1. PENGERTIAAN Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena steres yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan digunakan dalam mengatasi masalah.(keliant dan akema, 2009). Bunuh
diri
adalah
suatu
keadaan
di
mana
individu
mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian individu
menyadari
hal
ini
sebagai
sesuatu
dan yang
diinginkan(stuart dan sundeen,dikutip fitria, 2009). Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri. 2. ETIOLGI Faktor Penyebab terjadinya Bunuh diri a. Etiologi bunuh diri yang digolongkan berdasarkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Angka bunuh diri meningkat dengan bertambahnya umur, kurvanya merupakan garis lurus yang mendaki. Pada wanita, kurva ini naik sampai umur 60 tahun kemudian turun lagi. Anak-anak dibawah umur 15 tahun jarang sekali melakukan bunuh diri. Jadi angka bunuh diri berbanding
lurus
dengan
peningkatan
umur,
tetapi
1
beberapa penulis menemukan angka yang meningkat pada usia muda yaitu antara usia 15-30 tahun. Penyebab bunuh diri pada anak : pelarian
dan
penganiayaan atau pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau, perasaan tidak disayang atau selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina disekolah, kehilangan
orang yang dicintai, dihukum orang lain. Penyebab bunuh diri pada remaja interpersonal
yang
tidak
:
hunungan
bermakna,
sulit
mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dan penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak dimengerti orang lain, kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orang tua, masalah
seksual, depresi. Penyebab bunuh diri pada dewasa awal : self ideal yang terlalu
tinggi,
cemas
akan
tugas
akademik
yang
banyak, kegagalan akademi yang berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi
untuk sukses. Penyebab bunuh diri pada lanjut usia : perubahan status
dari
menurunkan berarti
mandiri
ketergantungan,
kemampuan
dimasyarakat,
kehilangan
ganda
berfungsi,
kesepian
(seperti
dan
penyak
yang
perasan
tidak
isolasi
pekerjaan
sosial,
kesehatan
pasangan ), sumber hidup berkurang. b. Faktor determinan
Kebudayaan Kebudayaan
mempengaruhi
niat
dan
tekad
seseorang individu untuk mempengaruhi hidupnya dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi hal
2
bunuh diri disamping kedudukan sosial ekonomi dan situasi eksterm yang merugikan
Jenis kelamin Angka bunuh diri pada wanita lebih besar daripada pria,
disemua
negara
masa.Perbandingan
tertinggi
dan
disepanjang
didapatkan
di
Rhode
Island dan New York yaitu 3:1, angka perbandingan terendah didapati di Austria 1,3 : 1
Status social Di Inggris, Amerika, Denmark dan Italia, angka bunuh diri tertinggi terdapat status sosial tinggi, misalnya dokter,
dokter
gigi
dan
ahli
hukum.
Menurut
Hendersom, 1 dari 50 dokter di Inggris melakukan bunuh diri dengan overdosis, pada umumnya mereka berumur kurang dari 50 tahun dan banyak yang menderita ketergantungan obat dan alkohol.
Status perkawinan Frekuensi bunuh diri lebih kecil pada mereka yang sudah menikah, terutama mereka yang sudah punya anak,
dibandingkan
dengan
mereka
yang
belum
Surabaya
dalam
berkeluarga, janda atau yang cerai.
Gangguan jiwa Di
bagian
psikiatri
Dr.soetomo
periode 1965-1968 ditemukan kasus bunuh diri terbagi dalam 6 ancaman bunuh diri, dan 32 percobaan bunuh diri. 3
c. Rentang respon berhubungan dengan bunuh diri Rentang
sehat
sakit
dapat
dipakai
untuk
mengabarkan respon adaptif sampai respon maladaptif pada bunuh diri. Rentang respon peningkatan diri (self enchancemen) merupakan rentang respon paling adaptif, sedangkan bunuh diri (suicide) sebagai respon yang maladaptif. Factor- factor penyebab bunuh diri
Faktor predisposisi Lima
faktor
prediposisi
yang
menunjang
pada
pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut. a. Diagnosis psikiatrik Lebih dari 90 % orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan
cara
bunuh
diri
mempunyai
riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunuh
diri
adalah
gangguan
afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. b. Sifat kepribadian Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial Faktor prediposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan
dukungan
sosial,
kejadian-kejadian
4
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang teraupetik,
dengan
penyebab
masalah,
terlebih respon
dahulu
mengetahui
seseorang
dalam
menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain. d. Riwayat keluarga Riwayat
keluarga
yang
pernah
melakukan
bunuh diri merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri. e. Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak electro encephalo graph ( EEG)
Faktor presipitasi Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
5
a. Perilaku koping Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor sosial maupun budaya. Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong
atau
bahkan
mendorong
klien
melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi sosial dapat menyebabkan
kesepian
dan
meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stres dan menurunkan angka
bunuh
keagamaan
juga
diri.
