Punyo Restu.docx

  • Uploaded by: nurulhidayah
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Punyo Restu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 11,481
  • Pages: 66
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DEWASA

OLEH : KELOMPOK 6 1. Anik Dwi Laningtyas

(010109a008)

2. Despartin

(010109a0)

3. Irma Ariani

(010109a055)

4. Ida Bagus Gde Eke Y

(010109a0)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO Jl. Gedongsongo, Candirejo – Ungaran Tahun Ajaran 2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatnya kita dapat menyusun laporan Asuhan Keperawatan . Asuhan Keperawatan ini adalah berisi mengenai tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Dewasa yang akan mempermudah dalam penyusunan laporan kasus sesuai dengan keadaan pasien. Selain itu asuhan keperawatan keluarga

ini juga digunakan sebagai acuan pencapaian target praktek

Keperawatan Keluarga. Ilmu keperawatan kini telah berkembang sangat pesat, oleh karena itu pembaca atau pembimbimng dengan rendah hati diharapkan dapat memberikan bimbingan untuk perbaikan.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

Tingkah laku seseorang dipelajari sepanjang proses kehidupannya ketika menghadapi krisis dan kecemasan akibat stressor. Menurut teori keperawatan, sehat dan sakit jiwa merupakan suatu rentangan yang sangat dinamis dari kehidupan seseorang. Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka dimana sudah memiliki tanggung jawab

serta sudah menyadari makna hidup.

Menyiapkan diri menjadi dewasa, karena menjadi dewasa adalah sebuah pilihan, maka tentunya harus direkayasa atau disiapkan. Tidak bisa dibiarkan alami. Karena memang menjadi dewasa dalam cara berpikir itu bukan kebetulan, tapi merupakan pilihan. 2. Tujuan penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. TEORI PERKEMBANGAN KELUARGA 1.1.1. pengertian perkembangan keluarga dewasa

Masa ini sering disebut adult, masa dewasa, masa dimana usia sudah berkisar ke angka di atas 21 tahun. Masa dewasa merupakan periode yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Selain itu masa dimana mempersiapkan masa depan, penentu karier dan masa usia memasuki dunia pekerjaan dan masa dunia perkarieran, masa mempersiapkan punya keturunan dan masa usia matang, masa penentuan kehidupan, dan prestasi kerja di masyarakat, masa merasa kuat dalam hal fisik, masa energik, masa kebal, masa jaya dan masa merasakan hasil perjuangan . Masa dewasa ditandai kemampuan produktif dan kemandirian. Menurut Prof. Dr. A.E Sinolungan (1997), masa dewasa dapat di bagi dalam beberapa fase yaitu: 1.

Fase dewasa awal Fase dewasa awal (20/21-24 tahun), seorang mulai bekarya dan mulai melepaskan ketergantungan kepada orang lain. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal yaitu: a.

mereka mendapat pengawasan dari orang tua

b.

mereka mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan hubungan yang intim di luar

2.

c.

mereka membentuk seperangkat nilai pribadi

d.

mereka mengembangkan rasa identitas pribadi

e.

mereka mempersiapkan untuk kehidupan kerja

Fase Dewasa tengah Fase dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap memilih teman hidup dan membangun keluarga. Dewasa tengah menggunakan energy sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan konsep diri dan citra tubuh terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan fisik. Harga diri yang tinggi, citra tubuh yang bagus dan sikap posiif terhadap perubahn fisiologis muncul jika orang dewasa mengikuti latihan fisik diet yang seimbang, tidur yang adekuat dan melakukan hygiene yang baik. a. Teori-teori tentang masa dewasa tengah 1) Teori Erikson Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia baya adalah mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain.

Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat. 2) Teori Havighurst Teori perkembangan

Havighurst telah diringkas dalam tujuh

perkembangan untuk orang dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas perkembangan tersebut meliputi: a) Pencapaian tanggung jawab social orang dewasa b) Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan c) Membantu anak-anak remaja tanggung jawab dan bahagia d) Mengembangkan aktivitas luang e) Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu f) Menerima

dan

menyesuaikan

perubahan

fisiologis

pada

usia

pertengahan g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.

b. Tahap-tahap perkembangan 1) Perkembangan fisiologis Perubahan ini umumnya terjadi antara usia 40-65 tahun. Perubahan yang paling terlihat adalah rambut beruban, kulit mulai mengerut dan pinggang membesar. Kebotakan biasanya terjadi selama masa usia pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal. Penurunan ketajaman penglihatan dan pendengaran sering terlihat pada periode ini. 2) Perkembangan kognitif Perubahan kognitif pada masa dewasa tengah jarang terjadi kecuali karena sakit atau trauma. Dewasa tengah dapat mempelajari keterampilan dan informasi baru. Beberapa dewasa tengah mengikuti

program pendidikan dan kejuruan untuk mempersiapkan diri memasuki pasar kerja atau perubahan pekerjaan. 3) Perkembangan psikosial Perubahan psikososial pada masa dewasa tengah dapat meliputi kejadian yang diharapkan, perpindahan anak dari rumah, atau peristiwa perpisahan dalam pernikahan atau kematian teman. Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang dapat mempengaruhi seluruh tingkat kesehatan dewasa. 3. Fase dewasa akhir Fase dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya produktif, suksessukses berprestasi dan puncak dalam karier. Sebagai patokan, pada masa ini dapat dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu: a. Menurunnya keadaan jasmaniah b. Perubahan susunan keluarga c. Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan baru dalam bidang pekerjaan atau perbaikan kesehatan yang lalu d. Penurunan fungsi tubuh Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya ada PPS ( Post Power Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindrom. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengawasan tugas perkembangan ini, individu mengalami PPS. Misalnya penghalangnya adalah: 1. Tingkat perkembangan yang mundur 2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan 3. Tidak ada motivasi 4. Kesehatan yang buruk 5. Cacat tubuh 6. Tingkat kecerdasan yang rendah 7. Tingkat adaptasi yang jelek

8. Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya ada PPS ( Post Power Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindrom, adanya penyakit kronis. Tingkat ketidakmampuan dan persepsi klien pada penyakit dan ketidakmampuan menentukan sampai mana perubahan gaya hidup akan terjadi. 9. Tingkat kesejahteraan Perawat mengkaji status kesehatan pada klien dewasa tengah. Pengkajian tersebut member arah untuk merencanakan asuhan keperawatan dan berguna dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan.

10. Membentuk kebiasaan sehat yang positif Kebiasaan adalah sikap atau perilaku seseorang yang biasa dilakukan. Pola perilaku ini didorong oleh seringnya pengulangan sehingga menjadi cara perilaku individu yang biasa. 1.1.2. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Dewasa Menurut Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia baya adalah mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat. Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan Masa Usia Dewasa 1.

Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis

2.

Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu

3.

Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia

4.

Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan

5.

Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa

6.

Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

7.

Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.

