Makalah Analisis Rasio Solvabilitas
Oleh : Putu Arya Wibawa
116110897
I Kadek Anggi Ariesta
116110898
I Made Krishna Deka Pratama
116110899
I Gusti Agung Eka Mahendra
116110900
I Nyoman Arya Teresna Jaya
116110901
I Putu Eka Sanjaya
116110902
Fakultas Ekonomi & Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Nasional
Kata Pengantar Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah Analisa Laporan Keuangan kami yang berjudul Analisis Rasio Solvabilitas sebagai tugas semester VI ini yang diberikan pada awal semester VI. Terima kasih kepada Ibu Kt. Tanti Kustina,SE.,MM.,Ak selaku dosen kami yang berkenan memberikan tugas kepada kami. Demikianlah makalah ini dapat kami selesaikan. Kiranya makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca. Mohon maaf jika ada kesalahan kata dalam penulisan di dalam makalah, kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Sekian dan terimakasih.
Denpasar, 5 Februari 2019
DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan.............................................................................................................. A. Latar Belakang ................................................................................................................... B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. C. Tujuan ……………………................................................................................................
BAB III Pembahasan ……………………………………………………... A. B. C. D.
Pengertian Rasio Solvabilitas............................................................................................. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas ............................................................................ Jenis-jenis Rasio Solvabilitas ............................................................................................ Hasil Pengukuran...............................................................................................................
BAB III Penutup ………………………………………………………….. A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………… Daftar Pustaka ……………………..............................................................................................
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Rasio Financial (Rasio Keuangan) merupakan alat Analisis Perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada laporan pos keuangan (neraca, laporan/laba rugi, laporan arus kas). Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan, 1997 :17). Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisis memerlukan adanya ukuran atau yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “aritmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan. Macamnya rasio banyak sekali, karena dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis. Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya 4 pertanyaan: bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, apakah manajemen efektif dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan, bagaimana perusahaan didanai, apakah pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup. Perhitungan rasio financial sebaiknya didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit
masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama. B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rasio solvabilitas? 2. Apa tujuan dan manfaat rasio solvabilitas? 3. Apa saja jenis-jenis rasio solvabilitas?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian rasio solvabilitas. 2. Memahami manfaat dan tujuan rasio solvabilitas. 3. Memahami jenis rasio solvabilitas.
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya berapa beban besar beban utang yang ditanggng perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Ada beberapa pengertian solvabilitas. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian Solvabilitas menurut beberapa ahli:
Menurut Riyanto
(2004), pengertian solvabilitas adalah menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut itu dilikuidasikan. Sedangkan menurut Sugiarso (2006), mendefinisikan Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
Munawir (2007), memberikan pengertian Solvabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik
kewajiban
keuangan
jangka pendek maupun jangka panjang.
Sedangkan menurut Sutrisno (2009), mendefinisikan Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
Conant et al (1996) Solvabilitas sebagai kemampuan organisasi bisnis untuk memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya. Untuk perusahaan asuransi definisi mengenai solvabilitas harus diatur oleh regulator, dalam hal ini Departemen Keuangan, karena menyangkut kekayaan masyarakat umum. Tingkat Solvabilitas bagi sebuah perusahaan asuransi adalah nilai minimum dari uang dan surplus yang harus dijaga.
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian disebutkan: Tingkat Solvabilitas merupakan selisih antara jumlah kekayaan yang diperkenankan dan kewajiban.
Penggunaan rasio solvabilitas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat yang dapat dipetik, baik rasio rendah maupun rasio tinggi. Menurut Fred Wetson rasio solvabilitas memiliki beberapa implikasi berikut : 1. Kreditor mengharapkan ekuitas sebagai marjin keamanan. Artinya jika pemilik memiliki dana yang kecil sebagai modal, risiko bisnis terbesar akan ditanggung oleh kreditor. 2. Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik memperoleh manfaat berupa pengendalian perusahaan. 3. Bila perusahaan mendapat penghasilan lebih dari dana yang dipinjamkannya dibandingkan dengan bunga yang harus dibayarnya, pengembalian kepada pemilik diperbesar. Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, maka berdampak timbulnya risiko kerugian yang lebih besar, tetapi ada kesempatan mendapat laba juga besar. Sebalikmya apabila rasio solvabilitasnya rendah tentu mempunya risiko kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat perekonomian menurun. Pengukuran rasio solvabilitas ata rasio leverage, dilakukan mealui dua pendekatan, yaitu : 1. Mengukur rasio-rasio neraca dan sejauh mana pinjaman digunakan untuk permodalan. 2. Melalui pendekatan rasio-rasio laba rugi.
B. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas Pengaturan rasio solvabilitas yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun semua kebijakan ini tergantung dari tujuan perusahaan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio solvabilitas yakni : 1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya. 2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap. 3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. 5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva. 6. Untuk menilai atau mengukur beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiriyang dijadikan jaminan utang jangka. 7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki. Sementara itu, manfaat rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah : 1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya. 2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap. 3. Untukmenganalisis keseimbangan antara nilia aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. 4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. 5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. 6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang. 7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri. Intinya adalah dengan analisis rasio solvabilitas, perusahaan akan mengetahui beberapa hal berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman serta mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Akhirnya, dari rasio ini kinerja manajemen selama ini akan terlihat apakah sesuai tujuan perusahaan atau tidak.
C. Jenis-jenis Rasio Solvabilitas Biasanya penggunaan rasio solvabilitas atau leverage ratio disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Artinya perusahaan dapat menggunaan rasio leverage secara keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis rasio solvabilitas yang ada. Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan antara lain :
1. Debt to Asset Ratio Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industry yang sejenis. Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut :
Debt to asset ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Contoh : Komponen
Laporan
2005
2006
Total Aktiva (total assets)
4.200
4.000
Total Utang (total debt)
2.050
1.900
Keuangan
Untuk tahun 2005 : Debt to asset ratio =
𝑅𝑝 2.050 𝑅𝑝 4.200
= 0,488 dibulatkan (49%)
Rasio ini menunjukan bahwa 49% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2005. Artinya, bahwa setiap Rp100,00 pendanaan perusahaan, Rp49,00 dibiayai dengan utang dan Rp41,00 disediakan oleh pemegang saham. Untuk tahun 2006 :
Debt to asset ratio =
𝑅𝑝 1.900 𝑅𝑝 4.000
= 0,475 dibulatkan (48%)
Rasio ini menunjukan bahwa sekitar 48% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2005. Artinya, setiap Rp100,00 pendanaan perusahaan, Rp48,00 dibiayai dengan utang dan Rp52,00 disediakan oleh pemegang saham. Jika rata-rata industry 35%, debt to asset ratio perusahaan masih di bawah rata-rata industry sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Jika perusahaan bermaksud menambah utang, perusahaan perlu menambah dulu ekuitasnya. Secara teoretis, apabila perusahaan dilikuidasikan masih mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang dimiliki. 2. Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuaitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah data yang disediakan peminjam ( kreditor ) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan uang . Bagi bank (kreditor) , semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagaln yang mungkin terjadi di perusahan. Namun, bagi perusahan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunalan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut. Debt to equity ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝐷𝑒𝑏𝑡) 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)
Contoh : Komponen
Laporan
2005
2006
Total Utang (Debt)
2.050
1.900
Total Ekuitas (Equity)
2.250
2.100
Keuangan
Untuk tahun 2005 : Debt to equity ratio =
𝑅𝑝 2.050 𝑅𝑝 2.250
= 0,911 (91%)
Untuk tahun 2006 : Debt to equity ratio =
𝑅𝑝 1.900 𝑅𝑝 2.100
= 0,904 (91%)
Rasio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp.91,00 tahun 2005 untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham. Atau perusahaan dibiayai oleh itang sebanyak 91%. Demikian pula untuk tahun 2006 tidak jauh berbeda dengan tahun 2005, yaitu sebesar 90,4% mendekati 91% Jika rasio rata-rata untuk debt to equity ratio sebesar 80%, perusahaan masih dianggap kurang baik karena berada di atas rata-rata industri. 3. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) LTDrER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri . tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumusan untuk mencari long term debt to equity ratio adalah dengan menggunakan perbandigan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri, yaitu :
LTDtER =
𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Contoh : Komponen
Laporan
2005
2006
Total Utang Jangka Panjang
1.300
1.150
Total Equity
2.250
2.100
Keuangan
Untuk tahun 2005 : LTDtER =
𝑅𝑝 1.300 𝑅𝑝 2.250
= 0,557 (58%)
Untuk tahun 2006 : LTDtER =
𝑅𝑝 1.150 𝑅𝑝 2.100
= 0,547 (55%)
4. Times Interest Earned Menurut J. Fred Weston Times Interest Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini diartikan oleh James C.Van Horne juga sebagai kemampuan peusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio. Jumlah kali perolehan bunga atau times interest earned merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuatperusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah, semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya. Untuk mengukur rasio ini, digunakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan biaya bunga yang dikeluarkan.
