Refarat Alat Bantu Dengar.docx

  • Uploaded by: Celin Erdia Parera
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Refarat Alat Bantu Dengar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,952
  • Pages: 35
BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT FEBRUARI 2019

UNIVERSITAS PATTIMURA

ALAT BANTU DENGAR (HEARING AIDS)

Oleh Muhammad Arief Billah Hasanusi (2018-84-053)

Pembimbing Dr. Rodrigo Limmon, Sp.THT-KL, MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan cinta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan referat guna penyelesaian tugas kepaniteraan klinik pada bagian THT-KL dengan judul “Alat Bantu Dengar (Hearing Aids)”. Dalam penyusunan laporan kasus ini, banyak pihak yang telah terlibat untuk penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis ingin berterima kasih kepada: 1. dr. Rodrigo Limmon, Sp.THT-KL, MARS., selaku dokter spesialis pembimbing referat, yang membimbing penulisan referat ini sampai selesai. 2. Orangtua dan semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa sesungguhnya referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan banyak masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan penulisan referat diwaktu yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Ambon, Februari 2019

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i KATA PENGANTAR............................................................................................... ii DAFTAR ISI............................................................................................................. iii BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG................................................................ 1 B. TUJUAN..................................................................................... 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI TELINGA................................................................ 3 1. TELINGA LUAR.................................................................. 3 2. TELINGA TENGAH............................................................. 4 3. TELINGA DALAM...............................................................6 B. FISIOLOGI PENDENGARAN................................................... 8 C. GANGGUAN PENDENGARAN............................................... 9 D. ALAT BANTU DENGAR……….............................................. 10 1. PEMROSESAN SUARA PADA ABD................................. 11 2. SCREENING ABD................................................................ 12 3. KLASIFIKASI ABD………………………......................... 17 4. PEMAKAIAN ABD.............................................................. 24 5. GANGGUAN PENDENGARAN UNILATERAL............... 27

iii

BAB III

PENUTUP KESIMPULAN..................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 31

iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Komponen panca indra pada manusia sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia itu sendiri, termasuk telinga dengan fungsi pendengaran dan keseimbangan.Pendengaran yang baik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting bagikita. Jika kita mengalami gangguan pendengaran maka hal itu akan sangat berdampakburuk dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas hidup adalah hal penting yang sangatdikompromikan bagi orang yang mengalami gangguan pendengaran dan keluarganya.Gangguan pendengaran dapat dikatakan memiliki kategori berat, dimana suara yangcukup keras tidak dapat terdengar atau yang biasanya terjadi orang tersebut sangat sulitmengerti kata-kata yang diucapkan. Dalam kasus-kasus tersebut beberapa jenis suaraatau percakapan sulit untuk didengar, terutama di lingkungan suara yang bising.1,2 Saat ini sudah tersedia teknik penanganan gangguan pendengaran yang baru danlebih baik. Penanganan gangguan pendengaran yang efektif telah terbukti menghasilkanefek positif terhadap kualitas hidup. Setelah diketahui seorang anak menderita ketulian upaya habilitasi pendengaranharus dilaksanakan sedini mungkin. American Joint Commitee on Infant Hearing (2000)merekomendasikan upaya habilitasi sudah harus dimulai sebelum usia 6 bulan.Penelitian-penelitian telah membuktikan bahwa bila habilitasi yang optimal sudahdimulai sebelum usia 6 bulan maka pada usia 3 tahun perkembangan wicara anak yangmengalami ketulian dapat mendekati kemampuan wicara anak normal.1-3 Pemasangan alat bantu dengar (ABD) merupakan upaya pertama dalamhabilitasi pendengaran yang akan dikombinasikan dengan terapi wicara atau terapiaudio verbal. Sebelum proses belajar harus dilakukan penilaian tingkat kecerdasan olehPsikolog untuk melihat kemampuan belajar anak. Anak usia 2 tahun dapat memulaipendidikan khusus di Taman Latihan dan Observasi (TLO),

1

dan melanjutkanpendidikannya di SLB-B atau SLB-C bila disertai dengan retardasi mental. Proseshabilitasi pasien tuna rungu membutuhkan kerja sama dari beberapa disiplin, antara laindokter spesialis THT, audiologist, ahli madya audiologi, ahli terapi wicara, psikologanak, guru khusus untuk tuna rungu dan keluarga penderita.4,5 B. Tujuan Untuk mengetahui tentang telinga dan alat bantu dengar (hearing aids) dengan baik mulai dari anatomi telinga, fisiologi telinga, hingga jenis-jenis alat bantu pendengaran.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Dan Fisiologi Telinga

Gambar 1. Potongan frontal telinga7

1. Telinga Luar Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditoriuseksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakanmembrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kuranglebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutamaoleh kartilago, kecuali

lemak

dan

jaringan

bawah

kulit

pada

lobus

telinga.

Aurikulusmembantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalisauditorius eksternus. 1,2 Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporomandibular.Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditoriuseksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnyasekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padatdi mana

3

kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanalmengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi sepertililin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulittua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.1-3

2. Telinga Tengah Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelahlateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara keduamembrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai bataslateral telinga. Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabumutiara dan translulen. Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakanrumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungan dengan tuba eustachii kenasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulangtemporal.1,2

Gambar 2. Membran timpani2

4

Gambar 3.Tulang-tulang Pendengaran, kanalis semisirkularis, dan potongan koklea2 Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus danstapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendi, otot, dan ligamen, yangmembantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medialtelinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan teli nga dalam. Bagian datarankaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulatmemberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi,cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakanfistula perilimfe.1,2 Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1 mm panjangnya sekitar 35 mm,menghubungkan telinga ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapatterbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva ataumenguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi danmenyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.1,2

5

3. Telinga Dalam Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ

untukpendengaran

(koklea)

dan

keseimbangan

(kanalis

semisirkularis), begitu juga kranialVII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagiandari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulanglabirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut90o satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan.Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan arah dan gerakanseseorang.1,2 Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan duasetengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakanorgan Corti. Di dalam lubang labirin, namun tidak sempurna mengisinya, labirinmembranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubunganlangsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis.1,2 Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis,duktus koklearis, dan organ Corti. Labirin membranosa memegang cairan yangdinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe danendolimfe dalam telinga dalam, banyak kelainan telinga dalam terjadi bilakeseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairantelinga dalam di dalam

kanalis

dan

merangsang

sel-sel

rambut

labirin

membranosa.Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vestibular nervuskranialis VIII ke otak.1,3 Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambututrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak olehnervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk),yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul darikanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervuskranialis VIII).

6

Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internusadalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus membawanervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.1,4 Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat memegang peran yang penting.Jendela oval dibatasi oleh anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur,memungkinkan gerakan penting, dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapesmenerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawananduktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadimemungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. Padamembran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadijeda sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. Namun waktu jeda akanberubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yangmemungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan.Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairantelinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnyaterjadi penurunan kemampuan pendengaran.1,4

Gambar 4. Organ Corti2 7

Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikulus telingatengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalamlabirin di telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggerakkan dan memulaigetaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairanini, pada gilirannya, mengakibatkan

terjadinya

gerakan

membrana

basilaris

yang

akanmerangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang.Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagaidaerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudiandihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesanbunyi.1,2,3,6 Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melaluitelinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yangdihantarkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara

konduksitulang. Normalnya,

konduksi

udara

merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanyadefek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskankonduksi udara normal dan mengakibatkan hilangnya rasio tekanan suara dankehilangan pendengaran konduktif.1-3,6

B. Fisiologi Pendengaran Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telingadalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getarantersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaiantulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulangpendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkantingkap lonjong

sehingga

perilimfe

pada

skalavestibuli

bergerak.

Getaran

diteruskanmelalui membran Reissner yang mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkangerak relatif antara membran basilaris dan membran

8

tektoria. Proses ini merupakanrangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.Keadaan ini menimbulkan

proses

depolarisasi

sel

rambut

sehingga

melepaskanneurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada sarafauditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area39-40) di lobus temporalis.1,2

C. Gangguan Pendengaran Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif,sedangkan

gangguan

telinga

dalam

menyebabkan

tuli

sensorineural, yang terbagi atastuli koklea dan tuli retrokoklea. Sumbatatan tuba eustachius menyebabkan gangguantelinga tengah dan akan terdapat tuli konduktif.

Gangguan

pada

vena

jugulare

berupaaneurisma

akan

menyebabkan telinga berbunyi sesuai dengan denyut jantung.1-3 Antara inkus dan maleus berjalan cabang n. fasialisis yang disebut kordatimpani. Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma mungkin korda timpaniterjepit, sehingga timbul gangguan pengecap. Di dalam telinga dalam terdapat alatkeseimbangan dan alat pendengaran. Obat-obat dapat merusak stria vaskularis, sehinggasaraf pendengaran rusak, dan terjadi tuli sensorineural. Setelah pemakaian obatototoksik seperti streptomisin, akan terdapat gejala gangguan pendengaran berupa tulisensorineural dan gangguan keseimbangan.1-3 Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural serta tuli campuran (mixeddeafness). Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan olehkelainan atau penyakit di telinga luar atau telinga tengah. Pada tuli saraf (perseptif,sensorineural) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VII atau di pusatpendengaran. Sedangkan tuli campuran, disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dantuli saraf. Tuli campuran dapat merupakan satu penyakit, misalnya tumor nervus VIII(tuli sensorineural) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif).1-3

9

Jadi jenis ketulian sesuai dengan letak kelainan. Suara yang didengar dapatdibagi dalam bunyi, nada murni dan bising. Bunyi (frekuensi 20 Hz – 18.000 Hz)merupakan frekuensi nada murni yang dapat didengar oleh telinga normal. Nada murni(pure tone), hanya satu frekueni, misalnya dari garpu tala, piano. Bising (noise) disebabkan antara : NB (narrow band), terdiri atas beberapafrekuensi, spektrumnya terbatas dan WN (white noise), yang terdiri dari banyakfrekuensi.1 Tabel 1. Derajat pendengaran1 Derajat Pendengaran Normal Ringan Sedang Sedang berat Berat Sangat berat

Kehilangan Pendengaran 0-25 dB 26-40 dB 41-55 dB 56-70 dB 71-90 dB >90 dB

D. Alat Bantu Dengar (Hearing Aid) Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan baterai, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:7-8 a. Microphone, bagian yang berperan menerima suara dari luar dan mengubah sinyal suara menjadi energi listrik, kemudian meneruskannya ke amplifier. b. Amplifier, berfungsi memperkeras suara dengan cara memperbesar energi listrik yang selanjutnya mengirimkannya ke receiver. c. Receiver atau loudspeaker, mengubah energi listrik yang telah diperbesar amplifier menjadi energi bunyi kembali dan meneruskannya ke liang telinga. d. Baterai, sebagai sumber tenaga.

