Rangkuman Materi Bindo Persiapan Unbk 2019.docx

  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rangkuman Materi Bindo Persiapan Unbk 2019.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,894
  • Pages: 12
RANGKUMAN MATERI BAHASA INDONESIA SESUAI KISI-KISI UNBK 2019 1.

Membaca Teks Nonsantra A.

Menentukan Kata atau Kalimat dalam Teks

Menentukan makna kata dapat dilakukan dengan mencari kata tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam KBBI pembaca dapat mencari makna berbagai jenis dan kelas kata, baik berupa kata dasar, kata bentukan (kata perimbuhan), kata kerja, kata benda, maupun kata sifat. Makna kata dalam KBBI tersebut dapat beragam atau lebih dari satu. Oleh karena itu, pembaca harus menyesuaikan makna kata dalam kamus dengan konteks kalimat dalam teks. Menentukan makna kat sesuai konteks kalimat dapat menentukan makna kalimat dalam teks tersebut. Hal ini di sebabkan kata dan kalimat merupakn unsur pembentukan teks.

B.

Menentukan Informasi Tersurat dalam Teks

Suatu teks mengandung informasi yang tersurat. Informasi tersurat tertulis jelas dalam teks yang berwujud klausa, kalimat, atau paragraph. Informasi tersebut dapat berupa fakta, bukti, argumen, penilaian, alas an, dan sebagainya. Dengan membaca dan memahami rangkaian kalimat dalam teks, kita dapat menentukan informasi tersurat dengan mudah. Kita dapat menunjuk kalimat berisi informasi tersurat yng diinginkan atau menyebutkan bunyi kalimat tersebut.

C.

Menentukan Bagian Teks

Setiap jenis teks mempunyai bagian-bagian tertentu yang menjadi unsur pembangunan. Bagian teks tersebut menjelaskan informasi tertentu berkaitan dengan topic teks. Pada umumnya teks terdiri dari pembuka, isi, dan penutup. Namun secara spesifik, setiap jenis teks mempunyai bagian yang berbeda. Misalnya, jenis teks eksposisi mempunyai bagian-bagian yang

terdiri atas tesis berupa pernyataan umum, argument, fakta, dan simpulan. Bagian teks tersebut di sesuaikan dengan tujuan penulisan teks. Menentukan bagian teks dapat dilakukan dengan memahami pola penyampalan informasi dalam teks. Hal-hal yang berkaitan dengan teks berdasarkan ruang lingkup topic dapat dikatakan sebagai bagian teks, baik berupa pernyataan, tujuan, maupun peristiwa. Bagian teks juga dapat ditrmtukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai teks. Pertanyan yang diajukan menggunakan kata tanya apa, kapan, di mana, siapa, mengapa, dan bagaimana. Selain itu, pertanyaan dapat pula menngunakan kata yang diberi imbuhan-kah untuk menanyakan suatu hal yang berkaitan dengan teks tersebut.

D.

Menentukan ide Pokok

Ide pokok merupakan unsur terpenting yang membangun teks. Ide pokok berisi gagasan tentang suatu topic yang menjadi inti pembahasan dalam suatu teks. Ide pokok erdapat pada setiap paragraph yang dikembangkan dalam rangkain kalimat. Kalimat-kalimat tersebut terdiri atas kalimat utama dan kalimat penjelas. Kalimat utama mewakili ide pokok, tetapi tidak selalu mengandung ide pokok. Hal ini disebabkan ide pokok biasanya disampaikan secara tersirat dalam keseluruhan paragraph. Letak kalimat utama ini tergantung pada pola pengembangan paragraph, yaitu umum-khusus (paragraph deduktif) dan khusus-umum (paragraph induktif). Paragraph deduktif memiliki kalimat utama di awal paragraph, sedangkan paragraph induktif yang memiliki kalimat utama di akhir paragraf.

E.

Menyimpulkan Isi Teks

Teks yang membahas suatu topic tertentu dapat disimpulkan dalam bentuk pernyataan singkat. Simpulan tidak terlepas dari peran ide pokok teks tersebut. Dengan demikian, menarik simpulan dilakukan dengan membaca dan memahami isi teks secara saksama. Keseluruh isi teks tersebut dinytakan dalam bentuk simpulan. Menyimpulkan isi teks berarti mengaitkan berbagai

informasi penting dalam teks yang berisi gagasan-gagasan pokok menjadi pernyataan singkat yang mewakili keseluruhan teks tersebut.

