Rangkuman Materi Bahasa Dan Sastra Indonesia

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rangkuman Materi Bahasa Dan Sastra Indonesia as PDF for free.

More details

  • Words: 5,091
  • Pages: 21
MAJAS Majas atau gaya bahasa atau sering disebut bahasa figuratif merupakan bahasa kias, bahasa yang diciptakan untuk menciptakan efek tertentu. Jenis-Jenis Majas

JENIS-JENIS MAJAS

Majas Perbandingan Personifikasi Simile/perumpamaan Metafora Alegori

Majas Pertautan Metonimia Sinekdoke Pars pro toto Totem pro parte Alusio Elipsis Inversi

Majas Pertentangan Hiperbola Litotes Ironi Paradoks Antitesis

Majas Perulangan Aliterasi Antanaklasis Repetisi Paralelisme Kiasmus

A. Majas Perbandingan 1. Personifikasi Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Contoh: Ataukah ia tangan kabut yang nakal yang telah mencekik lehernya? 2. Perumpamaan/Simile Simile adalah majas yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berbeda namun dianggap sama. Majas ini ditandai oleh pemakaian kata pembanding: bagai(kan), bak, semisal, seperti, serupa, umpama, laksana, dan kata pembanding lainnya. Contoh: Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai 3. Metafora Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat tanpa kata-kata pembanding. Contoh: Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang 1

4. Alegori Alegori adalah gaya bahasa yang mempertautkan satu hal atau kejadian dengan hal atau kejadian lain dalam satu kesatuan utuh. Majas ini merupakan majas simile atau metafora yang berkelanjutan. Contoh: Teratai Kepada Ki Hajar Dewantara Dalam kebun di tanah airku Tumbuh sekuntum bunga teratai Tersembunyi kembang indah permai Tidak terlihat orang yang lalu Akarnya tumbuh di hati dunia Daun bersemi Laksmi mengarang Biarpun ia diabaikan orang Seroja kembang gemilang mulia ..................... (Sanusi Pane)

Dalam puisi di atas, penyair menyimbolkan Ki Hajar Dewantara dengan kuntum bunga teratai dengan maksud untuk membandingkan ciri-ciri bunga teratai dengan gagasan, pikiran, dan cita-cita tokoh pendidikan itu. B. Majas Pertentangan 1. Hiperbola Hiperbola ialah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud yang memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Contoh: Sorak penonton mengguntur membelah angkasa. 2. Litotes Majas litotes adalah majas yang mengurangi, mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Contoh: Terimalah bingkisan yang tidak berharga ini. 3. Ironi Ironi adalah majas yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok. Contoh: Masih sore begini sudah pulang, padahal baru jam 2 malam. 4. Paradoks Paradoks adalah majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan. Contoh: Dia merasa kesepian di antara orang-orang yang ramai berjoget. 5. Antitesis Antitesis adalah majas pertentangan yang menggunakan paduan kata yang berlawanan arti. Contoh: Besar-kecil, tua-muda, pria-wanita, semua datang ke alun-alun. C. Majas Pertautan 1. Metonimia Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang atau lainnya sebagai penggantinya. 2

Contoh: Saya suka membaca Chairil Anwar. Tolong belikan gudang garam 1 bungkus! 2.

Sinekdoke a. Pars Pro Toto ialah menyebut nama sebagian sebagai pengganti keseluruhan. Contoh: Dia selalu menyembunyikan muka semenjak kejadian itu. b. Totem Pro Parte ialah menyebut nama keseluruhan untuk mengganti nama sebagian. Contoh: Dalam Piala Asia, Indonesia kewalahan menghadapi Arab Saudi.

3. Alusio ialah majas yang menunjuk secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang sudah diketahui bersama. Contoh: Tugu ini mengingatkan kita pada peristiwa 10 November. Jangan pernah peniru perilaku Si Malin Kundang. 4. Elipsis adalah yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kata atau bagian kalimat. Contoh: Sunyi. Menunggu mentari muncul. Terus saja hatiku masygul. 5. Inversi ialah majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat. Contoh: Menggigil aku di sini. Dan nama-Mu terus saja kupanggil. D. Majas Perulangan 1. Aliterasi adalah majas yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya. Contoh: Sepi sekitar tiada tanda hayati Hanya hamparan haru tanpa tepi 2. Antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. Contoh: Pintu-pintu awan, nadi-nadi cahaya Dan kegelapan, rimba sepi dan kejadian...... 3. Repetisi ialah majas perulangan kata sebagai penegasan yang dirunut dalam baris yang sama. Contoh: Badai kencang menerpa kencang menerjang 4. Paralelisme adalah majas perulangan kata yang disusun dalam baris yang berbeda. Contoh: Ada cinta yang terpahat Ada cinta yang tertambat Ada cinta yang terhambat

