1. Pengertian Radiasi Radiasi merupakan pancaran energi panas, dapat berupa gelombang elektromagtik/cahaya. Semakin berkembang teknologi maka sumber radiasi dalam kehidupan sehari-hari akan terus meningkat. Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium, misalnya perambatan panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang radio (Anies, 2007). Radiasi berasal dari dua sumber yaitu radiasi alam dan radiasi buatan diantaranya adalah sebagai berikut : a. Radiasi alam Radiasi alam adalah radiasi yang berasal dari alamiah seperti berada di udara, dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. 1. Berasal dari sinar kosmos 2. Sinar gamma dari kulit bumi 3. Hasil peluruhan dari Radon dan Thorium. b. Radiasi buatan Radiasi buatan adalah radiasi yang ditimbulkan karena manusia atau karena kegiatan yang berhubungan dengan manusia. 1. Penyinaran dibidang medis seperti : rontgen, laser, inframerah, sinar gamma dan ultraviolet. 2. Jatuhan radioaktif seperti : radiasi yang diperoleh di fasilitas pekerja nuklir.
2. Jenis Radiasi 1. Radiasi Pengion Radiasi pengion adalah radiasi yang menyebabkan terbentuknya ion positif dan ion negatif apabila berinteraksi dengan materi. Jenis radiasi pengion diantaranya ialah partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. a. Partikel Alpha Partikel alpha mempunyai volume dan muatan listrik positif besar yang tersusun antara proton dan neutron, sehingga identik dengan inti atom helium. Daya ionisasi partikel alpha 100 kali daya ionisasi partikel beta dan 10.000 kali daya ionisasi sinar gamma. Dikarenakan partikel alpha
1
mempunyai muatan listrik yang sangat besar, partikel alpha tidak mampu menembus pori-pori kulit bagian paling luar sekalipun karena mempunyai ukuran yang besar. b. Partikel Beta Partikel alpha mempunyai daya ionisasi di udara 1/100 kali daya ionisasi partikel alpha. Partikel beta mempunyai daya tembus lebih besar dikarenakan ukurannya yang kecil. Partikel beta mempunyai ukuran listrik lebih kecil dari partikel alpha. c. Sinar Gamma Merupakan sinaer yang tidak mempunyai volume atau ukuran serta muatan listrik sehingga dikelompokkan dalam gelombang elektromagnetik. Memiliki daya tembus yang sangat besar dibandingkan dengan partikel alpha dan partikel beta. Daya ionisasinya dalam medium sangat kecil. d. Sinar-X Sinar-X hampir sama dengan sinar gamma, dalam daya jangkau pada suatu media dan pengaruhnya oleh medan listrik. Yang membedakan adalah prosesnya. Sinar gamma dihasilkan dari peluruhan zat radioaktif yang terjadi pada intiatom sedangkan sinar-X dihasilkan pada waktu electron berenergi tinggi yang menumbuk suatu target logam. e. Partikel Neutron Mempunyai ukuran kecil dan tidak mempunyai muatan listrik, serta memiliki daya tembus yang tinggi. Partikel neutron dapat dihasilkan dari reaksi nuklir antara satu unsure tertentu demgan unsure lainnya. 2. Radiasi Non Pengion Radiasi nom pengion adalah radiasi yang tidak menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi pengion sering terdapat dikehidupan sehari-hari termasuk gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televise), gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone), sinar inframerah (yang memberikan energy dalam bentuk panas), cahaya tampak (yang bisa kita lihat) dan sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari).
2
a. Sinar Inframerah Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Sinar inframerah memiliki karakteristik yaitu : tidak dapat dilihat oleh manusia, tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang, dapat ditimbulkan oleh komponen yang menghasilkan panas, panjang gelombang pada inframerah memiliki hubungan yang berlawanan atau berbanding terbalik dengan suhu. Ketika suhu mengalami kenaikan, maka panjang gelombang mengalami penurunan. b. Sinar Ultraviolet Merupakan radiasi elektromagnetis terhadap panjang gelombang yang lebih pendek dari daerah dengan sinar tampak, maupun lebih panjang dari sina-X yang kecil.
