Stefanus Wiguna 41160048 Kel 2
RANGKUMAN JURNAL
Studi Retrospektif: Kista dan Abses Bartholin (A Retrospective Study: Bartholin Cyst and Abscess) Tjokorde Istri Nindya Vaniary, Sunarko Martodihardjo Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
Pendahuluan Pada wanita normal terdapat suatu organ yang dinamakan kelenjar bartholini. Kelenjar ini homolog dengan vestibulum. Kelenjar ini biasanya tidak akan teraba saat dilakukan pemeriksaan kecuali ada pembesaran. Pembesaran kelenjar bartholini ini dapat terjadi karena adanya sumbatan pada duktus distal, yang biasanya disebut kista bartholini. Sumbatan ini menyebabkan pembesaran pada kelenjar bartholini. Pembesaran ini membentuk struktur seperti kantong bengkak. Apabila sumbatan ini terus berlanjut maka akan terjadi dilatasi kistik duktus proksimal dan obstruksi. Kista bartholini yang telah mengalami obstruksi dan infeksi akan berkembang menjadi abses bartholini. Kejadian seperti diatas dapat dijumpai pada wanita usia produktif seperti 20 – 29 tahun. Dalam jurnal ini dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengevaluasi manajemen terhadap pasien baru kista dan abses bartholini.
Metode Penelitian ini menggunakan rekam medis dari pasien yang berkunjung ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2012 – 2014.
Hasil Pada periode tahun 2012-2014 di Divisi IMS URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapati 46 pasien kista bartholini atau merupakan 1,29% dari jumlah kunjungan Divisi IMS. Sekitar 0,09% dari jumlah kunjungan URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo. Abses Bartholin didapatkan 25 pasien atau merupakan 0,70% dari jumlah
Stefanus Wiguna 41160048 Kel 2
kunjungan Divisi IMS dan 0,05% dari jumlah kunjungan URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo. Waktu kunjungan pasien cenderung merata sepanjang tahun tanpa adanya pola yang khas. Pada pasien kista bartholini didapati bahwa ukuran kista bervariasi. Ada yang berukuran 1-3 cm dengan gejala terbanyak dan lebih dari 5 cm dimana hanya didapati pada 5 pasien. Untuk gejala yang paling sering adalah keluhan benjolan. Gejala lain adalah benjolan dengan rasa nyeri maupun keputihan.
Kesimpulan Penegakan diagnosis dari kista bartholini dan abses bartholini diutamakan pada amamnesis dan pemeriksaan fisik nya. Sedangkan untuk tatalaksana pada kista Bartholin berupa terapi medikamentosa dan terapi pembedahan berupa marsupialisasi.