R-efek Samping Obat Anti Mania Pada Kehamilan-nurul Fauziyah Rahman.docx

  • Uploaded by: Nurul Fauziyah Rahman
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View R-efek Samping Obat Anti Mania Pada Kehamilan-nurul Fauziyah Rahman.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,746
  • Pages: 23
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

MARET 2019

UNIVERSITAS HASANUDDIN REFARAT: Efek Samping Obat Anti Mania Pada Kehamilan LAPORAN KASUS : Gangguan Penyesuaian ( F43.2 )

DISUSUN OLEH: Nurul Fauziyah Rahman C014182011 RESIDEN PEMBIMBING: dr. Santiwati Anda SUPERVISOR PEMBIMBING: dr. A. Suheyra Syauki M.Kes,Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama

: Nurul Fauziyah Rahman

NIM

: C014182011

Universitas

: Universitas Hasanudddin

Judul Referat

: Efek obat anti mania pada kehamilan

Laporan Kasus

: Gangguan Penyesuaian ( F43.2 )

Adalah benar telah menyelesaikan referat dan laporan kasus yang telah disetujui serta telah dibacakan dihadapan pembimbing dan supervisor dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 22 Maret 2019

Supervisor Pembimbing,

Residen Pembimbing,

dr. A. Suheyra Syauki M.Kes, Sp.KJ

2

dr. Santiwati Anda

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan

rahmat,

anugrah,

dan

karunianya

sehingga

saya

dapat

menyelesaikan referat ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. A. Suheyra Syauki M.Kes,Sp.KJ dan dr. Santiwati Anda selaku pembimbing di Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2019. Saya menyadari bahwa penulisan referat saya masih kurang sempurna untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya saya dapat memperbaiki dan menyempurnakan tulisan saya. Saya berharap agar referat yang saya tulis ini berguna bagi semua orang dan dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai sumber informasi. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Makassar, 22 Maret 2019

Penulis.

3

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..........................................................................................0 HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................1 KATA PENGANTAR ........................................................................................3 DAFTAR ISI .......................................................................................................4 BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi ................................................................................................8 2.2 Jenis Obat Antimania...........................................................................8 2.3 Efek samping Obat anti mania pada kehamilan ..................................18 BAB 3. SIMPULAN ...........................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................23 Laporan Kasus Gangguan Penyesuaian Identitas Pasien....................................................................................................25 Laporan psikiatri I.

Riwayat Penyakit ....................................................................................25

II.

Status Mental...........................................................................................31

III.

Pemeriksaan Fisik Dan Neurologis .........................................................34

IV.

Ikhtisar Penemuan Bermakna .................................................................34

V.

Evaluasi MultiAksial...............................................................................36

VI.

Daftar Masalah ........................................................................................37

VII.

Rencana Terapi........................................................................................38

VIII.

Prognosis .................................................................................................39

4

X.

Diskusi.....................................................................................................39

Daftar Pustaka (Laporan Kasus) .........................................................................43 Lampiran .............................................................................................................44

5

BAB I PENDAHULUAN Gangguan suasana perasaan (gangguan mood afektif) merupakan sekelompok penyakit yang biasanya mengarah ke depresi atau mania. Afek yang meningkat dengan peningkatan aktivitas fisik dan mental yang berlebihan serta perasaan gembira luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa yang terjadi merupakan karakteristik dari mania.Pasien dengan mood yang meninggi menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat, penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Bentuk mania yang lebih ringan disebut hipomania. Mania dan hipomania agak sulit ditemukan karena kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke dokter. Pada penderita mania sebagian besar tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dengan kondisi mental maupun perilakunya.1 Gangguan bipolar atau gangguan manik ditandai oleh periode euforia, atau iritabel yang jelas, hiperaktifitas, insomnia, banyak bicara, tidak bisa memusatkan perhatian dan harga diri yang berlebihan. Episode manik bisa disertai gambaran psikotik, misalnya : halusinasi auditorik maupun ide-ide delusi. Insidens gangguan bipolar atau gangguan manik ± 0,5 – 1,5%. Gangguan manik cenderung meningkat pada periode pascapersalinan. Gejala umum mania adalah ketidakstabilan mood dengan adanya peralihan mood yang cepat dari kemarahan dan depresi. Cara bicara mania sangat cepat, keras dan sulit dipotong.2

