Putri Puna

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Putri Puna as PDF for free.

More details

  • Words: 3,446
  • Pages: 19
A.PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi selama satu tahun. B.SEJARAH PENDAPATAN NASIONAL Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional Inggris pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar. Penghitungan pendapatan nasional Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu: •

Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.



Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).



Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan

menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara,

yaitu:

Rumah

tangga

(Consumption),

pemerintah

(Goverment),

pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X − M) Manfaat Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat perekonomian

lain,

diantaranya

nasional.

Data

untuk

pendapatan

mengetahui

dan

nasional

dapat

menelaah digunakan

struktur untuk

menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya. Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah. Faktor yang memengaruhi •

Permintaan dan penawaran agregat Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektorsektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat

menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.

Konsumsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran. •

Konsumsi dan tabungan Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.



Investasi

Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat. Rumus Menghitung PDB, PNB, PNN, Pendapatan Nasional, Individu Dan Pendapatan Dapat Dibelanjakan

Di bawah ini adalah rumus untuk menghitung secara agregat Produk Domestik Bruto / PDB, Produk Nasional Bruto / PNB, Produk Nasional Netto / PNN, Pendapatan Nasional / PN, Pendapatan Individu dan Pendapatan Yang Dapat Bibelanjakan. Semua disertai arti definisi / pengertian masing-masing istilah. A. Menghitung Produk Domestik Bruto / PDB / Produk Domestik Kotor Pengertian Produk Domestik Bruto atau PDB adalah hasil output produksi dalam suatu perekonomian dengan tidak memperhitungkan pemilik faktor produksi dan hanya menghitung total produksi dalam suatu perekonomian saja. Rumusnya adalah PDB = C + G + I + ( X - M ) atau produk domestik bruto = pengeluaran rumah tangga + pengeluaran pemerintah + pengeluaran investasi + ( ekspor - impor ) B. Menghitung Produk Nasional Bruto / PNB / Produk Nasional Kotor Pengertian Produk Nasional Bruto adalah hasil produksi dalam suatu wilayah yang telah dikurangi hasil faktor produksi yang pemiliknya bukan berasal dari dalam perekonomian serta ditambah nilai faktor produksi dari dalam perekonomian yang berada di luar daerah perekonomian. Rumus hitung PNB yaitu : Produk Nasional Bruto = PDB + hasil faktor produksi milik domestik yang ada di luar negeri - hasil output faktor produksi milik luar negeri yang ada di dalam negeri C. Menghitung Produk Nasional Neto / PNN / Produk Nasional BersiH

Pengertian Produk Nasional Netto adalah produk nasioanl yang memperhitungkan pengeluaran investasi neto dengan mengurangi investasi bruto dengan depresiasi. Rumus PNN yakni : Produk Nasional Netto = Produk Nasional Bruto - Depresiasi D. Menghitung Pendapatan Nasional / PN Pendapatan Nasioanl merupakan pendapatan yang memperhitungkan balas jasa atas faktor produksi dengan mengurangi produk nasional neto dengan pajak tidak langsung dan ditambah dengan subsidi. Rumus PN : Pendapatan Nasional = Pendapatan Nasional Neto - Pajak Tidak Langsung + Subsidi E. Pendapatan Personal / Individu / Perseorangan / PP Pengertian Pendapatan Nasional adalah hak individu yang merupakan balas jasa atas proses produksi yang dijalani. Dari keseluruhan pendapatan nasional yang ada tidak sepenuhnya milik perseorangan, karena sebagain merupakan hak dari perusahaan seperti laba ditahan, penerimaan bukan balas jasa, pembayaran asuransi sosial dan pendapatan bunga perseorangan dari pemerintah dan konsumen. Rumus PP : Pendapatan Personal = Produk Nasional Neto - Laba Ditahan - Pembayaran Asuransi Sosial - Penerimaan Bukan Balas Jasa - Pendapatan Bunga Dari Konsumen dan Pemerintah F. Pendapatan Personal Yang Dapat Dibelanjakan

Pengertian Pendapatan Personal Disposable adalah penghasilan individu dalam suatu perekonomian yang bersih dan sudah bisa dibelanjakan secara keseluruhan setelah pendapatan nasional dikurangi dengan pajak penghasilan perseorangan. Rumus pendapatan perorangan yang dapat dibelanjakan : Pendapatan personal yang dapat dibelanjakan = pendapatan personal - pajak pendapatan personal.

