DENTAL SIDE TEACHING PULPEKTOMI VITAL GIGI 75 DENGAN DIAGNOSA PULPITIS IRREVERSIBEL
Oleh : Qorrie Furqan Al Annuri 1210341007
Dosen Pembimbing : drg. Aria Fransiska, MDSc
DEPARTEMEN PEDODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI 2019
A. Data Identitas Sosial Pasien
Nama
: M. Taufiq M
No. Rekam Medik
: 14239
Tempat/ Tgl lahir
: Padang/ 15-02-2010
Umur
: 9 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Raden Saleh Gg. Ombilin No. 54, Padang
Golongan Darah
:-
Agama
: Islam
Pendidikan
: Siswa Kelas 3 SD
Nama Penanggung Jawab
: Fajril Huda
Alamat Penanggung Jawab
: Raden Saleh Gg. Ombilin No. 54, Padang
No tlp/Hp Penanggung Jawab
: 0812 6740 604
Elemen Gigi
: 75
B. Data Medik Umum
Penyakit Jantung
: Tidak Ada
Diabetes
: Tidak Ada
Hemophilia
: Tidak Ada
Penyakit Lainnya
: Tidak Ada
Alergi Obat
: Tidak Ada
Alergi Makanan
: Tidak Ada
C. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complain Ibu pasien menyatakan anaknya pernah sakit gigi belakang kiri bawah dan ingin ditambal. 2. Present Illness Menurut keterangan pasien, gigi belakang kiri bawah penah sakit sejak kelas 1 SD (umur 7 tahun). Gigi tersebut dulunya pernah sakit tiba-tiba saat beraktivitas dan saat tidur. Sakit gigi terasa berulang selama ± 1 minggu dengan Jika sakit gigi, pasien tidak pernah minum
obat pereda rasa sakit. Pasien hanya menyikat gigi apabila gigi tersebut sakit. Sekarang gigi tersebut tidak pernah sakit lagi, tetapi pasien merasa terganggu karena sisa makanan sering masuk ke dalam gigi yang berlubang. Pasien mengunyah satu sisi semenjak gigi sakit (dominan kanan). 3. Post Dental History Pasien belum pernah datang ke dokter gigi untuk melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut. Pasien menyikat gigi 2x sehari, pagi dan sore setelah mandi menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat hard dan gerakan horizontal. 4. Post Medical History Pasien tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, pasien tidak pernah minum obat jangka panjang maupun berkala. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat atau makanan. 5. Family History Ayah dan Ibu : Tidak memilik riwayat penyakit sistemik Nenek dan Kakek : Tidak memilik riwayat penyakit sistemik Saudara sedarah : Tidak ada 6. Social History Pasien siswa kelas 3 SDIT di Kota Padang. Sehari-hari pasien tinggal bersama orang tua. Pasien memiliki jadwal latihan TaekwondoHampir setiap hari pasien makan coklat dan manisan saat jajan di luar sekolah.
D. Pemeriksaan Objektif a.
Jaringan Lunak dan Mukosa Rongga Mulut
Mukosa Bibir
: Tidak Ada Kelainan
Mukosa Pipi
: Tidak Ada Kelainan
b.
Dasar Mulut
: Tidak Ada Kelainan
Lidah
: Tidak Ada Kelainan
Gingiva
: Tidak Ada Kelainan
Palatum
: Tidak Ada Kelainan
Orofaring
: Tidak Ada Kelainan
TMJ
: Normal, Tidak teraba tidak sakit
Kelenjar Submandibularis
: Normal, Tidak teraba tidak sakit
Kelenjar Sublingual
: Normal, Tidak teraba tidak sakit
Kelenjar Submental
: Normal, Tidak teraba tidak sakit
Jaringan Keras Odontogram 18 : unerupted 17 : unerupted 16 : pit fissure dalam 55 : sou 54 : sou 53 : sou 12 : sou 11 : sou ue
28 : unerupted 27 : unerupted 26 : pit fissure dalam 65 : sou 64 : sou 63 : sou 22 : sou 21 : sou
ue
sou
ue
ue
ue
sou
sou sou sou ue
ue ue ue ue
sou
ue
ue
ue sou sou sou sou
ue
ue sou ue
ue
ue
41 : sou 42 : sou 83 : sou
ue
31 : sou 32 : sou 73 : sou
sou ue
sou
ue
ue
84 : o-car superficial 85 : o-car superficial 46 : pit fissure dalam 47 : unerupted 48 : unerupted
34 : sou 75 : o-car profunda 36 : pit fissure dalam 37 : unerupted 38 : unerupted
Gambaran klinis gigi 75
75
Elemen gigi: karies dentin yang telah mencapai pulpa di mesio-oklusal gigi 75 Perkusi
: (-)
Palpasi
: (-)
Termal
: (+) ngilu
Tekan
: (+)
Mobility
:-
Tidak terdapat pembengkakan di sekitar gigi
E. Pemeriksaan Penunjang (Radiografi) Pada gigi 75 terdapat karies di mesio-oklusal berupa gambaran radiolusen yang telah mengenai pulpa. Resorpsi akar kurang dari 2/3 akar pada gigi 75.