6

Kehamilan merupakan suatu masa dimana seorang wanita akan mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikis. Pada saat hamil perubahanperubahan ini juga dirasakan sebagai beban sesuai dengan pertumbuhan kehamilan dan puncaknya akan terjadi pada saat persalinan. Kehamilan seharusnya menjadi saat-saat yang paling membahagiakan bagi seorang Ibu. Namun terkadang, kehamilan merupakan peristiwa yang penuh dengan tekanan dan tantangan, khususnya pada kehamilan yang pertama. Kehamilan dan masa nifas merupakan sumber stresor kecemasan, terutama pada seorang ibu yang labil jiwanya. Kecemasan selama kehamilan merupakan kejadian yang tidak terelakkan dan hampir selalu menyertai kehamilan yang akhirnya dapat memicu penyakit kejiwaan.2 Menurut Practice Guideline for the Treatment of Patients with Bipolar Disorder yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association (APA), terapi farmakologi lini pertama untuk episode mania adalah litium dikombinasi dengan asam valproat dan antipsikotik. Terapi alternatif berupa pemberian karbamazepin atau oxcarbazepin. Namun, sebaiknya perlu dipikirkan pilihan pengobatan psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan,dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif rekuren.2

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas, abnormal, menetap, ekspansif, atau iritabel. Afek yang abnormal ini membuat fungsi harian pasien menjadi terganggu karena gangguan pada daya pertimbangan lingkungan Menurut PPDGJ III, episode mania merupakan suatu kesamaan karakteristik dalam afek meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental

dalam berbagai derajat

keparahan. Episode mania ditandai dengan adanya eforia yang signifikan, ekspansif, atau iritabilitas yang disertai dengan paling sedikit tiga gejala tambahan (empat, bila mood hanya iritabel), berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya bisa lebih pendek bila pasien dirawat).3,4

2.2 Jenis obat Anti Mania Antimania yang juga disebut sebagai mood modulator atau mood stabilizer merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi gejala sindrom mania dan mencegah berubah-ubahnya suasana hati pasien. Episode berubahnya mood pada umumnya tidak berhubungan dengan peristiwa peristiwa kehidupan. Gangguan biologis yang pasti belum diidentifikasi tapi diperkirakan

berhubungan

dengan

peningkatan

aktivitas

katekolamin.

Berdasarkan hipotesis, sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron khususnya pada sistem limbik.1,4

8

Sediaan obat antimania dan dosis anjuran yang beredar di Indonesia menurut MIMS edisi 13, 2013/2014 terdaftar pada Tabel 1. Penggolongan penggunaan obat anti mania dibagi menjadi dua, yaitu saat mania akut dan untuk profilaksis mania. Saat mania akut pilihan obat berupa haloperidol, carbamazepine, valproic acid, atau divalproex. Sedangkan untuk profilaksis pilihan hanya lithium carbonate.5 Tabel 1. Sediaan Obat Antimania dan Dosis Anjuran. N o

Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran

1.

Lithium Carbonate

FRIMANIA (Mersifarma)

Tab. 200 – 400 mg

250 – 500 mg/h

2.

Haloperidol

HALOPERIDOL (Indofarma)

Tab. 0,5 – 1,5 – 5 mg

5 – 20 mg/h

HALDOL (Janssen)

Tab. 0,5 – 2 – 5 mg

SERENACE (Searle)

Tab. 0,5 – 1,5 – 5 mg

TREGETOL (Novartis)

Tab. 200 mg

300 – 600 mg/h

Caplet 200 mg

2 – 3 x perhari

3.

Carbamazepin

5 mg (IM) dpt diulangi setiap ½ jam (maksimum 20 mg/h)

BAMGETOL (Mersifarma) 4.

Valprocid Acid

DEPAKENE (Abbott)

Syr. 250 mg/5ml

2 x 250 mg/h

5.