Rumus untuk mencari times interest earned dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut : Times Interest Earned =
𝐸𝐵𝐼𝑇 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 (𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡)
Atau
Times Interest Earned =
𝐸𝐵𝑇+𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 (𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡)
Contoh : Komponen Laporan Keuangan
2005
2006
Earning Before Interest and Tax (EBIT)
1.800
1.300
180
170
Biaya Bunga (interest)
Untuk tahun 2005 : Times Interest Earned =
𝑅𝑝 1.800 𝑅𝑝 180
= 10 kali
Untuk tahun 2006 : Times Interest Earned =
𝑅𝑝 1.300 𝑅𝑝 170
= 7,6 kali
Times interest earned tahun 2005 adalah 10 kali aratu dengan kata lain, biaya bunga dapat ditutup 10 kali dari laba sebelum bunga dan pajak. Kemudian, untuk tahun 2006 adalah 7,6 kali lab asebelum bunga pajak. 5. Fixed Charge Coverage ( FCC ) Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap meruakan rasio yang mempunyai Times Interest Earned Ratio. Hanya saja perbedaanya adalah rasio ini di lakukan apabila perusahaan
memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa ( lease contract ). Biaya tetap merupakan biaya bunga tambah kewijaban sewa tahunan atau jangka panjang. Rumus untuk mencari fixed charge coverage (FCC) adalah :
Fixed Charge Coverage =
𝐸𝐵𝑇+𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎+𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑤𝑎/𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎+𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑤𝑎/𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒
Contoh : Komponen
Laporan
2005
2006
1.620
1.130
Biaya Bunga
180
170
Kewajiban Sewa/lease
40
30
Keuangan Earning Before Tax (EBT)
Untuk tahun 2005 : Fixed Charge Coverage =
1.650+180+40 180+40
= 8,5 kali
Untuk tahun 2006 : Fixed Charge Coverage =
2.130+170+30 170+30
= 11,65 kali (12 kali)
Seandianya rata-rata industry untuk fixed chrge coverage adalah 10 kali , untuk tahun 2005 , hanya 8,5 kali dan dinilai kurang baik kerena masih dibawah rata-rata industry dan tentu menyulitkan perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Sementara itu , untuk tahun 2006 , dengan rasio 12 kali dianggap cukup baik karena berada diatas rata-rata industry sehingga memudahkan perusahaan untuk memperoleh pinjaman.
D. Hasil Pengkuran Dari pengukuran rasio diatas dapat kita lihat kondisi dan posisi perushaan seperti yang terilihat dalam table berikut ini. No
Jenis Rasio
2005
2006
Standar Industri
1
Debt to Asset Ratio
49%
48%
35%
2
Debt to Equity Ratio
91%
90%
90 %
3
Long Term Debt to Equity
58%
55%
10 kali
Ratio (LTDtER) 4
Times Interest Earned
10 kali
7,6 kali
10 kali
5
Fied Charge Coverage
8,5 kali
12 kali
10 kali
Debet to asset ratio tahun 2005 sebanyak 49% artinya dari aktiva perusahaan didanai utang (midal pinjaman) sebesar 49% dan ini juga berarti sebanyak 41% dibiayai dengan modal dari pemegang saham. Kemudian tahun 2006 sebanyak 48% dari aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman) dan sebanyak 42% dengan standar rata-rata industry 35% kondisi perusahaan untuk tahun 2005 dan 2006 dinilai kurang baik. Debt to equity ratio menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp.91,00 pada tahun 2005 untuk setiap Rp.100,00 yang disediakan pemegang saham. Perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 91%. Demikian pula untuk tahun 2006 tidak jauh berbeda dengan tahun 2005, yaitu sebesar 90,4% mendekati 90%. Jika rasio rata-rata industry untuk debt to equity ratio sebesar 80% perusahaan masih dianggap kurang baik karena berada di atas rata-rata industry. Times interest earned pada tahun 2005 adalah 10 kali atau dengan kata lain, biaya bunga dapat ditutup 10 kali laba sebelum bunga dan pajak. Kemudian, untuk tahun 2006, times interst earned adalah 7,6 kali atau dengan kata lain, biaya bunga dapat ditutup 7,6 kali laba sebelum bunga dan pajak. Hal ini akan menyulitkan perusahaan untuk memperoleh pinjaman dikemudian hari. Seandianya rata rata industry untuk fixed charge coverage adalah 10 kali , untuk tahun 2015 hanya 8,5 dan dinilai kurang baik karena masih dibawah rata rata industry dan tentu menyulitkan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman baru, sementara itu tahun 2006 dengan rasio
12 kali dianggap cukup baik karena berada di atas rata rata industry sehingga memudahkan perushaan untuk memporoleh pinjaman.
BAB III Penutup
A. Kesimpulan Rasio Solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva sebuah perusahaan yang didanai dengan utang. Artinya, seberapa besar beban utang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Daftar Pustaka Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sawir, Agnes, 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan Perusahaan, (PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. https://www.kompasiana.com/miabakrie/5658ef2a1dafbddf0d32d7b7/solvabilitas?page=all