Rabu Abu.docx

  • Uploaded by: leo aisoi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rabu Abu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,241
  • Pages: 21
Rabu, 12 November 2014 SISTEM INTEGUMEN

MAKALAH SISTEN FISIOLOGI HEWAN ( SISTEM INTEGUMEN )

1. 2. 3. 4.

DisusunOleh : Kelompok III Nama AHMAD THOYIB BQ.YULIA ARIANI RIZA MAULANA RESI ALPIONITA

NIM 151 135 020 151 135 010 151 135 034 151 135 018

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM 2014

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT .Kami memuji kepadanya dan memohon pertolongan serta ampunannya. Kami berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan yang dibisikkan oleh jiwa kami dan dari kejahatan perbuatan-perbuatan kami . Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada sang reformasi dunia yakni nabi Muhammad SAW yang telah meluruskan akhlak manusia dari yang sangat keji menjadi yang mulia seperti yang kita rasakan sekarang ini, yang tidak henti-hentinya

mendakwahkan kebenaran. Semoga diakhirat kelak kita bias mendapat safaat darinya. Amin Alhamdulillah, atas izin dan kehendak Allah swt. Kami bias menyelesaikan makalah yang mengulas masalah “ SISTEM INTEGUMEN “ dalam mata kuliah STRUKTUR FISIOLOGI HEWAN, meski masih banyak kekurangan dalam pembuatannya. Semoga dengan adanya makalah ini kita lebih bias membantu dan mengetahui bagaimana ilmu tentang struktur fisiologi hewan. Ucapan terima kasih patut diberikan kepada teman satu kelompok yang sudah meluangkan tenaga dan pikiranya dalam pembuatan makalah ini,

Mataram, 02 Oktober 2014

Penyusun,

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 a. Latar Belakang ................................................................................................. 1 b. Rumusan Masalah............................................................................................ 1 c. Tujuan ................................................................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3 a. System Integumen ............................................................................................. 4 b. System Integumen pada Pisces ........................................................................ 4 c. System Integumen pada Amphibi .................................................................... 8 d. System Integumen pada Reptil ........................................................................ 10 e. System Integumen pada Aves .......................................................................... 15 f. System Integumen pada Mamalia................................................................... 18 BAB III PENUTUP ........................................................................................... 23 a. Kesimpulan ....................................................................................................... 23 b. Saran ................................................................................................................. 23 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem integumen /sistem penutup tubuh (covering) adalah suatu sistem penyusun tubuh suatu makhluk hidup yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Fungsi nya sebagai pelindung, penerima rangsang dari luar/eksteroreseptor,respirasi,ekskresi,termoregulasidan osmoregulasi/homeostatic Fungsi lain : 1. Sebagai tempat cadangan makanan Lemak padahewan yang hidup di daerah 4 musim 2. Sebagai alat nutrisi / kelenjar susu, pada mammalia

3. Sebagai alat gerak, sayap pada burung, sirip pada ikan,selaput renang pada katak. 4. Sebagai tempat pembentukan vitamin D Sistem integument adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan Hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringatdan produknya (keringatataulendir).Kata iniberasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup". Secara ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat diluar jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, kuli tmerupakan organ yang paling luas permukaan yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.Cahaya matahari mengandung sinar ultra violet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh.misalnya menjadi pucat kekuning-kunigan, kemerah-merahan atau suhu kuli tmeningkat.Gangguan psikis juga dapat mengakibatkan kelainan atau perubahan pada kulit misalnya karena stres, ketakutan, dan keadaan marah akan mengakibatkan perubahan pada kulit wajah.

B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apayang dimaksud dengan sistem integumen? 2. Bagaimana sistem integumen pada pisces? 3. Bagaimana sistem integumen pada amphibi? 4. Bagaimana sistem integumen pada reptil? 5. Bagaimana sistem integumen pada aves? 6. Bagaimana sistem integumen pada mamalia?