F. Diagnosis Berdasarkan keluhan subjektif, pasien pernah merasakan sakit spontan ± 2 tahun yang lalu dan dan sisa makan masuk kebagian gigi yang berlubang. Dari pemeriksaan objektif terlihat adanya karies gigi dibagian mesio-oklusal, karies sudah mencapai pulpa, perkusi (-) dan tes thermal (+) ngilu menggunakan chlorethyl, tekan (+) dengan tanpa
mobilitas dan berdasarkan rontgen foto terlihat adanya karies mencapai pulpa. Sehingga dapat ditegakan diagnosa yaitu Pulpitis Irreversible.
G. Rencana Perawatan 1. Pulpektomi vital 2. Restorasi pasca endodonti : SSC (Stainless Steel Crown)
H. Prognosis Good prognosis, tidak terdapat fraktur horizontal maupun vertikal pada akar gigi dan tidak adanya lesi periapikal. Pasien kooperatif untuk datang berulang dan oral hygine pasien baik.
I. Studi Literatur Gigi desidui mempunyai peran penting dalam perkembangan oklusi. Premature loss gigi desidui akibat trauma ataupun infeksi dapat menyebabkan ketidakstabilan perkembangan oklusi yang dapat berdampak pada kehilangan ruangan,erupsi premature, delayed atau ektopik pada gigi permanen pengganti.1 Perawatan endodontic pada gigi sulung bertujuan menjaga kesehatan anak dan mempertahankan gigi sulung yang pulpanya telah terbuka sampai periode ekfoliasi normal dan gigi permanen erupsi.2 Berdasarkan pedoman dari American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD; AAPD Reference Manual, 2013–14) mengenai perawatan pulpa, jenis perawatan pulpa yang akan dilakukan tergantung pada vital atau nonvitalnya pulpa gigi. Penilaian vitalitas pulpa mengacu pada pencapaian salah satu dari empat penilaian diagnostik klinis: pulpa normal (yaitu gigi dengan karies dangkal namun bebas gejala dan akan merespons tes pulpa secara normal); pulpitis reversibel (gigi dengan pulpa yang terinflamasi namun pulpa akan kembali normal jika etiologi dihilangkan); pulpitis ireversibel simtomatik atau asimtomatik (pulpa yang tidak mampu kembali normal dan biasanya kelanjutan atau perkembangan dari pulpitis reversibel ); atau pulpa nekrotik. Diagnosis klinis pulpitis irreversibel dan atau nekrosis pulpa adalah gigi desidui dengan satu atau lebih dari gejala dan tanda berikut3: 1. Pembengkakan gingiva yang tidak berkaitan dengan penyakit periodontal 2. Adanya riwayat sakit spontan
3. Mobiliti gigi yang berlebihan yang tidak berkaitan dengan exfoliasi 4. Terdapat gambaran radiolusen pada daerah furkasi atau apikal 5. Adanya resorpsi akar internal atau eksternal Pulpektomi merupakan prosedur yang terdiri dari pembukaan atap pulpa untuk memperoleh akses ke saluran akar dengan tujuan untuk membersihkan, mendesinfeksi, dan mengisi saluran akar dengan material tertentu sehingga gigi dapat berfungsi serta bertahan pada lengkung rahang tanpa jaringan pulpa.Pulpektomi pada gigi desidui cukup sulit dilakukan karena pembukaan mulut yang lebih kecil, kerumitan morfologi saluran akar, adanya resiko kerusakan pada gigi permanen selama proses cleaning and filing, serta kesulitan proses pengisian. Pulpektomi seharusnya dilakukan pada anak yang sehat dan kooperatif dengan diikuti penejlasan yang baik kepada orang tua.4 Indikasi pulpektomi gigi desidui adalah5 : 1. Saluran akar mengalami inflamasi kronis, rasa sakit spontan 2. Gigi masih dapat direstorasi 3. Tidak ada internal resorbsi 4. Mobilitas atau kerusakan intraradikuler minimal 5. Ada abses atau fistula 6. Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal Kontra indikasi pulpektomi gigi desidui adalah : 1. Kerusakan jaringan periapikal dan mobilitas gigi yang banyak 2. Resorbsi akar yang banyak 3. Adanya internal resorbsi 4. Kesehatan pasien yang jelek 5. Diprediksi timbulnya gangguan perkembangan gigi permanen karena proses infeksi gigi desidui yang berjalan lama 6. Behavior pasien tidak dapat dikuasai 7. Mahkota tidak adekuat untuk dibuatkan crown 8. Perforasi ke tingkat pulpa, 10. Adanya kista dentigerous Bahan yang digunakan sebagai bahan irigasi adalah larutan chlorhexidin gluconat 2%. Klorheksidin dengan dasar natrosol telah membuktikan kemampuan mekanik yang
sangat baik sebagai bahan irigasi saluran akar untuk menghilangkan lapisan smear dan merupakan bahan irigasi saluran akar berspektrum luas dan rendah toksik serta dapat digunakan sebagai medikamen intrakanal serta dapat menghambat aktivitas antimikroba setelah berkontak cukup lama pada permukaan dentin dalam saluran akar.Klorheksidin glukonat bertindak mengabsorpsi dinding sel bakteri sehingga menyebabkan kebocoran komponen intraseluler. Klorheksidin dengan konsentrasi rendah memiliki efek bakteriostatik sehingga menyebabkan pelarutan bahan mikroorganisme dengan berat molekul rendah. Klorheksidin dengan konsentrasi tinggi memiliki efek bakterisid yang mengakibatkan presipitasi sitoplasma dan/atau koagulasi, mungkin disebabkan oleh protein cross-linking.6 Keberhasilan perawatan endodontik tergantung dari reduksi atau eliminasi bakteri pada saluran akar dan dapat ditingkatkan dengan penggunaan bahan pengisi saluran akar yang bersifat antimikroba. ZOE (zinc oxide eugenol) adalah bahan pengisi yang sudah banyak digunakan. Zinc Oxide Eugenol merupakan bahan yang paling umum digunakan dalam pengisian saluran akar pada geligi desidui. Keuntungan dan kerugian pemakaian bahan ini adalah sebagai berikut7: a. Keuntungan: 1. Secara umum tidak berbahaya. 2. Bersifat antiseptik. 3. Memiliki sifat analgesic ringan. 4. Memiliki perlekatan yang baik dengan dinding saluran akar. 5. Bersifat radiopaque. 6. Tidak menyebabkan diskolorasi pada gigi yang dirawat.
b. Kerugian: 1. Adanya resiko dapat melukai benih gigi permanen pengganti yang sedang berada dalam proses erupsi akibat kekerasan bahan pengisi ini. 2. Hanya memiliki spektrum anti bakteri yang kecil. 3. Aplikasi bahan sulit sehingga sering terjadi kekurangan pengisian. 4. Adanya perbedaan kecepatan resorpsi bahan pengisi dengan akar geligi desidui yang dirawat, dimana akar geligi desidui resorpsinya lebih cepat daripada pasta Zinc Oxide Eugenol ini, sehingga partikel pasta akan tertinggal dalam tulang alveolar saat akar sudah teresorpsi. Hal tersebut dapat mengganggu erupsi geligi permanen pengganti.
