Pum 08

  • Uploaded by: Deni Ramadoni
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pum 08 as PDF for free.

More details

  • Words: 3,011
  • Pages: 19
I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi dari tiga komoditi (karet, kakao, dan kelapa sawit) pada sub sektor perkebunan yang mendapat prioritas utama pemerintah dalam revitalisasi perkebunan seluas 2 juta ha yang dimulai tahun 2007 sampai 2009 (Dirjen Perkebunan 2007). Sektor industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan bagi negara Malaysia dan Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi geografis wilayah Malaysia dan Indonesia memang sangat cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Malaysia dan Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Hingga tahun 2005, lebih dari 85% produksi minyak dunia dihasilkan oleh dua negara produsen utama minyak sawit, yaitu Malaysia dan Indonesia. Syahbana (2007) mengemukakan bahwa luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 5,6 juta ha, melibatkan 2,7 juta kepala keluarga petani, dengan produksi tandan buah segar (TBS) rata-rata nasional baru dapat mencapai 14 sampai 16 ton tiap ha tiap tahun, sedangkan Malaysia telah mencapai 30 ton tiap hektar tiap tahun. Rendahnya produksi TBS yang dicapai sebagai akibat rendahnya produksi tandan bunga betina, yaitu 8 sampai 12 tiap pohon tiap tahun,

2

sedangkan produksi tersebut dapat mencapai 16 sampai 24 tandan tiap pohon tiap tahun (Hardon dan Corley, 1982; Tahir, 2003). Produksi tanaman ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, rendahnya produksi tandan bunga betina kelapa sawit salah satunya dipengaruhi oleh tingkat radiasi matahari yang diterima, jumlah daun (pelepah), kerapatan pelepah, dan serapan hara, terutama unsur nitrogen, khusus daerah tropis seperti Indonesia radiasi matahari bukan merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit (IOPRI, 2008). Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman golongan C4, yaitu memiliki titik kompensasi cahaya tinggi sampai cahaya terik, tidak dibatasi oleh fotorespirasi, besaran yang menggambarkan banyak sedikit radiasi matahari yang mampu diserap tanaman tergantung pada indeks luas daun (ILD). Selain itu, dalam daunnya terdapat dua klroplast, yaitu sel mesopil dan seludang berkas, pada kloroplast terdapat klorofil yang berfungsi untuk (a) panen cahaya, (b) mengubah energi cahaya menjadi energi kimia, (c) penyumbang elektron utama (P 680 dan P 700), (d) penerima elektron utama dan eflouresensinya, keadaan inilah bila optimal yang diikuti dengan serapan N optimal, maka produksi tanaman meningkat, yaitu terbentuknya bunga dan buah maksimal (Sallisbury dan Ross, 1992). Permasalahan utama rendahnya produktivitas pertumbuhan, perkembangan, dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan laju pertumbuhan, perkembangan, dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur hara yang cukup di dalam tanah, diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan

3

bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna. Ke 16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. 9 unsur makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur esensial (Suwandi dan Tobing, 1982). Schaffer, 1996 mengemukakan bahwa pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan hara yang diserap dari dalam tanah, terutama unsur N, karena unsur tersebut terfokus pada sintesis klorofil dan sintesa protein maupun enzim, yaitu enzim rubisco (Ribulosa biposfat carbocsilase) yang berperan sebagai katalisator dalam fiksasi karbondioksida yang dibutuhkan tanaman untuk fotosintesis. Selanjutnya penurunan kadar N dalam tanaman berpengaruh terhadap fotosintesis baik lewat kandungan klorofil maupun enzim fotosintetik yang akhirnya menurunkan hasil (pati) yang terbentuk, keadaan tersebut mempengaruhi produktivitas tanaman, terutama pembentukan bunga dan buah. Winarno, dkk., 2000 mengemukakan bahwa pemberian pupuk nitrogen dalam bentuk urea lebih cepat tersedia dibanding dengan pupuk majemuk dan reaksinya sudah dapat diamati pada hari ke 15 setelah aplikasi. Selain itu, pengaruh tunggal pupuk urea pada tanaman kelapa sawit dapat meningkatkan berat tandan buah dari 21,74 ton tiap ha tiap tahun menjadi 27,60 ton tiap ha tiap tahun pada dosis 1,0 sampai 4,5 kg tiap pohon. Selanjutnya persentase bunga yang terbentuk juga tinggi, walaupun dalam penelitian tersebut tidak disebutkan jumlah bunga tiap tandan betina yang terbentuk. Untuk itu, dalam percobaan mengenai respon pembentukan bunga kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Pupuk N dengan dosis berbeda akan ditelaah