3

Membuat terlambat mengucap “Aku cinta padaMU”

5. Kiasmus adalah majas yang berisi perulangan dan sekaligus merupakan inversi. Contoh: Karena malam bukan siangnya gelombang Dan siang bukan malamnya jalang ***

PARAGRAF Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf dibedakan menjadi sebagai berikut. 1. Paragraf Deduktif Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal. Secara otomatis, gagasan utamanya terletak pada awal paragraf. Contoh: Balon sebenarnya merupakan pesawat terbang yang paling sederhana. Balon biasanya terdiri atas kantung bulat dari kertas, sutra, atau kain yang dilapisi dengan karet. Pada kantung itu terdapat udara panas dan hidrogen atau helium. Pada kantung itu dapat diikatkan tali atau jala untuk membawa barang atau orang. Kalimat utama : Balon sebenarnya merupakan pesawat terbang yang paling sederhana. Ide pokok : Balon merupakan pesawat terbang sederhana. 2. Paragraf Induktif Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf. Gagasan utamanya pun terletak di akhir paragraf. Contoh: Smesnya sangat keras dan menghunjam. Permainan netnya halus dan tipis. Kontrol bolanya akurat. Permainan tipuannya begitu taktis. Serangannya gencar sepanjang permainan. Pertahanannya kuat sehingga sulit dijebol oleh lawan. Itulah ciri utama permainan Tik dan Rexy, ganda bulu tangkis kelas internasional dari Indonesia. Kalimat utama : Itulah ciri utama permainan Tik dan Rexy, ganda bulu tangkis kelas internasional dari Indonesia. Ide pokok : Ciri utama permainan bulu tangkis Tik dan Rexy. 3. Paragraf Repetitif Paragraf repetitif disebut juga paragraf campuran. Paragraf ini diawali dengan kalimat utama dan pada akhir paragraf, kalimat utamanya diulang kembali walaupun redaksinya tidak mesti sama persis. Pengulangan kalimat utama hanya bersifat penegasan. Walaupun demikian, bukan berarti paragraf ini memiliki dua ide pokok. Ide pokok tetap satu, yakni hal pokok dari kedua kalimat utama tersebut. Contoh: Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Sarana 4

komunikasi yang digunakan manusia selalu berkembang seiring perkembangan zaman. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi. Kalimat utama : 1. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. 2. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi. Ide pokok : Sarana komunikasi dalam kehidupan manusia.. 4. Paragraf Ineratif Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah paragraf. Contoh: Tingkah lakunya menawan. Tutur katanya sopan. Senyumnya murah dan jarang marah. Dia tidak pernah berbohong dan tidak suka mempercakapkan orang lain. Kesukaannya menolong orang lain. Pantas Ajeng menjadi gadis pujaan bagi setiap orang. Tambahan lagi wajahnya cantik. Perangainya lembut. Otaknya cerdas. Dia mudah diajak bicara dan cepat menyesuaikan diri. Dia ramah terhadap siapa pun dalam pergaulan. Kalimat utama : Pantas Ajeng menjadi gadis pujaan bagi setiap orang. Ide pokok : Ajeng menjadi gadis pujaan. 5. Paragraf Deskriptif dan Naratif Pada paragraf ini, semua kalimat merupakan kalimat utama sehingga kalimat utama terletak di terletak pada seluruh paragraf. Oleh sebab itu, penentuan ide pokok bisa kedua jenis paragraf ini bisa berupa kesimpulan dari seluruh kalimat atau salah sayu kalimat dari kalimat-kalimat yang berada pada paragraf. Contoh: Pada pagi hari tanggal 30 Juni 1908, ada benda cerah melayang menyusuri lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun di Siberia Tengah. Jam menunjukkan pukul tujuh waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api menyilaukan di atas hutan cemara. Kobaran api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagai guntur dan terdengar sampai lebih dari seribu kilometer jauhnya. Kalimat utama : semua kalimat. Ide pokok : Benda berapi jatuh di hutan cemara Siberia Tengah. *** PARAGRAF INDUKTIF Paragraf induktif F Paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas. Ciri-Ciri Paragraf Induktif: • Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus. • Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus. • Kesimpulan terdapat di akhir paragraf. 5