5. Bila terjadi kelebihan pengisian saluran akar, menimbulkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan seperti misalnya terjadikeradangan. Selain itu kandungan bahan eugenol juga dapat merusak sel. 6. Zinc Oxide Eugenol dapat mengiritasi jaringan periapikal dan dapat mengakibatkan nekrosis pada tulang dan sementum. 7. Dapat menimbulkan sitotoksik bila terjadi kontak dengan jaringan yang masih vital Bahan sterilisasi saluran akar adalah obat atau medikamen intrasaluran akar sebagai tindakan pelengkap pada tindakan desinfeksi saluran akar. Desinfeksi saluran akar merupakan tindakan untuk menghilangkan mikroorganisme patogenik yang harus didahului oleh pembersihan pada jaringan pulpa dan debris yang memadai, dilanjutkan pembersihan dan pelebaran saluran dengan cara biokimiawi, dan pembersihan isinya dengan irigasi. Bahan medikamen yang digunakan dalam perawatan ini adalah pasta calcium hydroxide8. Kalsium hidroksida dinilai memiliki beberapa aksi antimikroba dan mudah diresorpsi ketika secara tidak sengaja melampaui apeks gigi. Aksi antimikroba kalsium hidroksida dikaitkan dengan disosiasi ioniknya menjadi ion Ca2 + dan OH−. Kalsium hidroksida adalah bahan yang umum digunakan dalam perawatan endodontik karena efek bakterisidal. Hal ini dianggap akan menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk perbaikan periapikal dan merangsang pembentukan jaringan keras. Souza et al., menyatakan bahwa kalsium hidroksida memiliki peran terhadap: (a) aktivitas antiinflamasi, (b) netralisasi produk asam, (c) aktivasi alkalin fosfatase, dan (d) tindakan antimikroba.Tindakan antimikroba ini terkait dengan pH yang tinggi, yang menghasilkan inaktivasi enzim membran bakteri. Peran lainnya yaitu berfungsi sebagai material obturasi sementara antar kunjungan. Keberhasilan menggunakan kalsium hidroksida sebagai perawatan endodontik dengan lesi periapikal telah dilaporkan 80,8% dan 73,8%.9
J. Penatalaksanaan Alat Diagnostic set
Bahan Paper Point
Bur Set
Cotton Roll
Endometer
Cotton Pelet
Round Metal Bur
Chorhexidine glukonat 2%
Jarum Miller
ChKM
Jarum Ekstirpasi
ZOE ( Zink Oxide Eugenol)
File
Caviton
Plastis instrument
GIC Linning
Spuit irigasi
GIC Fuji IX
Semen spatel
Ledocain 2%
Glass lab Matrix band Spuit 1 cc
Foto rontgen digunakan untuk melihat kondisi gigi dan menghitung panjang kerja. Panjang gigi sebenarnya : Akar mesial : panjang gigi pada RO foto( 15 mm ) X panjang mahkota klinis (5 mm )
= 12,5 mm
panjang mahkota pada RO foto ( 6 mm) Akar distal : panjang gigi pada RO foto( 12 mm ) X panjang mahkota klinis (5 mm ) panjang mahkota pada RO foto ( 6 mm)
Panjang gigi gigi sebenarnya 75 : Mesial Distal
: 12,5 mm : 10 mm
= 10 mm
Panjang kerja gigi 75 :
Mesial
: 10,5 mm
Distal
: 8S mm
Note : Panjang kerja = panjang gigi sebenarnya dikurangi 2mm untuk mencegah terjadinya perforasi foramen apical dan merusak benih gigi permanen.
KunjunganKe I 1. Isolasi daerah kerja 2. Dilakukan Anastesi infiltrasi pada gigi 75 agar pasien tidak merasa sakit 3. Preparasi kamar pulpa a. Outline form, akses preparasi dari oklusal dengan menggunakan bur bulat b. Buang semua jaringan karies dan email yang tidak didukung dentin c. Buka kamar pulpa dan buang atap kamar pulpa dengan diamond bur d. Haluskan dinding kavitas dengan bur silindris e. Buang isi kamar pulpa dengan ekscavator f. Cari orifis dengan jarum miller (smooth broach) g. Semua tahapan preparasi kamar pulpa akan mempengaruhi preparasi pada saluran akar. Irigasi sesering mungkin dengan chlorheksidine 2%. h. Preparasi kamar pulpa selesai. 4. Preparasi saluran akar a. Pasang stopper sesuai panjang kerja b. Pakai alat yang terkecil terlebih dahulu (jarum miller) untuk mengetahui arah dan keadaan saluran akar c. Gunakan jarum ekstirpasi untuk mengeluarkan isi pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar dengan diputar 360 derajat kemudian ditarik keluar. d. Irigasi sesering mungkin setiap pergantian alat dengan chlorheksidine 2%. Jangan menyemprotkan udara kedalam kavitas karena akan mendorong debris ke apeks e. Preparasi saluran akar dengan file. Ukuran file yang digunakan untuk menghaluskan saluran akar sesuai dengan kondisi pada saat pengerjaan. Pada gigi sulung, preparasi dilakukan hanya untuk mengangkat jaringan pulpa dan menghaluskan dinding saluran akar, bukan memperluas saluran akar.