1.1.3. Masalah-masalah yang sering muncul pada keluarga dewasa 1.2. TEORI PROSES KEPERAWATAN KELUARGA 1.2.1. Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dan tahapan pengkajian dapat menggunakan metode: a. Wawancara keluarga b. Observasi fasislitas rumah c. Pemeriksaan fisik dari anggta keluarga dari ujung rambut ke ujung kaki. d. Data sekunder, contoh: hasil laboratorium, hasil X-ray, pap smear dan sebagainya. Hal hal yang perlu dikaji dalam keluarga meliputi : a. Data umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : 1) Nama kepala keluarga 2) Alamat dan telepon 3) Pekerjaan kepala keluarga 4) Pendidikan kepala keluarga 5) Komposisi keluarga Genogram Simbol-simbol yang biasa digunakan:

Laki-laki

Perempuan

Identifikasi klien

meninggal

Menikah

Pisah

Cerai

Cerai

6) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalahmasalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut. 7) Tipe bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan 8) Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. 9) Sttatus sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepela keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga 10) Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersamasama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun denganmenonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi. b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan ke;luarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditenrukan dengan anak tertua dari keluarga inti. Contoh : keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7 tahun dan anak ke dua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A beradapada tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah; 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembngan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber

pelayanan

kesehatanyang biasa

digunakan

keluarga

serta

pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. 4) Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami istri. c. Pengkajian lingkungan 1) Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentiikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septik tank, jarak septik tank dengan sumber air, air minum yang digunakan serta denah rumah. 2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkunagan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. 3) Mobilitas geografis keluarga Mobilitas geigrafis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Mennjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interkasinya dengan masyarakat. 5) Sistem pendukung keluarga Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalh jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau

dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. d. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga. 

Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai isi dan instruksi ?



Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka dengan jelas ?



Apakah anggota keluarga memperoleh dan memeriksakan respons dengan baik terhadap pesan ?



Apakah anggota keluarga medengar dan mengikuti pesan ?



Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga ?



Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung atau tidak langsung ?



Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) dismapaikan dalam keluarga ? (langsung atau tidak langsung)



Jenis-jenis emosi apa yang di sampaikan dalam keluarga ?



Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif atau keduanya ?



Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan penting ? (langsung atau tidak langsung)



Jenis-jenis disfunggsional komunikasi apa yang nampak dalam polapola komunikasi keluarga ?



Adakah hal-hal atau masalah dalam keluarga yang tertutup untuk didiskusikan ?

2) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan memepengaruhi otang lain untuk mengubah perilaku. 3) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. 

Struktur peran formal: posisi peran formal apa pada setiap anggota keluarga, gambarkan bagaimana setiap anggota keluarga melakukan peran-peran formal mereka. Adakah konflik peran dalam keluarga



Struktur peran informal: adakah peran-peran informal dalam keluarga, siapa yang memainkan peran-peran tersebut, berapa kali peran-peran tersebut sering dilakukan atau bagaimana peran tersebut dilaksanakan secra konsisten? Tujuan peran-peran informal yang dijalankan keluarga apa?

4) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan nor Ma yang dianut oleh keluarga yang berhubungna dengan kesehatan. e. Fungsi keluarga 1) Fungsi efektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukunga keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangtan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungandalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. 3) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanaa, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluargayang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupa keluarga didalam melaksanakan perawata kesehatan dapat dilihat dari kemampuankeluaraga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluaraga mampu mengenal maslah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melkaukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dpat meningkatkan kesehatan, danmkeluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapa dilingkungan setempat. Hal-hal yang dikaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuha tuegas perawtan keluarga adalah: a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal maslah kesehata, yang perlu dikaji adalah sejuahmana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan

gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah. b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehata yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah: 

Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah



Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga



Apakah keluarga merasa meyerah terhadap masalah yang dialami



Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan pentakit



Apakah kelurga mempunyai sikap negatif terhadap sdmasalah kesehatan



Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada



Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan



Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam megatasi masalah.

c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah : 

Sejauhmana

keluarga

mengetahui

keadaan

penyakit

(sifat,

penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara perawatannya) 

Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sikap dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.



Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

yang

diperlukan untuk perawatan. 

Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan/financial, fasilitas fisik,, psikososial)



Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.

d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang pelu dikaji adalah : 

Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki



Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan



Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygene sanitasi



Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit



Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygene sanitasi



Sejauhmana kekompakan antar anggot keluarga

e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat , hal yang perlu dikaji adalah : 

Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan



Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan



Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan



Apakah fasilitas kesehataan yang ada terjangkau oleh keluarga.

4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : a) Berapa jumlah anak b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga 5) Fungs ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: a) Sehauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga a. Fungsi pendidikan Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat sekitar. b. Fungsi religius Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. c. Fungsi rekreasi

Menjelaskan kemampuan keluarga dan kegiatan keluarga untuk melakukan rekreasi secara bersama baik di luar dan di dalam rumah, juga tentang kuantitas yang dilakukan. f. Stress dan koping keluarga 1) Stessor jangka pendek dan panjang a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kuran lebih 2 bulan b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan 2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor. 3) Strategi koping yang digunakan Strategi

koping

apa

yang

digunakan

keluarga

bila

menghadapi

permasalahan. 4) Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. g. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. h. Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. 1.2.2. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggng adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur

keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. a. Perumusan diagnosa keperawatan Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada sasaran idividu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign). Tipologi dari diagnosis keperawatan: 1. Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan) Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dn gejala dari gangguan kesehatan.

Contoh: 

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak N), keluarga bapak Y “berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan mobilisasi”.



Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu Y) keluarga Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak (rematik).



Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran sebagai suami.

2. Risiko (ancaman kesehatan) Sudah ada data yang namun belum terjadi gangguan, misalnya : lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat. Contoh: 

Risiko

terjadi

konflik

pada

bapak

I

berhubungan

dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi 

Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N) keluarga bapak Y berhubungan dengan dengan ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi terhadap balita



Risiko gangguan pergerakan pada lansia (Ibu Y) keluarga Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak

3. Potensial (keadaan sejahtera/”wellness”) Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Contoh: 

Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga Bapak K.



Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi keluarga Bapak X.



Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga Bapak I.

Daignosa yang sering muncul dalam asuhan keperawatan kelurga menurut NANDA: a. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan 1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah Adalah suatu kondisi dimana keluarga mengalami atau berisiko mengalami kesulitan mempertahankan kebersihan dan menjaga lingkungan rumah 2) Risiko cedera Suatu kondisi dimana keluarga mempunyai resiko yang merugikan yang disebabkan kurangnya kesadaran terhadap bahaya lingkungan atau usia maturasi. 3) Resiko infeksi Kondisi dimana keluarga beresiko menularkan agen-agen patogen ke anggota yang lain. b. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi 1) Komunikasi keluarga disfungsional Keadaan dimana keluarga mengalami atau beresiko terhadap penurunan untuk mengirim atau menerima pesan. c. Diagnosa keperawatan keluarga pada maslah struktur peran 1) Berduka dan diantisipasi 2) Berduka disfungsional 3) Isolasi sosial 4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit terhadap keluarga) 5) Proses keluarga terhenti

6) Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/bayi/anak 7) Resiko ketegangan peran pemberi perawatan 8) Penampilan peran tidak efektif d. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial 1) Perubahan perkembangan 2) Kurang pengetahuan 3) Isolassi sosial 4) Kerusakan interaksi sosial 5) Resiko kekerasan terhadap orang lain 6) Resiko kekerasan terhadap diri 7) Konflik peran orang tua e. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan 1) Manajemen regimenterapeutik keluarg tidak efektif 2) Kerusakan pemeliharaan rumah 3) Perilaku mencari kesehatan 4) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif f. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping 1) Koping keluarga melemah 2) Kesiapan dalam peningkatan koping keluarga 3) Koping keluarga cacat 4) Resiko berduka disfungsional 1.2.3. Perencanaan keperawatan keluarga Apabila masalah kesehatan ataupun masalah keperawatan telah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana keperawatan sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana keperawatan keluarga adalah merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk dilsksankan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah keshatan/ maslah keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta penyeleaian masalah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengenbangkan keperawatan kluarga : 1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang menyeluruh tentang masalahatau situasi keluarga. 2) Rencana yang baik harus realistik, artinya dapat dilaksanakandan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.

3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah tersebut tidak memungkinkan pemberian pelayanan cuma-Cuma maka perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam menyususn perencanaan 4) Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa perawat perawat bekerja bersama keluarga bukan untuk keluarga. 5) Sebaiknya rencana keperawatan dibuat secara tertulis hal ini selain berguna untuk perawat juga berguna untuk anggota tim kesehatan lainnya, khususnya dalam mengingat perencanaan yang telah disusun untuk keluarga tersebut. Disamping itu juga dapat membantu dalam mengevaluasi perkembangan masalah keluarga. Langkah-langkah dalam menembangkan rencana keperawatan keluarga: 1. Menentukan sasaran atau goal Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya. Jika keluarga mengerti dan menerima sasaran yang telah ditentukan diharapkan mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam mencapai sasaran tersebut. Contoh: setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota kelaurga yang menderita hipertensi 2. Menetukan tujuan atau objektif Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah : spesifik, dapat di ukur, dapat dicapai, realistik dan ada batasan waktu. Contoh: seteleh dilakukan tindakan keperawatan diharapkan anggota keluarga yang sakit hipertensi mengerti tentang cara pencegahan dan pengobatan hipertensi dan tekanan darah : 120/80 mmHg. 3. Menetukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan Dalam menilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepeda sifat masalahdan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah. Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau mnghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan. Perawat dapat melekukan tindakan keperawatan dalam rangka

menstimulasi kesadaran dan penerimaanterhadap masalah atau kebutuhan keesehatan keluarga dengan jalan : a) Memperluas

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp.Mj DENGAN ANGGOTA KELUARGA(Bp. Mj) MENDERITA ASAM URAT

1.1. PENGAKJIAN, Seni 23 April 2012 a. Data Umum 1.

Nama Kepala Keluarga

: Bp.Mj

No

2.

Jenis kelamin

3.

Umur

: 43 tahun

4.

Alamat

: Mijen, Ungaran

5.

Pekerjaan Kepala Keluarga : Tani

6.

Pendidikan Kepala Keluarga: SD

7.

Agama

: Islam

8.

Suku bangsa

: Jawa

9.

Komposisi keluarga Nama

JK

: Laki-laki

Hub dgn Umur

Pendidikan

Agama

Pekerjaan

SD

islam

Ibu

KK 1.

Ny. R

P

Istri

41 th

tangga 2.

An. N

P

Anak

26 th

SMA

Islam

Swasta

3.

An. P

L

Anak

23 th

SMA

Islam

Swasta

10. Genogram

Rumah

Keterangan:

Laki-laki

Perempuan

Klien sakit

Meninggal

Menikah

Pisah Tinggal serumah

11. Tipe keluarga: Nuclear Family 12. Status sosial ekonomi keluarga: Cukup 13. Aktifitas rekreasi keluarga: Keluarga jarang pergi ketempat-tempat rekreasi, terutama Bp. Mj, karena kondisi kesehatannya.

untuk melepaskan pikiran yang suntuk

biasanya dengan mendengarkan radio.

b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga 1.

Tahap perkembangan keluarga saat ini: Keluarga dengan anak dewasa, karena anak tertua berusia 26 tahun.

2.

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Kedua anak Bp. Mj belum menikah.

3.

Riwayat keluarga inti: Bp. Mj menderita asam urat sudah lama (sekitar lebih dari 10 tahun). Saat ini kondisi sudah lebih baik, tetapi jika digunakan untuk

beraktivitas berlebihan kaki masih terasa nyeri . Istri Bp. Mj menderita sakit Ginjal dan sekitar 5 bulan yang lalu meninggal. Kedua anak Bp.Mj dalam kondisi sehat. 4.

Riwayat keluarga sebelumnya: Kakak laki-laki Bp.Mj menderita asma. Sedangkan riwayat penyakit keturunan maupun penyakit kronis yang lain seperti Jantung, DM dan hipertensi tidak ditemukan.

c. Lingkungan 1. Karakteristik rumah : a. Denah rumah : Sumur Ruang belakang Dapur Kamar tidur Ruang tamu

kamar tidur

d. Keadaan lingkungan dalam rumah Rumah keluarga Bp.Mj merupakan rumah permanen dengan status kepemilikan pribadi. Dinding terbuat dari tembok dengan lantai semen. Ruang Tamu Rgadalah kosonglistrik. Kondisi rumah rapi dan bersih. Penerangan yang digunakan (bekas warung)

c. Keadaan lingkungan di luar rumah

Halaman rumah cukup luas, ditanami pohon pisang. Untuk Sumber air bersih dan air minum keluarga memiliki sumur gali yang digunakan bersama-sama dengan keluarga kakaknya yang tinggal disebelah rumah Bp. Mj. Air bekas mandi dan cucian hanya disalurkan ke pekarangan di belakang rumah dan terbuka. Untuk pengelolaan sampah rumah tangga keluarga membuat lubang sampah terbuka dan jika sudah penuh sampah dibakar.

2.

Karakteristik tetangga dan komunitas: Jarak antar rumah saling dekat masingmasing halaman tidak dipagar. Antar tetangga saling toleransi dan mengenal satu sama lain.

3.

Mobilitas geografis keluarga: Keluarga tinsggal menetap dirumah, tidak berpindahpindah.

4.

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat: Keluarga tidak memiliki acara khusus pertemuan keluarga yang rutin tetapi hanya sewaktu-sewaktu jika ada acara di salah satu keluarga, atau saat lebaran.

5.

Sistem pendukung keluarga: Saat ini anggota keluarga yang lain( An.P dan An.n) dalam keadaan sehat, sehingga bisa merawat Bp.Mj dan bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

e.

Struktur Keluarga 1.

Pola komunikasi keluarga: Menurut Bp.Mj, Komunikasi dalam keluarganya lancar tidak ada hambatan. Mereka terbiasa saling berkomunikasi secara terbuka, terutama bila sedang berkumpul. Bahasa yang dipergunakan sehari-hari adalah bahasa jawa.

2.