Divalproex Na

DEPAKOTE (Abbott)

Tab. 250 mg

3 x 250 mg/h

Tab. ER 500 mg

1 – 2 x 500 mg/h

9

2.2.1 Lithium Karbonat Lithium karbonat adalah jenis garam lithium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian lithium sitrat. Sejak disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1970 untuk mengatasi mania akut, lithium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar.6 A. Farmakodinamik Litium bukan merupakan suatu sedative, depresan, atau euforian, namun merupakan obat penstabil mood. Mekanism litium sebagai penstabil mood sebenarnya masih belum diketahui, walaupun banyak mekanisme kerja Li dalam tingkat seluler yang telah dideskrupsikan, Pada keadaan depresi diperkirakan litium meningkatkan aktivitas serotergenik seperti halnya obat antidepresan. Kebanyakan obat antidepresan seperti golongan trisiklik, MAO inhibator berhubungan dengan down regulation dari reseptor B. Sedangkan pada keadaan manik litium diduga bekerja dalam hal : 1. Memblokir

manifestasi

tingkah

laku

dalam

perkembangan

terhadapsupersensitifitas reseptor DA (dopamine). 2. Meningkatkan aktivitas muskaranik-koligenerik. Hal ini doobservasi oleh Janowsky dan Davis bahwa physostigmin dapat menghasilkan remisi akut pada simpton manik. 3. Litium menghamabat proses mediasi second messenger siklus AMP. 4. Litium menghambat fosfoinositol fosfat yang mengarah kepada penumpukan garam fosfat yang dapata mengakibatkan penghambatan efek neutrotransmitter.

10

Oleh karena sindrom mania dihipotesiskan disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak terhadap “dopamine receptor supersensitivity”, maka mekanisme antimania yang ditimbulkan oleh litium dihipotesiskan oleh karena efeknya dalam mengurangi “dopamine receptor supersensitivity” dan penghambatan cylic AMP dan phospoinositides.6 B. Indikasi Penggunaan Litium direkomendasikan untuk: 

Gangguan bipolar akut “yang klasik”, manik : litium adalah obat terpilih untuk stabilisasi serangan manik akut (80% pasien dapat dinormalkan), walaupun onset klinis biasanya terlambat 7-10 hari, obat tambahan mungkin diperlukan untuk mengendalikannya. Terbaik untuk gangguan bipolar “klasik”; untuk “pasien dengan siklus yang cepat” lebih baik digunakan antikonvulsan (hanya kira-kira 1/3 yang berespons terhadap Li).



Depresi akut : bipolar (baik; lebih dari 80% memberi respons, tetapi lambat bekerjanya, perlu 3-6 minggu) dan unipolar (sekitar 1/3 berespons; oleh karena itu, merupakan obat pilihan kedua). Pertimbangkan dengan baik penambahan Li untuk meningkatkan respons parsial terhadap antidepresan lain – 50% berespons (biasanya cepat; sedikit lebih dari 1 minggu).



Profilaksis jangka panjang manik pada pasien bipolar: cukup efektif untuk mencegah kekambuhan apabila diberikan bersama antikonvulsan. Hati-hati dengan toksisitas ginjal yang kronis.4

11

3. Farmakokinetik Litium cepat diserap dari traktus GI (diserap sempurna dalam 8 jam) dan menimbulkan puncak kadar plasma dalam 1-3 jam. Tidak terikat pada protein atau dimetabolisme dan diekskresi oleh ginjal. Konsentrasi di dalam CSS adalah 30-60% dari kadar plasma dan setara dengan konsentrasinya di dalam sel darah merah. Ditumpuk oleh tulang dan tiroid (4-5 kali dari kadar plasma). Litium hanya dapat digunakan dengan aman jika konsentrasi darah dimonitor hati-hati (dosis oral bukan merupakan ukuran yang memadai). Untuk mendapatkan kadar yang konsisten, ambil darah 12 jam setelah dosis terakhir (misal, berikan obat sore hari dan ambil darah sebelum makan pagi). Waktu paruh lithium adalah 18-36 jam (tercepat pada anak muda, paling lambat pada orang tua); dosis oral yang konstan memerlukan 5-8 hari untuk mencapai kadar plasma yang menetap (steady state). Sekali tercapai steady state, kadar litium proporsional dengan dosis oral harian (dan ditentukan oleh bersihan ginjal).7,8 4. Pemilihan dan Dosis Obat Pada mania akut diberikan : haloperidol (im) + tab. Lithium carbonate. Haloperidol (im) untuk mengatasi hiperaktivitas, impulsivitas, iritabilitas dengan