4

apakah pemberian pupuk N pada tanaman kelapa sawit akan mempengaruhi pembentukan jumlah tandan bunga betina yang terbentuk optimum, serta menetukan tingkat sex rasio bunga jantan dan bunga betina yang terbentuk. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk N yang diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit dalam pembentukan tandan bunga. 2. Untuk mengetahui besarnya sex rasio yang timbul pada bunga betina dan bunga jantan kelapa sawit terhadap aplikasi pupuk N. 1.3 Kontribusi 1. Hasil

pengamatan

ini

diharapkan

sebagai

bahan

informasi

dalam

pengembangan budidaya kelapa sawit serta peningkatan kualitas pengabdian kepada masyarakat dalam rangka peningkatan ekonomi kerakyatan. 2. Hasil percobaan diharapkan sebagai bahan pembelajaran pada program studi Produksi Tanaman Perkebunan Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Unsur Nitrogen (N) Gardner dkk., 1985; Sallisbury dan Ross, 1992 mengemukakan bahwa tanaman menyerap unsur N dalam bentuk ion NO3 dan (NH4). Ion mana yang akan lebih dahulu diserap tergantung pada keadaan pH. Pada pH di atas 7 (keadaan basa) maka ion NH4 (amonium) yang akan lebih cepat diserap sedangkan pada pH dibawah 7 (keadaan asam) maka ion NO3 (nitrat) yang lebih besar peluangnya untuk diserap. Hal ini disebabkan karena pada pH di atas 7 (keadaan basa) banyak terdapat ion (OH) sehingga ion NH3 yang sama-sama bervalensi satu dan bermuatan negatif akan saling bersaing akibatnya ion NH4 yang berpeluang lebih besar untuk diserap dan sebaliknya pada pH rendah banyak tersedia ion H berarti ion NH4 yang sama-sama valensi satu dan bermuatan positif akan berkompetisi sehingga peluang ion NO 3 untuk diserap akan jauh lebih besar kalau diberikan dalam bentuk pupuk urea, yaitu CO(NH2)2 = O2- → 2HNO2 + 2H2O + Energi dan 2HNO2 + O2 → 2HNO3. maka

H+─ NO3

(diserap), sebaliknya kalau diberikan pupuk ZA (amonium sulfat) (NH4)2 SO4 → 2NH4 (diserap) + SO4 (diserap).

6

Gambar 1. Ikatan kimia dan molekul pupuk Urea Schaffer, 1996 menyatakan bahwa protein dan asam nukleat yang diperoleh dalam fotosintesis dipakai untuk pengisian inti sel yang terus membelah dari satu menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya sehingga tanaman dapat tumbuh dan membesar. Suatu hal yang perlu diingat bahwa apabila pemberian N yang berlebihan akan menyebabkan rasa pahit seperti yang terjadi pada timun, sedang untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit daun menjadi lemah dan mudah terserang hama penyakit.

Kekurangan nitrogen dapat menghambat

pertumbuhan tanaman, daun menguning, kering dan jaringan mati.