10

Gambar5. Komponen Alat Bantu Dengar11

Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologist bisa menentukan apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologist adalah seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran).8,9 Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Dalam menentukan suatu alat bantu dengar, seorang audiologist biasanya akan mempertimbangkan hal-hal berikut:8,9 a. Kemampuan mendengar penderita b. Aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja c. Keterbatasan fisik d. Keadaan medis e. Penampilan Harga.

1. Pemrosesan Suara Pada Alat Bantu Dengar Saat ini sebagian besar alat bantu dengar sudah memakai teknologi digital, artinya sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi

11

kodekode digital, yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.10,11 Pemrosesan suara secara digital memungkinkan untuk melakukan “teknik memanipulasi sinyal” contohnya : memisahkan sinyal suara percakapan dengan sinyal bising. Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan (dalam memproses) lebih baik disbanding komputer desktop, tidak seperti alat bantu dengar yang ada beberapa tahun lalu yang tidak lebih dari sekedar amplifier.10,11 Algoritma yang kompleks dapat memisahkan suara/bunyi kebeberapa frekuensi dan mengamplifikasi tergantung dari settingan/program yang diberlakukan pada alat bantu dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan pendengaran klien. Dengan metode algoritma juga memungkinkan untuk membedakan jumlah amplifikasi antara suara yang pelan, sedang dan keras. Dengan cara tersebut diharapkan suara yang pelan dapat terdengar, namun suara yang keras tidak terasa menyakitkan telinga (over amplifikasi). Dan pemrosesan digital memastikan replika sinyal asal secara presisi dengan distorsi yang minimal agar menghasilkam kualitas suara yang bagus.10,11

2. Screening Alat Bantu Dengar Pada screening pemakaian alat bantu dengar, tidak terlepas dari anamnesis dan pemeriksaan fisis THT yang biasanya dilakukan untuk mengetahui tipe hearing loss pada calon pemakai alat bantu dengar tersebut.10-12 a. Anamnesis Pada umumnya, pasien akan datang dengan keluhan berupa gangguan pendengaran, tinnitus, vertigo, otalgia, otore. Gejala subjektif tersebut nantinya akan diolah oleh dokter untuk menegakkan diagnosis hearing loss seperti CHL, SNHL, MHL, namun harus dilakukan pemeriksaan fisis dan penunjang untuk memastikan penegakan diagnosisnya.10-12

12

b. Pemeriksaan fisis Pada pemeriksaan fisis, dimulai dari inspeksi telinga luar sampai dengan menggunakan alat, tentunya harus didapatkan sign dan symptom yang mendukung diagnosis hearing loss, misalnya pada inspeksi didapatkan perforasi membrane tympani, bukti kerusakan pada telinga tengah terutama dari derajat dan tipe dari OMSK yang diderita pasien, sampai kepada tes garputala yang dilakukan untuk mengetahui tipe hearing loss pasien.10-12

c. Screening pada bayi Untuk dapat melakukan deteksi dini gangguan pendengaran pada seluruh bayi dan anak relatif sulit, karena akan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar. Program skrining sebaiknya di prioritaskan pada bayi dan anak yang mempunyai risiko tinggi terhadap gangguan pendengaran. Deteksi dini penting untuk dilakukan karena jika gangguan pendengaran tidak disadari sampai anak tersebut berumur 2-3 tahun maka dapat

terjadi

keterlambatan

perkembangan

dari

segi

berbicara,

kemampuan berbahasa dan kognitif. Untuk maksud tersebut Joint Comitee on infant Hearing menetapkan pedoman registrasi resiko tinggi terhadap ketulian sebagai berikut:10-12 

Untuk bayi 0-28 hari: o

Riwayat keluarga dengan tuli sensorineural sejak lahir

o

Infeksi masa hamil

o

Kelainan kraniofasial termasuk kelainan pada pinna dan liang telinga

o

Berat badan lahir <1500 gr

o

Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi

o

Obat ototoksik

o

Meningitis bakterialis

o

Nilai apgar 0-4 pada menit pertama; 0-6 pada menit kelima

o

Ventilasi mekanik 5 hari atau lebih di NICU

13



Untuk bayi usia 29 hari-2 tahun :10-12 o

Kecurigaan orang tua atau pengasuh tentang gangguan pendengaran,keterlambatan berbicara, berbahasa dan atau keterlambatan perkembangan

o

Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran menetap sejak masa anak-anak

o

Keadaan yang berhubungan dengan sindroma tertentu yang diketahui memilkihubungan dengan tuli sensorineural,atau konduktif atau gangguan fungsi tubaeustachius.

o

Infeksi

postnatal

yang

pendengaransensorineural

menyebabkan termasuk

gangguan meningitis

bakterialisInfeksi intrauterin o

Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi tukar, hipertensi pulmonal yangmemerlukan ventilator.

o

Sindroma yang berhubungan dengan gangguan pendengaran yang

progresifseperti

usher

syndrom,neurofibromatosis,osteoporosis. o

Adanya kelainan neurodegeneratif seperti hunter syndrome dan kelainanneuropati sensomotorik misalnya friederich’s ataxia, charcot-marie toothsyndrome

o

Trauma kapitis

o

Otitis media yang menetap dan berulang disertai efusi telinga tengah minimal 3bulan.