onset

of

action

yang

cepat

(kalau

perlu

dengan

“rapid

neuroleptization”). Lithium carbonate memiliki efek anti-mania yang baru muncul setelah penggunaan 7-10 hari. 7,8 Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis) : 7-10 hari (1-2 minggu), rentang kadar serum terapeutik = 0,8 – 1,2 mEq/L (dicapai dengan dosis sekitar 2 atau 3 x 500 mg per hari), dan kadar

12

serum toksik = diatas 1,5 mEq/L. Biasanya preparat Lithium yang digunakan adalah “Lithium Carbonate”, mulai dengan dosis 250-500 mg/h, diberikan 1-2 kali sehari, dinaikkan 250 mg/h setiap minggu, diukur serum lithium setiap minggu sampai diketahui kadar serum lithium berefek klinis terapeutik (0,8-1,2 mEq/L). Biasanya dosis efektif dan optimal berkisar 1000 – 1500 mg/h. Dipertahankan sekitar 2-3 bulan, kemudian diturunkan menjadi “dosis maintenance”, konsentrasi serum lithium yang dianjurkan untuk mencegah kekambuhan (profilaksis) berkisar antara 0,5 – 0,8 mEq/L, ini sama efektifnya bahkan lebih efektif dari kadar 0,7-1,2 mEq/L, dan juga untuk mengurangi insidensi dari efek samping dan risiko intoksikasi. 7,8 Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien dengan gangguan fisik, yang mempengaruhi fungsi ginjal. Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampel darah pada pagi hari, yaitu sebelum makan obat dosis pagi dan sekitar 12 jam setelah dosis petang (hari sebelumnya). Untuk mengurangi efek samping pada saluran makanan (mual, muntah, diare) obat lithium carbonate diberikan setelah makan. 7.8 5. Lama Pemberian Pada penggunaan untuk “sindrom mania akut”, setelah gejala-gejala mereda, lithium carbonate harus diteruskan sampai lebih dari 6 bulan, dihentikan secara gradual (tapering off) bila memang tidak ada indikasi lagi. Pada “ganggan afektif bipolar dan unipolar”, penggunaan harus diteruskan sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan Sindrom Mania/Depresi. Penggunaan jangka panjang ini sebaiknya dalam “dosis

13

minimun” dengan kadar serum lithium “ter-rendah” yang masih efektif untuk terapi profilaksis (kadar serum Lithium diukur setiap bulan). 4 6. Perhatian Khusus Sebelum dan selama penggunaan obat anti-mania lithium karbonat perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium secara periodik. Kadar serum Na dan K (Li & Na saling mempengaruhi di tubulus proximalis renalis). Kadar ini merendah pada pasien diet garam dan menggunakan diuretika. Tes fungsi ginjal (serum kreatinin). Hampir semua kadar lithium dalam darah diekskresi melalui ginjal. Tes fungsi kelenjar tiroid (serum T3 & T4). Lithium merendahkan kadar serum yodium. Pemeriksaan EKG (lithium mempengaruhi “cardiac repolarization”). Wanita hamil adalah kontraindikasi penggunaan lithium (bersifat teratogenik). Lithium dapat melalui placenta dan masuk keperedaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar tiroid. 4 2.2.2 Karbamazepin Karbamazepin adalah suatu obat iminodibenzyl yang secara struktural mirip dengan imipramine (tofranil) dan disetujui digunakan di Amerika Serikat sebagai anti epilepsi. Struktur molekul adalah serupa dengan struk trisiklik dari imipramine. Suatu antikonvulsan yang efektivitasnya tampak setara dengan litium untuk mengobati mania akut (lebih baik daripada litium untuk yang siklusnya cepat) dan depresi bipolar, dan untuk profilaksis mania. Lebih jauh lagi, mungkin berguna untuk mengobati individu dengan perilaku kekerasan tertentu. 4,6