F.

Menyimpulkan Pendapat Pro/Kontra dalam Teks

Mengemukakan pendapat merupakan reaksi seseorang dalam menanggapi suatu hal. Pendapat merupakan hasil pemikiran seorang terhadap suatu hal secara subjektif. Pendapat sesorang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan perbaikan atau sekedar pujian menumbuh semangat. Pendapat dapat dikemukakan dalm bentuk pujian, kritik, sara, persetujuan, atau penolakan. Pernyataan yang menunjukkan persetujuan terhadap suatu masalah disebut pendapat pro, sedangkan yang menunjukkan penolakan disebut pendapat kontra. Menyimpulkan pendapat pro atau kontra dilakukan dengan memahami konteks kalimat berisi kata-kata persetujuan atau penolakan. Pendapat pro biasanya menggunakan kata setuju, menyetujui, sependapat, sejalan, bersimpangan, dan sebagainya. Pendapat kontra biasanya juga disertai penggunaan konjungsi pertentangan, seperti namun dan akan tetapi. G.

Meringkas Isi Teks

Meringkas isi berarti menuliskan kembali isi teks secara singkat tanpa mengurangi informasi penting dalam teks tersebut. Meringkas teks dilakukan dengan memahami isi teksnterlebih dahulu. Hal yang perlu di perhatikan dalam meringkas teks adalah isi ringkasan harus sesuai dengan ide pokok teks. Berdasarkan ide pokok teks, kita dapat memadukan berbagai informasi prnting dalam teks untuk dirangkai kembali menjadi kalimat yang efektif. H.

Membandingkan Penggunaan Bahasa dan Pola Penyajian Beberapa Jenis Teks

Terdapat beberapa jenis teks yang dipelajari dalam bahasa Indonesia. Setiap teks mempunyai ciri, struktur, kaidah kebahasann, dan pola penyajian yang berbeda. Berdasarkan kaidah kebahasaan, setiap teks memiliki kekhasan, mulai dari penggunaan kelas kata yang dominan, kalimat lansung, peristilahan, kata baku dan tidak baku, serta keefektifan kalimat. Di sisi lain, pola penyajian teks berkatian dengan isi teks, tujuan penulisan, struktur

teks, dan pengembangan paragraph, baik deduktif (umum-khusus) maupun induktif (khusus-umum). I.

Menilai Keunggulan dan Kelemahan Teks

Menilai keunggulan dan kelemahan biasanya terdapat dalam jenis teks resensi. Penilaian keunggulan dan kelemahan tersebut harus sesuai dengan kedaan teks yang sebenarnya, yaitu dengan cara membaca secara keseluruhan teks tersebut. Penilaian keunggulan dan kelemahan teks dilakukan terhadap isi teks yang berkaitan dengan pola penyajian dan kebahasaan, serta tampilan teks atau sampul, jika berupa buku. Keunggulan teks dapat dibuktikan melalui pendapat penulis yang menyatakan kemenarikan, keunikan, atau hal yang membuat teks tersebut menyenangkan untuk dibaca. Sebaliknya, keemahan teks dapat dibuktikan melui pendapat peenuli yang menyatakan kekurangan, kejanggalan, atau hal yang membuat teks tersebut tidak menarik untuk dibaca J.

Mengomentari Isi Teks

Memberi komentar berarti mengemukakan pendapat pribadi untuk mengulas atau menanggapi suatu hal berdasarkan kelogisan isi teks tersebut. Sebelum memberi komentar, pembaca harus memahami isi teks dengan saksama. Masalah yang dikemukakan dalam teks dikomentari secara logis sehigga dapat di pertanggung jawabkan. Komentar dapat berupa saran atu kritik. Kata yang biasa memberi komentar adalah sebaiknya, ada baiknya jika, seharusnya, dan seyogianya. 2.

Membaca Teks Sastra: Cerpen dan Fabel A.

Menentukan Makna Kata dalam Cerpen dan Fabel

Makna kata pada umumnya dapat diketahui melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menentukan makna dalam cerita fiksi seperti cerpen dan fable dapat diketahui berdasarkan konteks kalimatnya. Dalam cerpen maupun fable, kata yang digunakan dapat bermakna kias atau tidak sebenarnya. Oleh Karena itu memahami konteks kalimat dang rangkaian peristiwa dalam cerita tersebut dapat memudahkan pembaca untuk menentukan makna kata yang digunakan.