Bayi yang mempunyai salah satu faktor risiko diatas mempunyai kemungkinanketulian 10,2 kali lebih besar. Bila terdapat 3 buah faktor risiko, kecenderunganmenderita ketulian diperkirakan 63 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidakmemilki faktor risiko. Perkiraan adanya gangguan pendengaran pada bayi dan anakdapat dilihat berdasarkan kemampuan bicara pada anak, perkiraan adanya gangguanpendengaran pada bayi dan anak berdasarkan kemampuan bicara dapat dilihat jika:10-12

14

o

Usia 12 bulan : anak belum mampu mengoceh (babling) atau meniru bunyi

o

Usia 18 bulan : tidak dapat menyebutkan 1 kata yang mempunyai arti

o

24 bulan : perbendaharaan kata kurang dari 10 kata

o

30 bulan : belum dapat merangkai kata-kata

Skrining dapat dilakukan untuk mendetesi gangguan pendengaran pada bayisebelum dilakukan tes pendengaran. Adapun metode-metode pendekatan yang dapatdilakukan antara lain :13,14 o

Family Questionaries Merupakan metode dimana orang tua atau perawat bayi/anak ditanyakanmengenai

respon

bayi

terhadap

suara

dan

perkembangan wicara. Bayi yangmemiliki respon buruk terhadap suara dan perkembangan wicara dapat dijadikansebagai rujukan untuk dilakukan pemeriksaan audiologi o

Behavioral Measure Melalui tahapan ini, bayi yang diperiksa akan dinilai responnya terhadapbehavioural measuring devices ( mulai dari penanda suara yang sederhanasampai penanda suara yang kompleks ) dapat diidentifikasi jika terdapatgangguan pendengaran. (13)

o

Physiological Measures Pada pemeriksaan ini metode Otoacoustic Emission (OAE) dan AuditoryBrainstem Response (ABR) merupakan pemeriksaan yang

direkomendasikanefektif

untuk

skreening

gangguan

pendengaran pada bayi dan anak-anak. d. Screening pada dewasa Pada beberapa metode screening yang dilakukan beberapa universitas diAmerika, mereka membuat beberapa tahap screening dan akan menyimpulkan dalamsatu kuisioner hearing screening dengan beberapa komponen seperti:15-17 

Case History

15

Kuisioner the Hearing Handicap Inventory for Elderly: Screening version ataudisingkat menjadi HHIE-S yang menunjukkan apakah gangguan pendengaranberefek pada kehidupan social ataupun emosional pasien. 

Visual/Otoscopic inspection Hasil pemeriksaan fisis yang mengarahkan pada diagnosa hearing loss.



Pure Tone Screen Dikenal dengan PTA atau Pure Tone Audimetri, digunakan untuk mendeteksiderajat hearing loss dan spesifik kepada frekuensi yang tidak dapat didengaroleh pasien.



Hearing-disability index Menjumlahkan skor dari HHIE-S dan beberapa kuisioner lain apabila dipakai Keempat item yang dinilai dari kuisioner dan serangkaian tes tersebut yang nantinya akan diidentifikasi antara “refer” atau “pass” yang akan mempengaruhi hasil screening bagi pasien. Namun apabila pasien mempunyai ketidaknormalan dalam salah satu tes dari format kuisioner tersebut, maka tugas kita adalah refer atau merujuk pasien tersebut ke ahli audiologis.

16

Gambar 6. Panduan pemeriksaan pendengaran16

3. Klasifikasi Alat Bantu Dengar a. Menurut sistem kerjanya Secara umum sistem kerja ABD dibedakan menjadi:7,10 1) Analog Prinsip sistem analog adalah memperkeras suara yang masuk telinga melaluikomponen mekanik dasar yang sederhana. Sirkuit ABD ini telah diatur dari pabriksehingga kemampuan pengaturan yang lebih individual sangat terbatas atau kurangfleksibel. Sistem ini mudah mengalami distorsi, terjadi noise (bising) pada rangkaiankomponen dan rentan terhadap bising di sekitarnya

17

2) Digital Sistem analog merupakan ABD yang menggunakan chip komputer yangmenganalisa suara yang masuk. Setelah suara diamplifikasi, teknologi digital akanmemilih suara yang perlu diteruskan ke dalam telinga dan menyingkirkan suara yangtidak diharapkan (noise). ABD sistem digital bisa menerima program komputer tertentuyang dapat memilih frekuensi yang spesifik sesuai dengan kebutuhan. ABD sistemdigital menjadi sangat fleksibel karena secara otomatis dapat beradaptasi dengan suarayang keras atau halus, sehingga tidak terjadi perkerasan yang berlebihan. b. Menurut hantarannya Berdasarkan jenis hantaran suaranya, ABD dapat dibedakan menjadi 2 macam:7,10 1) ABD jenis hantaran tulang Bone conduction aid digunakan pada gangguan pendengaran jenis hantaran(konduktif). Biasanya dimanfaatkan pada kasus atresia liang telinga. Selain itu, jenis inijuga digunakan pada kasus dimana sewaktu-waktu liang telinga terisi cairan yangberasal dari infeksi telinga tengah. ABD jenis hantaran tulang dibedakan menjadi:  ABD hantaran tulang konvensional Suara dari luar akan yang ditangkap akan mengaktifkan bone vibrator.Getaran tulang dihasilkan oleh bone vibrator yang ditempelkan pada tulangmastoid dengan bantuan ikat kepala khusus, kaca mata, atau plastik miripbando. Kerugian ABD jenis ini adalah tidak praktis, penampilan kurangmenarik (kosmetik), butuh amplifikasi besar dan timbul lecet pada kulit yang menempel dengan bone vibrator. Pilihan model ABD pada sistem ini adalah jenis saku atau BTE (Behind The Ear).  ABD jenis BAHA (Bone Anchored Hearing Aid) ABD yang mirip jenis saku dihubungkan melalui kabel dengan penggetar tulang (bone vibrator) yang dapat dipasang dan dilepas