14

1. Farmakodinamik Meningkatkan transmisi penyekat yang diperantarai GABA pada SSP. Mengurangi eksibilitas listrik membran sel dengan menyekat saluran natrium. Hal ini menyebabkan karbamazepin digunakan sebagai antiepilepsi utama, selain itu dapat juga sebagai mood modulator dan antimania. 4,6 2. Dosis Karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis 200-400 mg per hari dalam 3 atau 4 dosis dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir minggu pertama pengobatan. Bila kemajuan terapi tidak tercapai pada akhir minggu ke-2 pengobatan dan pasien tidak mempunyai efek intoleransi obat maka dosis karbamazepin dapat ditingkatkan sampai 1600 mg per hari. Dosis Anjuran untuk karbamazepin adalah 400-600 mg per hari 2-3 kali pemberian. 4,6 2.2.3 Haloperidol Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania. Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak obat diminum, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan dieksresikan melalui empedu. Eksresi haloperidol lambat melalui ginjal, kirakira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal. Pada orang normal efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol

15

memperlihatkan efek antipsikotik yang kuat dan efektif untuk mania dan skizofrenia. Efek penotiazin piperazin dan butiropenon berbeda secara kuantitatif karena butiropenon selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn over ratenya.7 1. Indikasi Haloperidol diindikasikan pada keadaan psikosis akut dan kronis, halusinasi pada skizofrenia, dan kelainan sikap dan tingkah laku pada anak.7 2. Dosis Sedian haloperidol terdapat dalam bentuk tablet : 0,5 mg, 1,5 mg dan 5 mg, serta dalam bentuk likuor (injeksi) : 2 mg/ml dan 5 mg/ml. Besarnya dosis tergantung kepada umur, keadaan fisik dan derajat kehebatan gejalanya.7 - Dosis awal bila gejala sedang : 0,5 mg – 2 mg pemberian 2-3 kali per hari. - Dosis awal bila gejala berat : 3 mg – 5 mg pemberian 2-3 kali per hari. 2.2.4 Asam Valproat Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini dengan cepat diubah menjadi bentuk asam di dalam lambung. Valproat merupakan antikonvulsan yang dapat digunakan untuk mania akut, depresi akut pada gangguan bipolar dengan kombinasi antidepresan, dan profilaksis. Dosis awal sekitar 200 mg, dua atau tiga kali sehari. Dosis dinaikkan setiap beberapa hari atau setiap minggu sebesar 200-400 mg/hari sesuai dengan respons dan efek samping. Dosis maksimum sekitar 2400 mg/hari. Dosis rumatan berkisar antara 1000 dan 2000 mg/hari. Waktu paruh adalah 12 jam atau lebih:

16

pertahankan kadar di dalam darah rata-rata 50 ng/mL (mulai dengan 250 mg bid, tetapi mungkin perlu 1.000 mg atau lebih/hari). 4,6 Pemberian valproat per oral cepat diabsorsi dan kadar maksimal serum tercapai setelah 1 sampai 3 jam. Dengan masa paruh 8-10 jam kadar dalam darah stabil setelah 48 jam terapi.. Dari suatu uji klinik terkendali, dosis valproat 1200 mg sehari, hanya menyebabkan kantuk, ataksia, dan mual selintas. Terlalu dini untuk mengatakan bahwa obat ini aman untuk digunakan karena penggunaannya masih terbatas. Sebelum penggunaan asam valproat dianjurkan untuk melakukan uji darah komplit dan pemeriksaan faal hepar. Mekanisme valproate ialah dengan mencegah pengambilan kembali GABA sehingga meningkatkan transmisi penyekat GABA. Menurunkan konsentrasi aspartat, suatu transmitter pengeksitasi. Menyekat gerbang-voltase dari saluran natrium 4,6,7 2.2.5 Natrium divalproex Obat antikonvulsan, namun juga digunakan dalam terapi mania. Di Amerika Serikat dijual dengan berbagai nama dagang seperti Depacon, Depakene, Depakote dan Depakote sprinkle. Obat ini secara kimia dibentuk oleh gabungan antara natrium valproat dan asam valproat dengan perbandingan 1 : 1. Pertama kali ditemukan pada tahun 1963 mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan pada tahun 1978 diperbolehkan digunakan di Amerika Serikat. Melalui penelitian yang dlakukan pada tahun 1995 ditemukan bahwa natrium divalproex juga efektif sebagai antimania. 7,8 1. Indikasi