Kalimat Utama, Gagasan Utama, dan Kalimat Penjelas dalam Paragraf Induktif • Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf • Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama • Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus • Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama Jenis Paragraf Induktif • Generalisasi • Analogi • Klasifikasi • Perbandingan • Sebab akibat: 1. Sebab–akibat 2. Akibat–sebab 1. Paragraf Generalisasi General = umum Generalisasi F Penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili Contoh: Setelah karangan anak-anak kelas 3 diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain mendapat 7. Hanya Maman yang 6, dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Boleh dikatakan, anak kelas 3 cukup pandai mengarang. 2. Paragraf Analogi Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan. Contoh: Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak. Memang, sifat manusia itu ibarat padi. 3. Paragraf Sebab Akibat Paragraf hubungan sebab akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Contoh: Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.

6

4. Paragraf Akibat Sebab Paragraf hubungan akibat sebab adalah paragraf yang dimulai dengan fakta khusus yang menjadi akibat, kemudian fakta itu dianalisis untuk diambil kesimpulan. Contoh: Hasil panen para petani di Desa Cikaret hampir setiap musim tidak memuaskan. Banyak tanaman yang mati sebelum berbuah karena diserang hama. Banyak pula tanaman yang tidak berhasil tumbuh dengan baik. Bukan itu saja, pengairan pun tidak berjalan dengan lancar dan penataan letak tanaman tidak sesuai dengan aturannya. Semua itu merupakan akibat dari kurangnya pengetahuan para petani dalam pengolahan pertanian.

PARAGRAF DEDUKTIF Pada dasarnya, paragraf deduktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf. Ciri-Ciri Paragraf Deduktif: • Terlebih dahulu menyebutkan hal-hal yang bersifat umum. • Kemudian, diikuti oleh kalimat-kalimat pendukung yang bersifat khusus. Kalimat Utama, Gagasan Utama, dan Kalimat Penjelas dalam Paragraf Induktif • Kalimat utama paragraf deduktif terletak di awal paragraf • Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama • Kalimat penjelas terletak setelah kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus. • Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama. Jenis Paragraf Deduktif Berdasarkan pola pengembangannya, paragraf deduktif pada umumnya mempunyai 2 jenis: • Paragraf contoh • Paragraf definisi 1.

Paragraf Contoh Paragraf jenis ini diawali dengan informasi yang bersifat umum kemudian diikuti pernyataan-pernyataan yang berupa contoh. Contoh: Berbagai masalah melanda dunia pendidikan di Indonesia. Permasalahanpermasalahan terkait dengan pendidikan nasional seakan-akan tumpang tindih. Sebagai contoh, kualitas pendidikan nasional kita masih jauh di tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Anggaran pendidikan nasional yang masih minim turut menyulitkan berkembangnya pendidikan kita. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, terutama di daerah terpencil dan terisolasi, masih menghambat kemajuan dan pemerataan mutu pendidikan. Belum lagi, animo belajar peserta didik yang dirasakan kian menurun menjadikan kualitas lulusan pendidikan kita memprihatinkan. 2.

Paragraf Definisi Paragraf ini dikembangkan dengan menjelaskan suatu istilah yang mengandung konsep atau teori-teori tentang sesuatu yang dikemukakan pada awal paragraf. 7

Contoh: Karya sastra yang mencerdaskan adalah karya sastra yang memberi informasi, mengayakan pengalaman, dan memberikan pemahaman baru. Karya sastra yang mencerdaskan, secara keseluruhan, merupakan karya yang mampu mengeksplorasi persoalan kemanusiaan. Dalam konteks Indonesia, karya sastra yang mencerdaskan ialah karya yang mampu memberikan percerahan dan pemahaman terkait hal-hal yang dihadapi bangsa dan negara ini. ***

JENIS-JENIS KARANGAN DAN LANGKAH-LANGKAH MENGARANG Jenis Karangan

Eksposisi

Argumentasi

Deskripsi

fakta

Persuasi

Narasi

fiksi

fakta

fiksi

1. DESKRIPSI Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolaholah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Karangan deskripsi ada yang berupa fakta (berdasarkan kenyataan), ada pula yang berupa fiksi (hasil imajinasi). Contoh deskripsi berisi fakta: Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata. Contoh deskripsi berupa fiksi: Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecokelatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain. Langkah menyusun deskripsi: 1) Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan 2) Tentukan tujuan 8

3) Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan 4) Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan 5) Kembangkan kerangka menjadi deskripsi 2. NARASI Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu, ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Karangan narasi juga terbagi menjadi dua, yaitu: a. Narasi ekspositoris (narasi yang berupa fakta) Narasi jenis ini dapat berupa: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh: Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah. Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. b. Narasi sugesif (narasi yang berupa fiksi) Narasi sugesif dapat berupa: novel, cerpen, cerbung, cergam. Contoh: Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Langkah menyusun narasi: Langkah menyusun narasi melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan. 3. EKSPOSISI Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Contoh: Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntansi, pekerjaan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut. Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses. 9

Contoh paparan proses: Cara mencangkok tanaman: 1. Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya. 2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kirakira 1,5 – 2 cm. 3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm. Langkah menyusun eksposisi: 1) Menentukan topik/ tema 2) Menetapkan tujuan 3) Mengumpulkan data dari berbagai sumber 4) Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih 5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi. 4. ARGUMENTASI Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut. Contoh: Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang. Tema/topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya: • Disiplin Kunci Sukses Berwirausaha • Teknologi Komunikasi Harus segera Dikuasai • Sekolah Menengah Kejuruan sebagai Aset Bangsa yang Potensial Langkah menyusun argumentasi: 1) Menentukan topik/ tema 2) Menetapkan tujuan 3) Mengumpulkan data dari berbagai sumber 4) Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih 5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi 5. PERSUASI Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya. Contoh persuasi: Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA ). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga. Topik/tema yang tepat untuk persuasi, misalnya: • Katakan tidak pada NARKOBA • Hemat energi demi generasi mendatang 10

• • •

Hutan sahabat kita Hidup sehat tanpa rokok Membaca memperluas cakrawala

Langkah menyusun persuasi: 1) Menentukan topik/ tema 2) Merumuskan tujuan 3) Mengumpulkan data dari berbagai sumber 4) Menyusun kerangka karangan 5) Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi ***

KALIMAT MAJEMUK Kalimat majemuk ialah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih yang antarklausanya dihubungkan dengan konjungsi setara atau bertingkat. Macam-Macam Kalimat Majemuk: 1.

Kalimat Majemuk Setara

ialah kalimat majemuk yang kedudukan klausa-klausanya sederajat, artinya tidak ada pola kalimat yang menduduki fungsi pola kalimat yang lain. Macam-Macam Kalimat Majemuk Setara (KMS): a. KMS Menggabungkan Konjungsi yang dipakai: dan, serta. Contoh: Rinto bermain gitar dan Rinta menyanyikan lagunya. b. KMS Mempertentangkan Konjungsi yang dipakai: namun, tetapi, sedangkan, padahal, melainkan. Contoh: 1) Rinto mahir bermain gitar tetapi tidak bisa menyanyi. 2) Rinta tidak mau menyanyi padahal suaranya bagus. c. KMS Memilih Konjungsi yang dipakai: atau. Kamu serius atau hanya bercanda saja? d. KMS Menegaskan Konjungsi yang dipakai: bahkan, malahan, lagi pula. Contoh: Rinta bisa menyanyi bahkan bisa menciptakan lagu. e. KMS Mengurutkan Konjungsi yang dipakai: lalu, kemudian, setelah itu, akhirnya. Contoh: 1) Rinto mengambil gitar kemudian mulai memetiknya. 2) Rinto memainkan intro, setelah itu barulah Rinta mulai menyanyi. 2.

Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)

ialah kalimat majemuk yang kedudukan pola-pola kalimatnya tidak sederajat, artinya ada pola kalimat yang menduduki fungsi pola kalimat yang lain, dengan cara memperluas salah satu fungsi tersebut. Dalam kalimat majemuk bertingkat, terdapat induk kalimat (klausa utama) dan anak kalimat (klausa bawahan). Anak kalimat ini merupakan hasil perluasan dari salah satu fungsi (jabatan) dalam klausa utama (induk kalimat). Macam-Macam Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB): 11

a. KMB Perluasan Subjek Contoh: (1a) Orang itu pergi. S

P

(1b) Orang yang berbaju biru itu pergi. S’

P’

Pel

S

P

b. KMB Perluasan Predikat Contoh: (2a) Ayahnya guru. S

P

(2b) Ayahnya seorang yang mengajar di sekolah. S’

P’

S

Kt

P

c. KMB Perluasan Objek (3a) Ayah membeli baju. S

P

O

(3b) Ayah membeli baju yang berwarna merah. S’ S

P

P’

Pel

O

d. KMB Perluasan Pelengkap (4a) Kakak menjadi dokter. S

P

Pel

(4b) Kakak menjadi dokter yang mengabdi di pedesaan. S’ S

e.

