RANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI BIJI DURIAN Kandungan biji durian
Produksi biji durian
Produksi durian di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 602.694 ton/tahun dan pada tahun 2010, meningkat menjadi 797.798 ton/tahun. Produksi durian terbanyak adalah Provinsi Jawa Timur sebesar 141.522 ton/tahun, diikuti Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah produksi 102.580 ton/tahun. Sementara Riau menempati urutan ke-19 dengan jumlah produksi hanya 11.510 ton/tahun durian (BPS, 2010). Data bps 2011 Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau
Alpukat
Belimbing
Duku/ Langsat
Jambu Biji
7462
1451
6651
2387
8084
5091
20808
38553
471
639
Jeruk
Durian
Manggis
27044
1362
20716
20885 57947 1
79659
2093
1467
35648
37133
9331 1060 3
796
2028
2898
4586
11787
2800
1737
623
9688
1262
43811
16693
1963
3641
1124
8419
1985
23995
23100
661
3606
880
885
1273
9610
33102
3678
11547
2074
13440
2571
5626
42550
6033
270
93
1009
304
5159
10716
1095
63
154
468
166
346
4216
210
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa TenggaraTimur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
MSDS bahan2
54
5616
47
776
37
226
96425
16727
5745
75455
27106
157030
3 3686 1
16473
11186
4151
31298
25705
76334
5858
1758
586
863
2591
4242
46371
22811
4090
18481
1923 32810 0
111207
642 1153 5
721
1531
1587
4704
1855
26291
7802
1910
459
444
1669
99156
17059
5759
989
451
234
16187
5430
6431
3004
15006
804
18
6372
1211
9
117
732
12608
1621
19247 11064 0
23635
1321
85
957
3719
1804
17533
1098
32
1609
10109
2258
5906 11615 6
25270
620
545
789
2824
1331
10112
10865
277
2737
296
5170
601
909
5741
670
4243
477
16233
1654
73020
31883
1613
10589
1835
16634
7859
58616
37533
2007
456
569
3065
1223
38790
4615
68
16
32
358
40
1167
0
405
141
10596
238
1294 14168 2
28353
81
592
198
3539
233
8402
5414
120
356
69
2383
67
5484
2902
490
156
92
694
186
365
861
20
315 27595 3
129
513 17111 3
159 21183 6
9877 18189 49
2166
1 1175 95
80853
883969
2.1.1 Sifat-sifat Fisika Bioetanol Bioetanol memiliki banyak manfaat bagi masyarakat karena memiliki sifat yang tidak beracun. Selain itu etanol juga memiliki banyak sifat-sifat, baik secara fisika maupun kimia. Adapun sifat-sifat fisika bioetanol dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3 Sifat-sifat Fisika Bioetanol Besaran Berat molekul (g/mol) Titik Didih (oC) pada 760 mmHg Titik Lebur (oC) pada 760 mmHg Densitas (gr/ml) Viskositas (cP) Panas Penguapan (kal/gr) (Bangun, 2010)
Nilai 46,07 78,4 -112 0,7893 1,17 200,6
2.1.2 Sifat Kimia Bioetanol Bioetanol selain memiliki sifat-sifat fisika jugalah memiliki sifat-sifat kimia. Sifat-sifat kimia tersebut antara lain : 1. Merupakan pelarut yang baik untuk senyawa organik 2. Mudah menguap dan mudah terbakar 3. Bila direaksikan dengan asam halida akan membentuk alkyl halida dan air CH3CH2OH + HC=CH
CH3CH2OCH=CH2
4. Bila direaksikan dengan asam karboksilat akan membentuk ester dan air CH3CH2OH + CH3COOH
CH3COOCH2CH3 + H2O
5. Dehidrogenasi etanol menghasilkan asetaldehid 6. Mudah terbakar diudara sehingga menghasilkan lidah api (flame) yang berwarna biru muda dan transparan, dan membentuk H2O dan CO2. (Bangun, 2010) 2.3
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol Biji durian Kandungan karbohidrat atau apti biji durian sebesar 43,6 %. Agar biji durian dapat
dengan mudah dijadikan bioetanol, pati dalam biji durian terlebih dahulu diubah menjadi glukosa (Muhiddin, dkk., 2001). (C6H10O5)n Polisakarida
+
n H2O Air (Habibana, 2014)
n C6H12O6 Glukosa
Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Proses respirasi memerlukan glukosa, sedangkan fotosintesis menghasilkan glukosa. Glukosa berwujud padatan berwarna putih dan meleleh pada suhu 146 °C. Struktur glukosa umumnya berbentuk kursi siklik dan hanya 0.02% berbentuk rantai lurus. Hal ini dikarenakan karbohidrat memiliki gugus fungsi alkohol dan aldehida atau keton sehingga struktur rantai lurus mudah berkonversi menjadi bentuk struktur kursi siklik atau struktur cincin hemiasetal (Sari, 2006). Berikut ini merupakan struktur dua dan tiga dimensi dari glukosa.