Struktur kekuatan keluarga: Sebagai kepala keluarga, pengambilan keputusan dipegang

oleh

Bp.Mj.

tetapi

mengingat

kondisi

kesehatannya,

Bp.Mj

mempercayakan segala sesuatu kepada anaknya, termasuk juga hal-hal yang terkait dengan hubungan kemasyarakatan. kedudukan masing-masing anggota keluarga seimbang, tidak ada yang mendominasi atau mempengaruhi. 3.

Struktur peran (formal dan informal): Kepala keluarga tetap dipegang oleh Bp.Mj, tetapi sebagai pencari nafkah digantikan oleh anak laki-laki Bp.Mj. Tugas rumah tangga dikerjakan oleh An. N. Selain sudah tua, kondisi kesehatan Bp. Mj tidak memungkinkan lagi untuk bekerja.

4.

Nilai dan norma keluarga: Nilai/norma yang dianut adalah nilai dan norma suku Jawa, tidak ada norma-norma khusus yang berlaku di keluarga dan tidak ada norma yang bertentangan dengan kesehatan.

f.

Fungsi Keluarga 1. Fungsi biologis keluarga: a. Kebersihan perorangan

Keluarga memiliki kebiasaan mandi 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali, sikat gigi 2 kali sehari. b. Pola makan dan minum Keluarga biasa makan 3 kali sehari dengan makanan beraneka ragam. Bp.Mj menghindari jenis makanan yang menyebabkan penyakitnya kambuh, seperrti daun so, emping dan mlinjo, juga menghindari makan lele, karena jika makan lele Bp.Mj merasakan kakinya nyeri-nyeri. Jarang minum susu. c. Bp. Mj terbiasa istirahat lebih awal, dibandingkan anak-anaknya yaitu, dari pukul 20.00 sampai dengan pukul 4.30 pagi, sedangkan An.p biasanya tiduur arut malam sekitar pukul 22.00 WIB, apalagi jika mendapat dinas sore dan pulang kerumah sudah malam.

2. Fungsi psikologis keluarga: a. Keadaan emosi Hubungan antar anggota keluarga baik dan cukup harmonis. Kedua anak Bp.Mj sangat menyayanggi Bapaknya, mengingat mereka hanya tinggal memiliki Bp.Mj. Selama ini tidak ada masalah yang menyebabkan hubungan antar anggota keluarga menjadi renggang. Keadaan emosi semua anggota keluarga stabil. b. Pengambilan keputusan Dalam pengambilan keputusan dibicarakan bersama, biasanya Bp. Mj lebih menurut apa yang menjadi pendapat anak-anaknya. c. Mencari pelayanan kesehatan Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga berobat ke Puskesmas atau Dokter praktek tetapi disamping itu juga terbiasanya minum jamu-jamuan jawa/ramuan tradisional, dalam upaya pencarian pengobatan tradisional ini Bp. Mj dibantu oleh kakaknya yang tinggal disebelah rumah. 3. Fungsi sosial keluarga:

Hubungan dalam keluarga baik, hubungan dengan orang lain baik, Keluarga Bp.Mj juga selalu aktif mengikuti kegiatan di masyarakat, seperti kerjabakti, ronda dll. Tetapi tugas-tugas tersebut digantikan oleh An.P. 4. Fungsi spiritual: a.

Ketaatan beribadah: Keluarga Bp.Mj taat dalam menjalankan ibadah.

b.

Keyakinan kesehatan: Keluarga Bp Mj yakin bahwa kesehatan adalah nikmat dari Tuhan dan merupakan hal yang sangat penting agar aktivitas sehari-hari dapat berjalan lancar.

5. Fungsi kultural: a.

Pengambilan keputusan: Dalam pengambilan keputusan berdasar musyawarah, tidak berdasarkan pada adat tertentu.

b.

Adat yang berpengaruh terhadap kesehatan: Dalam keluarga Bp Mj tidak ada adat yang mempengaruhi serta tidak ada hal yang dianggap tabu dalam masalah kesehatan.

6. Fungsi ekonomi: Sumber penghasilan keluarga adalah dari kerja An.P dan An.N, karena mereka belum menikah maka uang gaji digunakan untuk membantu kebutuhan hidup sehari-hari. Dahulu sewaktu ibu masih ada, ibu berdagang warung kecil-kecilan, tetapi sekarang warung tersebut diteruskan oleh keluarga kakak Bp.Mj. 8. Fungsi perawatan kesehatan: a. Kemampuan keluarga mengenal masalah Keluarga sudah mengetahui jika Bp.Mj menderita Asam urat dan sudah mengupayakan berbagai macam usaha pengobatan tetapi belum mengetahui tentang bagaimana perawatan dan pencegahan agar tidak semakin parah. b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan Keluarga merasakan adanya masalah kesehatan dan menyadari jika penyakit asam urat sangat dipengaruhi oleh pola makanan sehari-hari, oleh karena itu keluarga berusaha untuk menghindari jenis makanan yang dipantang. Jika

merasakan gejala-gejala yang cukup serius keluarga segera membawa Bp. Mj ke Dokter untuk periksa. c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit An.P dan An.n sangat telaten merawat ayahnya, jika mendapat masukan baik dari tetangga ataupun dari saudara-saudaranya, segera dipraktekkan untuk perbaikan kondisi Bp.Mj. Keluarga juga melarang Bp.Mj untuk bekerja lagi. d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah Keluarga memahami bahwa kebersihan rumah penting untuk kesehatan. Rumah tampak rapi dan bersih. Tidak ada sampah berserakan. e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan Keluarga selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas atau langsung ke Dokter praktek. Tidak ada pengalaman yang kurang baik dengan petugas kesehatan.

g.

Stres Dan Koping Keluarga 1.

Stresor jangka pendek dan jangka panjang: Bp.Mj merasa kondisinya saat ini membebani kedua anaknya, padahal saat ini mereka seharusnya bisa memikirkan diri mereka dan hasil kerjanya untuk kebutuhan-kebutuhan mereka. Tetapi Bp.Mj sangat bersyukur memiliki anak yang sangat menyayanginya.

2.

Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor: Menurut Bp.Mj, masalah yang terjadi sudah menjadi kehendak Tuhan. Keluarga sudah terbiasa dengan kehidupan yang penuh cobaan sehingga mudah beradaptasi jika mendapat masalah.

3.

Strategi koping yang digunakan: Jika ada masalah dihadapi bersama-sama, berusaha untuk diselesaikan dengan berbagai usaha dan apapun akhirnya diserahkan kepada Allah yang Maha Berkehendak.

h. Pemeriksaan Fisik Bp.Mj : KU baik, Postur tubuh kurus, tinggi. Berat Badan : 45 Kg, TB: 166 cm Tekanan darah : 130/80 mmHg, Nadi : 96x/mnt, Respirasi : 20x/mnt.

Konjuctiva tak tampak anemis, Gerak reflek :positif Paru-paru: suara paru bersih, rreguler, tidak ada ronchi, Persendian kaki tampak mengkilap dan kemerahan, tidak membengkak. i. Harapan Keluarga 1.