18

melalui sistem sekrupbaut dengan lempengan logam dari bahan titanium yang telah ditanam ke dalam tulang mastoid melalui tindakan operasi. Hantaran tulang lebih efektif dibandingkan ABD jenis hantaran tulang. 2) ABD jenis hantaran udara ABD jenis hantaran udara merupakan ABD yang lebih lazim ditemukan dantersedia dalam berbagai bentuk. ABD jenis ini bekerja dengan prinsip mengurangi jarak dari sumber suara dengan cara meletakkan loudspeaker di telinga penderita.7,10 c. Menurut bentuknya Setiap bentuk ABD memiliki keuntungan dan kerugiannya masingmasing. Berikut adalah pembahasan beberapa jenis ABD yang ada saat ini:7,10 1) ABD Jenis Saku (Pocket / Body Worn Type) ABD jenis saku dapat dianggap sebagai ABD jenis terbesar. Mikrofon dan amplifier berada dalam satu unit berbentuk kotak; sedangkan receiver terpisah dan berada di liang telinga. Antara kotak (mikrofon, amplifier, dan baterai) dengan receiverdihubungkan melalui kabel. Biasanya kotak ditempatkan pada saku baju atau kantung khusus yang digantungkan pada dada. Pada ABD jenis saku penempatan terpisah ini dimaksudkan agar pengguna dapat leluasa memperbesar output tanpa khawatir timbulnya bunyi feedback. Jadi ABD jenissaku ini diperlukan oleh penderita tuli berat atau sangat berat yang membutuhkanperkerasan bunyi atau output yang besar. Hal ini dianggap sebagai faktor yang menguntungkan untuk ABD jenis saku. Keuntungan lain adalah dapat menggunakan baterai silinder biasa (ukuran AAA) yang selain murah juga mudah didapat. Selain itu,tombol pengatur juga mudah disesuaikan. Faktor yang merugikan dari ABD jenis saku:  Penampilan kosmetik kurang baik 19

 Kemampuan mikrofon melokalisir bunyi dari belakang terhalang oleh tubuh  Tidak praktis karena ukuran relatif besar  Kabel dapat putus  Dapat timbul bunyi gesekan antara ABD dengan kain saku 2) ABD jenis Belakang Telinga (BT) / Behind The Ear (BTE) ABD ini dipasang pada lekukan daun telinga bagian belakang, dengan mikrofon mengarah ke depan. Posisi ini cukup baik karena selain selalu mengikuti gerakan kepala juga menghadap lawan bicara. Suara yang telah diperkeras (output) disalurkan melalui pipa plastik (tubing) yang terhubung dengan ear mould di concha daun telinga, untuk selanjutnya diteruskan ke liang telinga. Kemampuan amplifikasinya cukup besar, juga tersedia jenis super power. Dalam hal mencegah bunyi feedback masih sedikit dibawah jenis saku. Sumber tenaga berupa baterai yang bentuknya pipih dan tipis (disc). Penyetelan tombol pengatur juga relatif lebih mudah dibandingkan ABD jenis lain yang lebih kecil. 3) Open-fit mini BTE ABD jenis ini merupakan ABD yang paling baru dikembangkan. ABD jenis ini mengkombinasikan kelebihan akustik dari ABD berukuran besar dan kelebihan kosmetik dari ABD berukuran kecil. Open-fit mini BTE terdiri dari alat BTE yang kecil, tuba kurus tersembunyi yang berfungsi sebagai pengait daun telinga, dan receiver yang halus dan tidak sampai menutupi liang telinga. Hasilnya, efek oklusi yang dialami pasien berkurang, baterai dan amplifier yang lebih baik dibandingkan tipe yang lebih kecil, tampilan kosmetik yang lebih baik dibanding ABD tipe besar lainnya, dan pemakaian yang lebih singkat karena tidak memerlukan cetakan personal yang presisi sebagaimana ABD tipe BTE dan ITE butuhkan.

20

4) ABD Jenis Dalam Telinga (DT) / In The Ear (ITE) ABD jenis ITE ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan BTE. Dipasang pada bagian concha daun telinga. Komponen ABD menyatu dengan ear mould. Karena ukurannya yang relatif kecil berarti jarak antara mikrofon dengan receiver juga lebih pendek, akibatnya kemampuan amplifikasinya terbatas sehingga hanya cocok untukketulian derajat sedang. 5) ABD tipe kanalis / In The Canal (ITC) &Completely In Canal (CIC) ABD jenis ini dibedakan menjadi dua macam: ITC dan CIC. ABD jenis ITCukurannya lebih kecil lagi daripada jenis ITE. Pemasangan sampai setengah bagian luarliang telinga. Amplifikasi suara baik untuk frekuensi tinggi, karena dipasang cukupdalam pada liang telinga.

