TUGAS INDIVIDU KEPERAWATAN ANAK II
OLEH NAMA
: RAHMAWATI
NIM
: 7030011007
KELAS
: KEPERAWATAN A
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirabbil’alamin ucapan rasa syukur tak terhingga kepada Allah Swt, atas rahmat dan hidayah-Nya yang masih tercurah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah Keperawatan Anak II. Dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad Saw yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang sampai sekarang ini. Dalam usaha menyelesaikan tugas ini, dihadapkan dengan berbagai hambatan dan tantangan, namun atas bantuan, bimbingan, dan dorongan
dari
berbagai pihak dan izin Allah Swt akhirnya hambatan dan tantangan tersebut dapat diatasi serta mencapai tahap penyelesaian. Dalam pembuatan tugas ini tidak tertutup kemungkinan adanya kekurangan. Oleh karena itu, kritikan dan saran penyempurnaan yang dapat membangun sangat kami harapkan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Samata, 26 September 2018 Rahmawati
i|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. DAFTAR ISI .............................................................................................................. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................. B. Rumusan Maslah ......................................................................................... C. Tujuan ........................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN A. Definisi penyakit kronis pada anak ................................................................ B. Trend keberadaan anak dengan penyakit kronis di dunia dan di Indonesia ... C. Dampak keberadaan anak dengan penyakit kronis terhadap anak, orang tua, sibling dan dampak lainnya yang terkait ................................................. D. Menejemen asuhan keperawatan yang tepat diberikan pada anak dengan penyakit kronis .............................................................................................. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................... B. Saran ............................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
ii | P a g e
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi
dan cenderung mengembangkan perasaan hopelessness dan
helplessness karena berbagai macam pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2006). Rasa sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino, 2006). Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan
budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan
yang bersifat permanen
yang memperlihatkan adanya penurunan atau
menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ
pengindraan. Ada banyak faktor yang
menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di antaranya
kemajuan dalam bidang
kedokteran modern yang telah mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang peraturan
yang
mengatur
keselamatan
di
tempat
kerja
membaik dan yang
telah
memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2010). B. Rumusan Masalah 1. Apa maksud dengan penyakit kronis pada anak? 2. Bagaimana trend keberadaan anak dengan penyakit kronis di dunia dan di indonesia? 3. Uraikan dampak keberadaan anak dengan penyakit kronis terhadap anak, orang tua, sibling dan dampak lainnya yang terkait! 4. Bagaimana manajemen asuhan keperawatan yang tepat diberikan kepada anak dengan penyakit kronis 1|Page
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui penyakit kronis pada anak 2. Untuk mengetahui trend keberadaan anak dengan penyakit kronis di dunia dan di Indonesia. 3. Untuk mengetahui dampak keberadaan anak dengan penyakit kronis terhadap anak, orang tua, sibling dan dampak lainnya yang terkait 4. Untuk mengetahui menejemen asuhan keperawatan yang tepat diberikan pada anak dengan penyakit kronis.