P

P’

Kt

Pel

KMB Perluasan Keterangan 1) Perluasan Keterangan Waktu. Konjungsi yang digunakan: sejak, semenjak, ketika, sewaktu, tatkala, seraya, sementara, sambil, setelah, dsb. Contoh: Sejak ditinggal pacarnya, dia selalu murung. 2) Perluasan Keterangan Tempat Konjungsi yang digunakan: di, ke, dari. Contoh: Dari kamar yang sempit dan penuh sarang laba-laba, dia menghasilkan karyanya. 3) Perluasan Keterangan Tujuan Konjungsi yang digunakan: agar, supaya, biar. Contoh: Supaya kegugupannya tidak ketahuan, dia langsung mengalihkan pembicaraan. 4) Perluasan Keterangan Sebab Konjungsi yang digunakan: sebab, karena. Contoh: Karena sangat gugup, badannya gemetar. 5) Perluasan Keterangan Hasil/Akibat Konjungsi yang digunakan: sehingga, sampai-sampai, akibatnya, maka, dll. Contoh: Dia sangat ketakutan sehingga seluruh tubuhnya gemetar. 6) Perluasan Keterangan Konsesif 12

Konjungsi yang digunakan: biarpun, meskipun, walaupun,kendatipun, dll. Contoh: Dia maju juga meskipun seluruh badannya sudah lemas. 7) Perluasan Keterangan Syarat/Pengandaian Konjungsi yang digunakan: jika, kalau, asalkan, bila, manakala, andaikan, umpama, seandainya, sekiranya, dll. Contoh: Seandainya dia tidak gemetar, aku tidak akan curiga. 8) Perluasan Keterangan Cara Konjungsi yang digunakan: dengan, tanpa. Contoh: Dia pun maju dengan langkah malu-malu. 9) Perluasan Keterangan Alat Konjungsi yang digunakan: dengan, tanpa. Contoh: Dia datang dengan mobil yang baru dibelinya. 10) Perluasan Keterangan Kesertaan Konjungsi yang digunakan: dengan, tanpa, bersama. Contoh: Dia maju bersama kedua kakaknya yang bekerja di kepolisian. 11) Perluasan Keterangan Komplementasi Konjungsi yang digunakan: bahwa. Contoh: Mereka mengatakan bahwa dia tidak terlibat.

menggabungkan mempertentangkan Setara

memilih mengurutkan menegaskan

at Kalim uk m Maje

Perluasan subjek Perluasan predikat Perluasan objek

Bertingkat

Perluasan pelengkap Perluasan keterangan

13

MEMO DAN SURAT MEMO  Singkatan dari memorandum F bentuk komunikasi tertulis yang di dalamnya berupa pesan singkat.  Merupakan jenis surat dinas yang dipakai secara intern dalam suatu instansi/ lembaga dan bersifat informal.  Biasanya berupa pertanyaan, perintah, informasi, peringatan, permintaan, atau harapan.  Pesan-pesan yang disampaikan dalam memo singkat, dan tidak dikenal adanya pembuka atau kalimat penutup tetapi penulis langsung kepada pesan yang dimaksudkannya.  Biasanya berupa perintah dari atasan kepada bawahannya.  Isinya singkat dan pendek. Sistematika Penulisan Memo Keterangan:

1 MEMO Dari : ...................... 1 Untuk : ...................... 1 ........................................... ........................................... ................. ................. ................. .................

