Pusing Lp 2 Konsep Nyeri.docx

  • Uploaded by: Anonymous Xa8cFCAFD
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pusing Lp 2 Konsep Nyeri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,095
  • Pages: 12
LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman 1.1 Definisi Kenyaman Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti kebutuhan akan ketentraman, kelegaan, keadaan transenden atau bebas dari masalah nyeri. Secara holistik aspek kenyamaan dapt dilihat 4 hal seperti : a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh. b. Sosial, berhubungan dengan berhubungan dengan interpersonal, keluarga dan sosial. c. Psikospiritual, adanya kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan. d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman ekternal seperti cahaya, bunyi, suhu, Gangguan kenyamanan berarti keadaan ketika klien mengalami sensasi tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya. Nyeri merupakan perasaan dan pengalaman emosional yang timbul dari kerusakan jaringan yang actual dan potensional atau gambaran adanya kerusakan.

1.2 Fisiologi Sistem Rasa Nyaman Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut : resepsi, persepsi dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral , maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.

1.3 Faktor yang Mempengaruhi Rasa Nyaman a. Usia Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anakanak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2010). b. Jenis kelamin Laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. (Potter & Perry, 2005) mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria. c. Budaya Keyakinan dan Nilai-nilai Budaya Cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Nyeri memiliki makna tersendiri pada individu dipengaruhi oleh latar belakang budayanya nyeri biasanya menghasilkan respon efektif yang diekspresikan berdasarkan latar belakang budaya yang berbeda. Ekspresi nyeri dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu tenang dan emosi pasien tenang umumnya akan diam berkenaan dengan nyeri, mereka memiliki sikap dapat menahan nyeri. Sedangkan pasien yang emosional akan berekspresi secara verbal dan akan menunjukkan tingkah laku nyeri dengan merintih dan menangis.

d. Ansietas Pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas. e. Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak adekuat. f. Keluarga dan Support Sosial Faktor Lain Respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orangorang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri. g. Pola Koping Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana

untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien. Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin tergantung pada support emosional dari anak-anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian. Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan untuk berdo’a, memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang

II.

Rencana Asuhan Keperawatan dengan Nyeri 2.1 Pengkajian Pengkajian keperawatan terhadap individu dengan nyeri termasuk deskripsi nyeri juga faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi nyeri dan respon individu terhadap strategi pereda nyeri. 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST : a. P (problem), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri, b. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat, c. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri, d. S (severity) adalah keparahan atau itensitas nyeri, e. T (Time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

2. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda vital

: Tekanan darah, nadi, pernafasan

b. Meletakkan tangan di paha, tungkai, dan paha flexi c. Expresi wajah

3. Pemeriksaan Labolatorium a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya

d. CT Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak

4. Kaji penyebab kecemasan yang dialami klien.

III.

Diagnosa 1. Nyeri Akut Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan (internasional association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atu diprediksi. Batasan karakteristik : a. Mengkomunikasikan descriptor nyeri (misalnya rasa tidak aman nyaman,

mual, keram otot) b. Menyeringai c. Rentang perhatian terbatas d. Pucat e.

Menarik diri

f.

Perubahan selera makan

g. Perubahan tekanan darah h. Perubahan frekwensi jantung i.

Perubahan frekwensi pernapasan

j.

Laporan isyarat

k. Diaforesis l.

Perilaku distraksi (mis,berjaIan mondar-mandir mencari orang lain dan atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)

m. Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis) n. Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata

berpencar atau tetap pada satu fokus meringis) o.

Sikap melindungi area nyeri

p. Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir,

penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) q. Indikasi nyeri yang dapat diamati

r. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri s. Sikap tubuh melindungi

Dilatasi pupil

t.

u. Melaporkan nyeri secara verbal v. Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan : a.

Agens cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)

b.

Agens cedera fisik (mis., apses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat, konsedur bedah, trauma, olaragah berlebihan)

c.

Agens cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agen mustard)

Tujuan : Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang Kriteria Hasil: a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Intervensi a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa Iampau g.

Bantu pasierl dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

h.

Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

i. Kurangi faktor presipitasi nyeri j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi l. Ajarkan tentang teknik non farmakologi m. Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri o. Tingkatkan istirahat p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil q. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2. Nyeri Kronis Tidak menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan sebgai suatu kerusakan (internasional association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi dan berlangsung labih dari tiga (> 3) bulan. Batasan Karakteristik : a. Anoreksia b. Bukti nyeri dengan mengunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya (mis., neonatal infant pain scale, pain assessment check list for senior with limited abilitd to comunicate) c. Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis) d. Fokus pada diri sendiri e. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya f. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis., skala Wong-Baker FACES skala analog visual, skala penilaian numerik)

g. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri (mis., McGill Paint Questionnaire, Brief Paint Infentory) h. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas (mis., anggota keluarga, pemberi asuhan) i. Perubahan pola tidur

Faktor yang Berhubungan a. Kanker metastasis b. Cedera c. Neurologi d. Arthritis

Kriteria Hasil dan Tujuan : a.

Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah

b.

Tidak ada posisi tubuh yang melindungi

c.

Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot

d.

Tidak kehilangan nafsu makan

e.

Frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan

Intervensi dan Rasional a.

Kaji keadaan umum ,PQRST ,TTV Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengetahui daerah nyeri,kualitas,kapan nyeri dirasakan,faktor

pencetus,berat ringannya

nyeri yang dirasakan b.

Bantu pasien mengidentifikasi tingkat nyeri Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri pasien

c.

Ajarkan pola istirahat/tidur yang adekuat Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri secara adekuat

d.

kolaborasi pemberian obat analgesik Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri

3.

Ansietas Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA, 2015). Batasan Karakteristik : a.

Perilaku 1) Penurunan produktivitas 2) Gerakan yang irelevan 3) Gelisah 4) Melihat sepintas 5) Insomnia 6) Kontak mata yang buruk 7) Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup 8) Agitasi 9) Mengintai 10) Tampak waspada

b.

Fisologis 1) Wajah tegang 2) Tremor tangan 3) Peningkatan keringat 4) Peningkatan ketegangan 5) Gemetar 6) Suara bergetar

c.

Simpatik 1) Anoreksia 2) Eksitasi kardiovaskular 3) Diare 4) Mulut kering

5) Wajah merah 6) Jantung berdebar – debar 7) Peningkatan tekanan darah 8) Pengingkatan denyut nadi 9) Peningkatan reflek 10) Peningkatan frekuensi pernapasan 11) Pupil melebar 12) Kesulitan bernapas 13) Vasokontriksi superfisial 14) Kedutan otot 15) Lemah

Faktor yang Berhubungan : a. Perubahan dalam status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran b. Pemajanan toksin c. Terkait keluarga d. Herediter e. Infeksi/kontaminan interpersonal f. Penularan penyakit interpersonal g. Krisis maturasi h. Krisis situasional i. Stress

Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil: a.

Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas. c.

Vital sign dalam batas normal:

d.

Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan Intervensi:

a. Dengarkan penyebab kecemasan klien dengan penuh perhatian. Rasional : Klien dapat mengungkapkan penyebab kecemasannya sehingga perawat dapat menentukan tingkat kecemasan klien dan menentukan intervensi untuk klien selanjutnya. b. Anjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien. Rasional : Menganjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien c. Berikan informasi yang tepat pada klien Rasional : informasi yang tepat dapat membantu peningkatan pengetahuan klien sehingga dapat membangun mekanisme koping klien terhadap kecemasan yang dialaminya.

Daftar Pustaka

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa

Medis

&

NANDA

NIC-NOC.

Jogjakarta: MediAction. Tarwoto,

Wartonah.

(2015). Kebutuhan

Dasar

Manusia

dan

Proses

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Potter, P.A, Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata

Related Documents

Pusing Lagi.docx
November 2019 9
Lp Konsep-keluarga.docx
November 2019 13
Lp 2
October 2019 32
Antrap Pusing Hm.docx
November 2019 4

More Documents from "FATIN HAFIZAH MOHAMMAD SUKRI"