Pengaruh Pajak Terhadap Distribusi Pendapatan Nasional http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=83132&lokasi=lokal

Studi mengenai kemiskinan dan distribusi pendapatan di Indonesia bukanlah merupakan topik baru. Karena masalah tersebut sejak tahun 1970-an telah menjadi salah satu pusat perhatian pemerintah maupun pakar Bidang ekonomi dan sosial lainnya. Hal ini menjadi sangat penting semenjak tahun 1997 yaitu saat Indonesia mengalami krisis ekonomi. Negara Indonesia sejak era 1960-an hingga 1990-an mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan, namun mulai bergejolak tahun 1997 karena krisis ekonomi. Dalam periode 1997 hingga saat ini mulai menampakkan perekonomian yang membaik. Namun berdasarkan pengalaman negara-negara lain bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan distribusi pendapatan, telah disadari oleh negara Indonesia maka pengambil kebijakan negeri ini telah lama mengatur strategi pembangunan yang tidak melulu mengejar pertumbuhan ekonomi. Apalagi dewasa ini era reformasi yang lebih mengedepankan ekonomi kerakyatan yang tidak lain demi semakin membaiknya distribusi pendapatan atau pemerataan yang ada di Indonesia. Distribusi pendapatan yang tidak merata memang bisa berakibat tidak hanya di bidang ekonomi namun dapat memicu kesenjangan sosial dan politik. Sehingga upaya-upaya untuk mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan merupakan usaha dalam membantu memperkuat stabilitas politik. Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kesenjangan distribusi pendapatan adalah koefisien gini dan criteria Bank Dunia (BPS,1994). Koefsien gini berkisar antara nol sampai dengan satu. Semakin tinggi koefisien gini maka semakin timpang distribusi pendapatan suatu negara. Sebaliknya, semakin rendah nilai koefisien gini berarti semakin merata distribusi pendapatannya.

Kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan atas pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan terendah. Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan : (a) tinggi, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang dari 12% bagian pendapatan ; (b) sedang, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima 12% -17% bagian pendapatan; (c) rendah, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17% bagian pendapatan. Pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter merubah keadaan masyarakat sesuai yang dinginkan. Berkaitan dengan itu terjadi pengalihan transfer sumberdaya dari masyarakat yang berpendapatan tinggi kepada masyarakat yang berpendapatan rendah. Pemerintah melalui manuver kebijakan fiskal, redistribusi pendapatan diimplementasikan secara langsung melalui skema pembayaran pajak kepada pemerintah. Efek redistribusi dicari untuk melihat bagaimana perubahan terhadap distribusi pendapatan yang ditimbulkan akibat dari pajak yang telah dibayarkan oleh masyarakat apakah distribusi pendapatan semakin merata atau justru distribusi pendapatan menjadi semakin tidak merata karena pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat untuk pajak. Berdasarkan hasil analisis, efek redistribusi yang dihitung menghasilkan nilai bertanda positif sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi perbaikan distribusi pendapatan yang ditimbulkan karena adanya pajak yang dibayarkan oleh masyarakat. Sehingga hipotesis penelitian ini dapat dibuktikan kebenarannya bahwa terdapat perbedaan yang positip terhadap distribusi pendapatan sebelum dan sesudah pembayaran pajak. Berdasarkan analisis dengan kriteria yang digunakan oleh Bank Dunia dalam menentukan kesenjangan distribusi pendapatan ditimbulkan bahwa distribusi pendapatan masyarakat untuk 40% rumah tangga berpenghasilan terendah sebelum membayar pajak apabila dibandingkan dengan distribusi pendapatan masyarakat untuk 40% rumah tangga berpenghasilan terendah setelah membayar pajak terdapat kenaikan. Pada sisi lain distribusi pendapatan masyarakat untuk 20% rumah tangga berpenghasilan teratas sebelum membayar pajak apabila dibandingkan dengan distribusi pendapatan masyarakat untuk 20% rumah tangga berpenghasilan teratas setelah membayar pajak terdapat penurunan. Implikasi ekonomi terhadap basil kesimpulan penelitian ini yang melihat bahwa terdapat perbaikan distribusi pendapatan rumah tangga yang dipengaruhi oleh pajak yang mereka bayarkan adalah bahwa perlu disadari baik itu oleh pemerintah