Akan

tetapi

karena

keterbatasan

ukuran,

hanya

bermanfaatuntuk tuli derajat sedang. Selain itu juga terdapat jenis CIC yang merupakan ABDterkecil dan dipasang pada sisi dalam liang telinga, jadi lebih dekat dengan gendangtelinga. Permukaan luar

dilengkapi

dengan

tangkai

plastik

untuk

mempermudahmemasang dan melepaskan ABD. Sebagaimana halnya dengan jenis ITC, pengaturansecara manual lebih sulit. Namun hal ini dapat diatasi pada model terbaru yang telahdilengkapi dengan remote control. 6) ABD jenis kacamata / Spectacle Aid ABD ditempatkan pada tangkai kaca mata bagian belakang. Umumnya jenisBTE, namun dapat juga jenis bone conduction, meskipun emanfaatan cara ini untukABD jenis hantaran tulang kurang efektif karena tekanan bone vibrator tidak stabil. d. Implan Koklea Implan koklea merupakan perangkat elektronik yang mempunyai kemampuanmenggantikan

fungsi

koklea

untuk

meningkatkan

kemampuan mendengar danberkomunikasi pada pasien tuli saraf berat

21

dan total bilateral. Implan koklea sudahmulai dimanfaatkan semenjak 25 tahun yang lalu dan berkembang pesat di negara maju.Implantasi koklea pertama kali dikerjakan di Indonesia pada bulan Juli 2002. Selama 4tahun terakhir telah dilakukan implantasi koklea pada 27 anak dan 1 orang dewasa.17

Gambar 7. Implantasi koklea17

1) Indikasi dan Kontra Indikasi pemasangan implan koklea17 Indikasi pemasangan implan koklea adalah keadaan tuli saraf berat bilateral atau tuli total bilateral (anak maupun dewasa) yang tidak / sedikit mendapat manfaat dengan alat bantu dengar konvensional, usia 12 bulan sampai 17 tahun, tidak ada kontraindikasi medis dan calon pengguna mempunyai perkembangan kognitif yang baik. Sedangkan kontra indikasi pemasangan implan koklea antara lain tuli akibat kelainan pada jalur saraf pusat (tuli sentral), proses penulangan koklea, dan koklea tidak berkembang (19) 2) Cara kerja implan koklea17 Perangkat implan koklea terdiri dari: 

Komponen luar: Mikrofon, Speech processor, kabel pengubung, dan transmitter



Komponen dalam: Receiver dan Multi-channel electrode

22

Impuls suara ditangkap oleh mikrofon dan diteruskan menuju speech processor melalui kabel penghubung. Speech processor akan melakukan seleksi informasi suara yang sesuai dan mengubahnya menjadi kode suara yang akan disampaikan ke transmitter. Kode suara akan dipancarkan menembus kulit menuju receiver atau stimulator. Pada bagian ini kode suara akan dibah menjadi sinyal listrik dan akan dikirim menuju elektroda-elektroda yang sesuai di dalam koklea sehingga menimbulkan stimulasi serabut-serabut saraf. Pada speech processor terdapat sirkuit listrik khususyang berfungsi meredam bising lingkungan. 3) Persiapan implantasi koklea17 Untuk mendapatkan hasil optimal dari implantasi koklea perlu dilakukan persiapanyang matang mencakup konsultasi dengan orang tua untuk memperoleh informasitentang riwayat penyakit anak serta harapan orang tua terhadap implantasi koklea.Pemeriksaan fisik meliputi

pemeriksaan

THT,

radiologik

CT

Scan

untuk

melihatkeadaan koklea, dan laboratorium darah. Tes pendengaran yang harus dilakukan antara lain Behavioral ObservationAudiometry (BoA), timpanometri, OAE, BERA, dan ASSR (Auditory Steady StateResponse) bila diperlukan serta audiometri nada murni untuk anak yang lebih besar dankooperatif. Tes kemampuan wicara dan berbahasa perlu dinilai sebelum menggunakanABD.

Sebelum

operasi

dianjurkan

untuk

menggunakan ABD selama 8-10 minggubersamaan dengan terapi audio verbal untuk menilai manfaatnya. Tes psikologidilakukan untuk menilai kemampuan anak untuk belajar setelah dilakukan implantasikoklea. (19)

4. Pemakaian Alat Bantu Dengar a. Indikasi pemakaian alat bantu dengar18

23

Setiap orang yang memiliki masalah pendengaran yang tidak dapat dibantu denganpengobatan atau tindakan bedah merupakan kandidat untuk alat bantu dengar. 1) Gangguan pendengaran sensorineural, yang mengganggu aktivitas harian seseorang.Alat bantu dengar mungkin tidak cocok untuk beberapa orang karena distorsi suara,terutama pada mereka dengan perekrutan. 2) Anak-anak yang tuli dilengkapi dengan alat bantu dengar sedini mungkin untukperkembangan bicara dan belajar. Pada anak-anak dengan tuli berat,alat bantu binaurallebih berguna. Pelatihan berbicara juga diberikan secara bersamaan. 3) Tuli konduktif. Sebagian besar penderita tersebut dapat dibantu dengan operasi tapialat bantu dengar yang diresepkan ketika pasien menolak tindakan operasi atau tidaklayak atau telah gagal. b. Kandidat pemakai alat bantu dengar18 Setiap orang dengan kesulitan mendengar atau memahami pembicaraan harusmempertimbangkan penggunaan alat amplifikasi pendengaran. Hal ini terutama sangatdianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran, dimana intervensi harusdianjurkan sedini mungkin. 1) Mild Hearing Loss (26-40 dB) Penggunaan alat bantu dengar dapat membantu kemampuan komunikasi pasien. Beberapa pasien dapat mempertimbangkan pemakaian alat bantu dengar paruh waktu / pada kondisi-kondisi tertentu saja. 2) Moderate Hearing Loss (41-55 dB) & Moderate-Severe Hearing Loss (56-70 dB) Penggunaan alat bantu dengar sudah menjadi kebutuhan bagi pasien dalam kategori ini. Pada umumnya alat bantu dengar memberikan hasil yang baik bila dipakai dengan strategi pemakaian yang sesuai. 3) Severe Hearing Loss (71-90 dB)