3. Sifat Radiasi Terdapat dua macam sifat radiasi untuk mengetahui keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, diantarany sebagai berikut : 1. Radiasi yang tidak terdeteksi oleh indra manusia, cara untuk mengenalinya dibutuhkan alat pendeteksi radiasi yang biasa disebut dengan detector radiasi. Ada beberapa jenis detector yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detector alpha, detector gamma, detector neutron, dll. 2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi dan lain-lain dengan menggunakan sifat-sifat tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat detector radiasi.
4. Manfaat Radiasi Radiasi biasa dimanfaatkan dibidang medis untuk mengobati penyakit ganas, radioterapi dapat digunakan sebagai pengobatan definitif , yakni merupakan terapi utama. Akan tetapi pada kebanyakan penyakit radiasi dikombinasikan dengan
3
modalitas pengobatan lain (multimodalitas), yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pengobatan, yaitu dengan : 1. Pembedahan a. Radiasi prabedah, bertujuan baik menurunkan kemungkinan metastasis iatrogenik (preoperasi dosis rendah) maupun meningkatkan resektabilitas (preoperasi dosis tinggi). b. Radiasi pascabedah, bertujuan menurunkan angka kekambuhan local. Diberikan
pada
keadaan
dimana
radikalitas
operasi
tidak
dapat
dicapai/diragukan, atau pada tumor tertentu yang diketahui mempunyai angka kekambuhan local tinggi. 2. Sitostatika Tujuan pemberian ini adalah : a. Mematikan sel pada micrometastasis, misalnya keadaan lanjut local. b. Meningkatkan efek radiasi, beberapa sitostatika/bahan mempunyai sifat sebagai radiosensitizer, misalnya Taxol, 5 Fluor0-uracil dan Mytomicyn C. Radiasi dapat digunakan dengan 2 tujuan, yaitu : 1. Kuratif, yaitu dilakukan dengan tujuan meningkatkan control local dan angka kelangsungan hidup, terutama pada perluasan tumor minimal (dini), tanpa metastatatis. 2. Paliatif, diberikan pada keadaan stadium lanjut, baik local maupun dengan metastatis, untuk menghilangkan gejala yang ada, sehingga kualitas hidup penderita akan lebih baik. Radiasi dapat mempengaruhi semua sel, tetapi efek radiasi paling bermakna pada sel yang cepat membelah. Karena sel kanker membelah cepat, maka radiasi sangat berpengaruh terhadap sel kanker dan hal ini merupakan metode penghancuran tumor yang efektif dan selektif. Efek samping seperti rambut rontok dan anemiadapat di hubungkan dengan fakta bahwa folikel rambut dan sum-sum tulang juga merupakan jenis selyang cepat membelah.
5. Proteksi Radiasi Radiasi juga memiliki efek bagi tubuh manusia atau makhluk hidup lainnya yang disebabkan oleh radiasi pengion, perlu diperlukan tindakan
4
perlindungan atau proteksi terhadap radiasi. Efek kronis dari radiasi dapat timbul beberapa tahun kemudian akibat suatu occupational exposure (pekerjaan penyinaran). Salahsatu usaha yang dilakukan oleh International Commission on Radiological Protection (ICRP) untuk menghindari bahaya radiasi maka ditentukan dosis maksimum yang dapat diperkenankan sebagai pedoman dalam proteksi radiasi, yaitu Maximum Permissible Dose (MPD). Nilai MPD ini telah beberapa kali mengalami perubahan. Oleh karena itu proteksi radiasi tidak saja ditinjau dari sudut efek otomatis saja, tetapi juga efek genetis. Proteksi radiasi bagi orang-orang yang berhubungan langsung dengan sumber pengion dibagi dalam beberapa golongan, yaitu : a. Proteksi radiasi terhadap penderita dengan terapi radiasi Pada terapi dosis tertentu yang diberikan kepada penderita, jaringan sehat sekitarnya perlu mendapat perlindungan sebaik-baiknya. Pada penyinaran sekitar mata, mata harus mendapatkan perlindungan dengan menggunakan timah hitam lead eye shiekl agar lensa mata terhindar dari kerusakan. Pada penyinaran tumor yang tidak ganas terhadap anak-anak perlu hati-hati dengan jumlah dosis yang diberikan, tidak diperkenankan dilakukan berulang kali penyinaran oleh karena radiasi bersifat karsinogen. b. Proteksi terhadap pekerja diagnostic radiologi Pekerja diagnostic radiologi umumnya mendapat radiasi dari tabung sinarX. untuk menghindari radiasi dari sinar-X dapat dibuat sekecil mungkin 50% tanpa mengganggu informasi medis yang diperlukan, factor yang perlu diperhatikan dalam proteksi terhadap pekerja adalah filter/filtration, kollimator, kualitas film, distribusi hasil luas penyinaran. Terapi pada penderita dengan terapi internal radiasi yaitu yang menggunakan radioisotope yang dimasukkan ke dalam tubuh yang sakit. Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah radiasi terhadap petugas meliputi : 1. Penderita harus tinggal dalam satu ruangan khusus 2. Perawat jangan terlalu lama berdekatan dengan sumber radiasi 3. Pada waktu membersihkan penderita, jangan terlalu dekat dengan sumber radiasi 4. Mengenakan pakaian pelindung
5
5. Pasien-pasien yang secara permanen ditanamkan bahan radioaktif ke dalam tubuhnya atau yang sering menerima dosis terapi I3II harus berada dirumah sakit sampai intensitas radiasi disekitar pasien tersebut mencapai tingkat keselamatan 6. Kotoran penderita harus ditampung pada suatu tempat dan dibuang pada tempat tertentu. Efek samping terapi radiasi bisa merusak jaringan normal disekitar tumor. Efek samping tergantung pada seberapa luas daerah yang akan diobati, dosis apa yang akan diberikan, dan seberapa dekat tumor tersebut kejaringan peka. Jaringan peka yaitu sel normal yang cepat membelah, seperti kulit., sumsum tulang, folikel rambut, lapisan pada mulut, kerongkongan dan usus. Radiasi bisa juga merusak indung telur dan testis. Gejala-gejala tergantung pada daerah yang menerima radiasi dan bisa termasuk kelelahan, mulut perih, masalah-masalah kulit (kemerahan, gatal dang mengelupas), rasa sakit ketika menelan, radang paru-paru (pneumonitis), hepatitis, masalah lambung (mual, kehilangan nafsu makan, muntah, diare), masalah berkemih (meningkatnya frekuensi, rasa terbakar ketika mengeluarkan urine), dan jumlah darah rendah. Radiasi pada tumor kepala dan leher sering kali menyebabkan kerusakan pada permukaan kulit sama halnya pada lapisan mulut dan kerongkongan.
6. Aplikasi Radiasi Pengion 1. Gelombang mikro Gelombang mikro mempunyai panjang gelombang 105-108 Hz. Gelombang ini diaplikasikan sebagai diatermi gelombang mikro. Cara kerja : gelombang mikro diserap oleh air, peningkatan energy akan meningkatkan temperature air pada kulit/sekitar permukaan kulit. 2. Sinar ultraviolet Sinar ultraviolet digunakan dalam bidang medis untuk sterilisasi alat dan fototerapi. Sinar ini memiliki panjang gelombang 1015-1016 Hz. Cara kerja sterilisasi alat : lampu gemisida (pembunuh kuman) memancarkan sinar ultraviolet gelombang pendek (disebut juga UVC) mampu membunuh mikroorganisme dan berguna sebagai metode yang berguna untuk sterilisasi
6
alat. Cara kerja fototerapi : bayi-bayi kuning (ikterik) disinari dengan cahaya fluorensi kuat yang memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang akan memecah bilirubin (dari sel darah merah yang mati) yang berlebihan. 3. Sinar-X Sinar-X ini banyak digunakan dalam bidang medis seperti rontgen, CT scan. Cara kerja rontgen : sinar-X didapatkan dengan melewatkan sinar-X yang terkontrol jumlahnya melalui bagian tubuh yang dinilai dan intensitas sinar yang diteruskan akan ditangkap oleh film fotografi yang terpapar dengan sinarX tersebut. Banyaknya sinar-X yang ditransmisikan (diteruskan) tergantung dari zat yang harus ditembus (tulang akan lebih sedikit meneruskan dibandingkan jaringan), kemudian didapatkan gambar bayangan foto sinar-X. Cara kerja CT Scan : metode ini merupakan bentuk scan sinar-X yangn lebih canggih
dengan
menggunakan
kekuatan
menginterpretasikan sinar-X multiple yang
komputasi
modern
untuk
menbentuk gambaran potong
lintang dua dimensi dari jaringan tubuh dan organ.