maupun masyarakat bahwa bagi sementara masyarakat sering melihat bahwa pajak terkadang selalu memberatkan. Namun pada kenyataannya bahwa pajak yang mereka bayarkan telah mampu membantu memperbaiki distribusi pendapatan. Bagi pemerintah tentunya berupaya untuk lebih meningkatkan tingkat cakupan pajak baik itu dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak. Seperti yang diungkapkan oleh Suparmoko (2000: 238) bahwa pajak hendaknya digunakan untuk mengurangi ketidakmerataan penghasilan. Ini tidak berarti bahwa tujuan suatu perekonomian adalah memberikan penghasilan yang merata atau yang sama besarnya bagi setiap angggota masyarakat.

Kesimpulan Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi selama satu tahun. Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat perekonomian

lain, nasional.

diantaranya Data

untuk

pendapatan

mengetahui

dan

nasional

dapat

menelaah digunakan

struktur untuk

menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya. Negara Indonesia sejak era 1960-an hingga 1990-an mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan, namun mulai bergejolak tahun 1997 karena krisis ekonomi. Dalam periode 1997 hingga saat ini mulai menampakkan perekonomian yang membaik. Namun berdasarkan pengalaman negara-negara lain bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan distribusi pendapatan, telah disadari oleh negara

Indonesia maka pengambil kebijakan negeri ini telah lama mengatur strategi pembangunan yang tidak melulu mengejar pertumbuhan ekonomi.

3.1 MENGUKUR KELUARAN NASIONAL Keluaran Nasional (National Output) adalahjumlah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian . Perhitungan pendapatan nasional (national income ) menyajikan ukuran-ukuran keseluruhan / agregat nilai dasar dari seluruh barang dan jasa dalam bentuk jadi / akhir, yang diproduksi dalam perekonomian yang bersangkutan selama jangka waktu satu tahun. Ukuran-ukuran tersebut adalah produk nasional bruto ( gros national produk = GNP ), produk nasional netto ( net national produk = NNP ) dan pendapatan nasional ( national income = NI ). Dalam model sederhana tanpa adanya pemerintah dari penanaman modal / insvestasi ( yakni tanpa adanya tabungan ) nilai pasar dari barang jadi dan jasa yang diproduksi adalah sama dengan seluruh pengeluaran untuk barang dan jasa itu dan jumlah seluruh upah, sewa, bunga dan keuntungan yang diterima oleh sumber daya ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa tersebut . Tabungan ( bukan pengeluaran ( spending ) untuk konsumsi )

memungkinkan

adanya penanaman modal dalam bangunan, peralatan dan perlengkapan. Jika tabungan ditambah pada model dalam gambar 3.1, maka pengeluaran penanaman modal menjadi komponen kedua dari arus pengeluaran uang untuk barang-barang dan jasa-jasa. Penanaman modal investasi dalam bangunan, peralatan dan perlangkapan ( penanaman modal bruto ( gross invesment ) : I g ) adalah sama dengan tambahan modal ( penanaman modal netto ( nett invesment ) I n ) ditambah penggantian modal ( penyusutan : D ) atau I g = I n + D . Dengan memasukan penggantian modal dalam perhitungan nilai dari keluaran nasional, kita perlu membedakan produk nasional bruto / GNP dari produk nasional netto / nnp. Yaitu, GNP = NNP + D. Baik GNP maupun NNP mengukur keseluruhan nilai pasar dari segala barang dan jasa dalam bentuk akhir, yang diproduksi pada suatu perekonomian selama satu tahun. NNP oleh banyak orang dianggap merupahkan