Aktif
dapat
dalam
mencegah
kegiatan seseorang
melakukan tindakan bunuh diri. b. Mekanisme koping Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak
ditentang
tanpa
memberikan
koping
alternatif. 3. RENTANG RESPON Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir
untuk
mendapatkan
pertolongan
agar
dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
6
kegagalan
koping
dan
mekanisme
adaptif
pada
diri
seseorang. Respon adaptif Peningkat Beresiko an diri destruktif
Respon maladaptive Pencederaan Bunuh diri diri
Destruktif diri tidak langsung
Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh sesorang
mempertahanankan
diri
dari
pendapatnya
yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya. Berisiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau
berisiko
mengalami
menyalahkan seharusnya
diri
perilaku
sendiri
dapat
destruktif
terdapat
mempertahankan
situasi diri,
atau yang seperti
seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal. Destruktif
diri
tidak
langsung.
Seseorang
telah
mengambil sikap kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi
yang
mempertahankan
membutuhkan diri.
Misalnya,
dirinya karena
untuk
pandangan
pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seseoarang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal. Pencederaan
diri.
Seseorang
melakukan
percobaan
bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
7
Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang 4. TANDA DAN GEJALA Menurut fitria (2009), tanda dan gejala dari risiko bunuh diri adalah:
Mempunyai ide untuk bunuh diri.
Mengungkapkan keinginan untuk mati.
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
Impulsif.
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
Verbal
terselubung
(berbicara
tentang
kematian,
menanyakan tentang oabat dosis mematikan)
Status
emosional
(harapan,
penolakan,
cemas
meningkat, panik, marah dan mengasingkan diri).
Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan alkohol)
Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronik atau terminal).
Pengangguran (tidak bekerja, kehillangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier).
Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
8
Status
perkawinan
(mengalami
kegagalan
dalam
perkawinan)
Pekerjaan.
Konfilik interpersonal.
Latar belakang keluarga.
Orientasi seksual.
Sumber-sumber personal.
Sumber-sumber sosial.
Menjadi korban perilaku kekrasan saat kecil.
5. FAKTOR-FAKTOR RISIKO BUNUH DIRI. Menurut nanda I (2012), faktor-faktor risiko bunuh diri adalah. 1. Perilaku Membeli senjata Mengubah surat warisan, Memberikan harta milik/ kepemilikan Riwayat upaya bunuh diri sebelumnya Impulsif Perubahan sikap yang nyata Perubahan perilaku yang nyata Perubahan kinerja di sekolah secara nyata Membeli obat dalam jumlah banyak
9
Pemulihan eurofik yang tiba-tiba dari depresi mayor. 2. Demografi Usia (mis,lansia, pria dewasa muda, remaja) Perceraian Jenis kelamin Ras (mis, orang kulit putuh, suku asli) Janda/duda 3. Fisik Nyeri kronik Penyakit fisik Penyakit terminal 4. Psikologis Penganiayaan masa kanak-kanak Riwayat bunuh diridalam keluarga Rasa bersalah Remaja homoseksual Gangguan psikiatrik Penyakit psikiatrik Penyalahgunaan zat
5. Situasional Remaja yang tinggal di tatanan nontradisional (mis, penjara kanak-kanak, penjara, rumah singgah, rumah grup/kelompok) Ketidakstabilan ekonomi Institusionalisasi Tinggal sendiri Kehilangan ekonomi
10
Kehilangan kebebasan Adanya senjata didalam rumah Relokasi/Pinda rumah Pensiun 6. Sosial Bunuh diri misal / Berkelompok Gangguan kehidupan keluarga Masalah displin Berduka Tidak berdaya Putus asa Masalah legal Kesepian Kehilangan hubungan yang penting Sistem dukungan yang buruk Isolasi sosial 7. Verbal Menyatakan keinginan untuk mati Mengancam bunuh diri 6. JENIS BUNUH DIRI Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
11
Individu
tidak
mampu
berinteraksi
dengan
masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolaholah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah. b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang) Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat
dengan
suatu
kelompok,
ia
merasa
kelompok
tersebut sangat mengharapkannya. c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan) Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi
antara
individu
dan
masyarakat,
sehingga
individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat
atau
kelompoknya
tidak
memberikan
kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya. 7. MACAM PERILAKU BUNUH DIRI Bunuh dilakukan
diri oleh
merupakan klien
tindakan
untuk
yang
mengakhiri
secara
sadar
kehidupannya.
Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh diri,
ada
tiga
macam perilaku bunuh
diri
yang
perlu
diperhatikan, yaitu : a. Isyarat bunuh diri Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya akan
12
pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/
putus
asa/
tidak
berdaya.