Buah yang

kekurangan nitrogen pertumbuhannya tidak sempurna, cepat masak dan kadar proteinnya rendah. Bila pemberian N melalui pemupukan daun terlalu sering, maka NH3 akan tertimbun dalam tubuh tanaman, dilain pihak ada hambatan pembentukan protein dan asam nukleat menyebabkan tanaman mencari alternatif lain yaitu pembentukan amida yaitu senyawa sekunder yang rasanya pahit. Sebab bila NH3 ini tertimbun dalam jumlah banyak justru akan berbalik meracuni tanaman (Sukarji, dkk., 2000). Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi atau sekitar 46 persen, pupuk tersebut merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir kristal berwarna putih dengan rumus kimia NH2CONH2 mudah larut dalam air dan bersifat higroskopis, sehingga dalam aplikasinya di lapangan ditaburkan di sekitar bokoran atau batang tanaman. Kegunaan pupuk tersebut adalah daun tanaman berwarna hijau dan meningkatkan

7

kandungan klorofil daun, mempercepat pertumbuhan tanaman terutama organ vegetatif dan perakaran serta menambah kandungan protein tanaman (IOPRI, 2008).

Gambar 2. Pupuk Urea. Fisher, 1992 mengemukakan ketersediaan unsur-unsur esensial di dalam tanah sangat ditentukan oleh pH, unsur N tersedia pada pH 5,5 sampai 8,5, P pada pH 5,5 sampai 7,5 sedangkan K pada pH 5,5 sampai 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah. Pelajaran penting yang perlu diingat dari ketersediaan unsur esensial dalam hubungannya dengan pH, yaitu bahwa untuk melakukan percobaan lapang disarankan agar dilakukan pada area dengan pH tanah kurang lebih 7. Hal ini disebabkan karena pada pH tersebut semua unsur hara esensial baik makro maupun mikro berbeda dalam keadaan yang siap untuk diserap oleh akar tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman. Kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial adalah (a). Unsur tersebut diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal (dari biji ke biji), (b).

Unsur tersebut memegang peran

penting dalam proses biokhemis tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain, (c). Peranan dari

8

unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman adalah secara langsung dan bukan secara tidak langsung (IOPRI, 2008).

2.2 Morfologi Bunga Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina.

Bunga jantan berbentuk lonjong

memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk.Bunga kelapa sawit berumah satu, artinya pada satu batang terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah pada tandan bunga yang berbeda. Tandan bunga terletak di ketiak daun, mulai tumbuh setelah tanaman berumur sekitar satu tahun. Primordia (bakal) bunga terbentuk sekitar 33 sampai 34 bulan sebelum bunga matang (siap melaksanakan penyerbukan). Pertumbuhan bunga sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanaman. Tanaman yang tumbuh kerdil pertumbuhan bunganya lebih lambat. Letak bunga jantan yang satu dengan lainnya sangat rapat dan membentuk cabang-cabang bunga yang panjangnya antara 10 sampai 20 cm. Pada tanaman dewasa, satu tandan mempunyai kurang lebih 200 cabang bunga. Setiap cabang mengandung 700 sampai 1200 bunga jantan. Bunga jantan ini terdiri dari 6 helai benangsari dan 6 perhiasan bunga. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25 sampai 50 gram tepungsari. Bunga betina terletak dalam tandan bunga, tiap tandan bunga mempunyai 100-200 cabang dan setiap cabang terdapat paling banyak 30 bunga betina. Dalam satu tandan terdapat 3.000

9

sampai 6.000 bunga betina. Bunga betina memiliki 3 putik dan 6 perhiasan bunga. Diantara bakal buah hanya satu yang subur, jarang terdapat dua atau lebih. Bunga jantan maupun bunga betina biasanya terbuka selama 2 hari (sekalipun dalam musim hujan bisa sampai 4 hari). Tepung sari dapat menyerbuki selama 2-3 hari, tetapi makin lama daya hidup viabilitasnya makin menurun.