ukuran yang lebih tepat karena mengabaikan penggantian modal tersebut, dan hanya mengukur arus keluaran yang tersedia untuk konsumsi dan akumulasi modal . Penambahan sector pemerintah yang memberlakukan pajak tidak langsung terhadap proses produksi, menyebabkan perlunya NNP dibedakan dari pendapatan nasional / NI ( national income ). Pendapatan nasional adalah jumlah seluruh upah, bunga, sewa dan keuntungan yang di hasilkan dari faktor-faktor produksi. NI = NNP – pajaktidak langsung. Jadi dalam suatu model dengan tabungan dan suatu sector pemerintah, maka GNP yang didekati dari sisi pengeluaran adalah sama dengan konsumsi ditambah penanaman modal bruto, ditambah belanja pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa, ditambah ekspor bersih. Yaitu : GNP = C + I g + G + Xn. Dengan pendekatan pendapatan atau biaya, maka GNP adalah sama dengan penyusutan ditambah pajak tidak langsung ditambah pendapatan nasional. Pendekatan pengeluaran(Arus Produksi (Output Approach) Pendapatan Nasioanl dihitung berdasarkan jumlah seluruh pengeluaran atau jumlah seluruh produksi pada tingkat harga pasar tertentu. GNP = C + I + G + Xn NNP = GNP – D NI

= NNP – IBT

Dimana : C

adalah Consumption dari House Hold

I

adalah Investment dari Business

G

adalah Government Expenditure

Xn

adalah Net Export (Eksport-Import), X-M

NNP

adalah Net National Product

IBT

adalah Indirect Business Tax (Pajak usaha tidak langsung)

D

adalah Depreciation (depresiasi/penyusutan)

Pendekatan ini dapat dilihat dari 2 sisi yaitu : a.

Sisi Demand, dimana keluaran nasional yang dihitung berdasarkan jumlah barang/jasa yang ditransaksikan.

b.

Sisi Supply, kelauran nasional dihitung berdasarkan Pendapatan yang diterima dari penjualan digunakan untuk membayar faktor-faktor produksi

Pendekatan penghasilan (Income approach) Pendapatan Nasional dihitung berdasarkan seluruh penghasilan masyarakat berupa Upah, pendapatan dari sewa faktor-faktor produksi, pendapatan bunga, Keuntungan

dan keuntungan usaha. Jadi

Nasional Income menurut pendekatan penghasilan adalah : NI

= W+ R+I+P

Dimana : W

adalah Wages (Upah dari sector rumah tangga)

R

adalah Rent (pendapatan sewa dari faktor-faktor produksi)

I

adalah Interest (pendapatan dari bunga)

P

adalah Profit (pendapatan dari keuntungan usaha)

Selanjutnya untuk mengetahui jumlah GNP perlu dihitung terlebih dahulu Net National Product (NNP) yaitu : NNP

= NI + IBT

GNP

= NNP + D

Personnal Income (Pendapatan Perorangan/PI) Adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima sector rumah tangga selama

satu tahun

tertentu. PI diperoleh dengan mengurangkan NI oleh : -

Keuntungan Perusahaan

-

Sumbangan kesejahteraan kepada masyarakat (program-program sosial)

Dan dengan menambahkan NI dengan : -

Deviden

-

Transfer pembayaran pemerintah dan perusahaan

-

Pendapatan Bunga dari pemerintah

Pendapatan perorangan yang dapat dibelanjakan (Dispossible Income/PId) Adalah pendapatan perorangan yang siap untuk dibelanjakan setelah dikurang dengan pajak, atau PId

