Rangkuman Manajemen Kep Kel 5.docx

  • Uploaded by: nauli rilvia
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rangkuman Manajemen Kep Kel 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,218
  • Pages: 25
Istilah timbang terima diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan. Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan. Menurut Australian Medical Association/AMA (2006), timbang terima merupakan pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara sementara atau permanen. Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan keperawatan sebelumnya. Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA (2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan. Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah: A. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum. B. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. C. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya. Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA (2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan. Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah: a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.

b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya. Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah: a. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. b. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang terima mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan c. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian dinas d. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya (pelaksanaan

asuhan

keperawatan

terhadap

pasien

yang

berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara komprehensif. e. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.

Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien, saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap. Prinsip timbang terima Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip timbang terima pasien, yaitu : a. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien b. Pemahaman tentang timbang terima pasien c. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien d. Waktu timbang terima pasien e. Tempat timbang terima pasien f. Proses timbang terima pasien 1. Standar protocol 2. Kondisi pasien memburuk 3. Informasi kritis lainnya Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang berhubungan dengan perawat, antara lain: a. Timbang terima pasien antar dinas Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan tangan, dilakukan di samping tempat tidur pasien,

melalui telepon atau rekaman, nonverbal, dapat menggunakan laporan elektronik, cetakan computer atau memori. b. Timbang terima pasien antar unit keperawatan Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka tinggal di rumah sakit. c. Timbang

terima pasien antara unit perawatan

dengan

unit

pemeriksaan diagnostik. Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama rawat inap. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda. d. Timbang terima pasien dan obat-obatan Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien, pergantian dinas, dan cara pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan. e. Macam-macam timbang terima Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya: a. Timbang terima secara verbal Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung untuk membahas aspek psikososial keperawatan selama laporan lisan.

b. Rekaman timbang terima Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa rekaman timbang terima dapat merusak pentingnya dukungan emosional. c. Bedside timbang terima Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya adalah: 1) Persiapan (pasien dan informasi). 2) Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk,

pengamatan, dan penjelasan kepada pasien. 3) Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.

Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan bedside timbang terima adalah: 1) Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang

tidak hadir pada timbang terima untuk mengakses informasi. 2) Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu

disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan anggota keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa yang tidak dibahas di depan pasien, dan bagaimana melindungi privasi pasien. d. Timbang terima secara tertulis Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang terima, ada potensi akan kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasi pertanyaan tertentu.

f.

Langkah-langkah pelaksanaan timbang terima Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan

timbang terima adalah: a. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap. b. Dinas

yang

akan

menyerahkan

dan

mengoperkan

perlu

mempersiapkan hal-hal apa yang akan disampaikan. c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang selanjutnya meliputi: 1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum. 2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima. 3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima. 4) Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan

tidak terburu-buru. 5) Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara

langsung melihat keadaan pasien. g. Pelaksanaan Timbang terima yang baik dan benar Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar diantaranya: a. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu yang cukup panjang agar tidak terburu-buru. b. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien. c. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan untuk mengetahui informasi dari dinas selanjutnya. d. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang terima juga perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.

e. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan dikerjakan. f. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh, agar peralihan

ini

menjamin

perawatan

pasien

sehingga

dapat

dipertahankan jika perawat absen untuk waktu yang lama, misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur. i.Pemilihan tempat untuk pelaksanaan timbang terima AMA (2006) menyatakan bahwa tempat yang tepat pada saat akan dilakukan pelaksanaan timbang terima adalah: a. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station. b. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan memungkinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang terima. c. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan penerimaan informasi yang tidak tepat. d. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya. j. Prosedur timbang terima Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu: a. Persiapan 1) Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima sudah

dalam keadaan siap. 2) Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan

dinas sebaiknya menyiapkan buku catatan.

b. Pelaksanaan 1) Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas. 2) Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat berdiskusi

untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif

halhal

yang

berkaitan

tentang

masalah

keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah ada namun belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dibicarakan. 3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang

lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diberikan kepada perawat jaga berikutnya. 4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima

adalah: a) Identitas pasien dan diagnosis medis. b) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul. c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan. d) Intervensi kolaboratif dan dependensi. e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam

kegiatan selanjutnya, diantaranya operasi, pemeriksaan laboratorium,

atau

pemeriksaan

penunjang

lainnya,

persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin. f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan

klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dilakukan pada saat timbang terima dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.

g) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan

jelas. h) Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien tidak

lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan terperinci. i) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung

pada buku laporan ruangan oleh perawat primer. Menurut Yasir (2009) saat pelaksanaan timbang terima juga dapat:  Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way communication atau komunikasi satu arah.  Menggunakan

komunikasi

oral

atau spoken

atau

melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.  Menggunakan komunikasi tertulis atau written. Yaitu melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis lain. k. Tahapan dan bentuk pelaksanaan timbang terima Lardner (1996) proses timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu: a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya. b. Pertukaran dinas jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya timbang terima

itu

sendiri

yang

berupa

pertukaran

informasi

yang

memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang dinas sebelumnya kepada perawat yang datang. c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan merupakan aktivitas dari perawat yang menerima timbang terima untuk melakukan pengecekan dan informasi pada medical record dan pada pasien langsung. l. Hambatan dalam pelaksanaan timbang terima Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al., (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat dalam pelaksanaan timbang terima, diantaranya adalah: a. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima b. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang keluar masuk pada saat pelaksanaan timbang terima c. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien mereka saat ini m. Efek timbang terima Timbang terima memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari timbang terima menurut Yasir (2009) adalah sebagai berikut: a. Efek Fisiologis Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam. Menurutnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. b. Efek Psikososial

Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan

teman,

dan

mengganggu

aktivitas

kelompok

dalam

masyarakat. c. Efek Kinerja Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas rendah dan pemantauan. d. Efek Terhadap Kesehatan Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes. e. Efek Terhadap Keselamatan Kerja Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi dinas kerja (malam) dengan ratarata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada dinas malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama dinas pagi dan lebih banyak terjadi pada dinas malam. Dokumentasi dalam Timbang Terima Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:

a. Identitas pasien. b. Diagnosa medis pesien. c. Dokter yang menangani. d. Kondisi umum pasien saat ini. e. Masalah keperawatan. f. Intervensi yang sudah dilakukan. g. Intervensi yang belum dilakukan. h. Tindakan kolaborasi. i. Rencana umum dan persiapan lain. j. Tanda tangan dan nama terang. Manfaat pendokumentasian adalah: a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat. b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien. c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009) n. Evaluasi dalam Timbang Terima a. Evaluasi Struktur Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer. b. Evaluasi Proses

Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien. c. Evaluasi Hasil Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

A. Konsep Pendelegasian Tugas a. Pengertian Pendelegasian Pendelegasian adalah proses penyerahan tugas dari seseorang kepada orang lain. Pendelegasian merupakan pengambilan keputusan, tugas-tugas mana yang dikerjakan manajer sendiri serta mana yang diserahkan kepada dan dikerjakan oleh orang lain ( karyawan / staf ) Tahapan pendelegasian diawali dengan kegiatan analisis, kemudian janji, briefing, control dan evaluasi Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya. Ada empat kegiatan dalam delegasi wewenang: a. Manager perawat/bidan menetapkan dan memberikan tugas dan tujuannya kepada orang yang diberi pelimpahan b. Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan c. Perawat/bidan yang menerima delegasi baik eksplisit maupun implisit menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab d. Manajer perawat/bidan menerima pertanggungjawaban (akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai. b. Alasan Pendelegasian Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan. a. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri. b. Agar organisasi berjalan lebih efisien. c. Pendelegasian

memungkinkan

manajer

perawat/bidan

dapat

memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting. d. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan. c. Teknik Pendelegasian Manajer perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugastugas yang dapat didelegasikan dari eksekutif perawat sampai eksekutif departemen atau kepala unit, dan dari kepala unit sampai perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup kewenangan untuk persetujuan, rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas seharusnya dirangking dengan waktu yang diperlukan

untuk melaksanakannya dan

sebaiknya satu kewajiban

didelegasikan pada satu waktu.