4 5 6 7 8

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Contoh:

kepala memo penulis memo pihak yang dituju isi memo tanggal penulisan identits jabatan tanda tangan nama penulis

PT. BUKIT BARISAN Jalan Hasanudin No.14 Bandung

MEMO Kepada : Kepala bagian Personalia Dari : Direktur Utama Kami minta laporan kepegawaian secepatnya. Terima kasih. 3 April 2006 Direktur Utama, Danu Wijaya

SURAT Sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain. Informasi itu dapat berupa : - pemberitahuan - pernyataan - perintah - permintaan / permohonan - laporan FUNGSI SURAT 1. Sebagai sarana komunikasi. 2. Sebagai alat untuk menyampaikan pemberitahuan / permintaan atau permohonan, buah pikiran atau gagasan. 3. Sebagai alat bukti tertulis. 4. Sebagai alat untuk mengingat. 5. Sebagai bukti historis. 6. Sebagai pedoman kerja. Dilihat dari segi bentuk, isi, dan bahasanya, surat digolongkan atas 3 jenis, yaitu : 1. Surat pribadi 2. Surat dinas 3. Surat niaga Surat Pribadi 14

 Surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya menyangkut kepentingan pribadi.  Komunikasi antara anak dan orang tua, antarkerabat, antarsejawat, dan antarteman.  Digunakan kartu pos, warkat pos, atau surat bersampul. Bagian-bagian surat pribadi: Keterangan: ........................... 1 1. tempat dan tanggal pembuatan surat. ....................... 2 2. alamat surat 3. salam pembuka ....................... 3 ...................................................... 4 4. paragraf pembuka ...................................................... 5 5. isi surat ...................................................... 6 6. paragraf penutup ............................ 7 7. salam penutup ............................ 8 8. tanda tangan pengirim ............................ 9 9. nama pengirim Surat Dinas  Segala komunikasi tertulis yang menyangkut kepentingan tugas dan kegiatan dinas instansi.  Salah satu alat komunikasi kedinasan yang sangat penting dalam pengelolaan administrasi, seperti penyampaian berita tertulis yang berisi pemberitahuan, penjelasan, permintaan, pernyataan pendapat dari instansi kepada instansi lain dan dari instansi kepada perseorangan atau sebaliknya. Bagian-bagian surat dinas: Keterangan: 1 ..................... ...................... ......................

................. 3 2

.................... 4 .................... 5 ...................................................... 6 ...................................................... 7 ...................................................... 8 ............................ 9 .......................... 10 .......................... 11

1. Kepala surat 2. No, Lampiran, Perihal surat 3. Tanggal surat 4. Alamat surat 5. Salam pembuka 6. Paragraf pembuka 7. Isi surat 8. Paragraf penutup 9. Salam penutup 10. Tanda tangan 11. Nama pengirim

Surat Niaga Surat yang dipergunakan orang atau badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha niaga, seperti perdagangan, perindustrian, dan usaha jasa. Macam-macam surat niaga : - surat penawaran - surat pengaduan - surat pesanan - surat pengiriman barang - surat pembayaran - surat penagihan, dll. Penulisan bagian-bagian surat: 1. Kepala surat Kepala surat yang lengkap terdiri atas: a. nama instansi b. alamat lengkap c. nomor telepon 15