= PI - t

dimana t = Personnal Taxes

Tabungan perorangan (S= saving) Adalah sisa pendapatan masyarakat setelah dikeluarkan untuk konsumsi. Atau S = PId – C – i Dimana : C = Consumption

i = Pembayaran bunga;

Pertumbuhan Ekonomi (g)

GNP1 – GNP0 g =

x 100% GNP0

Ilustrasi pertumbuhan GNP adalah seperti terlihat dalam gambar di bawah ini : Pendapatan Nasional

Pendapatan Nasional Potensial Gap Pendapatan nasional riel Periode/tahun

3.2 KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL Keseimbangan pendapatan nasioanal Pendekatan Grafis Beberapa fungsi dasar yang perlu diperhatiakan adalah : C = a + by dan S = -a + (1-b)y Dimana : C adalah jumlah konsumsi S adalah jumlah tabungan b adalah kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi setiap ada pertambahan pendapatan. y adalah pendapatan Nasional a adalah konsumsi pada saat Y = 0 a.1 Satu Sektor Keadaan dimana pendapatan Nasional sama dengan pengeluaran. Dalam ekonomi satu sector diasumsikan bahwa semua pendapatan yang diperoleh digunakan untuk membeli barang/jasa di pasar barang.

Konsumsi ( c )

Y= a + by

Pendapatan Nasional a.2 Dua Sektor Pada ekonomi dua sector pendapatan nasional

menunjukan interaksi

antara Rumah tangga konsumen dengan rumah tangga produsen. Keadaan perekonomian tidak melibatkan pemerintah atau dengan perkataan lain mekanisme ekonomi diserahkan kepada mekanisme pasar (Permintaan dan penawaran). Asumsi yang digunakan adalah tidak seluruhnya pendapatan yang diperoleh sector rumah tangga akan dibelanjakan di pasar barang, tetapi ada sisa pendapatan yang akan ditabungkan (Saving). Tabungan (saving) adalah pendapatan nasional setelah dikurangi belanja /konsumsi ( pendapatan ansional yang disimpan). Contoh Pendaptan Nasional (y) 0 100 500 900

Konsumsi (C) 125 200 500 800

Tabungan (S) -125 -100 0 100

Dimana y = C + S Pada saat : y < C berarti masyarakat mengambil tabungan/tidak memeiliki pendapatan y > C berarti masyarakat memiliki sisa pendapatan untuk ditabungkan. y = C seluruh pendapatan yang diperoleh habis digunakan untuk keperluan belanja/konsumsi.

C

Y=C AE = C Eq a y S

S

y -a Titik Eq adalah titik keseimbangan pendaptan Nasional, dimana seluruh pendapatan habis dighunakan untuk konsumsi, sehingga jumlah tabungan (S) adalah bernilai 0. Kecondongan Mengkonsumsi Marginal (Marginal Propensity to Consumme/MPC)

Adalah kenaikan pendapatan akan diikuti oleh meningkatnya konsumsi setiap satuan uang pertambahan pendapatan tersebut. Pengukuran MPC didapatkan dari membandingkan anatara pertambahan konsumsi dengan pertambahan pendapatan nasional. Atau : ∆C MPC =

∆ Y

Kecondongan Mengkonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consumme/APC)

Adalah rata-rata jumlah konsumsi pada tingkat pendapatan tertentu. APC dihitung dengan menggunakan rumus : C APC = y Kecondongan Menabung Marginal (Marginal Propensity to Save/MPS)

Adalah kenaikan

pendapatan akan diikuti oleh kecenderungan

meningkatnya tabungan setiap satuan uang pertambahan pendapatan tersebut.