Gambar 2.1 Struktur Dua dan Tiga Dimensi Glukosa (Habibana, 2014) Glukosa memiliki sifat fisika dan kimia sebagai berikut :
Rumus molekul : C6H12O6
Berat molekul
: 180,0804
Titik leleh
: 149 ˚C pada 760 mmHg
Berbentuk padat dan berwarna putih.
Dapat terdekomposisi menjadi CO dan CO2.
Bereaksi kuat dengan oksidator.
(Russularewati, 2010) 2.3.2 Saccharomyces cerevisiae Ragi (Saccharomyces cerevisiae) adalah mikroorganisme penghasil etanol yang paling dikenal saat ini. Efesiensi fermentasi dapat ditingkatkan dengan cara mengabolisasi sel mikroorganisme yang digunakan. Amobilisasi sel bertujuan untuk membuat sel menjadi tidak bergerak atau berkurang ruang geraknya sehingga sel menjadi terhambat pertumbuhannya dan substrat yang diberikan hanya digunakan untuk menghasilkan produk. Saccharomyces
merupakan genus khamir/ragi/yeast memiliki kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 (Afriani, 2011). Ciriciri spesies Saccharomyces cerevisiae : 1. 2. 3. 4.
Mikroorganisme bersel Satu Tidak berklorofil Tumbuh baik pada suhu 30oC dan pH 4,8. Mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi
(Afriani, 2011) Sifat-sifat kimia Saccharomyces cerevisae adalah sebagai berikut :
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir “permukaan” (top yeast) dan selama fermentasi terbawa ke permukaan dari bir yang sedang difermentasi.
Merupakan mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron.
Dapat tumbuh dalam media cair dan padat.
Pertumbuhan dengan bertunas dapat berkembang dari setiap bagian permukaan sel induk (pertunasan multipolar).
Merupakan organisme yang bersifat saprofitik.
Hidup dalam lingkungan yang bergula dan pH rendah.
Morfologi berupa sel spiral.
Metabolisme sangat kuat di dalam proses fermentasi.
Digunakan sebagai inokulum.
Sebagai biakan murni yang ditambahkan sebanyak 5 – 10% dari volume fermentor.
Di bawah kondisi anaerobik dan konsentrasi glukosa tinggi, Saccharomyces cerevisiae tumbuh dengan baik, tetapi sedikit menghasilkan alkohol.
Saccharomyces cerevisiae tidak mempunyai amylase, maka starch (pati) harus di hidrolisis.
(Kurniati dan Chusnah, 2010) 2.3.3 Air (H2O) Sifat-sifat fisika H2O dapat dilihat di bawah ini :
Berat molekul
: 18,02 g/mol
Titik didih
: 100˚C
Titik leleh
: 0 ˚C pada 760 mmHg
Kalor jenis
: 4186 J/Kg.K
Densitas
: 1000 kg/m3
Sifat-sifat kimia H2O dapat dilihat di bawah ini : Mampu melarutkan banyak zat kimia lainnya. Mempunyai kepolaran yang besar karena adanya ikatan hidrogen. Bereaksi dengan kalsium, magnesium, natrium dan logam-logam reaktif lain membebaskan H2. Bereaksi dengan kalium oksida, sulfur oksida membentuk basa kalium dan asam sulfat. (Barutu, 2013) 2.3.4 Amonium Sulfat ((NH4)2SO4) Amonium sulfat merupakan bahan baku dalam industri-industri kimia, tekstil, farmasi dan industri kulit. Amonium sulfat biasanya digunakan sebagai pupuk dengan pemanfaatan kandungan nitrogen dan sulfur didalamnya. Amonium sulfat merupakan pupuk yang cocok untuk tanaman padi, citrus, anggur, tanaman merambat serta khususnya untuk tanah ber-pH tinggi. Selain sebagai pupuk, amonium sulfat juga digunakan dalam industri antara lain : 1.