d. nomor kotak pos e. lambang atau logo. Dalam penulisan kepala surat hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Nama instansi jangan disingkat, misalnya: Biro Diklat, Depdiknas, Badan Bimas, tetapi Biro pendidikan dan Pelatihan, Departemen Pendidikan Nasional, Badan Bimbingan Masyarakat. b. Kata jalan jangan disingkat Jln. Atau Jl. tetapi Jalan. c. Kata telepon hendaklah ditulis dengan cermat, yaitu Telepon, bukan Tilpun atau Telpun dan jangan pula disingkat Tlp.,Tilp.,Telp. d. Logo atau lambang disertakan apabila ada. 2. Penulisan Nomor, Lampiran, dan Perihal a. Kata nomor, lampiran, dan hal ditulis dengan diawali huruf KAPITAL. b. Nomor, Lampiran, dan Hal diikuti oleh tanda titik dua yang ditulis secara estetik ke bawah sesuai dengan panjang pendeknya ketiga kata itu. c. Penulisan No. dan Lamp. harus taat asas. d. Kata Nomor diikuti oleh nomor berdasarkan nomor urut surat dengan kode yang berlaku pada instansi pengiriman surat. Nomor surat dan kode surat yang dibatasi garis miring ditulis rapat tanpa spasi dan tidak diakhiri tanda titik atau tanda hubung. Contoh : Nomor: 110/U/DS/2006 atau No.: 110/U/DS/2006 e. Bila penulisan kode surat dengan angka, penulisannya dibatasi tanda titik atau tanda hubung. Contoh: Nomor: 10.10.3.03.90 atau Nomor: 10-10-3-03-90 f. Penulisan Lampiran atau disingkat Lamp. Contoh: Lampiran: Satu berkas atau Lamp.: Satu berkas g. Penulisan Hal hendaklah menggambarkan pesan yang ada dalam isi surat. Contoh : - Hal: Permohonan menjadi tenaga pengajar 3. Tanggal surat a. Tanggal surat ditulis secara lengkap, yaitu tanggal ditulis dengan angka, bulan ditulis dengan huruf, dan tahun ditulis dengan angka. b. Untuk surat pribadi dicantumkan nama kota. Contoh: Krempong, 23 Oktober 2008 c. Untuk surat dinas tidak dicantumkan nama kota karena nama kota sudah tercantum pada kepala surat. Contoh : 22 Februari 2008 4. Penulisan alamat surat ada dua bentuk, yaitu : a. Bentuk alamat yang ditulis di sebelah kanan atas (terletak di bawah tanggal bulan, dan tahun surat ). b. Bentuk alamat yang ditulis di sebelah kiri atas (terletak di bawah bagian hal). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis alamat surat: a. Penulisan nama penerima harus cermat dan lengkap, sesuai kebiasaan yang dilakukan oleh yang bersangkutan (pemilik nama). b. Nama diri penerima diawali huruf kapital pada setiap unsurnya, bukan menggunakan huruf kapital seluruhnya. Penulisan alamat penerima surat juga harus cermat dan lengkap serta informatif. c. Penulisan kata kepada sebelum Yth. tidak diperlukan karena kata kepada berfungsi sebagai penghubung antarbagian kalimat yang menyatakan arah. d. Kata sapaan hendaknya ditulis penuh seperti: Bapak, Ibu, Sdr. 16

e. Nama gelar seperti : Drs.,Dr.,dr., atau pangkat tidak boleh mengikuti kata sapaan. Contoh : Yth. Bapak Handoyo Kepala Biro Tata Usaha Departemen A Jalan Pattimura Raya 17 Jakarta 5. Penulisan salam pembuka a. Penulisan salam pembuka ditulis dengan huruf awal kapital (Dengan). b. Huruf pertama kata hormat ditulis dengan huruf kecil, bukan huruf kapital (hormat). c. Pada akhir salam pembuka, dibubuhkan tanda koma (,) bukan tanda titik, titik dua (Dengan hormat,). Contoh ungkapan salam pembuka :  Dengan hormat,  Salam sejahtera,  Assalamualaikum Wr.Wb.  Saudara….  Saudara… yang terhormat,  Ibu… yang terhormat,  Bapak… yang terhormat,  Salam perjuangan, 6. Penulisan salam penutup a. Huruf pertama kata Hormat, Salam, dan Wassalam ditulis dengan huruf kapital. b. Pada akhir salam penutup dibubuhkan tanda koma, bukan tanda titik, atau tanda baca lain. Contoh : - Hormat saya, - Salam takzim, - Hormat kami, 7. Isi Surat Secara garis besar, isi surat terbagi atas tiga bagian, yaitu: a. Paragraf pembuka Paragraf pembuka mengantarkan isi surat yang akan diberitahukan, misalnya pemberitahuan, pertanyaan, pernyataan, atau permintaan. b. Paragraf Isi Paragraf isi mengemukakan hal yang perlu disampaikan kepada penerima surat. Isi surat harus singkat, lugas, dan jelas. c. Paragraf Penutup Paragraf penutup merupakan simpulan dan kunci isi surat, dan dapat mengandung harapan penulis surat atau berisi ucapan terima kasih kepada penerima surat. 8. Nama Pengirim Nama pengirim surat ditulis di bawah tanda tangan dan salam penutup. Tanda tangan diperlukan sebagai keabsahan surat dinas. Penulisan nama pengirim : a. Penulisan nama tidak perlu menggunakan huruf kapital seluruhnya tetapi menggunakan huruf awal huruf kapital pada setiap unsur nama. 17