17

Obat ini efektif untuk penanganan epilepsi, baik bangkitan sederhana, kompleks, absent, campuran dan tonik klonik (grand mall). Natrium divalproex ini juga digunakan untuk penanganan gangguan bipolar episode manik pada dewasa, dan mencegah sakit kepala migrain. Natrium divalproex juga merupakan alternative terapi yang penting sebagai pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan pemeliharaan untuk kasus-kasus gangguan bipolar (terutama pada pasien dengan siklus berulang), penderita dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan anxietas, atau penyakit otak organik. 8 2. Dosis Sedian natrium divalproex tersedia dalam tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg, bentuk kapsul 125 mg dan bentuk sirup 250 mg per 5 ml. Untuk penanganan mania, terapi diawali dengan dosis harian 750 mg. pada beberapa pasien dosis harus ditingkatkan sampai 1000 mg per hari. 8

2.3 Efek samping obat anti mania terhadap kehamilan 2.3.1 Lithium Karbonat Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien. Jumlah dan berat efek samping meningkat seiring dengan terjadinya perubahan cepat/peningkatan kadar Li dalam darah. Perubahan sedikit pada kadar darah (0,1- 0,2 mEq/L) dapat mengubah secara dramatis banyaknya atau beratnya efek samping. Adapun efek samping pada kehamilan yaitu : A. Litium melewati plasenta dengan bebas dan dapat mengakibatkan malformasi jantung (Anomali Ebstein dll), walaupun jarang. Wanita hamil harus menghindari litium pada kecuali risiko “kehamilan dengan gejala manik” melebihi risiko yang

18

kecil untuk terjadinya malformasi fetus. Bayinya juga berisiko menderita diabetes insipidus nefrogenik, hipoglikemia dan goiter eutiroid. B. Litium pada air susu ibu adalah 30%-100% dari kadar darah ibu, oleh

karena itu, ibu ini tidak disarankan untuk menyusui. C. Bersihan litium meningkat 50-100% saat awal kehamilan dan kembali

normal saat melahirkan; karenanya peningkatan dosis saat kehamilan harus segera diturunkan atau ibu tersebut akan mengalami toksik. Litium memiliki batas keamanan yang sangat sempit dan obat yang sangat berbahaya pada overdosis. Diberikan secara berhati-hati (atau jangan diberikan) pada pasien dengan dehidrasi, demam, kadar natrium rendah (ginjal mereabsorpsi Litium lebih banyak), atau menderita penyakit ginjal atau kardiovaskular yang berat. Pasien dengan kerusakan otak dan orang lanjut usia berisiko untuk mengalami efek samping bahkan pada kadar di dalam darah yang rendah, jadi gunakan secara berhati-hati. 7,8

2.3.2 Karbamazepin Obat ini tidak terlibat pada malformasi mayor tetapi dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan kepala janin. Dalam sebuah penelitian terhadap 133 wanita menunjukkan bahwa penggunaan obat ini (tunggal) atau kombinasi dengan fenobarbital dapat menyebabkan retardasi. Juga pernah dilaporkan dari 25 anak dari ibu yang menggunakan obat karbamazepin tunggal ditemukan 20% dengan gangguan perkembangan. Belakangan ini dilaporkan bahwa karbamazepin mengakibatkan meningkatnya kasus spina bifida sebanyak 0,5 – 1,0% . Pada ibu hamil yang mengkonsumsi carbamazepine 19

dapat mengakibatkan keabnormalan minor pada wajah dan kepala, fingernail hypoplasia, spina bifida. Orang hamil tidak boleh menggunakan carbamazepine kecuali jika sangat dibutuhkan. 7,8 2.3.3 Haloperidol Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidensi yang tinggi, terutama pada pasien usia muda. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai obat ini terbukti tidak teratogenik. Efek samping yang bisa ditimbulkan oleh haloperidol adalah Tardif diskinesia.Penelitian retrospektif menunjukkan tidak adanya hubungan antara malformasi janin dan dalam eksposur rahim sebagai haloperidol yang diberikan untuk mengobati gejala psikotik pada ibu. 9 2.3.4