Persepsi keluarga terhadap masalah Bp.Mj mengatakan bahwa masalah dalam kehidupan adalah hal yang lumrah, dan sudah menjadi kehendak dari Tuhan. Sebagai manusia diberi kemampuan untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapi.

2.

Harapan Keluarga terhadap Masalah Keluarga mengharapkan agar kondisi kesehatan Bp.Mj semakin membaik, meskipun tidak bisa sembuh total karena keluarga menyadari penyakit Bp.Mj memang sudah kronis dan keluarga juga sangat mengharapkan tenaga kesehatan yang saat ini berkunjung ke rumah bisa memberikan pengetahuanpengetahuan atau informasi kesehatan yang bermanfaat untuk meningkatkan status kesehatan keluarga.

Skala Prioritas Masalah a. Nyeri Kronis pada Bp. Mj b.d ketidakmampuan keluarga melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit No Kriteria 1. Sifat masalah : aktual

Hitungan 3/3 x 1

2.

Kemungkinan masalah dapat diubah: mudah

2/2 x 2

3.

Potensi masalah untuk dicegah: cukup

2/3 x 1

4.

Menonjolnya masalah: masalah berat harus segera ditangani

2/2 x 1

Jumlah

Skor Pemberian 1 Saat ini Bp. Mj masih sering merasakan nyeri, terutama kalau malam hari atau setelah beraktivitas. meskipun tidak separah dahulu 2 Dana ada, ada tindakan untuk mengatasi, fasilitas ada, pengetahuan keluarga cukup 2/3 Masalah sudah lama, ada upaya-upaya yang telah dilakukan, tidak ada kelompok high risk. 1 Bp. Mj menyatakan nyeri yang dirasakan sangat mengganggu dan ingin diberi tahu bagaimana cara mengatasi. 4 2/3

b. Kurang Pengetahuan tentang perawatan penyakit pada keluarga Bp. Mj b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (penyakit asam urat) No

Kriteria

Hitungan

Skor

Pemberian

1.

Sifat masalah : aktual

3/3 x 1

1

2.

Kemungkinan masalah dapat diubah: mudah

2/2 x 2

2

3.

Potensi masalah untuk dicegah: cukup

2/3 x 1

2/3

4.

Menonjolnya masalah: masalah berat harus segera ditangani

1/2 x 1

1/2

Jumlah

Saat ini Keluarga belum mengetahui bagaiman perawatan yang benar bagi penderita asam urat. Dana ada, ada tindakan untuk mengatasi, fasilitas ada, pengetahuan keluarga cukup, keluarga sangat tertarik dengan infformasiinformasi kesehatan Masalah sudah lama, ada upaya-upaya yang telah dilakukan Keluarga belum mengetahui cara perawatan yang benar tetapi selama sudah berusaha merawat sesuai dengan saran-saran yang diberikan saudara dan para tetangga.

4 1/6

1.2. Diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah 1. Nyeri Kronis pada Bp. Mj Keluarga Bp. Mj b.d ketidakmampuan keluarga melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit 2. Kurang Pengetahuan tentang perawatan penyakit pada keluarga Bp. Mj b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (penyakit asam urat)

DAFTAR PUSTAKA Carpenito,

L

J.1997.Nursing

Diagnosis:

Aplication

to

Clinical

Practice.

Philadelphia:Lippincott Hurlock,

E

B.1980.Psikologi

Perkembangan:

Suatu

Pendekatan

Kehidupan.Jakarta:Erlangga Marilyn M. Friedman1998.Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik.Jakart:EGC

Sepanjang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DEWASA

Disusun Oleh : Kelas Transfer IA

AKBAR DWI NUGRAHA - 2014727002 EDI SUSMANTO - 2014727015 HASMI RATNA UDAWATI - 2014727021 IMELDA SANDI - 2014727026 RETNO DEWI PALUPI - 2014727050

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Sistem Muskuloskeletal.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dosen pembimbing kami yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat diselaikan dengan lancar sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik..

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................. 33 DAFTAR ISI............................................................................................................................................. 35 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 36 A.

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 36

B.

TUJUAN PENULISAN .................................................................................................................. 37

C.

METODE PENULISAN ................................................................................................................. 37

BAB II KONSEP KELUARGA .................................................................................................................... 38 A.

PENGERTIAN ............................................................................................................................. 38

B.

TIPE KELUARGA ......................................................................................................................... 39

C.

FUNGSI KELUARGA .................................................................................................................... 42

D.

DIMENSI STRUKTUR KELUARGA ................................................................................................ 43

E.

PERAN PERAWAT KELUARGA .................................................................................................... 45

F.

TINGKAT PENCEGAHAN ............................................................................................................ 46

BAB III KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA .......................................................................... 48 A.

KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA ........................................................................................ 48

B.

TUGAS PERKEMBANGAN .......................................................................................................... 49

C.

PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA .......................................................................... 51

D.

PERTIMBANGAN KESEHATAN ................................................................................................... 51

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................................... 55 A.

PENGKAJIAN .............................................................................................................................. 55

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................................................... 58

C.

INTERVENSI KEPERAWATAN ..................................................................................................... 59

BAB V PENUTUP .................................................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 65

BAB I PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah setiap individu merupakan bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya dan perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya. Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka. Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi atau keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan keluarga dewasa dimana orang tuanya akan merasa banyak kehilangan karena perginya anak-anak dari rumah. Pada keluarga ini juga terdapat berbagai masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri.

Dan perawat sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan kepada keluarga. Dari data yang sudah kami sajikan tentang keluarga pada dewasa pertengahan, maka disini kelompok tertarik untuk membahas lebih spesifik tentang konsep dan asuhan keperawatan keluarga pada dewasa pertengahan , agar dapat memenuhi kebutuhan akan informasi yang mengenai kesejahteraan hidup dan khususnya kesehatan, yang nantinya akan kami bahas secara rinci dan mendalam pada bab selanjutnya.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dewasa pertengahan. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar keluarga. b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga dewasa. c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga dewasa.

C. METODE PENULISAN Dalam pembuatan makalah ini tim penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, diskusi kelompok, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.

BAB II KONSEP KELUARGA

A. PENGERTIAN Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004). Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu ( Illis, 2004 ). Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluraga. Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga bukan sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa individual. Keluarga memiliki keragaman seperti anggota individunya dan klien memiliki nilai – nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai keluarga atau jaringan individu yang mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa melihat adanya hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202). Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas : 1. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. 3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak perempuan, saudara dan saudari. 4. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

B. TIPE KELUARGA Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004). Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut : 1. Tipe keluarga tradisional a. Keluarga Inti (The nuclear family) Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat). b. Keluarga Dyad Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. c. Single Parent Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. d. Single adult living alone Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri. e. The childless Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.

f. Keluarga Besar (The extended family) Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain. g. Commuter family Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau hari libur saja. h. Multi generation Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1 rumah. i. Kin-network family Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama. j. Blended family Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya. k. Keluarga usila Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri. 2. Tipe keluarga non tradisional a. Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage mother). Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari hubungan tanpa nikah. b. The step parents family Keluarga dengan orang tua tiri. c. Commune family Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang menggunakan fasilitas secara bersama.

d. The nonmarrital hetero seksual cohabiting family Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah. e. Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family) Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah sebagaimana pasangan suami istri. f. Cohabitating couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu. g. Groupmarriage family Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu termasuk seks dan membesarkan anak. h. Group nertwork family Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak. i. Foster family Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara. j. Home less family Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental. k. Gang Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

C. FUNGSI KELUARGA Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu : 1. Fungsi afektif Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga. Dengan demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah : a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan maningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar memberi hubungan dengan orang lain diliat keluarga atau masyarakat. b. Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai. c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kabahagian keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah kelurga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi. 2. Fungsi sosialisasi Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai

melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluaarga.

3. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. 4. Fungsi ekonomi Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya. 5. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : a. Mengenal masalah. b. Membuat keputusan tindakan yang tepat. c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

D. DIMENSI STRUKTUR KELUARGA Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas: 1. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi:

a. Bersifat terbuka dan jujur. b. Selalu menyelesaikan konflik keluraga. c. Berfikir positif. d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi: a. Karakteristik pengirim: 1) Yakin dalam mengemukakan pendapat. 2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas. 3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik. b. Karakteristik penerima : 1) Siap mendengar. 2) Memberikan umpan balik. 3) Melakukan validasi. 2. Struktur peran Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri atau anak. 3. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah prilaku seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan antara lain : a. Legitimate power/authority : Hak untuk mengatur seperti orang tua pada anak. b. Referent power : Seseorang yang ditiru. c. Reword power : Pendapat ahli. d. Coercive power : Dipaksakan sesuai keinginan. e. Informational power : Pengaruh melalui persuasi. f. Affectif power : Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih. 4. Nilai –nilai dalam keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, memepersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga

merupakan suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyrakat bardasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

E. PERAN PERAWAT KELUARGA Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004). Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno, 2004) : 1. Pendidik Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar : a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri. b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

2. Koordinator Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komperhensif dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan. 3. Pelaksanaan Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan. 4. Pengawas kesehatan Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga 5. Konsultan Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dan klien

harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara terbuka dapat dipercaya.

6. Kolaborasi Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal. 7. Fasilisator Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat. 8. Penemu kasus Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah. 9. Modifikasi lingkungan Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.

F. TINGKAT PENCEGAHAN Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut sebagai tingkat pencegahan, yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan tersebut mencakup seluruh spektrum kesehatan dan penyakit, juga tujuan-tujuan yang sesuai untuk masing-masing tingkat. Leavell dkk. (1965, dalam Friedman, 1998). Ketiga tingkatan tersebut adalah adalah : a. Pencegahan primer yang meliputi peningkatan kesehatan ddan tindakan preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari penyakit dan cedera. b. Pencegahan sekunder yang terdiri dari atas deteksi dini, diagnosa, dan pengobatan.

c. Pencegahan tertier, yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, dirancang untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan memaksimalkan tingkat fungsinya. Ketiga tingkat pencegahan itu, merupakan tujuan dari keperawatan keluarga. Tujuan tujuan tersebut terdiri atas peningkatan, pemeliharaan, pemulihan terhadap kesehatan (Hanson, 1987 dalam Friedman, 1998). Peningkatan kesehatan merupakan pokok terpenting dari keperawatan keluarga. Akan tetapi, sudah tentu, pendeteksian secara dini, diagnosa dan pengobatan merupakan tujuan penting pula. Pencegahan tertier atau rehabilitasi dan pemulihan kesehatan secara khusus menjadi tujuan yang penting bagi keperawatan keluarga saat ini, mengingat perkembangan keperawatan kesehatan dirumah dan pravelensi penyakit – penyakit kronis, serta ketidakberdayaan dikalangan lanjut usia yang populasinya semakin meningkat dan cepat (Friedman, 1998)

BAB III KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA

A. KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase usia dewasa awal sebagai berikut: 1. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa. 2. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif untuk memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan memiliki peran baru sebagai orang tua. 3. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-masalah baru yang berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya masalah pernikahan. 4. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang memiliki peluang terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu seseorang berada pada wilayah baru dengan harapan-harapan baru, dan kondisi lingkungan serta permasalahan baru. 5. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu, hubungan dengan kelompok teman sebaya semakin renggang. 6. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan pola hidup baru, dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat komitmen-komitmen baru dalam kehidupan. 7. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan kemandirian, ternyata masih banyak orang dewasa awal yang tergantung pada pihak lain.

8. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota kelompok orang dewasa. 9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru. 10. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.

B. TUGAS PERKEMBANGAN Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia berkembang maka akan terjadi perubahan-perubahan yakni perkembangan-perkembagan yang dialami oleh individu tersebut. Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan berpikir, motif-motif masyarakat.

dan

kehidupan

afeksi,

hubungan

sosial

serta

integrasi

Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang bekurang harapan

hidupnyadisebut proses menjadi tua. Proses ini merupakan sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi orang itu sendiri, yaitu regulasi diri sendiri. Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi, yaitu sebagai proses perubahan yang dinamis pada masa dewasa berjalan bersama keadaan menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga macam perubahan, yaitu dalam tubuh orang yang menjadi tua, dalam kedudukan sosial, dan dalam pengalaman batinnya. Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus terkait pada usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses penuaan berbeda-beda pada orang yang satu dengan orang yang lain. Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa, begitu pula dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat mengenai orang lanjut usia tidak diwarnai oelh gambaran citra yang negatif seperti yang ada pada masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks. 2006. 323-324) Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa : 1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup

Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukakn hubungan seksual denga lawan jenisnya, asalkan memnuhi persyaratan yang sah (perkawinan yang resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biolohid tersebut mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai persyaratan pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda. 2. Membina kehidupan rumah tangga Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, danmengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. 3. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya, mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, sertamemberi jaminan masa depan keuangan yang baik. 4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-syarat untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di masyarakat

C. PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses. Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual. Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain: 

Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga



Nasehat untuk hidup mandiri



Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

D. PERTIMBANGAN KESEHATAN Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir. Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap penyakit kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia keturunan ( Price dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis pada usus halus lebih umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga meningkat pada masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak klien infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993) 1. Masalah Fisiologis a. Faktor Resiko Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori sebagai berikut ; 

Kematian dan Cedera karena kekerasan

Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas pada populasi dewasa awal. Kematian dan cedera dapat terjadi karena serangan fisik, kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan lain dan usaha bunuh diri. Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan yang mengakibatkan cedera atau kematian, yaitu : 

Kemiskinan



Keretakan keluarga



Penganiayaan



Pengabaian anak

Penting sekali bila seseorang perawat melakukan pengkajian psikososial secara keseluruhan termasuk faktor seperti : pola perilaku, riwayat penganiayaan fisik dan peyalahgunaan zat, pendidikan, riwayat pekerjaan dan system pendukung sosial untuk mengetahui faktor risiko terhadap kekerasan personal dan lingkungan. 