b. Nama tidak perlu ditulis di dalam kurung, tidak perlu bergaris bawah, dan tidak perlu diakhiri tanda titik. c. Nama jabatan dapat dicantumkan di bawah nama pengirim. Contoh: Hormat kami, Hormat kami, Kepala, atau Drs. Doni Damari Drs. Doni Damari Kepala NIP. 130678991 SILOGISME Silogisme adalah proses penalaran yang menghubungkan dua persyaratan yang berlainan untuk menurunkan kesimpulan. Dalam silogisme ada 3 pernyataan. Pernyataan pertama disebut premis mayor, pernyataan kedua disebut premis minor, dan Pernyataan ketiga disebut konklusi. Contoh: Premis mayor : Semua binatang mamalia berkembang biak dengan beranak. Premis minor : Kelelawar adalah binatang mamalia. Konklusi : Jadi, semua kelelawar berkembang biak dengan beranak. Jenis Silogisme: 1. Silogisme Kategorial yaitu proses penalaran yang dalam premis mayornya mengandung pernyataan kategorial atau penggolongan atas sesuatu. Oleh sebab itu, dalam silogisme kategorial ada istilah kelas dan anggota. Contoh: Premis mayor : Manusia adalah makhluk berakal budi. Premis minor : Boneng adalah manusia.. Konklusi : Jadi, Boneng adalah makhluk berakal budi.. 2. Silogisme Alternatif Silogisme alternatif disebut juga silogisme disjungtif, yaitu proses penalaran yang dalam premis mayornya mengandung pernyataan alternatif atau pemilihan. Cirinya adalah menggunakan kata atau dalam premis mayor. Pernyataan minornya berupa pernyataan kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Adapun konklusinya tergantung pada premis minornya. Contoh: Premis mayor : Akbar berada di sekolah atau rumah. Premis minor : Akbar berada di sekolah. Konklusi : Jadi, Akbar tidak berada di rumah. atau Premis mayor : Akbar berada di sekolah atau rumah. Premis minor : Akbar tidak berada di sekolah. Konklusi : Jadi, Akbar berada di rumah. 3. Silogisme Hipotesis Silogisme hipotesis disebut juga silogisme pengandaian, yaitu proses penalaran yang dalam premis mayornya mengandung pernyataan hipotesis atau dugaan. Contoh: Premis mayor : Jika tidak turun hujan maka panen akan gagal. Premis minor : Hujan tidak turun. Konklusi : Sebab itu, panen akan gagal. atau 18

Premis mayor Premis minor Konklusi

: Jika tidak turun hujan maka panen akan gagal. : Hujan turun. : sebab itu, panen tidak gagal. ***

19

PIDATO 1. IMPROMPTU

 serta merta  berdasarkan kebutuhan sesaat  tidak ada persiapan  berdasarkan kemahiran dan pengetahuan pembaca  lawan dari impromptu  ditulis lengkap  dihafal

2. MENGHAFAL

Metode Pidato

3. NASKAH

   

biasanya pada pidato resmi pembicara selalu melihat naskah pembicara tidak bebas menatap mendengar tidak menghidupkan pembicaraan.

4. EKSTEMPORAN

    

tanpa persiapan naskah direncanakan dengan cermat dibuat kerangka/rancangan bebas berbicara menyesuaikan kepada keadaan

5. GABUNGAN (Naskah dan Ekstemporan)

 naskah disiapkan sebagai pegangan  berbicara bebas berdasarkan kerangka/ rancangan yang dipersiapkan.

1. Penguasaan bahasa yang baik dan benar 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Syarat Berpidato

Kemampuan penalaran Keberanian Ketenangan sikap di depan massa Kesanggupan mengungkapkan gagasan Kesanggupan mengadakan reaksi dengan sepat dan tepat. Kesanggupan menyesuaikan diri dengan situasi Kemampuan bersikap wajar, tidak canggung di depan massa

1. Penentuan maksud pidato 2. menganalisis pendengar dan suasana 3. memilih dan menyempitkan topik 4. 6.

mengumpulkan bahan membuat kerangka (outline) menguraikan isi secara terperinci

7.

berlatih dengan suara nyaring

5.

B. Mengumpulkan bahan C. Latihan oral

3. Bertindak dan berbuat

• timbul inspirasi • tingkat emosi • persesuaian pendapat dan intelektual • percaya dan yakin • tindakan atau perbuatan tertentu

4. Memberitahukan



pengertian atau perbuatan tertentu

5. Menyenangkan



minat dan kegembiraan

1. Mendorong

2. Meyakinkan

Maksud dan Tujuan Pidato

A. Meneliti Masalah

20

21

Related Documents