24

Alat bantu dengar harus digunakan bila pasien masih ingin berkomunikasi dengan suara sebagai media penerimaan primernya. Pada beberapa kasus pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini membutuhkan implantasi koklea. 4) Profound Hearing Loss (>90 dB) Keberhasilan penggunaan alat bantu dengar pada pasien ini berbedabeda tergantung umur dan berbagai faktor lainnya. Pada kasus yang baik, kemampuan komunikasi pasien dapat membaik, dan pada kasus terburuk pun, setidaknya alat bantu dengar masih dapat membantu sebagai warning device. Pasien dengan gangguan pendengaran jenis ini merupakan kandidat kuat untuk implantasi koklea. c. Pemilihan alat bantu dengar18 Setelah ditentukan bahwa kandidat akan sangat tertolong dengan pemakaian alat bantu dengar, maka harus diseleksi spesifikasi alat tersebut. Untuk tujuan ini telah dikembangkan sejumlah metode dan rumusan. Umumnya tiap prosedur pemilihan membutuhkan informasi audiometrik berupa: 1) Ambang pendengaran / Threshold (T) 2) Tingkat Pendengaran paling nyaman / Most Comfortable Level (MCL) 3) Tingkat kekerasan yang mengganggu / Loudness Discomfort Level (LDL) Setelah itu, klinisi harus menentukan apakah pasien membutuhkan alat bantupendengaran pada satu atau kedua telinga. Bilamana mungkin sangat dianjurkan menggunakan alat bantu pada kedua telinga (binaural). Keuntungan amplifikasi binaural antara lain: 1) Minimalisasi / Eliminasi efek bayangan kepala (Head Shadow) Efek bayangan kepala adalah berkurangnya intensitas sinyal dari sisi kepalayang berlawanan dari lokasi pemakaian alat bantu dengar.

25

Dengan pemakaian binaural, hal ini dapat membaik atau bahkan hilang seluruhnya. 2) Peningkatan kemampuan lokalisasi Dengan perbedaan intensitas dan waktu masuknya sinyal ke alat bantu dengar binaural, penderita dapat dengan lebih mudah menentukan lokasi sumber suara (lokalisasi). 3) “Efek peredam” atau penekanan bising latar belakang (Binaural squelch) Binaural squelch adalah kemampuan otak untuk memisahkan suara denganbising. Hal ini disebut juga sebagai central masking dan dapat bekerja dengan lebih baik dengan membandingkan suara dari dua telinga. 4) Sumasi binaural (Binaural loudness summation) Sumasi binaural adalah kemampuan otak untuk memproses suara dengan lebih baik melalui informasi yang repetitif, dalam hal ini melalui sinyal suara yang serupa dari kedua telinga. Paham yang dianut sekarang adalah bilamana mungkin sangat dianjurkanmenggunakan pendengaran binaural. Akan tetapi, untuk alasan pribadi ataupun audiologik, pada beberapa pasien tidak dapat dilakukan amplifikasi binaural. Dengan demikian perlu dilakukan pemilihan salah satu telinga yang paling diuntungkan dengan teknik amplifikasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa telinga yang terpilih adalah telinga dengan diskriminasi bicara yang lebih baik dan dengan rentang dinamik yang lebih luas. Rentang dinamik adalah perbedaan antara tingkat ambang pendengaran dengan ambang ketidaknyamanan pendengaran.(10,13,15) d. Gangguan pendengaran unilateral Untuk pasien dengan gangguan pendengaran unilateral, diberlakukan penanganan yang berbeda. Bila ketulian unilateral tidak melampaui kehilangan sebesar 60-70 dB, atau bila diskriminasi bicara relatif baik dan jika bunyi yang diperbesar ditoleransi dengan baik, maka dapat dilakukan amplifikasi pada telinga yang terganggu. Akan tetapi bila

26

telinga yang terganggu tidak memenuhi kriteria diatas, dapat digunakan alat bantu dengar CROS (Contralateral Routing Of Signals = Pengalihan sinyal kontralateral). Mikrofon diletakkan pada satu alat bantu sementara amplifier dan penerima ditempatkan pada alat bantu kedua. Penataan seperti ini dapat pula diterapkan pada kacamata. Maka sinyal akan dihantarkan dari telinga yang terganggu ke telinga dengan pendengaran normal.

Suatu

sirkuit

frekuensi

radio

dapat

digunakan

untuk

menghantarkan bunyi dari satu sisi ke sisi lainnya. Meskipun alat bantu dengar CROS hanya sedikit membantu dalam memperbaiki lokalisasi, namun alat ini kadang-kadang terbukti bermanfaat pada beberapa kondisi mendengar suara bising dan juga meminimalkan efek bayangan kepala.14 Berbagai variasi CROS yang disebut Bi-CROS atau Multi-CROS dapatdigunakan bila terdapat gangguan pendengaran yang cukup bermakna pada telinga yang lebih baik, sedangkan telinga yang lebih buruk tidak sesuai untuk teknik amplifikasi. Tipe Bi-CROS memiliki mikrofon pada masing-masing alat bantu dan suatu pemasok bunyi amplifier pada telinga yang lebih baik.14 Setelah itu, klinisi menentukan jenis alat bantu pendengaran yang sesuai dengan jenis gangguan pendengaran pasien dan mempertimbangkan keuntungan dan kerugiandari berbagai jenis alat bantu pendengaran, baik dari aspek medis maupun pribadipasien.14

Tabel 2. Keuntungan dan kerugian ABD Jenis Alat Bantu Keuntungan Pendengaran Harga murah Baterai tahan lama dan mudah di dapat Body worn type Feed back tidak ada Amplifikasi lebi kuat Pengaturan manual mudah Aplifikasi kuat Behine the ear Feedbac minimal type Pengaturan manual relatif Sulit terlihat In the ear type