d. Hambatan Dalam Delegasi a. Hambatan pada delegator 1) Kemampuan yang diragukan oleh dirinya sendiri 2) Meyakini bahwa seseorang “mengetahui semua rincian” 3) “Saya dapat melakukannya lebih baik oleh diri saya sendiri” buah

pikiran yang keliru. 4) Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam mendelegasikan 5) Rasa tidak aman 6) Takut tidak disukai 7) Penolakan untuk mengakui kesalahan 8) Kurangnya kepercayaan pada bawahan

9) Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang berlebihan 10) Kurangnya ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan beban

kerja 11) Kegagalan untuk mendelegasikan kewenangan yang sepadan dengan

tanggung jawab. 12) Keseganan untuk mengembangkan bawahan 13) Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efektif.

b. Hambatan hambatan pada yang diberi delegasi 1) Kurangnya pengalaman 2) Kurangnya kompetensi 3) Menghindari tanggung jawab 4) Sangat tergantung dengan boss 5) Kekacauan [disorganization] 6) Kelebihan beban kerja 7) Terlalu memperhatikan hal hal yang kurang bermanfaat

c. Hambatan hambatan dalam situasi 1) Kebijakan tertuju pada satu orang 2) Tidak ada toleransi kesalahan 3) Kekritisan keputusan 4) Urgensi, tidak ada waktu untuk menjelaskan [krisis manajemen] 5) Kebingungan dalam tanggung jawab dan kewenangan. 6) Kekurangan tenaga

e. Delegatif Dapat Efektif Louis Allen mengemukakan beberapa teknik khusus untuk membantu manager perawat dan bidan dalam melakukan delegasi:

a. Tetapkan tujuan, perawat/bidan pelaksana harus diberitahu maksud dan pentingnya tugas yang didelegasikan. b. Tegaskan tanggung jawab dan wewenangnya dan berikan informasi yang jelas apa yang harus dipertanggungjawabkan serta sumbersumber

yang

tersedia

untuk

pelaksanaan

tugasnya

sebagai

perawat/bidan c. Berikan motivasi dan dorongan agar percaya diri dalam menerima tanggung jawab. d. Meminta penyelesaian tugas yang didelegasikan dalam batas waktu yang jelas. e. Berikan latihan untuk mengembangkan pekerjaannya agar menjadi lebih baik f. Adakan pengawasan yang memadai baik langsung maupun melalui laporan. Tegaskan kapan laporan harus selesai dan hal-hal yang diperlukan dalam laporan (singkat dan padat).

B. Sistem Sentralisasi Obat a. Pengertian Sentralisasi Obat Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolahan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002).

b. Tujuan Penggelolaan Obat Tujuan penggelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari pemborosan,sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu disentralisasikan: 1. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sama. 2.Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba” 3.Menggunakan

dosis

yang

lebih

besar

dari

pada

yan

g

diperlukan

4.Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif 5.Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas 6.Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc. Mahon, 1990). Tekhnik Pengelolaan Obat (sentralisasi) Pengeluaran

dan

pembagian

obat

sepenuhnya

dilakukan

oleh

perawat.

1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional

dapat

didelegasikan

kepada

staf

yang

ditunjuk

2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta menggontrol penggunaan obat 3.Penerimaanobat 1) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat yang telah

diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar obat. 2) Perawat menuliskan nama pasien, register jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, dan diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluar pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bila obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5 T (Jenis,dosis,waktu

pasien

dan

cara

pemberian).

3) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kontak obat. PembagianObat 1. Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian obat. 2. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan dokter dan kartu obat yang ada pada pasien 3. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat

setelah

obat

dikonsumsi.

Pantau

efek

samping

pada

pasien.

4. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk kepada dokter penanggung jawab pasien. ObatKhusus 1. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga, yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup, besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu saja. 2.Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat dilaksanakan oleh perawat ketua tim

3.Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian. Seorang manejer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan

cara-cara

berikut

ini

:

a. Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan penggunaa dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf. b. Tuliskan dosis yang tepat obat-obat yang sering digunakan dan gantungkan

didinding.

c. Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat. d. Beritahu kepada semua staf mengenai satu jenis obat setiap minggu pada waktupertemuanstaf. MenyimpanPersediaanObat 1. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulis etiket dan alamat pasien pasien. Penyimpanan stok (pesediaan) yang teratur dengan baik merupakan bagian penting dari manejemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam

buku

besar

persediaan

atau

dalam

kartu

persediaan.