2|Page
BAB II PEMBAHASAN
A. Penyakit kronis pada anak Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi fungsi seharihari dalam waktu lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang menyebabkan hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam setahun, atau (pada saat didiagnosis) cendrung melakukan hospitalisasi (Wong, 2013). Penyakit kronis memiliki durasi
yang telah berlangsung atau diperkirakan
berlangsung setidaknya 6 bulan, memiliki pola kekambuhan, prognosis buruk, dan berdampak pada kualitas hidup individu (O'Halloran et al., 2004). Penyakit kronis pada anak sangat mempengaruhi kualitas hidup dan perkembangan anak. Berdasarkan laporan Boyse et al.,(2012), anak dengan penyakit kronis akan lebih sering mengalami hospitalisasi, pengobatan dan kunjungan untuk pemeriksaan kesehatan dengan paramedis. Ada banyak penyakit
kronis yang terjadi pada anak usia sekolah, seperti: gagal jantung
bawaan,
diabetes, short bowel syndrome, hemofilia, thalassemia, defisiensi
imun, penyakit ginjal, cerebral palsy, tumor otak, demam rematik, leukimia dan asma (Wong, 2013). B. Trend keberadaan anak dengan penyakit kronis di dunia dan di Indonesia Penyakit kronis merupakan ancaman serius bagi kesehatan di negaranegara berkembang. Pada negara-negara berkembang lainnya, kematian dan kecacatan dari penyakit kronis sekarang persentasenya melebihi dari penyakitpenyakit menular yang terdiri dari 49%, dibandingkan dengan sekitar 40% untuk penyakit menular dan 11% untuk cedera. Dominasi penyakit kronis di Negara berkembang ini tidak juga diakui kalangan ahli kesehatan (Nugent, 2008). Asumsi lama adalah bahwa penyakit kronis ada terutama di negara-negara kaya dan bahwa penyakit menular ada terutama di negara-negara berkembang. Pembagian sederhana ini sudah tidak berlaku kembali. Menurut Nugent (2008) Finlandia, Taiwan, dan Korea Selatan adalah contoh negara-negara yang relatif kaya dengan prevalensi rendah dari tingkat kematian utama karena penyakit kronis. Sebaliknya, negara-negara yang sangat berkembang sekalipun, seperti 3|Page
India dan Pakistan, dan negara-negara yang cukup berkembang, seperti Rusia dan China, menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dari penyakit kronis daripada penyakit menular. Kesimpulannya adalah bahwa kondisi telah berubah di negara berkembang dalam
beberapa
tahun
terakhir,
diasumsikan
karena
negara-negara
berkembang semakin mengadopsi gaya hidup tidak sehat dari negara maju Penyakit kronis tidak saja dialami
oleh orang dewasa atau lanjut usia juga
diderita oleh anak-anak bahkan bayi. Adapun populasi anak dengan sakit kronis di seluruh dunia diperkirakan sekitar 10 % dan satu sampai dengan dua persen diantaranya dalam kondisi yang sangat serius (Eiser, dalam Aritonang 2008). Studi
epidemiologi menunjukkan satu dari 10 anak dibawah usia 15 tahun
menderita penyakit kronis, sedangkan penelitian lain menyatakan satu dari tiga anak usia dibawah 18 tahun mengalami penyakit kronis (Harrington dkk, 2006; Costello dkk, 2006; Gallasi dkk, 2006). Melihat hasil penelitian
tersebut, nampaknya data tentang anak yang
menderita penyakit kronis cukup banyak,
meski tidak ada kesepahaman
mengenai jumlahnya secara pasti. Mencari data mengenai prevalensi penyakit kronis di Indonesia sendiri masih sulit didapatkan apalagi penyakit kronis khusus pada anak.