7. Aplikasi Radiasi Non-Pengion 1. MRI MRI (Magnetic Resonance imaging), pada MRI tidak menggunakan radiasi pengion. Tetapi menggunakan radiasi gelombang frekuensi radio dalam suatu medan magnetic yang sangat kuat. 2. USG USG (Ultrasonografi), pencitraan USG mendapatkan gambaran bagian dalam tubuh manusia dengan menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang sama dengan gelombang sonar yang dikeluarkan kelelawar dan kapal laut. Gelombang suara yang dipancarkan dipantulkan oleh organ dalam dan gelombang pantulan yang kembali ini dapat digunakan untuk identifikasi jarak, ukuran, dan keseragaman suara benda. Gelombang yang di rekam ini akan diproses dan diperlihatkan oleh computer membentuk suatu gambaran bergerak real-time pada monitor yang dapat direkam dalam video. Teknik ini tidak menggunakan sinar-X.
7
3. Sinar inframerah Adalah sinar yang mempunyai panjang gelombang 1012-1014 Hz. Sinar inframerah diaplikasikan pada penggunaan termografi. Cara kerja : jaringan yang sakit akan memancarkan sinar inframerah yang lebih besar daripada jaringan sehat. Detector inframerah dapat digunakan untuk menentukan gambaran area jaringan yang sakit. 4. Cahaya tampak Cahaya tampak dibidang medis digunakan untuk endoskopi dan bedah laser. Cahaya tampak ini memiliki panjang gelombang 1014 Hz.
8. Interaksi Radiasi dengan Biologi a. Interaksi Radiasi dengan materi Dalam interaksi radiasi dengan materi, selain terjadi ionisasi juga terbentuk radikal bebas dalam sel terutama berasal dari molekul air. Jika radikal dan ion ini berinteraksi dengan materi sel, maka dapat terjadi kerusakan sel. Jadi radiasi pengion adalah radiasi elektromagnetik atau partikel yang dapat menyebabkan ionisasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, di sepanjang lintasannya ketika menembus suatu materi. Contoh radiasi pengion ini adalah sinar-X, sinar gamma, partikel alfa, partikel beta, proton, elektron, positron, dan partikel berat bermuatan. Selain mengionisasi, radiasi yang melewati materi juga dapat mengeksitasi atom dan molekul dalam struktur sel (proses penyerahan energi radiasi tanpa mengakibatkan ionisasi), dan proses lainnya seperti Brehmstrahlung, hamburan, tumbukan, penyerapan dan transmutasi inti. Berikut ini dibahas dua proses utama hasil interaksi radiasi dengan materi yaitu ionisasi dan eksitasi. 1. Ionisasi Ionisasi adalah proses fisika yang mengubah suatu atom atau molekul menjadi ion melalui penambahan atau pelepasan elektron dari atom atau molekul tersebut karena adanya gaya tarik Coulomb. Pada peristiwa ionisasi, molekul ataupun atom yang semula tidak bermuatan listrik akan menjadi bermuatan listrik. Partikel elektron dapat bergerak bebas dari suatu senyawa, molekul atau atom. Gerakannya yang bebas ini dapat
8
