Nama
: Nabila Tri Oktafiani
NIM
: 17020144004
Prodi
: Sastra Indonesia 2017 Rangkuman Gaya Bahasa Sebagai Proses Kreatif
Karya sastra berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai akibat dorongan batin. Karya sastra atau karya seni pada umumnya dengan masalah-masalah emosional. Aktivitas kreatif merupakan proses yang khas. Energi yang mendorong proses itu pun memiliki ciri-ciri yang berbeda. Faktor yang mendorong seorang pengarang menulis karya sastra harus dicari dalam kaitannya dengan kejiwaan sebagai psikoliterer. Aktivitas kreatif faktor bakat memegang peranan penting dan hampir selalu dipertimbangkan sebagai indikator utama. Aktivitas kreatif bukan semata-mata menyusun kata kedalam kalimat, kalimat ke dalam bab dan seterusnya. Tujuan utama gaya adalah kualitas estetis. Pada dasarnya gayalah yang dianggap sebagai proses kreatif dan dengan demikian bagi proses penikmatannya. Energi yang mendorong penulis untuk menulis dan pembaca untuk membaca adalah gaya. Gaya bahasa termasuk majas. Gaya mengevokasi energi, baik bagi penulis dalam proses kreatif maupun pembaca dalam proses respsi. Gaya menyediakan energi-energi cadangan yang setiap saat mengganti energi yang sudah usang seperti kebosanan dan kelelahan. Menurut Simpson (2004:3) gaya bahasa baik bagi penulis maupun pembaca berfungsi untuk mengeksplorasi kemampuan bahasa, khususnya bahasa yang digunakan. Stilistika dengan demikian memperkaya cara berpikir, cara pemahaman, dan cara perolehan terhadap substansi kultural pada umumnya. Secara tradisional energi karya sastra dan dengan demikian gaya terkandung dalam persamaan bunyi yang diperluas dengan majas. Baik puisi kongkret maupun puisi biasa energi yang mendorong kualitas estetis nya sama bagaimana bahasa dimanfaatkan oleh pengarang sehingga bahasa bukan semata-mata alat melainkan tujuan itu sendiri. Sama dengan ilmu pengetahuan, karya sastra adalah nilai-nilai. Perbedaannya, nilai-nilai ilmu pengetahuan bersifat objektif, berlaku umum, sedangkan ciriciri karya sastra adalah subjektivitas, kreativitas. Karya sastra tidak memiliki alat ukur sebagaimana terdapat dalam ilmu kealaman. Kekuatan gaya untuk mendorong proses kreatif di satu pihak, kualitas estetis dipihak lain,
menunjukkan bahwa dalam struktur intrinsik gaya memegang pernan penting. Lebih-lebih dalam puisi. Gaya merupakan unsur utama, puisi adalah gaya bahasa itu sendiri dengan berbagai sistem yang dioperasikan di dalamnya. Sesuai dengan hakikatnya dengan adanya berbagai bentuk ikatan, baik jumlah baris maupun sajak akhir dalam puisi lama gaya bahasa dengan sendirinya lebih terikat dibandingkan dengan puisi modern. Sebagai puisi bebas, puisi modern seolah-olah dibentuk atas dasar permainan bahasa. Permainan inilah yang menghasilkan energi, sebagai daya sekaligus gaya sehingga lahir keindahan. Daya dan gaya bahasa yang ada pada penulis pindah ke pembaca, dari pembaca pindah ke karya sastra, demikian seterusnya, sehingga terjadi hubungan secara keseluruhan secara konstan antara penulis, karya sastra dan pembaca.