f. Irigasi dengan chlorheksidine 2%, keringkan dengan cotton pellet dan paper point 5. Sterilisasi saluran akar a. Keringkan saluran akar dengan paper point b. Basahi cotton pellet yang ukurannya kira-kira 1/3 kamar pulpa dengan ChKM, keringkan dengan cotton roll, karena yang diperlukan hanya uap ChKM c. Letakan cotton pellet pada kamar pulpa, tutup dengan kapas kering d. Tutup dengan tambalan sementara e. Cek oklusi dengan articulating paper
KunjunganKe II 1. Bongkar tambalan sementara 2. Keluarkan kapas kering dan cotton pellet 3. Periksa apakah dari kavitas sudah tercium bau obat, hal tersebut menandakan bahwa saluran akar sudah bersih dan steril dan dapat dilakukan obturasi. Jika belum periksa kembali saluran akar dan lakukan sterilisasi dengan ChKM 4. Jika sudah, irigasi saluran akar dengan chlorheksidine 2% 5. Keringkan dengan paper point 6. Lakukan obturasi dengan zink oxide eugenol, lakukan obturasi hingga orifis sampai pada 1/3 kamar pulpa, aplikasikan GIC Lining 7. Tutup dengan cotton pellet kering dan steril 8. Tutup dengan tambalan sementara 9. Cek oklusi dengan articulating paper 10. Lakukan poto rontgen untuk melihat hasil obturasi
Kunjungan Ke III 1. Cek hasil obturasi sudah hermetic melalui rontgen foto 2. Tanyakan apakah ada keluhan dari pasien, lakukan tes perkusi, palpasi 3. Jika tidak ada keluhan, bongkar tambalan sementara, GIC Restoratif 4. Lakukan restorasi akhir dengan SSC
Kunjungan Ke IV 1. Kunjungan keempat dilakukan 1 minggu setelah obturasi. 2. Cek kembali perkusi.
3. Lakukan rontgen foto kembali sebagai rontgen control.
REFERENSI
1. Cameron,A.C., & Widmer,R.P .2013. Handbook of Pediatric Dentistry.Elsevier Health Sciences 2. Bahrololoomi Z, Zamaninejad S. Success Rate of ZiNC Oxide Eugenol in Pulpectomy of Necrotic Primary Molars : A Retrospective Study. J Dent Mater Tech.2015 ; 4(2) ; 89-94 3. Santa Musanah dan Trilaksana Aries Chandra. Emergency Endodontic Treatment of Irreversible Pulpitis). Makassar Dent J 2015; 4(5):172-176. 4. Yanti N.2015.Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti).Jakarta : EGC 5. Endodontic treatment for children. British dental journal 2005; 198(1): 9-15. 6. Ferraz C, dkk. 2007. Perbandingan Efektivitas Antimikroba Khlorheksidin (Gel), Khlorheksidin ( Larutan ) Dan Sodium Hipoklorit Sebagai Bahan Irigasi Endodontic. Jurnal Endodontic. 18(4): 294-298 7. Rahaswanti, Ayu. 2016. Evaluasi Keberhasilan Pengisian Saluran Akar Dengan Sediaan Zink Oxide Eugenol Dan Campuran Calcium Hydroxide Dengan Pasta Iodoform. Original Article. 8(1): 1-7 8. Rajsheker S, Mallineni SK, Nuvvula S. Obturating Materials Used for Pulpectomy in Primary Teeth-A Mini Review. J Dent Craniofac Res. 2018;3(1):3.
9. Farhad A, Mohammadi Z. Calcium hydroxide: a review. International dental journal. 2005 Oct;55(5):293-301.
Padang, Februari 2019 Mengetahui, Operator
Qorrie Furqan Al Annuri
Pembimbing
drg. Aria Fransiska, MDSc