Klien
juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah. b. Ancaman bunuh diri. Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba
bunuh
dilaksanakan.
diri,
pengawasan
Kesempatan
sedikit
ketat
harus
saja
dapat
dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya. c. Percobaan bunuh diri. Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai
atau
melukai
diri
untuk
mengakhiri
kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi. 8. POHON MASALAH Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 13
Resiko bunuh diri
Harga diri rendah
9. PENATALAKSANAAN Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan
tidak
berhubungan
erat
tergantung dengan
pada kriteria
faktor yang
sosial
tetapi
mencerminkan
besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi. 10. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA A. PENGKAJIAN
14
Pengkajian bunuh diri termasuk aplikasi observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik dan rencana yang spesifik. Pengkajian juga mencakup apakah individu telah membuat rencana bunuh diri tersebut. Orang yang siap bunuh diri adalah orang yang telah mempunyai rencana spesifik dan mempunyai alat untuk melakukan bunuh diri. Langkah awal, membina hubungan
selama
wawancara
yang
sifatnya
tidak
menghakimi pasien. Apabila pasien tidak menceritakan sendiri keinginannya, selidiki adanya ide-ide bunuh diri melalui pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik, misal, “Apakah Mas merasakan sedih?”. “Apakah Mas pernah memikirkan
untuk
mengakhiri
hidup?”.
“Bagaimana
caranya?”. Mengajukan pertanyaan mengenai bunuh diri tidak akan mencetuskan terjadinya peristiwa itu. Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menentukan tingkat resiko dari tingkah laku bunuh diri. Ditekankan pada perilaku, faktor prediposisi, stressor presipitasi, penilaian stressor dan mekanisme koping. 1. Perilaku
Perilaku ketidakpatuhan
15
Individu sadar alasan tidak patuh, merupakan tindakan
yang
merugikan
diri
sendiri.
Telah
diperkirakan bahwa sebagian dari pasien tidak patuh terhadap rencana pengobatan kesehatan mereka.
Perilaku
yang
berkaitan
dengan
ketidakpatuhan terhadap pengobatan ditunjukkan dengan meremehkan keseriusan terhadap masalah, adanya
penyakit
kronik
yang
ditandai
dengan
periode asimtomatik, mencari muzizat penyakitnya, sering
berganti
petugas
kesehatan
dann
rasa
bersalah yang mengganggu asuhan keperawatan.
Perilaku mencederai diri Istilah
lainnya
aggression,
self
self-ham,
abuse,
self-directed
self-inflicted
injury,
self
mutilation. Mencederai diri adalah suatu tindakan membahayakan diri sendiri yang dilakukan dengan sengaja,
tanpa
mencederai
bantuan
diri
orang
termasuk
lain.
Bentuk
memotong
atau
membakar kulit, membenturkan kepala, mengkorekkorek luka dan menggigit jari. Perilaku ini sering ditunjukkan pada klien retardasi mental, psikotik dan gangguan kepribadian.
Perilaku bunuh diri Semua
bentuk
perilaku
bunuh
diri
baik
ancaman, usaha atau perilaku bunuh diri harus ditanggapi secara serius apapun tujuannya. Namun perhatian
lebih
ditujukan
ketika
seseorang
merencanakan atau mencoba dengan cara yang
16
paling
mematikan
memotong
urat
seperti
nadi,
menembak
menabrakkan
diri,
diri
ke
kendaraan dan atau terjun dari ketinggian. Cara yang
kurang
mematikan
seperti
minum
racun
serangga dan menggantungkan diri, memberikan waktu
untuk
mendapatkan
pertolongan
saat
tindakan bunuh diri telah dilakukan. Berdasarkan
besar
kemungkinan
individu
melakukan bunuh diri, maka bunuh diri di bagi 3 yaitu : 1.
Ancaman bunuh diri (suicide threats) Merupakan peringatan verbal atau non verbal
bahwa
seseorang
tersebut
mempertimbangkan bunuh diri. Individu akan mengatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi atau mungkin menunjukkan respon non verbal dengan memberikan barang-barang yang
dimilikinya.
Misalkan
dengan
mengatakan “tolong jaga anakku karena saya akan pergi jauh” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Perilaku ini harus dipertimbangkan
dalam
konteks
peristiwa
kehidupan saat ini. Ancaman menunjukkan ambivalensi tentang kematian. 2.
Percobaan bunuh diri (suicide attempts) Klien sudah melakukan percobaan bunuh diri. Semua tindakan yang dilakukan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu dan
17
dapat
menyebabkan
kematian,
jika
tidak
dilakukan pertolongan segera. Pada kondisi ini klien
aktif
mencoba
bunuh
diri
dengan
berbagai cara seperti gantung diri, minum racun, memotong urat nadi atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. 3.