Dalam industri penyamakan digunakan untuk proses deliming ataupun menghilangkan zat kapur dari kulit.
2.
Dalam industri makanan digunakan dalam bumbu, penyedap rasa, isolasi protein, makanan ringan, selai, jeli, dan minuman non-alkohol.
3.
Dalam industri tekstil digunakan sebagai aditif pada proses pewarnaan.
4.
Dalam bidang mikrobiologi digunakan sebagai nutrisi pada kultur bakteri dan mikroorganisme penghasil enzim.
(Sianturi, 2012) Amonium sulfat memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Bentuk
: kristal padat
Berat molekul
: 132,14 g/mol
Titik leleh
: 280°C pada 760 mmHg
Spesifik graviti
: 1,77 pada 50°C
Titik didih: 330°C pada 760 mmHg
Tidak larut dalam aseton, alkohol dan amonia. Sangat reaktif dengan agen pengoksidasi dan reaktif dengan alkali. Jika terdekomposisi dapat menghasilkan oksida sulfur, nitrogen dan amonia.
(ScienceLab, 2013; Sianturi, 2012) 2.3.5 Asam Sulfat (H2SO4) Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagianbagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa dan glukosa. Proses hidrolisis pati dapat menggunakan katalis enzim atau asam. Hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan, karena prosesnya lebih spesifik, kondisi prosesnya dapat dikontrol, glukosa yang dihasilkan relatif lebih banyak, tidak beracun, dan biaya pemurnian lebih murah. Secara garis besar, tahap hidrolisis pati adalah gelatinisasi, liquifikasi dan sakarifikasi.Salah satufaktor yang mempengaruhi proses hidrolisis yaituperbandingan jumlah enzim terhadap bahan baku. Enzim yang biasa digunakan untuk proses glukosa adalah enzim α-amylase dan enzim glukoamilase. Gelatinisasi, yaitu memecah pati yang berbentuk granular menjadi suspensi yang viscous yang dapat dilakukan dengan adanya panas. Tahap liquifikasi merupakan proses hidrolisis pati menjadi dekstrin oleh enzim α-amylase pada suhu diatas suhu gelatinisasi. Enzim α-amylase akan memotong ikatan amilosa dengan cepat pada pati kental yang telah mengalami gelatinisasi. Proses liquifikasi selesai ditandai dengan parameter dimana larutan menjadi lebih encer. Tahap sakarifikasi adalah tahap pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana dengan penambahan enzim glukoamilase.Pada tahap ini dekstrin diubah menjadi glukosa (Firdausi, dkk., 2013). Tabel 2.4 Perbandingan Proses Hidrolisis dengan Katalis Asam dan Enzim Variabel Pembanding Bahan baku mudah didapat Proses Sederhana Katalis murah Waktu Hidrolisis yang Lama Hasil (Sukma, 2014)
Hidrolisis Asam Ya
Hidrolisis Enzim Ya
Tidak Ya Tidak
Ya Tidak Ya
55%
95-98%
Tabel 2.4 di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan katalis asam memerlukan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan katalis enzim namun kondisi operasinya relatif lebih tinggi jika dilihat dari tekanan dan suhu dibanding katalis enzim sedangkan pada pHnya lebih rendah. Hal ini dapat memperbesar biaya operasi selama proses berjalan dan biaya perawatan. Jika dilihat dari konversi dekstrosa diperoleh katalis enzim lebih besar dari katalis asam (Sukma, 2014).
Sifat-sifat asam sulfat dijelaskan sebagai berikut :
Bentuk
: cairan
Berat molekul
: 98,08 g/mol
Titik didih: 270°C – 340 °C pada 760 mmHg
Titik leleh
: -35°C – 10,36°C pada 760 mmHg
Spesifik graviti
: 1,84
Mudah larut dalam air dingin dan etanol.
Reaktif dengan agen pengoksidasi, pereduksi, material organik, asam, alkali.
Korosif terhadap aluminium, tembaga dan stainless steel.
