorbid. (9) Komponen CBT terdiri atas : - Edukasi sleep hygiene - Terapi kognitif - Terapi relaksasi - Terapi kontrol stimulus - Terapi pengaturan tidur (9) o Diet dan Olahraga Langkah-langkah diet pada pasien dengan insomnia adalah masalah waktu dan menghindari. Rekomendasi berikut mungkin berguna: -

Hindari minuman berkafein di sore hari atau malam, karena aktivitas stimulan antagonisme adenosin dapat mempromosikan hyperarousal

-

Hindari alkohol di malam hari, karena ini dapat memperburuk gangguan

napas

saat

tidur

menyebabkan

sering

arousals;

Selanjutnya, sementara alkohol mempromosikan tidur lebih awal di malam hari, itu mengarah ke lebih gangguan tidur kemudian di malam hari -

Hindari makanan besar di dekat waktu tidur, terutama dengan penyakit gastroesophageal reflux atau tertunda pengosongan lambung. (9)

Olahraga di sore hari atau sore hari (setidaknya 6 jam sebelum tidur) dapat mempromosikan tidur. Namun, aktivitas fisik yang kuat pada akhir malam (<6 jam sebelum tidur) dapat memperburuk insomnia.(9) o Akupuntur Sebuah studi longitudinal oleh Sun et al menemukan bahwa pengobatan akupresur dapat memperbaiki insomnia, dengan efek yang berlangsung setelah akhir intervensi. Dalam, percobaan acak terkontrol 50 warga di fasilitas perawatan jangka panjang, 5 minggu akupresur standar pada HT7

26

yang (Shenmen) poin dari kedua pergelangan tangan secara signifikan mengurangi insomnia, dengan manfaat bertahan sampai 2 minggu sesudahnya.(9) J.

Prognosis Pengobatan insomnia dapat meningkatkan taraf kesehatan, fungsi, dan kualitas hidup pasien. Konsekuensi insomnia tidak diobati dapat meliputi.: o Gangguan kemampuan berkonsentrasi, miskin memori, kesulitan coping dengan iritasi ringan, dan penurunan kemampuan untuk berhubungan keluarga dan sosial o Berkurangnya kualitas hidup, sering sebelumnya atau berhubungan dengan depresi dan / atau kecemasan o Lebih dari peningkatan 2 kali lipat berisiko memiliki kecelakaan kendaraan bermotor-kelelahan terkait o Peningkatan jelas dalam kematian untuk orang yang tidur kurang dari 5 jam setiap malam. (9) Sebuah studi kohort prospektif di etnis Cina di Taiwan menunjukkan bahwa durasi tidur dan keparahan insomnia yang berhubungan dengan semua penyebab kematian dan kejadian penyakit kardiovaskular. Penelitian lain telah menghasilkan hasil yang bertentangan mengenai konsekuensi kardiovaskular insomnia. Sebuah studi prospektif kohort selama 6 tahun tidak menemukan hubungan antara perkembangan hipertensi dan insomnia. Penelitian lain, bagaimanapun, menunjukkan hubungan antara tidur singkat atau pembatasan tidur dan hipertensi.

(9)

Sebuah studi dari orang dengan insomnia dan tidur durasi singkat menunjukkan peningkatan risiko hipertensi pada tingkat yang sebanding dengan yang terlihat dengan gangguan napas saat tidur.

Knutson dkk

menemukan bahwa kuantitas dan kualitas tidur berkorelasi dengan tekanan darah masa depan. Dalam sebuah studi tambahan untuk Pembangunan Risiko Arteri Koroner di Dewasa Muda (CARDIA) studi kohort, pengukuran tidur selama 3 hari berturut-turut di 578 subyek menunjukkan bahwa durasi tidur yang lebih singkat dan pemeliharaan tidur lebih rendah

27

diprediksi keduanya mengakibatkan tekanan darah secara signifikan lebih tinggi dan perubahan negatif dalam darah tekanan selama 5 tahun ke depan. Pasien dengan insomnia dilaporkan memiliki penurunan kualitas hidup dibandingkan dengan kontrol orang normal dalam semua dimensi 36-item SHORT Form Health Survey (SF-36). Pasien dengan insomnia dilaporkan memiliki kelelahan berlebih yang diukur dengan Fatigue Severity Scale dan Profiles of Mood Status (POMS). (9)

28

BAB III KESIMPULAN 1. Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu keadaan yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk berisitirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. 2. Menurut DSM-V, Insomnia didefinisikan sebagai ketidakpuasan dengan kuantitas tidur atau kualitas terkait dengan berbagai gejala. 3. Berdasarkan International Classification of Sleep Disorder, Second Edition (ICSD-2), terdapat 11 klasifikasi insomnia, yaitu : Adjustment insomnia, psikofisiologik insomnia (insomnia primer), insomnia akibat kondisi medis, insomnia akibat obat atau penyelahgunaan zat, Insomnia bukan akibat penyalahgunaan atau kondisi fisiologis yang diketahui, tidak tergolongkan, Inadekuate sleep hygiene,insomnia idiopatik, Perilaku Insomnia pada masa kanak-kanak, gangguan tidur primer akibat perilaku insomnia 4. Penatalaksaan insomnia terdiri dari non farmakologi berupa cognitive behavioral therapy, diet dan olahraga, akupuntur, serta farmakologi berupa obat-obatan antara lain sedatif hipnotik,antidepresan, serta antihistamin. 5. Prognosis insomnia bergantung pada pengobatan, jika

insomnia diterapi

dapat meningkatkan taraf kesehatan, fungsi, dan kualitas hidup pasien, namun jika tidak sebaliknya.

29

DAFTAR PUSTAKA 1.

Purwanto S., Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jurnal Kesehatan Vol.1(2) , 2014.Hal : 141-148

2.

Permana M.G.C., Insomnia dan Hubungannya Terhadap Faktor Psikososial Pada Pelayanan Kesehatan Primer, Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Udayana, 2015.

3.

Roth, Insomnia : Definition, Prevalence, Etiology, and Consequences, Journal of Clinical Sleep Medicine, Vol 3(5), 2007. USA. Pages 87-90.

4.

Sherwood L., Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. 2011 : EGC.Hal 183

5.

Ganong W.F., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. 2008 : EGC. Hal 205

6.

Buysse D.J., Chronic Insomnia, Amsterdam Journal Psychiatri, Vol 165 (6), 2012. Amsterdam. Pages 679-681

7.

Sadock BJ, Sadock VA.,Elektrofisiologi Tidur, Dalam: Kaplan & Sadock’s: Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. 2007: Lippincott William& Wilkins. hal. 1107-1110

8.

Maramis WF, Maramis AA. Gejala Gangguan Jiwa. Dalam: Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. 2009: Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR. hal. 93

9.

Chawla, Insomnia Treatment & Management, Loyola University Medical Center, America, Page 1 - 20

10. Candra G.A.D.P, Diagnosis dan Penanganan Insomnia Kronik, Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Udayana, 2015.

30

Related Documents

Refarat Insomnia.docx
November 2019 23
Refarat Hifema.docx
May 2020 21
Refarat Oa.docx
April 2020 27
Refarat Dhea.docx
November 2019 33
Refarat Pyelonefritis.docx
October 2019 27
Refarat Filariasis.docx
November 2019 21