(a)

(b)

(c)

(d) Gambar 3.Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit Keterangan : a. bunga jantan b. bunga betina c. bunga betina masa anthesis d. bunga jantan masa anthesis 2.3 Pembentukan Tandan Bunga Kelapa Sawit Mengemukakan bahwa setiap pelepah daun kelapa sawit yang terbentuk diikuti dengan bakal bunga, bunga kelapa sawit yang terbentuk hingga anthesis memerlukan waktu hingga dua bulan. menguntungkan.

Hal tersebut terjadi bila keadaan

Terhambatnya pembentukan bunga pada tanaman kelapa sawit

akibat faktor lingkungan, seperti serapan hara terutama unsur N. Bila unsur N pada daun nomor 17 yang dihitung dari pucuk kurang dari 2,5 persen, maka bunga yang terbentuk rendah atau 1 sampai 2 bunga setiap dua bulan.

10

Pembentukan bunga secara optimal terjadi bila serapan N tinggi diikuti dengan sudut daun yang menangkap radiasi matahari juga maksimal, keadaan tersebut dapat menyebabkan tandan bunga kelapa sawit terbentuk sekitar dua buah setiap bulan (IOPRI, 2008). Selanjutnya penurunan kadar N dalam tanaman berpengaruh terhadap fotosintesis baik lewat kandungan klorofil maupun enzim fotosintetik yang akhirnya menurunkan

hasil

(pati)

yang

terbentuk,

keadaan

tersebut

mempengaruhi

produktivitas tanaman, terutama pembentukan bunga dan buah. Lamanya proses pembentukan buah (dari saat penyerbukan sampai matang), tergantung pada keadaan iklim dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Lama proses pemasakan buah di beberapa kawasan berbeda, di Malaysia sekitar 5,5 bulan, di Sumatera sekitar 3 sampai 6 bulan dan di Afrika sekitar 6-9 bulan. Selama buah kelapa sawit masih muda yaitu sampai berumur 4,5 sampai 5 bulan, buah kelapa sawit berwarna ungu. Setelah itu kulit buah (exocarp) berangsur berubah dari ungu menjadi merah kekuningan.

Pada saat ini terjadilah pembentukan minyak yang

intensif pada daging buah (mesocarp) dan butir-butir minyak tersebut mengandung zat warna karotin yang berwarna jingga. Proses pembentukan minyak dalam daging buah berlangsung selama 24 hari, yaitu sampai buah mencapai tingkat masak. Masaknya buah dalam satu tandan tidak sekaligus, tetapi berangsur-angsur mulai bagian atas dan bagian samping yang terkena sinar matahari menuju ke arah bawah (pangkal). Satu tandan buah telah siap dipanen apabila beberapa buah dari tandan tersebut telah terlepas dan jatuh ke tanah.

11

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dalam bentuk percobaan yang berlangsung di kebun PTPN VII Unit Usaha Rejosari, percobaan dimulai pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2008. Umur tanaman yang dijadikan sebagai bahan percobaan adalah 8 tahun dengan jenis tanah Ultisol, dengan pH 6,3 3.2 Bahan dan Alat Bahan :

Pupuk Urea,

Alat : cangkul, tube solarimeter type GA 03 integrator DVM, meteran, cat, seng yang dijadikan sebagai simbol perlakuan, tali rafia, bor, label, cawan, oven, plastik, golok, tangga, ember, timbangan, dan alat tulis menulis. 3.3 Metode Pelaksanaan Percobaan disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok, yaitu dua belas perlakuan dosis pupuk urea dengan tiga ulangan, setiap ulangan terdiri dari tiga tanaman tiap pohon kelapa sawit dan perlakuan dosis pemupukan tiap tanaman adalah:

12

1. 0 g

5.1.250 g

9. 2.250 g 2. 500 g

6. 1.500 g

10. 2.500 g

3. 750 g

7. 1.750 g

11. 2.750 g

4. 1.000 g

8. 2.000 g

12. 3.000 g

Dengan model linier (Steel dan Torrie, 1991) sebagai berikut: Yij = µ + gi + rj + Eij Yij = Hasil pengamatan pada petak percobaan ke-i dan

ulangan ke-j

µ = Rata-rata umum gi = Pengaruh perlakuan ke-i rj = Pengaruh ulangan ke-j Eij = Faktor acak perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. Analisis varians untuk model linier mengikuti Baihaki (1982), disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Varians Rancangan Acak Kelompok (RAK)

SK

DB

JK

KT

Uji F

Ulangan

r–1

X.2

X.2/r-1

X.2/p2/(r-1)(g-1)

Perlakuan

g-1

X.3

X.2/n

X.2/n/p2/(r-1)(g-1)

Galat

(r-1)(g-1)

P.2

P.2/(r-1)(g-1)

Total

rg – 1

X.1.1

Keterangan: SK = sudut keragaman DB = derajat bebas JK = jumlah kuadrat KT = kuadrat tengah

13

Dari hasil uji F, pada analisis varians menunjukkan perbedaan yang bermakna pada taraf 0.01%, maka dilanjutkan pengujiannya dengan uji LSI (Least Significant Increase) berikut, LSI = tα

2kt (Petersen, 1994) r

tα = nilai pada t tabel 0.01.

3.4 Pelaksanaan Percobaan Tanaman yang dijadikan sebagai bahan percobaan adalah kelapa sawit yang berumur 8 tahun (PTPN VII Kebun Rejosari) dengan pH tanah 5,6 sampai 6.2. Dengan demikian, ketersedian unsur hara baik makro maupun mikro bukan merupakan faktor pembatas, sehingga pengaruh pemberian unsur nitrogen dengan pupuk urea pada tanaman dapat terdeteksi hasilnya. Tanaman yang dijadikan sebagai objek penelitian diatur berdasarkan jarak tanam dan blok, yaitu setiap perlakuan terdiri dari tiga tanaman dan diulang tiga kali, jadi setiap perlakuan terdapat sembilan tanaman, jumlah tanaman yang digunakan untuk duabelas perlakuan adalah 108 tanaman.

Sebelum aplikasi pemupukan terlebih dahulu dilakukan pembersihan

bokoran sepanjang 1,5 m yang melingkar dari pohon, pupuk disebarkan di sekitar bokoran dan dibenamkan sedalam 10 cm. Pupuk diberikan pada awal percobaan. Pelaksanaan analisis tersebut di atas dilakukan sebelum aplikasi dan setelah aplikasi. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah Polinela. Pengamatan dilakukan sebelum aplikasi pemupukan dan setelah aplikasi dengan frekuensi sekali dalam dua minggu dengan variabel sebagai berikut,

14

1. Kandungan klorofil daun, yaitu dengan mengekstrak daun kemudian dianalisis dengan metode ekstraksi AAS 2005, (data pendukung) 2. Hasil analisis tanah (data skunder dari PTPN VII Unit Usaha Rejosari) 3. Indek Luas daun, dihitung berdasarkan jumlah daun pada pelepah ke 9,17, dan 25 dengan metode grafimetri, (data pendukung) 4. Sudut pelepah dihitung satu bulan setelah aplikasi pemupukan, (data pendukung) 5. Kandungan N daun dianalisis setelah 3 bulan aplikasi (data pendukung) 6. Jumlah tandan bunga yang terbentuk, dihitung setiap bulan, setelah tiga bulan aplikasi perlakuan pemupukan, hal tersebut dilakukan karena bunga yang terbentuk hingga mekar atau anthesis memerlukan waktu 2 sampai 2,5 bulan. 7. Sex rasio bunga jantan dan bunga betina yang terbentuk 3.5 Jadwal Pelaksanaan Tabel 2. Rencana Jadwal Pelaksanaan PUM No

Uraian Kegiatan

2. 3. 4. 5.