Pengukuran MPS didapatkan dari membandingkan anatara pertambahan tabunga dengan pertambahan pendapatan nasional. Atau : ∆S MPS =

∆y

Kecondongan Menabung Rata-rata (Average Propensity to Saving/APS)

Adalah rata-rata jumlah tabungan pada tingkat pendapatan tertentu. APC dihitung dengan menggunakan rumus : S APS = y

Hubungan kecondongan Mengkonsumsi dan kecondongan Menabung

Bila terjadi perubahan pada pendapatan Nasional maka akan berimplikasi pada perubahan jumlah konsumsi dan perubahan jumlah tabungan sehingga : ∆y = ∆C + ∆S : y ∆y = ∆C ∆y

∆y

+ ∆S ∆y

1 = MPC + MPS buktikan : APC + APS = 1

Investasi ( I ) Definisi Investasi dapat dilihat pada 2 2 kerangka bahasan yaitu : a. Dalam kerangka sector Produsen Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan melakukan kerjasama industri dengan tujuan antara lain : menambah stock di gudang atau perluasan pabrik. b. Dalam kerangka pendapatan nasional Investasi adalah seluruh nilai pembelian pengusaha untuk mendirikan industriindustri atau pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah tinggal atau pertambahan dari keseluruhan nilai stock barang perusahaan dalam bentuk Bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Jenis-jenis Investasi: 1. Investasi bruto dan Investasi Netto Investasi dengan tujuan

pembelian barang modal untuk mendirikan

pabrik/industri atau pengeluaran masyarakat untuk tempat tinggal dan penambahan stock disebut Investasi Agregate bruto. Investasi yang merupakan pertambahan atas barang yang dikurangi penyusutan nilaia tas barnag modal disebut dengan Investasi Agregate Netto (Investasi Netto). 2. Investasi Otonom dan Investasi terpengaruh Investasi Otonom (Autonomous Investment) adalah Investasi yang dilakukan sama besarnya pada setiap tingkat pendapatan nasional.

Investasi terpengaruh (Induce Investment) adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional tertentu I

y Keseimbangan pendapatan nasional terjadai pada saat pembelanjaan aggregate (Agregate Expenditure/AE) sama dengan keseluruhan produksi (penawaran agregat) yang dilakukan oleh para produsen. Atau dapat disebutkan bahwa dalam ekonomi 2 sektor keseimbangan pendapatan nasional terjadi pada saat : 1. y = C + I atau 2.

I=S

Dalam gambar : Y=AE

AE = C+I

a+I

AE = C

a y S I Y

Apabila C + I > y

ini menunjukan suatu kondisi ekonomi yang sedang dalam keadaan

meningkat, dimana belanja

aggregate (AE) melebihi pendapatan Nasional. Apabila C + I = y

terjadi keseimbangan antara y dengan AE.

Apabila C + I < y

ini menunjukan terjadinya kelesuan ekonomi dimana kenaikan pendapatan yang diperoleh tidak diimbangi dengan kenaikan AE yang signifikan.

a. 3 Tiga Sektor Y=AE

AE = C+I+G

a+I+G

AE = C

a y S+T I+G y Lingkaran arus ekonomi tiga sector Gaji, Upah,Sewa dan Bunga Tax Produsen

Belanja Pemerintah

Tax Pemerintah

Gaji,Upah, TR

Konsumen

Konsumsi Investasi

Lembaga Keuangan

b. 4 Empat Sektor Y=AE

AE = C+I+G+(X-M)

a+I+G+(X-M) AE = C

a y S+T+M I+G+X y

Lingkaran arus kegiatan ekonomi terbuka (empat sector) :

Luar Negeri Pemerintah

Pasar Barang Rumah tangga Konsumen

Rumah tangga Produsen

Pasar tenaga Kerja

Pasar Uang

Lembaga Keuangan

Related Documents

Putri Puna
November 2019 44
Putri
June 2020 47
Flora Puna
December 2019 34
Putri
December 2019 50
Te Puna School
June 2020 22
Putri Inovasi.docx
May 2020 21