Namun demikian, berdasarkan data Departemen Kesehatan
Indonesia penyakit kelainan kardiovaskuler menempati urutan kedua sebagai penyakit yang banyak diderita anak-anak setelah penyakit saluran pernapasan (Adrian, dalam Aritonang 2009). Berkaitan dengan jenis penyakit kronis, anak-anak di negara-negara maju umumnya memiliki jenis penyakit kronis yang berbeda dengan anak-anak di negara yang berkembang. Selain itu, penyakit ini bisa ditemukan saat kelahiran ataupun berkembang ketika masa bayi dan anak- anak. Newacheck dkk (2007) menyebutkan jenis penyakit kronis pada anak antara lain : 1) Cerebral palsy 2) Diabetes 3) Chronic renal 4) Insufficiency 5) Epilepsy 6) Down’s syndrome 4|Page
7) Ketidaknormalan kromosom turunan lainnya 8) Cystic fibrosis 9) Jantung 10) Kanker 11) Arthritis 12) Asthma 13) Dermatitis (termasuk eczema and psoriasis) 14) Leukaemia dan berbagai tipe anemia. 15) Hemophilia 16) HIV/AIDS 17) Bawaan sejak lahir yang membutuhkan perawatan lama dan terus menerus (Martin, dalam Aritonang, 2009) Sebagian anak dengan penyakit kronis ini memiliki kondisi yang membaik pada masa dewasanya, namun kebanyakan justru tidak akan dapat hidup normal tanpa
managemen atau perawatan khusus. Konsekuensi memiliki
penyakit kronis adalah terganggunya kehidupan sehari-hari anak secara fisik dan psikososial. Dampak fisik antara lain ketergantungan pada orangtua dalam aktivitas di rumah,
kebutuhan akan bantuan untuk buang air
kecil maupun
besar, ketidakmampuan fisik, dan ketidaknyamanan yang diakibatkan penyakit, sedangkan yang dimaksud dengan dampak psikososial antara lain rendahnya level sosialisasi, mood, aktivitas dibandingkan kelompok sebayanya (Jessop & Stein, dalam bulletin Australian Institute of Health and Welfare 2005) Selain dampak yang dirasakan dalam masa anak, ternyata beberapa penyakit kronis memiliki dampak fisik dalam jangka panjang. Sebagai contoh, pada anak yang mengalami transplantasi ginjal, 39 % kembali mengalami transfusi darah pada masa dewasanya (Shroff dkk dalam Aldridge 2008). Adapun tentang dampak psikososial dapat dijelaskan dalam beberapa penelitian berikut ini. Bennet (1994) dalam studi metaanalisisnya menemukan bahwa anak dan remaja dengan problem medis kronis memiliki resiko sedikit lebih tinggi untuk mengalami gejala depresi dibandingkan
anak yang sehat,
meskipun tingkat depresinya belum termasuk klinis. Boekaerts dan Roder (1999) menyebutkan konsep diri anak dengan penyakit kronis serupa dengan anak sehat, hanya saja anak- anak ini menunjukkan 5|Page
problem perilaku yang lebih banyak terutama problem problem internal seperti depresi dan menarik diri secara sosial. Selain itu, ditemukan pula bukti bahwa anak dengan penyakit kronis memiliki penyesuaian yang salah dengan taraf yang cukup bervariasi dari satu
penelitian dengan penelitian yang lain dan
variasi penyesuaian yang salah ini juga ditemukan pada berbagai penyakit. Dampak
lain diungkapkan oleh Hermiana dan Joao (2013) berupa reaksi
psikososial
seperti
ketakutan
akan
ketidakamanan berkaitan dengan
penolakan,
rendahnya
harga
diri,
prospek pendidikan, ketakutan terhadap
keterbatasan yang diberikan lingkungan dan kecemasan terhadap reaksi orang lain khususnya teman sebaya pada penyakitnya. Sisi baiknya, penyakit kronis tidak
selalu mengakibatkan prestasi akademis
anak buruk. Penelitian yang
dilakukan oleh Kaestner (dalam Forrest, 2011) menemukan kaitan yang lemah antara sakit kronis dengan prestasi anak khususnya pada mata
pelajaran
matematika dan membaca pada anak usia 5 hingga 9 tahun. Hanya saja anakanak dengan penyakit kronis ini lebih banyak ketidakhadirannya di sekolah. Berkaitan dengan ketidakhadiran di sekolah, nampaknya jenis penyakit menentukan
lamanya ketidakhadiran anak disekolah. Anak-anak asma dan
epilepsi lebih sering tidak masuk (50 %) dibandingkan anak yang sakit diabetes mellitus (0,9%) maupun rheumatic (3,2%). Penyakit kronis membawa dampak pada beberapa aspek kehidupan anak baik jangka pendek maupun panjang C. Dampak keberadaan anak dengan penyakit kronis terhadap anak, orang tua, sibling dan dampak lainnya yang terkait Penyakit pada anak merupakan masalah yang cukup kompleks mengingat perawatan dan pengobatannya tidak hanya melibatkan orang tua tetapi juga sibling, dokter, perawat, sekolah, masyarakat, dan lingkungannya. Ketika seorang anak didiagnosis dan menjalani pengobatan kanker, mereka dan seluruh anggota keluarganya dihadapkan pada situasi dan kondisi yang penuh dengan tantangan (Woodgate & Degner, 2003). Tantangan–tantangan dan stres yang terjadi dapat mempengaruhi bahkan mengganggu kehidupan sehari-hari dari seluruh anggota keluarga.