B.

Menentukan Makna Tersurat dalam Cerpen dan Fabel

Makna tersurat dalam cerpen atau fabel disampaikan dalam bentuk narasi dan dialog. Makna tersurat dalam cerpen atau fabel dapat berkaitan dengan latar, tokoh, dan penokohan (penggambaran watak dan karakter). Untuk menentukan makna tersurat tersebut, pembaca sebaiknya memahami setiap kalimat dan rangkaian peristiwa dalam cerita. C.

MenentukanBagian Cerpe dan Fabel Bagian cerpen dan fabel meliputi unsur istrinsik, yaitu tokoh,

penokohan, alur, latar, dan amanat. Selain itu ada pula konflik yang termasuk dalam alur cerita. Menentukan bagian cerpen dan fabel dilakuka dengan cara memahami isi cerita secara keseluruhan. Bagian cerita tersebut berperan dalam membangun cerita secara utuh sehingga di perlukan pemahaman pada setiap kalimat dalam dialog dan narasi. D.

Menyimpulkan Makna Simbol dalam Cerpen dan Fabel Dalam cerpen atau fabel, terdapat kata yang mengandung makna tertetu. Kata tersebut mengandung makna simbolik yang digunakan untuk menggambarkan suatu hal. Makna kata tersebut berupa kiasan. Makna simbolik merujuk pada makna sebenarnya atau berbeda sama sekali. Untuk menentukan makna simbolik, pembaca harus memahami konteks kalimat dan keseluruhan cerita dengan saksama. Makna simbolik disampaikan secara tersirat karea mengandung arti selubung. Kata tersebut dapat menjadikan cerita lebih indah dan menarik dibaca.

E.

Menyimpulkan Isi Tersirat dalam Cerpen/Fabel Cerpen dan fabel menyampaikan beberapa hal secara tersirat, yaitu nilai-nilai kehidupan yang menjadi amanat cerita. Nilai-nilai kehidupan tersebut meliputi nilai moral, nilai pendidikan, nilai keagamaan, dan sebagainya. Narasi dan dialog dalam cerita menjadi cerita media penyampaian nilai-nilai kehidupan secara tersirat yang terangkai dalam peristiwa-peristiwa. Setiap cerita dapat memuat nilai-nilai kehidupan yang sama maupun berbeda. Dengan demikian, melalui pemahaman yang mendalam berkaitan dengan rangkaian cerita, pembaca dapat menentukan nilai-nilai kehidupan dengan mudah.

F.

Menyimpulkan Sebab dan Akibat Konflik

Konflik merupakan bagian alur cerita yang berisi ketegangan atau pertentangan, baik yang terjadi antartokoh maupun hanya tokoh. Konflik dimunculkan melalui sebab tertentu yang melatarbelakanginya. Dalam alur, terdapat peristiwa yang memicu terjadinya konflik dan berkembang dalm serangkaian peristiwa lainnya. Penyebab konflik tersebut harus dipahami dengan cara mencermati serangkaian peristiwa yang terjadi sebelum konflik tersebut muncul. Namun, ada pula cerita yang sejak awal sudah menyajikan konflik. Cerita tersebut pada umumnya memiliki alur mundur sehingga penyebab konflik diketahui dalam rangkaian peristiwa yang terjadi setelahnya. Adanya konflik inilah yang menjadikan cerita menarik untuk dibaca. G.

Membandingkan Pola Pengembangan dan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Fabel Pola pengembangan dan penggunaan bahasa dalam cerpen atau fabel

dapat menjadi ciri khas seorang pengarang. Hal ini berarti, pola pengembangan cerita dan penggunaan bahasa setiap pengarang berbeda satu sama lain. Membandingkan pola pengembangan cerita dapat dilakukan terhadap penciptaan alur, pemunculan konflik, penggambaran tokoh, penyampaian amanat, dan penggunaan sudut pandang. Hal-hal tersebut berkaitan dengan unsur intrinsik cerita fiksi. Di sisi lain, penggunaan bahasa dapat dilakukan dengan membandingkan penggunaan kalimat langsung dan tak langsung, kata baku dan tak baku, kata sandang, peristilahan, kata asing, dan sebagainya. Hal-hal tersebut berkaitan dengan ejaan dan gaya bahasa. H.