C. TUJUAN Adapun tujuan dari pembuatan makalah iniadalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem integumen 2. Untuk mengetahui mekanisme sistem integumen pada pisces 3. Untuk mengetahui mekanisme sistem integumen pada amphibi 4. Untuk mengetahui mekanisme sistem integumen pada reptil 5. Untuk mengetahui mekanisme sistem integumen pada aves 6. Untuk mengetahui mekanisme sistem integumen pada mamalia

BAB II PEMBAHASAN A. SISTEM UNTEGUMEN Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi,dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasaLatin " integumentum", yang berarti "penutup". Sistem integumen merupakan suatu sistem yang sangat bervariasi, sehingga strukturnya tersusun oleh organ atau struktur tertentu dengan memiliki fungsi yang bermacammacam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya danderivat-derivat dari kulit. Kulit yang sebenarnya terdiri dari lapisan utama yaitu epidermis dan dermis, derivat integumen adalah struktur tertentu dimana secara embryogenetik yang berasal dari salah satu atau kedua lapisan dari kulit yang sebenarnya. Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsifungsi tersebut dapat dibedakan menjadi : 1) Sebagai pelindung atau alat proteksi lapisan kulit bagian luar relative impermeable terhadap air, untuk mencegah penguapan yang berlebihan. 2) Sebagai tempat eksteroreseptor pada bagian dermis kulit terdapat reseptor berupa akhiran saraf bebas atau badan-badan sensoris yang dapat menerima berbagai macam rangsang dari lingkungan eksternal. 3) Sebagai alat ekskretori pada kulit banyak terdapat kelenjer-kelenjer keringat dan kelenjer-kelenjer lemak yang berfungsi membantu membuang sisa-sisa hasil metabolism baik berupa air, lipida atau garam-garam keluar tubuh.

4) Sebagai alat respirasi atau alat pernafasan terutama pada hewan-hewan akuantik dengan struktur kulit yang tipis selalu basah dan sangat vaskuler. Kondisi kulit seperti ini sangat kondusif untuk proses difusi gas O2 yang terlarut dalam air masuk ke kapiler-kapiler darah dipermukaan kulit tubuh. 5) Sebagai alat nutrisi dan cadangan makanan yaitu terdapat kelenjer mammae (kelenjer susu) yang digunakan oleh mamalia untuk nutrisi bagi hewan muda atau yang baru lahir. Dan kulit tempat penyimpanan cadangan makanan (energi), yang berupa lemak. 6) Sebagai alat gerak pada hewan vofitan/arboreal seperti burung, kalrlawar, cecak terbang dll, derivate kulit dipakai sebagai alat terbang yang sangat penting. 7) Sebagai tempat pembentukan vitamin D pada manusia pembentukan vitamin D3 pada kulit sangat penting untuk pembentukan tulang. Kalsiferol dibentuk dari dehidrokolesterol yang dihasilkan oleh hati dengan bantuan cahaya matahari dikulit.

B. SISTEM INTEGUMEN PISCES Sistem integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit beserta drivat-drivatnya, seperti sisik dan kelenjar beracun. Sistem integumen pada seluruh makhluk hidup merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat makhluk hidup tersebut hidup atau berada.Yang termasuk dalam sistem integumen pada ikan adalah kulit beserta drivat, contohnya adalah sisik dan kelenjar beracun.

1. LENDIR Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu, misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding pada saat atau keadaan normal. 2. SISIK Pada tubuh dan ekor di epidermis terdapat sisik yang masing-masing tertanam dalam saku dermal dan tumbuh sepanjang hidup. Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, ganoid, Cycloid dan Ctenoid.

a.

Sisik Placoid Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitif yang mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri. Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik.

b. Sisik Cosmoid Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturutturut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae.

c.