6|Page
1. Pada anak Seorang anak yang didiagnosis mengalami penyakit kronis seperti kanker, jantung dan lain-lain harus menghadapi suatu tantangan yang sulit, dimana biasanya anak merasa ketakutan terhadap penyakitnya dan prosedur pengobatan yang melelahkan (Theofanidis, 2007). Lamanya pengobatan kanker dan efek samping dari obat kanker yang timbul dapat menyebabkan trauma dan tekanan pada anak. Trauma yang mendalam dapat dialami oleh anak karena seringnya mengalami perawatan di rumah sakit dan pengobatan terhadap nyeri (Tobing, Nugroho, & Tehuteru, 2008). Penyakit dan pengobatan kanker dapat mempengaruhi perkembangan anak. Setiap anak memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam menghadapi penyakitnya. Hal ini tergantung dari sifat kepribadian, usia, sikap sosial, dan hubungan antara anak dan orang tua (Hastings, 2003). Pada beberapa kasus,
anak memiliki perasaan bersalah yang tidak dibenarkan yaitu
meyakini
bahwa penderitaannya disebabkan oleh kesalahan atau dosa
orang tua dimasa
lampau (Theofanidis, 2007). Reaksi lain yang muncul
diantaranya adalah rasa takut terhadap penolakan, harga diri rendah, rasa tidak aman yang berhubungan dengan ketidakpastian masa depan dan rasa takut terhadap pembatasan yang ditimbulkan oleh situasi serta kecemasan tentang bagaimana orang lain akan bereaksi terhadap penyakit, terutama reaksi peer grup (Wilkins & Woodgate, 2005). 2. Orang tua Orang tua akan merasa putus asa saat mendengar anaknya menderita mengalami penyakit kronis dan salah satunya adalah kanker. Keadaan ini juga dapat menyebabkan stres yang berkaitan dengan efek samping jangka pendek dan panjang seperti terjadinya kekambuhan penyakit
(relaps)
(Houtzager, Grootenhuis, & Last, 2001). Selain itu juga, saat menjalani pengobatan, keluarga harus selalu melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, keluarga akan menghadapi kesulitan ekonomi, ketidakpastian prognosis penyakit yang diderita anaknya bahkan ketakutan akan terjadinya kematian (Houtzager, Grootenhuis, & Last, 2001; McGrath, 2001). 3. Sibling 7|Page
Sibling adalah seorang individu yang sangat rentan untuk mengalami perubahan emosi, psikologi, dan perkembangan sosial (Potts & Mandleco, 2012). Berdasarkan hasil wawancara informal dengan salah satu perawat RSKD diungkapkan
bahwa sibling dari anak yang menderita kanker
seringkali kurang mendapatkan perhatian baik dari keluarga maupun tenaga kesehatan. Hal ini
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Opperman dan Alant
(2003) yang menyatakan bahwa orang tua yang
memiliki anak penderita kanker cenderung untuk memberikan perhatian dan waktu yang lebih kepada anak yang sakit, sehingga kebutuhan anak lainnya sering terabaikan. Hal ini pun akan mempengaruhi kehidupan sibling baik fisik maupun mental. Hubungan atau ikatan sibling itu sangatlah unik dan berbeda satu sama lain. Memiliki saudara atau saudari yang menderita kanker dan dirawat di rumah sakit dapat menyebabkan dampak yang sangat kompleks. Meskipun banyak
dampak negatif yang dialami oleh sibling tidak menutup
kemungkinan
dampak positif pun dialami. Sidhu, Passmore dan Baker
(2005) mengungkapkan pengaruh positif yang dialami sibling diantaranya adalah meningkatkan sensitivitas, kasih sayang, dan empati terhadap anak yang kanker
sakit. Selain itu, dengan adanya anggota keluarga yang menderita akan meningkatkan kedekatan keluarga, meningkatkan apresiasi