2.Sistemkartupersediaan. Sebuah kartu pesediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk menggantikan buku besar persediaan. Kartu ini berfungsi seperti seperti buku besar persediaan, yakni neraca dikeseirnbangkan dengan menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan jumlah barang ditempatkan pada, halaman yang terpisah, tetapi dalam sistem kartu persediaan, msing-msing barang dituliskan dalam

kartu

yang

terpisah.

3.Lemariobat Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat Berta

lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara, obat untuk penggunaan oral (untuk diminum) dan obat luar (pedoman,1990). Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu. Obat harus ada, dalam persediaan setiap rumah sakit sebagi bahan utama dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai health provider g. Peran Dalam Sterilisasi Obat (Nursalam, 2007) 1.

Peran Perawat Primer dan Perawat Associate

·

Menjelaskan tujuan dilaksanaannya sentralisasi obat

·

Menjelaskan manfaat dilaksanaanya sentralisasi obat

·

Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat

·

Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat selama

pasien

dirawat

·

Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi

2.

Perawat primer lain dan supervisor

·

Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan malpraktik

·

Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi

·

Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi CONTOH PELAKSANAAN SENTRALISASI OBAT (Nursalam, 2007)

Ø

Kegiatan yang dilakukan dalam sentralisasi obat sebagai berikut :

1.

Membuat informed consent

2.

Membuat formulir pemberian obat oral dan injeksi, buku serah terima

obat dan kartu obat, format daftar sentralisasi obat (buku serah terima obat). 3.

Melakukan sosialisasi dikelompok untuk menyamakan persepsi antara

petugas. 4.

Mensosialisasikan jadwal pemberian obat dan teknik penulisan.

Dengan rincian sebagai berikut : Obat oral 2 x 1 3x1

: Jam 08.00 dan 18.00 : Jam 08.00, jam 12.00 dan jam 18.00

Obat Injeksi 2 x 1 : Jam 08.00 dan jam 20.00 3 x 1 : Jam 08.00, jam 16.00 dan jam 24.00 Ø

Kendala dalam pelaksanaan

1.

Fasilitas : tempat penyimpanan obat terlalu sempit (almari)

2.

Butuh waktu dan tenaga ekstra.

Ø

Keuntungan

1.

Pemberian sesuai dengan prinsip 6 BENAR yaitu benar pasien, benar

obat,

benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar dokumentasi

2.

Pasien patuh terhadap program terapi.

3.

Pemberian obat dapat dipertanggung jawabkan

C. SBAR Dalam Manajemen Keperawatan a. Pengertian SBAR SBAR adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit yang terdiri dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Metoda komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima (handover) ke pasien. b. Keuntungan dari penggunaan metoda SBAR a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif. b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi pasien. c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

c. Tehnik Pelaksanaan SBAR a. S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien) 1) Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter yang merawat 2) Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah teratasi/ keluhan

Contoh Penerapan Rumah Sakit : a) Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke ruang tujuan pemindahan b) Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan oleh

dokter yang merawat

c) Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan pasien yang secara aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang kepindahan yang baru

b. B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini) 1) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis keperawatan 2) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan

obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan

3) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap diagnosis keperawatan 4) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan

obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan

5) Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis

Contoh Penerapan Rumah Sakit : a) Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang diderita atau jenis reaksi obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang b) Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat pasien datang ke RS sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat (riwayat keluhan saat masuk rumah sakit)

c. A : Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini) 1) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.

2) Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.

Contoh Penerapan Rumah Sakit : a) Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan vital sign dan tingkat kesadaran pasien secara numerik. contoh : E 4, V 5 M 6 b) BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist sesuai

keadaan pasien

c) Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus, jaringan nekrotik, dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi d) Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace, infuse pump dll

d. R : Recommendation Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.

Contoh Penerapan Rumah Sakit : a) Konsultasi, fisiotherafi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana fisiotherafi dll b) Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang / berkas

Related Documents


More Documents from "Makmur Said"