menumbuk senyawa, molekul atau atom lain, dan akan mengenai elektron pada kulit terluar sehingga terpental keluar. Elektron yang terpental keluar ini disebut ion negatif, sedangkan atom yang kehilangan elektronnya menjadi ion positif. Setelah melakukan proses ionisasi energi radiasi yang datang akan mengalami pengurangan sehinga terdapat selisih energi. Ini dikarenakan adanya transfer energi dari radiasi kepada elektron, sehingga elektron memiliki energi yang cukup besar untuk melepaskan diri dari atom. Jika energi radiasi akhir masih cukup banyak, proses ionisasi dapat terjadi terus-menerus hingga energi radiasinya habis. Proses ionisasi ini terbatas pada jenis radiasi sinar-X, gamma, partikel alfa, partikel beta (elektron), neutron dan inti bermuatan. 2. Eksitasi Eksitasi adalah perpindahan elektron dari tingkat energi rendah menuju tingkat energi lebih tinggi dan energi akan diserap untuk proses tersebut. Salah satu postulat Bohr menyatakan bahwa elektron dapat berpindah dari satu tingkat energi ke tingkat energi yang lain. Berpindahnya elektron ini karena mendapatkan tambahan energi dari luar, salah satunya dapat berasal dari radiasi alfa dan beta. Akan tetapi keadaan elektron tereksitasi ini tidak stabil sehingga elektron akan kembali menuju tingkat energi dasarnya (ground state) disertai pelepasan energi dalam bentuk pancaran radiasi (deeksitasi). Sepintas proses eksitasi ini mirip dengan proses ionisasi. Akan tetapi, pada proses eksitasi elektron tidak sampai terlepas dari atom. Sebagaimana pada proses ionisasi, energi radiasi yang datang akan berkurang setelah melakukan proses eksitasi. Ini terjadi karena radiasi mentransfer sebagian (atau seluruh) energinya kepada elektron, sehingga elektron memiliki energi yang cukup untuk berpindah lintasan. Proses eksitasi juga dapat berlangsung berulang kali hingga energi radiasinya habis. Di antara agensia lingkungan yang berpotensi karsinogenik terdapat beberapa jenis radiasi pengion yang lebih jauh dapat diklasifi kasi ke dalam radiasi elektromagnetik mampat/rapat (densely) dan tak mampat (sparsely). Perbandingan efek karsinogenik radiasi gamma, suatu radiasi elektromagnetik tak rapat/mampat, dan neutron yang
9
merupakan radiasi partikulat rapat telah dibahas oleh banyak peneliti. Karena berbeda sifat dari kedua jenis radiasi tersebut, maka radiasi akan memberikan energinya ke molekul sasaran intraseluler dengan cara yang berbeda. Neutron akan langsung berinteraksi dengan molekul sasaran dalam inti, sedangkan sinar gamma menstransfer energinya pada elektron orbital dari molekul intraseluler, terutama air, dan membentuk radikal bebas yang secara kimia bereaksi dengan DNA Neutron dan sinar gamma keduanya adalah karsinogen potensial karena dapat menstransformasi sel in vitro dan menginduksi limpoma timus pada hewan. Perbedaan kualitas dari radiasi tersebut menyebabkan perbedaan sifat atau jenis efek biologi yang diinduksi. Demikian halnya untuk partikel alfa dan sinar beta.