Menunjukkan Bukti Latar dan Watak

Latar dan watak merupakan unsur intrinsic cerita fiksi. Latar dan watak biasanya disampaikan baik secara tersirat maupun tersurat. Ada pula penggambaran latar dan watak melalui gaya bahasa tertentu untuk menggugah imajinasi pembaca. Latar dan watak tersebut biasanya tergambar dalam narasi maupun dialog. Dengan demikian, menunjukkan bukti latar an watak alam cerita dilakukan dengan memahami isi cerita atau peristiwa tertentu.

I.

Mengomentari Unsur Intrinsik Karya Sastra

Usur intrinsik merupakan unsur penting dalam cerita fiksi. Penyampaian unsur intrinsik tersebut berbeda antara satu pengarang dengan pengarang yang lain. Memberi komentar atau tanggapan mengenai unsur intrinsik merupakan bentuk apresiasi yang dapat dilakukan oleh pembaca terhadap suatu karya. Mengomentari unsur intrinsic dilakukan dengan cara memahami isi cerita secara utuh terlebih dahulu. 3.

Menulis Terbatas A. Melengkapi Kalimat dengan Istilah/Kata Melengkapi kalimat berarti mengisi bagian kalimat yang rumpang. Kalimat rumpang merupakan kalimat tidak lengkap sehingga perlu dilengkapi dengan kata atau istilah yang sesuai agar menjadi yang efektif. Melengkapi kalimat rumpang dilakukan dengan mengetahui konteks kalimat terlebih dahulu. Suatu kalimat biasanya membahas hal dalam bidang tertentu sehingga pembaca dapat menentukan istilah yang digunakan berdasarkan pokok pembahasan kalimat. Hal ini disebabkan sifat istilah yang digunakan secara terbatas dalam bidang tertentu sesuai topic atau gagasan teks B.

Menyusun Paragraf atau Bagian Teks Kalimat sebaiknya secara padu agar membentuk paragraph yang mudah

dipahami oleh pembaca. Susunan kalimat tersebut harus memperhatikan hubungan antarkalimat melalui penggunaan konjungsi dan urutan waktu. Selain itu, susunan kalimat tersebut harus runtut agar informasi yang disajikan tidak berbelit-belit atau diulang-ulang. Hal utama yang perlu diperhatikan adlah urutan kalimat tersebut harus memuat gagasan twks. Oleh karena itu, untuk menentukan urutan kalimat yang tepat, pembaca harus menentukan kalimat utama terlebih dahulu.

C.

Melengkapi Paragraf atau Bagian Teks Kalimat rumpang dilengkapi dengan kata atau istilah yang tepat. Begitu

pula dengan paragraf rumpang, harus dilengkapi dengan kalimat yang sesuai konteks dan ide pokok teks tersebut. Melengkapi paragraf atau bagian teks dilakukan dengan mengetahui jeni teks, kemudian menentukan ide pokok teks.

Pembaca juga harus memperhatikan susunan kalimat dan peristiwa yang dibangun dalam teks. Dengan memperhatikan bagian sebelum rumpang, pembaca dapat menentukan kalimat yang sesuai untuk melengkapi paragraf tersebut agar menjadi padu. D.

Memvariasikan Kata atau Kalimat sesuai Konteks Suatu kalimat dapat ditulis kembali dengan variasi tertentu yang

mengandung maksud yang sama. Pengubahan kalimat tersebut harus memperhatikan susunan kalimat subjek, predikat, objek, dan keterangan. Selain itu, variasi kalimat juga perlu memperhatikan padanan kata yang sesuai dengan maksud kalimat tesebut. Meskipun kalimat di variasikan, makna dan informasi penting dalam kalimat tersebut tetap tersempaikan dan tidak berubah.

E.

Menulis dengan Ilustrasi Tertentu

Menulis teks biasanya didasari dengan gagasan sendiri mengenai suatu masalah. Ada pula teks yang ditulis berdasarkan ilutrasi atau gambaran tertentu. Ilustrasi biasanya menggambarkan situasi yang dapat memicu seseorang untuk menulis teks. Teks yang ditulis tentunya harus sesuai dengan ilustrasi yang diberikan. Ilustrasi biasanya juga mengandung tujuan tertentu sehingga seseorang harus menulis teks yang berisi tujuan tersebut. Untuk itu,maksud ilustrasi haru dipahami dengan saksama.