Completed suicide Terjadi terlewatkan
setelah atau
tanda
terabaikan.
peringatan Orang
yang
melakukan upaya bunuh diri dan tidak benarbenar mati mungkin akan mati, jika tidak ditemukan pada waktunya. Faktor Prediposisi Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi : a. Diagnosa medis; gangguan jiwa Diagnosa medis gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia. Lebih dari 90% orang dewasa mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa. b. Sifat kepribadian Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri yaitu suka bermusuhan, impulsif, kepribadian anti sosial dan depresif. c. Lingkungan psikososial
18
Individu yang mengalami kehilangan dengan proses berduka yang berkepanjangan akibat perpisahan dan bercerai, kehilangan barang dan kehilangan dukungan sosial merupakan faktor penting yang mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan bunuh diri. d. Riwayat keluarga Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan konflik yang terjadi dalam keluarga merupakan faktor penting untuk melakukan bunuh diri. e. Riwayat keluarga Menurunnya neurotransmitter serotonin, opiate dan dopamine dapt menimbulkan perilaku destruktif-diri. Stressor Pencetus Bunuh diri dapat terjadi karena stres yang berlebihan yang dialami individu. Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa kehidupan yang memalukan seperti masalah hubungan interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman penahanan dan dapat juga pengaruh media yang menampilkan peristiwa bunuh diri. Sumber Koping Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam mengatasi masalah individu dalam memecahkan masalah seringkali membutuhkan bantuan orang lain. Mekanisme Koping Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi. Seseorang yang melakukan tindakan
bunuh
diri
adalah
indiviidu
telah
gagal
19
menggunakan mekanisme pertahanan diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah hidupnya.
Intensitas Bunuh diri Intensitas bunuh diri yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer (1997, dikutip oleh shivers, 1998,hal 475). Mengkaji intensitas bunuh diri yang disebut SIRS (Suicidal Intertion Rating Scale). , intensitas bunuh diri dengan skor 0-4 dijelaskan pada tabel (Suicidal Intertion Rating Scale).
Skor
Intensitas
0
Tidak ada ide bunuh diri yang lalu atau sekarang
1
Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri
2 3 4
Memikirkan bunuh diri percobaan bunuh diri
dengan
aktif,
tidak
ada
Mengancam bunuh diri, misalnya :’ Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri”. Aktif mencoba bunuh diri
Pengkajian tingkat resiko Bunuh Diri
N O
Perilaku atau Gejala
Intensitas Resiko Rendah
Sedang
Tinggi
1
Cemas
Rendah
Sedang
Tinggi
atau 20
panic 2
Depresi
Ringan
Sedang
Berat
3
IsolasiMenarik diri
Perasaan depresi yang samar, tidak menarik diri
Perasaan tidak berdaya, putus asa, menarik diri
Tidak berdaya,putus asa, menarik diri, protes pada diri sendiri
4
Fungsi seharihari
Umumnya Baik pada Tidak baik pda baik pada beberapa semua semua aktivitas aktivitas aktivitas
5
Sumber
Beberapa
Sedikit
Kurang
6
Strategi koping
Umumnya konstruktif
Sebagian konstruktif
Sebagian besar destruktif
7
Orang dekat
Beberapa
Sedikit atau Tidak ada hanya satu
8
Pelayana Tidak, sikap Ya, umumnya Bersikap n psikiatri positif memuaskan negative yang lalu terhadap pertolongan
9
Pola Hidup
Stabil
Sedang
Tidak stabil
10
Pemakai alcohol/o bat
Tidak sering
Sering
Terus menerus
11
Percobaa Tidak n bunuh yang diri fatal sebelumn ya
12
Disorient Tidak ada asi dan
atau Dari tidak tidak sampai dengan cara yang agak fatal Sedikit
Dari tidak sampai berbagai cara yag fatal Jelas atau ada
21
disorgani sasi 13
Bermusuh Tidak atau Beberapa an sedikit
14
Rencana Bunuh diri
Jelas atau ada
Samar, Sering kadangdipikirkan, kadang ada kadang-kadang pikiran, ad aide untuk tidak ada merencanakan rencana
Sumber : Hatton , Valente , Rink (1977), dikutip oleh Shiver (1986;472) Dari ketiga pengkajian diatas perawat mengidentifikasikan klien yang termasuk kedaruratan adalah klien dengan skor tinggi, tingkat lain juga mempunyai risiko. Skor nol dan intensitas rendah tidak mempu nyai risiko bunuh diri saat ini. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain,lingkungan dan verbal 2. Risiko bunuh diri. 3. Harga diri rendah kronik
DAFTAR PUSTAKA
22
Mukhripah damaiyanti,s.kep., Ns. Iskandar, Yosep, I., (2007). Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama: Bandung Harold dkk.(1998). Buku Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika : Jakarta Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
23