1 Izin dan Penetapan Blok x Penelitian Pemupukan x Pemeliharaa Tanaman x Pengamatan Analisis Laboratorium

6. 7. 8. 9.

Analisis Data Penulisan Laporan Seminar Penyerahan Laporan

1.

2

Bulan 3 4

5

Keterangan Surat izin dari PTPN VII

x x

x x x

x x

x x x x x x

Laboratorium Tanah. Polinela

15

IV. RENCANA ANGGARAN

Rencana anggaran yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan selama kegiatan proyek usaha mandiri ini dilaksanakan. Biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 2.078.310.00, meliputi Biaya izin kegiatan Rp. 25.000.00, Biaya pemupukan Rp. 651.370.00, Biaya pemeliharaan tanaman Rp. 54.700.00, Biaya pengamatan Rp. 402.000.00, Biaya analisis laboratorium Rp. 795.240.00, Biaya analisis data Rp. 105.000.00. dengan rincian seperti pada Tabel 3.

16

17

18

DAFTAR PUSTAKA

Baihaki, A. 1982. Pengertian “Nested and Cross Clasified” Variabel serta Mencari dan Penulisan Varians Dalam suatu Rancangan Percobaan dengan Cara Sederhana (Pengenalan Pendahuluan untuk Estimasi Varians Genetik Total) Bagian Statistik Fakultas Pertanian Unpad. Bandung. Direktur Jendral Perkebunan, 2007. Fokus Pembangunan Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. Fisher, N.M, 1992. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman: fase vegetatif. Dalam Goldsworthy, P.R., dan N.M. Fisher (Penyunting). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Gardner, F.P., R.B. Perarce, dan R.L. Mitchell. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Alih Bahasa H. Susilo dan Subiyanto, 1991. UI Press. Jakarta. Hardon, J.J. and R.H.V. Corley, 1982. Oil Palm Research. Elsevier Scientifie Publishing Company, Johor. Malaysia. IOPRI, 2008. Pengaruh unsur esensial terhadap pertumbuhan dan produksi. www.iopri.org/webned/ioprind.htm. (26 juni 2008). Sallisbury , F.B., and C.W., Ross, 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Diterjemahkan Diah R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung. Schaffer, AA., 1996. Photoassimilate Distribution in Plant and Crops. New York. Marsel Dekker, Inc. Sukarji, R dan R.L, Tobing, 1982. Jenis Pupuk pada Tanaman Kelapa Sawit. PPM. Pematang Siantar. Medan. Steel G.D. Robert dan J.H. Torrie, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pedekatan Biometrika. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Syahbana, S. 2007. Palm Oil and Rubber Plantation Business Prospects. Pidato Ilmiah pada Peringatan Dies Natalis ke 23 Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung.

19

Suwandi dan E.L., Tobing, 1982. Pengambilan Contoh Daun Tanaman Kelapa Sawit. Pedoman Teknis. Pusat Penelitian Marihat. Medan. Tahir, M. 2003. Uji Perbandingan Pollen Extractor Motor 3,6 v dan 4,8 V Terhadap Bobot, Kemurnian, dan Kemurnian Pollen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) serta Pengaruhnya Terhadap Pollinasi Buatan dan Hasil Tandan Buah Segar (TBS). Politeknik Negeri Lampung. Laporan Penelitian. Tidak dipublikasikan. Winarno, E.S., E.S, Sutarto., R. Yuliasari., dan Z Poelongan, 2000. Pelepasan Hara Pupuk Majemuk Kelapa Sawit, Jurnal Penekitian Kelapa Sawit Vol. 9 (23):103-109.

Related Documents

Pum 08
May 2020 18
Chiiiiiiiiiiiiiiist Pum
October 2019 3
08
November 2019 8
08
October 2019 11
08
November 2019 12

More Documents from ""