27

Kerugian Bentuk besar Ada kabel Bunyi gesekan dengan kain Sulit menangkap suara dari belakang Dapat rusak oleh sekret telinga Membutuhkan ear mould Meberikan efek oklusi Dapat rusak oleh sekret telinga Aplifikasi terbatas Membutuhkan ear mould

In the canal type

Completely in the canal Spectacle aid

Open fit mini BTE

Sulit terlihat Amplifikasi cukup baik karena terpasang dalam Tidak terlihat kecuali melihat langsung keliang telinga pemakai Secara kosmetik lebih dapat di terima Baterai relatif lebih tahan Amplifikasi kuat Feedback minimal Pengaturan mudah Sulit terlihat Tidak perlu ear mould Tidak menimbulkan efek oklusi Memungkinkan keluarnya sekret telinga pasien

Rentan terhadap feedback Pengaturan manual sulit Pengaturan manual sulit Rentan feedback Fitur tertentu tidak dapat digunakan Letak reciver menjadi relatif tidak stabil Harga mahal Ketersediaan masih terbatas karena teknologi baru

Gambar 8. Alat bantu dengar16

28

Gambar 9 alat bantu dengar tipe spectacle dan tipe body worn16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Alat Bantu Dengar (ABD) adalah suatu perangkat elektronik yang bergunauntuk memperkeras (mengamplifikasi) suara yang masuk ke dalam telinga, sehingga sipemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di sekitarnya. Pada umumnya, mekanisme kerja ABD berupa: masuknya suara melaluimikrofon, pengerasan suara oleh amplifier, dan penyampaian ulang suara oleh receiver /loudspeaker yang mana keseluruhan sistemnya diperdayai oleh suatu komponen baterai. Terdapat berbagai macam jenis ABD: menurut sistem kerjanya, menurut jenishantarannya, dan menurut bentuknya yang memiliki kelebihan dan kekurangannyamasing-masing. Untuk

pemakaian

alat

bantu

pendengaran,

pertama-tama

klinisi

harusmengidentifikasi derajat ketulian penderita, mengenali jenis ketuliannya, menentukanTL, MCL, dan LDL, menentukan jumlah alat bantu dengar yang sebaiknya

digunakanoleh

pasien,

baru

29

kemudian

bersama

pasien

mempertimbangkan bentuk ABD yang akandigunakan beserta kelebihan, kekurangan, dan faktor-faktor lain dari diri pasien. Seringkali ABD sendiri tidak cukup untuk mengembalikan kualitas hidup pasiensecara sempurna. Karenanya dibutuhkan pelengkap dari ABD yang bisa berupa: ALD,baik ALD yang dihubungkan ke ABD maupun tidak; fitur-fitur tambahan; danimplantasi koklea bila ABD tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan. Setelah pemakaian ABD, perlu dilakukan penilaian ulang untuk menentukankeberhasilan

pemakaian

ABD

dengan

beberapa

tes,

seperti

Assessment of WordRecognition & Sound Quality, Probe Tube Measure, dan Subjective Scaling.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arsyad, Efiaty S. dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehata Telinga Hidung Tenggorok, Kepala & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010 2. Moller, Aage R. Hearing: Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory System Second Edition. California: Academic Press. 2006 3. Thomas R. et al. Otolaryngology: Basic Science and Clinical Review. New York: Thieme Medical Publishers. 2006 4. Yetter, Carol J. A Hearing Aid Primer. WROCC Outreach Site. Western Oregon University. 2015 5. Rahman, Sukri. Dkk. Neuropati Auditori. Jurnal Kesehatan Andalas . 2012 6. Snow, James B Jr. Ballenger’s Manual of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. London: BC Decker. 2002 7. Menner, Albert L. A Pocket Guide to the Ear. New York: Thieme Medical Publishers. 2003 8. Peng, Shu-Chen. Hearing Aids: The Basic Information You Need to Know pada Scientific Reviewer in Audiology Center for Device and Radiological Health. 2012

30

9. Gwinner, Nanette. Your Veteran Affairs Hearing Aid. Denver: Department of Veterans Affairs Denver Distribution Center.2006 10. American Academy of Audiology. Hearing Aids. Mclean VA: NIH Publication.2001 11. FDA Consumer Health Information. A New Online Guide to Hearing Aids. 2009 12. Swartz, Mark H. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.1995. 13. Kimball, Suzanne H. et al. Hearing Aids. diakses tanggal 15 Feb 2019. Available at : (www.medscape.com). 2013 14. Dewi, Yussy Afriani. Presbiakusis. Disampaikan pada Seminar Ilmu Penyakit Dalam, Bandung 13 Juli 2007. 15. Kochkin, Sergei. Your Guide to Hearing Aids. Alexandria: Better Hearing Institute. 2005. 16. Muir, Patricia et al. Hearing Screening guideline preschool to adult. AlbertaCollege of Speech-Language Pathologists and Audiologists 17. Potgieter, Jeni Mari et al. Open access guide to audiolog and hearing aids forotolaryngologists. Department of Speech-Language Pathology and Audiology.University of Pretoria. 2014. 18. Dhingra, PL et al. Disease of Ear, Nose, and Throat & Head and Neck Surgery 6thEdition. India: Elsevier. 2013

31

Related Documents


More Documents from "ahmad piu"

Journal Reading.docx
December 2019 11
Referat.docx
December 2019 16
Kata Pengantar.docx
December 2019 22
Jelita Montar.docx
December 2019 10