Penyalahgunaan Zat Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak langsung berperan terhadap mortalitas dan morbilitas pada dewasa awal. Intoksikasi pada dewasa awal dapat menyebabkan cedera berat dalam kecelakaan kedaraan bermotor yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan permanen. Penyalahgunan pada obat stimulan dan depresan yang (“upper”) dapat menekan system kardiovaskuler dan persyarafan yang dapat meluas sehingga menyebabkan kematian. Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya pada tahap awal. Informasi yang penting mungkin diperoleh dengan membuat pertanyaan yang spesifik tentang masalah medis di masa lalu, perubahan masukan makanan, pola tidur atau masalah labilitas emosi. Laporan penangkapan karena mengemudi saat intoksikasi, penganiayaan istri dan anak atau perilaku yang melanggar peraturan untuk memeriksa kemungkinan penyalahgunaan obat secara cermat (Winger, Hofmam dan Woods, 1992).



Kehamilan yang tidak diinginkan

Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum terjadi pada masa remaja, sebanyak 55% kemamilan terjadi pada wanita dewasa awal dan tengah (Alan Guttmacher Institute). Kehamilan yang tidak direncanakan dapat mempunyai efek fisik dan emosional jangka panjang pada masa awal dewasa. Kehamilan yang tidak direncanakan adalah sumber stress yang berkelanjutan. Sering kali dewasa awal yang mempunyai tujuan pendidikan, karier dan mengutamakan perkembangan keluarganya. Gangguan pada tujuan tersebut dapat mempengaruhi hubungan masa depan dan hubungan orang tua-anak nantinya.



Penyakit Menular Seksual (PMS) Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes genital dan AIDS. Penyakit sekual menular mempunyai efek yang cepat seperti keluarnya rabas, ketidaknyamanan dan infeksi. PMS juga memicu gangguan kronis yang diakibatkan penyakit herpes genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau bahkan kematian yang disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi pada orang yang aktif secara seksual dan diperkirakan hampir dua pertiga kasus PMS terjadi pada individu berusia antara 15-24 tahun (Killion,1994).



Faktor Lingkungan dan Pekerjaan Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu : paparan terhadap partikel udara yang dapat menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit paru yang termasuk silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema karena kanker disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru, hati, otak, darah atau kulit. Pertanyaan tentang paparan pekerjaan terhadap bahan-bahan berbahaya harus menjadi bagian rutin pengkajian perawat.

2. Gaya Hidup Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene personal yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan. Riwayat penyakit dalam keluarga seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga. Peran perawat dalam meningkatkan kesehatan yaitu

mengidentifikasi faktor yang meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa awal. Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular yang diketahui dengan baik pada perokok dan orang yang menghisap asap rokok. Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko kanker paru-paru, emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin pada tembakau adalah vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah meningkatkan risiko penyakit angina, infark miokard dan arteri koroner. Nikotin juga menyebabkan penyempitan vasokonstriksi perifer dan memicu masalah vaskular. Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh. Pola latihan dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang dilakukan terus-menerus meningkatkan frekuensi nadi selama 15 sampai 20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu latihan menurunkan kecenderungan mudah lelah insomnia, ketegangan dan iritabilitas. Perawat harus melakukan pengkajian muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk mobilitas sendi dan tonus otot, dan pengkajian psikososial untuk meningkatkan toleransi terhadap stres dalam menentukan efek-efek latihan. Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada dewasa awal dapat menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan makan dengan seseorang yang mempunyai penyakit yang mudah menular meningkatkan risiko penyakit. Higiene gigi yang buruk meningkatkan risiko penyakit periodontal. Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal pada risiko berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau dewasa akhir. Contohnya, seorang pria muda yang ayah dan kakek dari ayahnya yang mempunyai infark miokard (serangan jantung), pada usia 50-an mempunyai risiko infark miokard di masa depan. Adanya penyakit kronik tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko bagi anggota keluarga terhadap perkembangan penyakit itu. Risiko penyakit keluarga jelas merupakan penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan untuk pemeriksaan skrining rutin dapat menempatkan klien pada risiko penyakit berat karena kegagalan deteksi dini.

3. Infertilitas Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada pria, wanita atau pasangan.

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta konsekuensi perkembangan baik psikologi dan biologis. 1. Perkembangan Psikologis Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun. Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan fisik, kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada wanita hamil dan keluarga usia subur sangat luas. Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering kelompok usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan sering menunda dalam mencari perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati usia baya. Temuan pengkajian umumnya dalam batas normal, kecuali klien mempunyai penyakit.

Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil manfaat dari pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat membantu perawat dan klien mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru, ginjal atau penyakit kronik lainnya. Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup secara umum, yaitu: 

Hobi dan Minat



Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan penggunaan kafein, alcohol dan obat terlarang



Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi kesehatan dan hewan peliharaan



Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik dan mental.

2. Perkembangan Kognitif Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal dan tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah dan keterampilan motorik. Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya meraka akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal kekurangan sumber dan system pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau pengembangan keahlian yang diperluhkan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas

3. Perkembangan Psikososial Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadang

terjebak antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau kecenderungan relatif dapat diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang dewasa memperbaiki perpepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun orang

dewasa

mengarahkan

kelebihan

energinyaterhadap

pencapaian

dan

penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan “krisi usia baya” ketika pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah. Selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian pada pengejaran pekerjaan dan sosial. Selam periode ini individu mencoba untuk membuktikan status sosialekonominya. Mobilitas yang lebih tinggi didapat melalui pilihan karier. Akan tetapi adanya kecenderungan saat ini terhadap pengecilan perusahaan menyebabkan posisi yang tinggi lebih sedikit. Kemudian banyak dewasa awal menghadapi peningkatkann stress karena persaingan yang lebih besar di tempat kerja untuk mencapai dan mempertahankan status kelas-menengah. Konseling karier dan kepribadian dapat membantu individu mengidentifikasi pilihan karier dan menentukan tujuan yang realistik. Faktor etnik dan jender mempunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi asuhan keperawatan. Dewasa awal harus membuat keputusan mengenain kerier, pernikahan dan menjadi orang tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut berdasarkan faktor individu, perawat harus memahami prinsip umum yang tercangkup dalam aspek pengembangan psikososial dewasa awal. 4. Stress Pekerjaan Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres situasi pekerjaan situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau seorang pekerja diberi tanggung jawab baru atau besar. Kecenderungan terbaru pada dunia bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan menurun, yang memicu peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya lebih sedikit dalam struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika seseorang

tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya. Karena setiap individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi pada setiap klien. Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan yang biasa sdilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda peningkatan iritabilitas dan kegugupan. 5. Stress Keluarga Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat diprediksi untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi dan menjadi bagian efektif dalam masyarakat. Salah satu peran penting adalah kepala keluarga. Bagi kebanyakan keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua orang tua berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau adakalanya seorang anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji faktor lingkungan dan keluarga termasuk sistem pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota keluarga.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga dewasa adalah : 1. Masalah Potensial a. Gangguan proses keluarga b. Gangguan penampilan c. Gangguan proses berpikir d. Gangguan pemeliharaan kesehatan e. Gangguan peyalahgunaan zat f. Gangguan pola seksual g. Konflik peran keluarga h. Konflik pengambilan keputusan i. Ketidakefektifan koping keluarga j. Hambatan interaksi social k. Ketidakberdayaan l. Defisit pengetahuan

m. Defisit perawatan diri n. Perubahan kebutuhan nutrisi 2. Masalah Resiko a. Risiko perubahan peran orang tua b. Risiko penularan infeksi c. Risiko kesepian d. Risiko cedera 3. Masalah Potensial a. Potensial berkembangnya koping keluarga b. Potensial pemeliharaan kesehatan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah, pilihan karier ANALISA DATA Data Mayor : 

Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau menerima bantuan



Penggunaan mekanisme koping yang tidak sesuai



Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan

Data Minor : 

Rasa khawatir, ansietas



Melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan



Ketidaefektifan partisipasi social



Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar



Perubahan pola komunikasi yang biasa

Intervensi : a. Kaji status koping individu saat ini 

Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta



Dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak mata, intonasi, dan intensitas suara

b. Berikan dukungan jika individu berbicara 

Tenangkan bahwa perasaan yang dimulainya memang sulit



Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih member harapan pandangan realistis

c. Dorong untuk melakukan evaluasi diri tentang perilakunya 

Apa hal tersebut berguna bagi anda?



Bagaimana hal tersebut dapat membantu?

d. Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif 

Apa yang menjadi masalah



Siapa yang akan bertanggungjawab terhadap masalah tersebut



Apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan

e. Bicarakan alternative yang mungin timbul (misalnya membicarakan dengan orang terdekat) f. Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik pelaksanaan stress (misalnya jogging, yoga)

2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota keluarga (misalnya pernikahan) ANALISA DATA Data Mayor : Tidak berkomunikasi secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga Data Minor : 

Tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik, emosi,dan spiritual semua anggota keluarga



Tidak dapat mengekspresikan atau menerima perasaan secara terbuka

Intervensi : a. Bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah tersebut b. Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, menyalahkan diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut perasaannya dalam anggota keluarga c. Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan stress d. Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga

3. Ketidakfektifan pemeliharan kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit ANALISA DATA Data Mayor : Melaporkan atau memperlihatkan gaya hidup yang tidak sehat (misalnya penggunaan obat-obatan, makan dalam jumlah yang berlebihan, diet tinggi lemak) Data Minor : Melaporkan atau memperlihatkan : 

Sistem pernapasan (sering terinfeksi, batuk kronis, dispnea saat aktivitas)



Rongga mulut (sering sariawan, ompong pada usia dini)



Sistem pencernaan dan nutrisi (obesitas, anoreksia, kakeksia, anemia kronis)



Sistem musculoskeletal ( tot sering tegang, sakit punggung, nyeri leher)



Konstitusional (keletihan kronis, malaise, apatis)



Neurosensori (sakit kepala,adanya kerutan pada wajah)



Psikoemosional (emosi rapuh, gangguan perilaky, sering merasa sanga kacau)

Intervensi : a. Kaji pengetahuan tentang pencegahan primer 

Diet yang sehat ( misalnya, “empat dasar”, rendah lemak dan garam, tinggi karbohidrat kompleks, asupan vitamin, mineral yang mencukupi, air 2-3 liter sehari)



Kontrol berat badan



Hindari penyalahguanaan zat (misalnya alcohol, obat-obatan, tembakau)



Hindari penyakit hubungan seksual



Hygiene gigi/mulut (misalnya setiap hari, dokter gigi)



Imunisasi



Pola olahraga teratur



Penatalaksanaan stress



Bimbingan gaya hidup (misalnya seks aman, keluarga berencana, ketermpilan menjadi orangtua, perencana keuangan)

b. Ajarkan pentingnya pencegahan sekunder c. Tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi penyakit

d. Kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia (pemberi asuhan, keuangan, peralatan)

4. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan pertentangan dalam system pendukung ANALISA DATA Data Mayor : 

Mengungkapkan ketidakpastian tentang pilihan-pilihan dan konsekuensi alternative tindakan yang diinginkan



Kebimbangan tentang alternative pilihan



Menunda pengambilan keputusan

Data Minor : 

Mengungkapakan perasaan disstres saat mengupayakan suatu keputusan



Berfokus pada diri sendiri tanda-tanda fisik disstres atau keteganagan (peningkatan frekuensi jantung dan ketegangan otot, gelisah)saat keputusan menjadi focus perhatian



Mempertanyakan nilai-nilai atau keyakinan pribadi saat mengusahakan suatu pengambilan keputusan

Intervensi : a. Jalin hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling pengertian dan perhatian b. Fasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis 

Bantu

individu

mengenlai

apa

masalahnya

dan

dengan

jelas

mengidentifikasi keputusan yang harus dibuat 

Gali apa yang akan timbul bila tidak membuat keputusan



Bantu mengidentifikasi kemungkinann hasil berbgaai alternative



Bantu individu untuk menghadapi ketakutan



Benahi kesalahan informasi



Bantu dalam mengevaluasi alternative berdasarakan pada ancaman potensial atau actual terhadap nilai-nilai atau keyakinan



Beri dorongan pada individu untuk membuata keputusan

c. Beri dorongan pada orang terdekat untuk terlibat dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan

d. Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangannya dan menjadi haknya untuk melakukan itu e. Libatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan

5. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan pergi dari rumah) ANALISA DATA Data Mayor : 

Pengungkapan rasa kesepian karena telah melepaskan anak yang menikah



Ingin mencari suasana yang lebih ramai

Data Minor : 

Cemas, gelisah



Sedih



Sering merenung

Intervensi : a. Identifikasi factor penyebab dan penunjang b. Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian c. Tingkatkan interksi social 

Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu



Rujuk pada penyuluhan keterampilan social



Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri pada orang lain

d. Kurangi hambatan kontak sosial 

Tentukan ketersediaan transportasi dalam komunitas (umum, yang berubngan dengan ibadah)



Identifikasi aktivitas yang membantu mempertahankan individu tetap sibuk, terytama dalam periode risiko tinggi kesepian

BAB V PENUTUP

Keluarga akan mengalami perubahan dan pertumbuhan sepanjang waktu. Setiap tahap perkembangan memiliki tantangan, kebutuhan, dan sumber masing-masing termasuk tugas yang perlu diselesaikan sebelum keluarga dapat meningkat ke tahap berikutnya dengan sukses. Dengan asuhan keperawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan telah membantu keluarga dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan lancar sesuai dengan tahap perkembangan keluarga dewasa awal (melepas anak sebagai dewasa) sehingga dapat menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan. Praktek. Jakarta : EGC Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta : EGC Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta : EGC Perry and Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan praktik Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Jakarta : EGC Setiawati, santun. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info med

Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC Suprayitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. Jakarta : EGC

Related Documents

Punyo Restu.docx
April 2020 20
Punyo Mael12.docx
November 2019 42

More Documents from "Rizka Amelia Putri"