Sisik Ganoid

Sisik ganoid berbentuk belah ketupat dengan bagian kecil yang tertanam dalam saku dermis, permukaan sebelah luar dilapisi oleh zat ganoine, yang materialnya berupa garam-garam anorganik, kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae. d. Sisik Cycloid dan Ctenoid Sisik cycloid berbentuk bulat. Pada sisik ini akan tampak lingkaran yang berbeda-beda pada ikan yang hidup di daerah yang berempat musim. Sisik ctenoid, berbentuk bulat agak lonjong, berduri kecil-kecil pada bagian anterior, sedang pada posterior memecah diri menjadi beberapa bagian. Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat.

C. SISTEM INTEGUMEN AMPIHIBI Amf ibi bernapas dengan kulitnya yang lembut dan bersih, tanpa bulu, tanpa Sisik. Kulit tersusun atas , epidermis, dan dermis yang terbagi atas jaringan lain. Pada epidermis sebelah bawah merupakan lapisan sel germ yang selalu menghasilkan lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim hujan di bawah lapisan jagat dibentuk lapisan jangat baru, swaktu lapisan jangat yang lama terkelupas telah ada penggantinya. Biasanya kulit jangat yang terlepas ditelan kembali. Pada dermis terdapat jaringat ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat jaringan seperti karet busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian sebelah dalam dari dermis terdapat jaringat-jaringan padat berupa jaringan ikat selanjutnya disebalh bawah jaringan dermis terdapat saraf dan pembuluh darah. Amphibi bernapas dengan kulitnya yang lembut dan bersih, tanpa bulu, tanpa Sisik. Kulit tersusun atas 1. Epidermis

Pada epidermis sebelah bawah merupakan lapisan sel germ yang selalu menghasilkan lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim hujan di bawah lapisan jagat dibentuk lapisan jangat baru, sewaktu lapisan jangat yang lama terkelupas telah ada penggantinya. Biasanya kulit jangat yang terlepas ditelan kembali. 2. Dermis Pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat jaringan seperti karet busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian sebelah dalam dari dermis terdapat jaringan-jaringan padat berupa jaringan ikat selanjutnya di sebelah bawah jaringan dermis terdapat saraf dan pembuluh darah. Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir yang banyak, mencegah kulit dari kekeringan.Kulit juga memfasilitasi pertukaran gas yang memungkinkan amfibi untuk bernapas ketika mereka menjalani hibernasi.Kulit dicegah dari kerusakan oleh predator, banyak amfibi telah berevolusi, kelenjar racun di kulit dan toksisitas dari kelenjar bervariasi sesuai dengan spesies.Racun yang dikeluarkan oleh beberapa amfibi yang fatal bagi manusia juga tapi sisanya memiliki efek yang sangat sedikit atau ringan.Kelenjar yang bertanggung jawab untuk produksi toksin adalah kelenjar paratoid yang melepaskan bufotoxin dan terletak di belakang telinga katak dan kodok tertentu sementara di salamander mereka hadir tepat di belakang mata. Struktur yg menutupi ini dibatasi oleh adanya struktur dinamis tertentu khas vertebrata misalnya, adanya lapisan luar yang sangat cornified yang mengalami molting reguler dan proses ini dikendalikan oleh hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis dan tiroid. Kutil atau thickenings lokal adalah karakteristik kodok. Bagian luar kulit ditumpahkan secara periodik dalam satu potong, sementara pada mamalia dan burung itu tertumpah dalam serpih dan mereka juga dikenal untuk makan kulit sloughed. Kromatofora juga dikenal sebagai sel-sel pigmen yang bertanggung jawab untuk warna kulit amfibi dan disusun dalam tiga lapisan.Tiga lapisan biasanya termasuk sel-sel yang dikenal sebagai melaophores, guanophores dan lipophores.Banyak spesies yang juga dikenal untuk mengubah warna kulit mereka dan ini benar-benar di bawah kendali kelenjar pituitari.Warna yang sangat terang biasanya menunjukkan bahwa kulit sarat dengan kelenjar racun. Kulit Amfibi/Amphibia sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Pada kulit amphibi terdapat kelenjar kulit yang terbagi atas dua macam yaitu:

1. Glandulae mucosa (kelenjar lendir ) yang menghasilkan lendir bening untuk memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap. 2. Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada tingkat tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain. Racun yang terdapat pada Amfibi/Amphibia sangat bervariasi. Kodok yang hidup di laut (Bufo marinus) racunnya sangat manjur untuk membunuh anjing. Studi tentang kodok neotropik dari keluarga Dendrobatidae yang baracun, menunjukkan bahwa racun itu merupakan steroid alkaloid yang berefek pada saraf dan aktivitas otot sel korban. Tipe racun lain pada amphibi adalah neurotoksin, halusinogen, vasokonstriktor, hemolitik, dan local irritant. Kelenjar mukus dan kelenjar racun pada Amfibi/Amphibia dikelompokkan sebagai kelenjar alveolar. Klenjar alveolar adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluran tetapi produknya dikeluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami. Akat tetapi ada juga beberapa amphibi yang mempunyai kelenjar alveolar tubular, kelenjar demikian sering ditemukan di ibu jari pada katak dan kodok dan terkadang juga ditemukan di bagian dadanya. Kelenjar ini menjadi fungsional selama musim reproduksi selama musin reproduksi dan mengeluarkan cairan yang membantu pejantan dalam melekatkan diri ke betina selama musim kawin, bahkan pada salamander terdapat kelenjar tubular pada dagu pejantannya yang mengeluarkan cairan khusus untuk menarik betina selama musim reproduksi

D. SISTEM INTEGUMEN REPTIIL Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm. Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah: sikloid (cenderung datar membundar), granular (berbingkul-bingkul), dan berlunas (memiliki gigir memanjang di tengahnya, seperti lunas perahu). Perbedaan bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada berbagai bagian tubuh reptil biasa digunakan untuk mengidentifikasi spesies hewan tersebut.

Integument pada Reptilia umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada calotes (bunglon) integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum. Reptilia merupakan salah satu kelas dari vertebrata yang terdiri dari tiga ordo , yaitu ordo Testudinata (Chelonia), Ordo squamata, ordo Crocodilia/Loricata. 1. Ordo Testudinata (Chelonia sp) Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku. Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung. Perkecualian terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya. Integument chelonian sp/kura-kura 1) Carapace (dorsal) Pada bagian carapace (dorsal) terdiri atas nukhal yang merupakan suatu seri dari pelatpelat tanduk yang letaknya di tengah dari depan belakang berturut-turut yang terletak di bagian atas (antara marginal) berjumlah satu buah. Marginal yang merupakan bagian-bagian yang menjadi pinggir perisai yang berbentuk segi empat dan berjumlah 22. Kostal yang terletak diantara neural dan marginal dan bersatu dengan rusuk. Pigal yang terletak dibagian belakang di antara marginal dan berjumlah dua buah serta neural yang terletak di tengah dan diantara pelat-pelat konstrak, dibagian depan juga berbatasan dengan pigal dan neural berjumlah lima. 2) Plastron