F.

Mengubah Teks ke Bentuk Lain Suatu teks dapat diubah menjadi bentuk lain dengan berbagai tujuan.

Ada teks yang diubah untuk mempermudah pemahaman pembaca, memperindah teks, atau memperjelas informasi dalam teks. Pengubahan teks ke bentuk lain tersebut sebaiknya tidak menyamping inti dari teks tersebut. Mengubah teks biasanya terjadi pada teks laporan, yaitu pemaparan data berupa pargraf diubah dalam bentuk tabe atau sebaliknya. Selain itu, pengubahan teks juga terjadi pada karya sastra berupa puisi menjadi narasi atau sebaliknya.

4.

Menunjukkan Kesalahan Penggunaan Kata dan Kalimat

A.

Menunjukkan Kesalahan Penggunaan Kata dan Kalimat Kata dan kalimat merupakan hal utama yang diperlukan dalam kegiatan

berbahasa. Kata dan kalimat disampaikan atau ditulis secara jelas untuk menyampaikan maksud. Pembaca atau menyimak akan memahami maksud yang disampaikan jika kata atau kalimat yang digunakan sesuai dengan tata bahsa Indonesia. Jika tata bahsa tersebut diabaikan, informasi atau maksud yang ingin kita sampaikan akan sulit dipahami oleh orang lain. Hal ini berarti terdapat kesalahan penggunaan kata dan kalimat yang disampaikan. Kesalahan penggunaan kata dan kalimat berkaitan dengan kefektifan dan kepaduan kalimat, serta penggunaan kata baku. Kalimat yang efektif biasanya bersifat ambigu, berbelit-belit, serta menggunakan kata yang berlebihan atau penumpukan kata yang memiliki arti sama. Kepaduan kalimat biasanya terdapat dalam paragraf untuk menyampaikan gagasan. Kalimat yang tidak sesuai dengan gagasan dan kalimat utama berarti tidak padu. Selain itu, kalimat yang baik sesuai kaidah bahasa Indonesia juga tersusun atas katakata baku.

B.

Menggunakan Kata Bentukan

Kata bentukan merupakan jenis kata yang sering digunakan dalam kalimat. Kata bentukan digunakan secara bebas dalam kalimat dengan memperhatikan pembentukan katanya. Kata bentukan meliputi kata dasar yang mengalami perulang, kata berimbuhan, dan kata bersisipan. Penggunaan kata bentukan bergantung pada konteks kalimat. Pada kata bentukan, pembetuk kata menentukan kesesuaian kata tersebut dengan konteks kalimat yang berhubungan dengan penyampaian makna kepada pembaca.

C.

Menggunakan Konjungsi yang Tepat dalam Teks

Konjungsi dalam kalimat berfungsi menghubungkan kalimat atau paragraph agar menjadi padu. Ada beberapa jenis konjungsi yang digunakan, yaitu konjungsi

intrakalimat, konjungsi antarkalimat, dan konjungsi antarparagraf. Ketiga jenis konjungsi tersebut memiliki fungsi tertentu yang disesuaikan dengan konteks kalimat. Konjungsi intrakalimat digunakan dalam satu kalimat pada klausa, kalimat setara, atau kalimat mejemuk, misalnya ketika, tetapi, karena, jika, agar, sehingga, sedangkan, maupun bahkan, dan dengan. Konjungsi antarkalimat digunakan dalam kesatuan paragraf yang menghubungkan kalimat sebelum atau sesudahnya, misalnya akan tetapi, namun, meskipun demikian, di samping itu, selain itu, dan oleh karena itu, konjungsi antarparagraf berfungsi menghubungkan keterhubungan gagasan dengan merujuk pada pernyataan paragraph sebelumnya, misalnya berdasarkan . . . atau di samping . . .

D.

Memperbaiki Kesalahan Penggunaan Istilah, Kata, dan Kalimat, serta Ketidakpedulian Paragraf

Istilah, kata, dan kalimat digunakan dengan salah harus diperbaiki agar menjadi baik, padu, efektif, dan baku. Perbaikan kesalahan penggunaan istilah, kata, kalimat, dan keterpaduan paragraf berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Kesalahan tersebut diselesaikan dengan mengganti kata atau kalimat yang tidak baku. Selain itu, kesalahan dapat diselesaikan dengan mengganti kata atau kalimat yang tidak baku dan tidak efektif. Keterhubungan informasi dalam kalimat memengaruhi tersampainya gagasan dalam paragraf.