terhadap kehidupan serta meningkatkan konsep diri. Pengaruh negatif yang sering kali dilaporkan adalah merasa cemas dan takut dengan apa yang akan terjadi pada
saudaranya yang sakit, diabaikan karena kurangnya
perhatian dari orang tua, perasaan marah, benci, dan cemburu karena waktu hanya untuk anak yang sakit (Sidhu, Passmore, & Baker, 2005). Pengaruh negatif lain yang muncul yaitu khawatir yang berlebihan terhadap dirinya sendiri bahwa dia juga mengalami hal yang sama, merasa bersalah bahwa mereka yang
menyebabkan sakit, merasa kurang dihargai, merasa
terisolasi, dan merasa bahwa teman-temannya tidak mengerti (Houtzager, Grootenhuis, & Last,
2001; Wilkins & Woodgate, 2005). Pengalaman-
pengalaman ini dapat memberikan pengaruh jangka panjang yang serius dalam kehidupan sibling diantaranya adalah masalah psikososial yang membutuhkan intervensi psikiatrik. 8|Page
D. Manajemen asuhan keperawatan yang tepat diberikan pada anak dengan penyakit kronis 1. Normalisasi Strategi kognitif & perilaku yang digunakan oleh keluarga yang memiliki anak dengan penyakit kronik untuk terlihat hidup secara normal. Perawat perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan keluarga, memberikan dukungan dan terbuka tentang kondisi dan pengobatan anak, aktif dalam melibatkan keluarga dalam semua aspek perawatan anak. Beberapa petunjuk dalam meningkatkan normalisasi pada anak meliputi: a. Persiapan b. Partisipasi c. Sharing d. Kontrol e. Harapan f.
Sikappositif
2. Developmental fokus Berfokus pada tingkat perkembangan anak bukan usia kronologis atau diagnosis menekankan
padakemampuan dan kekuatan anak
bukan
keterbatasannya. Perhatian diarahkan untuk normalisasi pengalaman mengadaptasi
lingkungan,
dan
meningkatkan
keterampilan
koping
(Hockenberrydan Wilson, 2011). Peran perawat mengarahkan perhatian dari kondisipatologis dengan fokus pada kelemahan dan masalah pada anak ke perkembangan & pemenuhan kebutuhan unik dari anak dan keluarga. Juga memperhatikan perkembangan keluarga (Hocken berry dan Wilson, 2011). Berdasarkan artikel yang dimuat oleh University of Michigan Health System (2012), terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman anak
terhadap kondisi
kronis
yang
dialami.
Faktor
terbesar
yang
mempengaruhi adalah tahapan perkembangan anak.Infant dan Toddlers yaitutahapan perkembangannya adalah mulai membangun rasa percaya dan rasa aman. Pengalaman nyeri akibat tindakan medis, pembatasan pergerakan, dan perpisahan dengan orang tua akan berdampak pada tahapan perkembangannya. Mengetahui tahapan perkembangan anak 9|Page
memudahkan perawat untuk menyusun intervensi yang tepat misalnya melibatkan orang tua dalam tindakan medis, memberikan kesempatan kepada orang tua untuk menemani anak selama di RS, dll. 3. Palliative care Tujuan perawatan paliatif ini adalah guna untuk meningkatkan kualitas hidup anak dengan kematian minimal mendekati normal, diupayakan dengan perawatan yang baik hingga pada akhirnya menuju pada kematian.sehingga palliative care diharapkan akan menambah kualitas hidup (anak) pada kondisi terminal, perawatan paliatif berfokus pada gejala rasa sakit (nyeri, dypsnea) dan kondisi (kesendirian) dimana pada kasus ini mengurangi kepuasan atau kesenangan hidup anak, mengontrol rasa nyeri dan gejala yang lain fokus masalah psikologi,social atau spiritualnya dari anak dalam kondisi terminal. Prinsip dari perawatan palliative care adalah : a.
Menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga pasien
b.
Dukungan untuk caregiver
c.
Palliative care merupakan accses yang competent
d.
Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative care
e.
Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan pendidikan Rencana asuhan perawatan palliative yaitu: 1) Melibatkan seorang partnership antara anak, keluarga, orang tua, pegawai,
guru,
staff
sekolah
dan
petugas
kesehatan
yang
professional 2) Suport fisik, emosinal, psychososial dan spiritual khususnya 3) Melibatkan anak pada self care 4) Anak membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi penyakit terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesua 5) Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik guna memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari anak dan keluarga
10 | P a g e
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi fungsi seharihari dalam waktu lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang menyebabkan hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam setahun, atau (pada saat didiagnosis) cendrung melakukan hospitalisasi. Penyakit kronis pada anak sangat mempengaruhi kualitas hidup dan perkembangan anak. Berdasarkan laporan Boyse et al.,(2012), anak dengan penyakit kronis akan lebih sering mengalami hospitalisasi, pengobatan dan kunjungan untuk pemeriksaan kesehatan dengan paramedis. B. Saran Kita sebagai mahasiswa keperawatan sebelum masuk ke dalam dunia kerja sebaiknya kita harus memahami betul tentang bagaimana penyakit kronis pada anak agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang benar terhadap anak.
11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Harrington, S.N.T., Huber M., Wellnitz C., Fridrych S., Lasers G. et al. (2006) Increased reported cases of tuberculosis among children younger than 5 years of age. The Paediatric Infectious Disease Journal, 25:151‐155 Wong. D, dkk. 2013. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Gallasi C., De Sario M., Biggeri A., Annibale B., Luigi C., Ciccone G. et al (2006) Changes in prevalence of asthma and allergies among children and adolescents in Italy:1994‐2002. Paediatrics, 117(1):34‐42 Costello EJ., Foley DL., Angold A. (2006) Ten year research update review: the epidemiology of child and adolescent psychiatric disorders. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 45(1):8‐2 Aritonang, M.V. (2008) Pengalaman Keluarga dengan Anak yang Menderita Penyakit Kronis. Newacheck, P.W; Houtraw,A.J; Kim, S.E; Chen, A.Y.(2007). Preventive Health Care for children with and Without Special health care Needs. Pediatrics. 119;e821. http://pediatrics.aapublication.org/content/119/4/e821.full.html Aldridge, M.D. (2008). How Do Families Adjust to having a Child With Chronic Kidney failure ? A Systematic Review. Nephrology Nursing Journal. March-April 2008. Vol 35, No 2; 157-162 Boekaerts, M., Roder, I. (1999). Stress, coping, and adjustment in children with a chronic disease: a review of the literature. Disability and rehabilitation. Vol. 21, No. 7 , Pages 311-337 Herminia P., Joao B. Issues associated with chronic disease. In: HEALTH AND SAFETY, http://www.eselx.ipl.pt/healthandsafety/chronic/psycho.htm Forrest, C.B., Bevans, K.B., Riley,A.W., Crespo,R., and Louis, T.A. (2011). School Outcomes of Children With Special Health Care Need. Abstract. Pediatrics. Vol 128;303. Sarafino, E. P. (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons.
12 | P a g e
Smeltzer & Bare. (2001). Buku AjarKeperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Vol 2. Jakarta : EGC Nugent, Mary and Mooney, Caroline. 2008. “The Educate Together Ethos and Parental Participation”
13 | P a g e