Plastron (ventral) terdiri atas gular yang merupakan bagian luar yang paling kecil dan letaknya paling depan dan berjumlah dua buah. Humeral yang merupakan bagian yang terletak diantara gular dan pectoral yang berjumlah dua buah. Pectoral yang terletak diantara humeral dan abdominal serta memiliki jumlah sepasang. Dimana abdominal terletak diantara pectoral dan femoral yang merupakan bagian yang paling besar dari plastron dan berjumlah dua buah serta anal yang terletak paling belakang (setelah femoral) dan berjumlah dua buah. 2. Ordo Squamata Ular, sebagaimana reptil lainnya, memiliki sisik-sisik yang menutupi kulitnya. Tubuh ular tertutupi seluruhnya oleh sisik-sisik, yang memiliki beraneka bentuk dan ukuran, tersebut. Sisiksisik itu berfungsi untuk melindungi tubuh, membantu pergerakan ular, mempertahankan kelembaban, berguna dalam kamuflase dan mengubah penampilan, dan untuk beberapa kasus juga membantu dalam menangkap mangsa (misalnya pada ular kadut). Sisik ular juga berevolusi dan berubah untuk melayani fungsi-fungsi tertentu, misalnya sisik bening serupa kaca arloji yang melindungi mata ular.Serta yang paling aneh mungkin adalah ‘kerincingan’ di ekor ular derik Amerika Utara, yang terbentuk dari sisik-sisik mati yang tertinggal ketika ular melungsung (berganti kulit). Sisik-sisik ular terutama berguna manakala ular bergerak, yakni untuk mengurangi gesekan dengan substrat atau lingkungannya. Gesekan adalah sumber utama kehilangan energi pada pergerakan (lokomosi) ular. Sisik-sisik ventral (perut), yang berukuran besar dan lebar, licin dan minim friksi; sementara pada beberapa jenis ular pohon, sisik-sisik ini memiliki lekuk atau lunas di tepinya yang berguna untuk ‘memegang’ cabang dan ranting pepohonan. Kulit dan sisik-sisik ular membantu mempertahankan kelembaban tubuhnya.Ular juga dapat merasai getaran baik yang berasal dari tanah maupun dari udara, dan mampu membedakannya dengan menggunakan sistem resonansi internal yang rumit, yang kemungkinan melibatkan peranan sisik di dalamnya.Sebagian ular-ular primitif seperti boa memiliki kepala yang tertutupi oleh sisik-sisik kecil tak beraturan. Namun kebanyakan ular memiliki sisik-sisik besar yang menutupi kepalanya, yang disebut perisai (shields).Pola dan susunan perisai-perisai ini berbeda-beda dari spesies ke spesies, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi jenisnya. Sisik ular merupakan modifikasi dan diferensiasi dari lapisan kulit terluar atau epidermis.Sisik-sisik ini terbuat dari keratin, bahan yang sama yang menyusun kuku dan

rambut.Tiap sisik memiliki permukaan luar dan dalam, sisik-sisik ini saling menutupi pada pangkalnya, seperti susunan genting. Setiap individu ular menetas dengan jumlah sisik yang tetap; sisik-sisik ini tidak bertambah atau berkurang sejalan dengan bertambahnya umur ular. Meski demikian, sisik-sisik ini bertambah besar ukurannya, dan kadang-kadang berubah bentuknya, setiap kali melungsung.Sisik-sisik ini tertancap sedemikian rupa di kulit di sekitar mulut dan sisi tubuh, memungkinkan kulit itu mengembang sehingga ular dapat menelan mangsa yang berukuran lebih besar dari diameter tubuhnya. Sisik-sisik ular memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Sisik-sisik ini bisa jadi berbutir-butir (granular), datar dan halus, atau berlunas, yakni memiliki tonjolan memanjang serupa lunas perahu. Sering pula sisik-sisik ini memiliki pori, lubang, bintil, atau bentuk-bentuk halus yang dapat diamati dengan mata telanjang maupun yang harus menggunakan mikroskop. Sisik-sisik ular mungkin juga berubah bentuk dengan fungsi khusus, sebagaimana halnya kerincingan (rattle) pada ekor ular derik. Contoh modifikasi yang lain adalah sisik tansparan yang menutupi mata ular. Sisik yang serupa kaca arloji ini dikenal sebagai brille atau spectacle. Sisik ini dianggap sebagai kelopak mata yang menyatu, dan turut mengelupas ketika ular berganti kulit. Sisik-sisik pada tubuh bagian atas atau punggung dikenal sebagai sisik dorsal atau kostal (costal). Sisik-sisik ini tersusun sebagai genting, yang disebut susunan imbrikata (imbricate), serupa dengan susunan sisik pada tubuh kadal dan bunglon. Sisik-sisik dorsal tersusun berderetderet di sepanjang tubuhnya, deretan berikutnya terletak sedikit bergeser, sehingga sisik-sisik ini –dari satu deret ke deret sebelahnya- nampak lurus pada garis diagonal. Kebanyakan jenis ular memiliki deretan sisik yang ganjil jumlahnya, kecuali pada beberapa spesies semisal ular sapi (Zaocys). Sementara, pada beberapa spesies ular laut dan ular-ular akuatik lainnya, sisik-sisik ini berbutir-butir (granular) dan deretannya tak bisa dihitung. Deretan sisik-sisik ini bervariasi banyaknya, biasanya dihitung pada kira-kira tengah panjang tubuh ular. Terkadang dihitung pada tiga tempat, yakni beberapa jauh setelah leher; tengah badan; dan beberapa jauh sebelum anus. Ular Spilotes pullatus memiliki sepuluh deret sisik dorsal pada tengah badan, ular tangkai (Calamaria spp.) memiliki 13 deret, ular sanca antara 65–75 deret, dan ular kadut sekitar 130–150 deret. Kebanyakan ular dari suku Colubridae, yakni suku ular yang terbesar, memiliki 15, 17, atau 19 deret sisik.