E.

Menentukan Alasan Kesalahan Penggunaan Istilah, Kata, dan Kalimat, serta Ketidakpedulian Terjadinya kesalahan penggunaan istilah, kata, kalimat, dan

ketidakpedulian paragraf tentu memiliki sebab tertentu. Sebab tersebut dapat dijadikan alas an perbaikan agar menjadi padu, baku, dan efektif. Alasan kesalahan tersebut berkaitan dengan ketepatan penggunaan sesuai konteks dan hal yang dianggap salah atau tidak sesuai dengan PUEBI.

5.

Menyunting Ejaan dan Tanda Baca A.

Menunjukkan Kesalahan Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Ejaan dan tanda baca merupakan komponen utama yang perlu diperhatikan dalam tata kalimat. Pengunaan ejaan dan tanda baca yang salah menunjukkan bahwa kalimat tersebut tidak efektif atau tidak baku karena tidak sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Kesalahan penggunaan ejaan tanda baca meliputi beberapa hal berikut. 1. Pemakaian huruf yang tidak sesuai, mulai dari huruf capital, huruf bercetak miring, huuf bercetak tebal, dan huruf diftong 2. Penulisan kata yang tidak tepat berkaitan dengan penggunaan kata tidak baku dan peristilahan dalam tulisan ilmiah, pemenggalan kata tidak tepat, penggunaan berbagai kelas kata yang tidak sesuai fungsinya, serta penulisan unsur serapan yang tidak tepat dalam kalimat. 3. Pemakaian tanda baca yang tidak sesuai dengan fungsinya berkaitan dengan penggunaa tanda baca dalam berbagai variasi kalimat, yaitu kalimat berita, perintah, tanya, intruksi, kutipan , dialog pemerincian, dan sebagainya.

B.

Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca dalam Teks Penulisan ejaan dan tanda baca yang sesuai fungsinya dapat

memengaruhi pemahaman pembaca terhadap tulisan sehingga harus ditulis dengan benar. Penggunaan dan tanda baca yang benar telah diatur dalam PUEBI. Kalimat yang menggunakan ejaan dan tanda baca sesuai PUEBI merupakan kalimat baku. Penggunaan ejaan dan tanda baca sesuai PUEBI meliputi: pemakaian huruf vocal, konsonan, diftong, capital, huruf bercetak miring, dan huruf bercetak tebal; penulisan kata berupa kelas kata, kata serapan, kata sandang, peristilahan, dan pemenggalan kata; dan penulisan tanda baca, yaitu titik (.), koma (,), petik (“…”), petik tunggal (‘…’), seru (!), tanya (?), titik dua (:), titik koma (;), hubung (-), pisah (-), ellipsis (…), kurung ((…)), kurung siku ([…]), garis miring (/), dan apostrof (‘)

C.

Memperbaiki Kesalahan Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Penggunaan ejaan dan tanda baca yang salah atau tidak sesuai dengan PUEBI harus diperbaiki agar menjadi kalimat yang baku. Perbaikan kesalahan penulisan ejaan harus memperhatikan fungsi penulisan kata, pemakainan huruf, serta penggunan kata serapan dan peristilahan yang benar. Penulisan tanda baca juga harus diperhatikan. Untuk mengetahui fungsi dan ketepatan penulisan ejaan dn tanda baca, sebaiknya kita memahami konteks dan tata kalimat tersebut.

D.

Menentukan Alasan Kesalahan Pengunaan Ejaan dan Tanda Baca

Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca sebaiknya dipaparkan secara jelas agar tidak terjadi kesalahan yang sama di lain waktu. Menentukan alasan kesalahan tersebut berkaitan dengan fungsi dan ketentuan penggunaan ejaan dan tanda baca sesia PUEBI. Alasan kesalahan penggunaan tersebut harus logis sesuai pedoman. Dengan mengemukakan alasan yang sesuai, kita tidak hanya dapat ,emegtahui letak kesalahan, tetapi juga dapat dengan mudah memperbaiki kesalahan tersebut.

Related Documents