(ScienceLab, 2013) Asam sulfat memiliki karakteristik higroskopis dan mudah teroksidasi. Asam sulfat terkonsentrasi memiliki efek mudah teroksidasi, bereaksi dengan logam mulia dan dengan karbon, fosfor, dan sulfur, yang tereduksi menjadi sulfur dioksida. Asam sulfat memiliki suhu yang sangat stabil, hanya pada suhu tinggi dapat terdekomposisi menjadi anhidrida, sulfur trioksida, dan uap air (Anshary dan Wardana, 2009). 2.3.6 Kalsium Oksida (CaO) Kalsium oksida dengan rumus umum CaO mempunyai berat molekul 56,077 gr/mol, disebut juga kapur. Kalsium oksida merupakan salah satu bahan kimia industri yang paling penting. Kalsium oksida banyak digunakan dalam pembuatan bahan bangunan dan konstruksi, termasuk batu bata, mortar, dan plester. Kalsium oksida juga digunakan sebagai fluks dalam pembuatan baja, yaitu bahan pengikat pengotor. Produk penting lainnya yang dibuat dari aplikasi kalsium oksida dalam proses manufaktur meliputi kaca, pulp dan kertas, aluminium, dan magnesium (Amri, dkk., 2007). Sifat-sifat kalsium oksida adalah sebagai berikut :
Berbentuk serbuk putih Densitas 3,34 g/cm3. Titik Lebur 2613 oC pada 760 mmHg Titik Didih 2850 oC pada 760 mmHg Larut dalam gliserol dan gula Tidak larut dalam methanol dan dietil eter
(Mohadi, dkk., 2013).
REAKSI-REAKSI YANG TERLIBAT : 1. Reaksi hidrolisis dengan asam sulfat (C6H10O5)n + n H2O Pati
H2SO4
n C6H
Air
Glukosa
2. Reaksi fermentasi Saccharomyces cerevisiae C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 Glukosa Etanol Karbon dioksida DESKRIPSI PROSES 1. Pengecilan ukuran, untuk mendapatkan pati/tepung biji durian untuk di hidrolisis 2. Pengembangbiakan enzim, untuk mendapatkan jumlah mikroba yang sesuai dengan kapasitas fermentasi 3. Proses pemasakan, reaksi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dari pati 4. Proses fermentasi, untuk menghasilkan bioetanol dari glukosa dengan enzim Saccharomyces cerevisiae 5. Proses pemurnian, untuk memurnikan produk bioetanol dengan proses destilasi
BIOETANOL Standar bioetanol
Tabel 2.2 Spesifikasi Standar Bioetanol Terdenaturasi untuk Gasohol No . 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Parameter Uji Kadar etanol
%-v, min
Kadar metanol Kadar air Kadar denaturan Hidrokarbon atau Denatonium Benzoat Kadar tembaga (Cu) Keasaman sebagai asam asetat Tampakan
%-v, maks %-v, maks %-v mg/l mg/kg, maks mg/l, maks
Kadar ion klorida (Cl-) Kadar belerang (S) Kadar getah purwa dicuci (washed gum) (Standar Nasional Indonesia, 2012) 8. 9. 10.
Unit, min/max
mg/l,maks mg/l, maks mg/100ml, maks
Persyaratan 99,5 (setelah didenaturasi dengan denatonium benzoat) 94,0 (setelah didenaturasi dengan hidrokarbon) 0,5 0,7 2-5 4-10 0,1 30 Jenih dan terang, tidak ada endapan dan kotoran 20 50 5,0
HARGA BIOETANOL : Rp. 8500/Liter (sumber : bisnis.tempo) KEBUTUHAN BIOETANOL Kebutuhan bioetanol di dunia sangat tinggi, seperti halnya di negara Indonesia kebutuhan bioetanol secara nasional sekitar 390.000 kiloliter per tahun, akan tetapi pabrik bioetanol yang ada di dalam negeri hanya mampu memenuhi kurang dari 4% saja dari yang dibutuhkan (Susilawati, 2012). PRODUKSI BIOETANOL Tabel 1.3 Data Bioetanol di Indonesia Produksi Bioetanol Tahun (liter/tahun) 2003 158.388.000 2004 160.686.000 2005 167.984.000 2006 169.752.000 2007 174.328.000 (Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2008)