3. Ordo Corcodilia/Loricata Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Contoh buaya irian, Panjang tubuhnya sampai sekitar 3,35 m pada yang jantan, sedangkan yang betina hingga sekitar 2,65 m. Buaya ini memiliki sisik-sisik yang relatif lebih besar daripada buaya lainnya apabila disandingkan. Di bagian belakang kepala terdapat 4–7 sisik lebar (post-occipital scutes) yang tersusun berderet melintang, terpisah agak jauh di kanan-kiri garis tengah tengkuk. Sisik-sisik besar di punggungnya (dorsal scutes) tersusun dalam 8–11 lajur dan 11–18 deret dari depan ke belakang tubuh. Sisik-sisik perutnya dalam 23–28 deret (rata-rata 25 deret) dari depan ke belakang.  Kelenjar kulit Karena sisik epidermal kering maka reptil pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar kulit. Kelenjar mukus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa bercumbu.Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di masa kawin. Kadal ini memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang preanal atau lubang femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan. Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada musim kawin. Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan disebut kelenjar keturunan atau generation gland.Perubahan sekresi dari kelenjar-kelenjar ini tampak dihubungkan dengan pertumbuhan sisik pada kulit E. SISTEM INTEGUMEN AVES Tubuh dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot. Dari kulit akan muncul bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh sangat resisten. Pertumbuhan serupa pada sisik reptilia. Pada mulanya bulu sebagai papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu itu melekuk kedalam pada tepinya sehingga terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang sangat halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.

Sentral kuncup bulu itu mempunyai bagian epidermis yang lunak yang mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dalam proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya. Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi tiga macam yakni : 1. Filoplumae, sebagai rambut yang diujungnya bercabang-cabang pendek halus (hair feather); 2. Plumulae, berbentuk hampir sebagai filoplumae dengan perbedaan detail (down feathers); 3. Plumae, merupakan bulu yang sempurna (contour feather). Menurut letaknya bulu digolongkan menjadi : 1. Tectrices, yang menutupi badan. 2.

Reetrices,

yang

berpangkal

pada

ekor,

vexillumnya

simetris

karena

berfungsi

sebagai

kemudi. 3. Remiges, yang terdapat pada sayap dan dibagi atas : 

Remiges primariae yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacapalia.



Remiges secundariae yang melekatya secara cubital pada radiol ulna.

4. Parapterum, yang menutupi daerah bahu. 5. Ala spuria, sebagai bulu kecil yang menempel pada poluk (ibu jari).

Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:Filoplumae, Plumulae, Plumae, Barbae Susunan plumae terdiri dari : Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu. Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.

Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan. Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis. Gambar Struktur Bulu Burung Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile. Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang disebut sebagai bulu powder/ bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada umumnya tetapi barbulaenya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu ini belum jelas, tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya, bulu bubuk membantu mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur saat pengeraman Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan. F. SISTEM INTEGUMEN MAMALIA Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya. Mamalia memliki integumen yang terdiri dari tiga lapisan: paling luar adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. 1. Epidermis Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan vaskuler. Tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri dari atas sejumlah lapisan sel yang disusun atas dua lapis yang jelas tampak, yaitu selapis lapisan tanduk dan selapis zona germinalis, epidermis tidak berisi pembuluh darah, saluran kelenjar keringat menembus epidermis dan mendampingi rambut. Sel epidermis membatasi folikel rambut, dan di atas epidermis terdapat garis lekukan yang berjalan sesuai

dengan papil dermis di bawahnya. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam): a.

Stratum Komeum, terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

b. Stratum Lusidum, lapisan ini berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan, tidak tampak pada kulit tipis. c.

Stratum Granulosum lapisan ini ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya di tengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.

d. Stratum Spinosum, pada lapisan ini terdapat berkas-berkas filamen yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan malfigi, dan juga terdapat sel langerhans. e.

Stratum Germinativum, pada lapisan ini terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Lapisan stratum germinativum ini merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.

2. Dermis Pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, folikel rambut, kelenjar keringat, syaraf dan sel fibroblast. Fibroblast ini berfungsi menghasilkan kollagen, yang sangat penting peranannya terhadap kekenyalan dan elastisitas kulit. Selain itu pada lapisan ini juga terdapat reseptor yang berfungsi untuk merasakan sensasi raba dan nyeri.

3. Hypodermis Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam

jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.

Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut : 1. Pelindung (Proteksi) Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari. 2. Penerima rangsang Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi. 3. Pengatur panas (Termoregulasi) Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kirakira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,5 derajat Celcius. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan keringat. 4. Pengeluaran (ekskresi) Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari. 5. Penyimpanan. Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak. 6. Penyerapan terbatas

Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit (sebacea), merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya. 7. Penunjang penampilan Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan. Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi,dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya 2. Sistem integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit beserta drivat-drivatnya, seperti sisik dan kelenjar beracun 3. Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir, mencegah kulit dari kekeringan 4. Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus 5. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh 6. Mamalia memliki integumen yang terdiri dari tiga lapisan: paling luar adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis.

B. SARAN C. KRITIK

DAFTAR PUSTAKA http://lifestyle-ongky816.blogspot.com/2010/10/sistem-integumen-kulit.html http://www.docstoc.com/docs/58180799/ANATOMI-DAN-FISIOLOGI-SISTEM-INTEGUMEN(KULIT) Sistem Integumenhttp://rheno-biology.blogspot.com (diakses tanggal 29 Oktober 2014). Syaifuddin. 2012. Anatomi fisiologi untuk keperawatan dan kebidanan. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta. Syamsuri,istamar.dkk.2007.Ipa Biologi. Semarang: Erlangga

Sistem Integumen pada Reptil Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm. Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah: sikloid (cenderung datar membundar), granular (berbingkul-bingkul), dan berlunas (memiliki gigir memanjang di tengahnya, seperti lunas perahu). Perbedaan bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada berbagai bagian tubuh reptil biasa digunakan untuk mengidentifikasi spesies hewan tersebut. Integument pada Reptilia umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada calotes (bunglon) integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau

menyebar karena pengaruh yang bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum.

Related Documents

Rabu
December 2019 22
Rabu Abu.docx
May 2020 10
Mah Rabu
July 2020 8
Kompas, Rabu 28
December 2019 10
Pr, Rabu 28
December 2019 10

More Documents from ""