Gambar 1. Struktur DNA yang merupakan tangga berpilin yang terkena paparan radiasi dan menyebabkan ionisasi dan eksitasi (Sumber : Antonczyk dkk, 2009, ref. 4)
b. Efek Radiasi pada materi biologi Apabila radiasi berinteraksi dengan suatu materi maka akan terjadi proses yang dapat menimbulkan berbagai jenis efek radiasi yang bergantung pada jenis radiasi, energi dan jenis materi yang ditumbuk. Untuk materi biologi, kemungkinan terjadinya efek akibat interaksi radiasi dan jaringan tubuh (terlepas dari berat atau ringannya akibat biologis tersebut), berbanding lurus dengan nilai dosis radiasi yang mengenai jaringan tersebut. Semua dosis
10
radiasi, baik besar maupun kecil, dapat mengakibatkan pengaruh terhadap jaringan tubuh atau sel. Pengaruh dosis hanya diasosiasikan dengan besarnya kemungkinan bahwa akan terjadi suatu perubahan dalam sel atau jaringan yang terkena radiasi tersebut. Jika radiasi pengion terserap oleh materi biologik maka kerusakan sel akan terjadi dalam satu dari dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. 1. Aksi langsung Pada aksi langsung maka radiasi berinteraksi langsung dengan sasaran kritik dalam sel. Atom dari target akan terionisasi atau tereksitasi, mengarah ke serangkaian kejadian fisika dan kimia yang selanjutnya menghasilkan kerusakan biologik. Aksi langsung merupakan proses dominan dalam interaksi partikel LET tinggi dengan materi biologik. 2. Aksi tidak langsung Pada aksi tidak langsung maka radiasi berinteraksi dengan molekul dan atom lain (terutama air karena sekitar 80% sel terdiri dari air) dalam sel untuk menghasilkan radikal bebas yang dapat, melalui difusi sel, merusak target kritis dalam sel. Dalam interaksinya dengan air maka radikal bebas dengan waktu hidup pendek dan sangat reaktif akan menghasilkan H2O+ (ion air) dan OH (radikal hidroksil). Radikal bebas ini dapat menyebabkan kerusakan target dalam sel dengan memecah ikatan kimia dan menghasilkan perubahan kimia yang mengarah ke kerusakan biologik. Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif karena mereka memiliki elektron valensi yang tidak berpasangan. Sekitar dua pertiga kerusakan biologik oleh radiasi LET rendah (radiasi pengion jarang, sparsely) seperti sinar-X atau elektron disebabkan karena aksi tidak langsung. Interaksi antara radiasi dengan materi hidup pun merupakan proses yang berlangsung secara bertahap. Proses ini diawali dengan tahap fisik dan diakhiri dengan tahap biologik. Tahap fisik berupa absorbsi energi radiasi yang menyebabkan eksitasi dan ionisasi pada molekul atau atom penyusun bahan biologik. Proses ini berlangsung sangat singkat (sekitar 10-16 detik). Tahap selanjutnya adalah proses fi sikokimia dimana atom atau molekul yang tereksitasi atau terionisasi bereaksi membentuk radikal
11
bebas. Tahap ini berlangsung dalam orde 10-6 detik. Efek langsung radiasi pada molekul atau atom penyusun tubuh selain air hanya memberikan sumbangan yang kecil bagi efek biologik dibandingkan dengan efek tak langsung melalui media air tersebut.
Gambar 2. Interaksi tidak langsung antara radiasi pengion (khususnya elektron) dengan materi yang menyebabkan kerusakan pada DNA dalam suatu sel melalui molekul yang terionisasi dan tereksitasi. (Sumber: Prieur-Carillo, G, Dkk, 2003: 705-712)
Tahap ketiga adalah tahapan kimia dan biologi yang berlangsung dalam beberapa detik dan ditandai oleh terjadinya reaksi antara radikal bebas dan peroksida dengan molekul organik sel serta inti sel yang terdiri atas kromosom. Reaksi ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan molekul dalam sel. Jenis kerusakannya bergantung pada jenis molekul yang bereaksi. Kromosom dan molekul DNA dapat dipengaruhi oleh radikal bebas dan peroksida sehingga terjadi mutasi genetik. Tahap terakhir adalah tahap biologik yang ditandai dengan terjadinya tanggapan biologik yang bervariasi bergantung pada molekul penting mana yang bereaksi dengan radikal bebas dan peroksida. Proses ini berlangsung dalam orde beberapa puluh menit hingga beberapa puluh tahun, bergantung pada tingkat kerusakan sel. Beberapa akibat dapat muncul karena kerusakan sel, seperti kematian, penghambatan atau penundaan pembelahan sel serta perubahan permanen pada sel anak hasil belah sel induk. Kerusakan yang terjadi dapat meluas dari skala seluler ke skala jaringan dan organ. Namun 12
mekanisme perbaikan sel sangat efektif, secara mudah dan bekerja secara konstan untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
13