Asam Valproat Penggunaan obat ini dapat mengakibatkan kelainan pada janin berupa

sindrom valproat fetus. Pernah dilaporkan terhadap 7 bayi yang dilahirkan dari ibu yang menggunakan obat ini berupa kelainan pada wajah dengan ciri-ciri: lipatan epikantus inferior, jembatan hidung yang datar, filtrum yang dangkal. Obat ini pada manusia dapat menembus plasenta secara bebas dan memberikan dosis yang lebih tinggi pada neonatus dari ibu.Asam valproat dapat menimbulkan efek teratogenik, seperti neural tube defects (misalnya spina bifida) pada wanita hamil yang menerima valproat. Asam valproat terikat

20

protein cukup tinggi sehingga kadarnya dalam ASI cukup rendah. Dengan demikian ibu yang minum asam valproat diperbolehkan menyusui bayinya. 8,10 2.3.5 Natrium Divalproex Termasuk dalam kategori D dimana ada bukti positif mengenai risiko pada janin manusia, tetapi manfaat dari penggunaan obat ini pada wanita hamil dapat diterima meskipun berisiko pada janin (misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif). Penggunaan produk valproate pada wanita hamil dengan gangguan bipolar hanya dapat diberikan jika pengobatan dengan obat gangguan bipolar lain tidak memadai dalam mengontrol gejala atau bahkan tidak dapat diterima. Produk valproate tidak boleh diberikan pada wanita usia subur, kecuali bila obat ini sangat penting untuk penanganan kondisi medis pasien tersebut. Wanita usia subur selama menggunakan produk valproate harus memakai kontrasepsi yang efektif.Wanita hamil yang sedang menggunakan valproate, tidak boleh menghentikan obat secara tiba-tiba, tetapi harus berkonsultasi dengan dokter, karena dapat menyebabkan masalah kesehatan serius dan dapat mengancam jiwa ibu atau bayinya. Masa kehamilan penggunaan valproate yang mempengaruhi penurunan IQ anak belum diketahui. 8.10

21

BAB III PENUTUP

Mania merupakan satu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas abnormal, menetap, ekspansif, atau iritabel. Afek yang abnormal ini membuat fungsi harian pasien menjadi terganggu karena gangguan pada daya mempertimbangkan lingkungan. Obat antimania biasa disebut juga mood modulators dan mood stabilizers, diantaranya adalah lithium karbonat, karbamazepin, asam valproat, haloperidol dan natrium divalproex. Haloperidol digunakan untuk mania akut, karbamazepin, asam valproat dan natrium divalproex adalah obat antiepileptik yang juga mempunyai efek anti mania, dan lithium carbonat digunakan sebagai profilaksis mania. Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Seperti halnya efek farmakologi, efek samping obat juga merupakan hasil interaksi antara molekul obat dengan sistem biologik tubuh. Pemberian obat antimania pada orang hamil perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya efek samping obat terhadap janin.

22

DAFTAR PUSTAKA 1. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJIII dan DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya: 2013. 2. Santvana,Sharma, Firuza P. Psychiatric disorder associated with pregnancy.obstet gynecol india Vol.55, No.3:2015. 3. Elvira, Sylvia D, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit FK UI: 2010. 4. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: PT Nuh Jaya: 2014. 5. Chris tanto, et al., Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media Aeskulapius: 2015 6. Maramis Willy F. Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi Kedua.Surabaya : EGC:2009. 7. Sadock BJ, Sadock Virginia Alcott. Kaplan&Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 11.New York: 2015. 8. Kay, Jerald and Tasman, Allan. England: Essentials of Psychiatry. John Willey and sons Ltd;2006. 9. Gunawan, Sulistia Gan. Famakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009. 10. Tomb David A. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC: 2004.

23

Related Documents


More Documents from "muhammad ilham abi"