Ptsd.docx

  • Uploaded by: Sulistyaning Tyas
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ptsd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,981
  • Pages: 16
SMF/Lab Ilmu Kesehatan Jiwa

TUTORIAL

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA

Disusun Oleh: Andi Dinda Batari 1710029025

Pembimbing: dr. Denny J. Rotinsulu, Sp. KJ

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik SMF/lab Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sang penguasa seluruh alam, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat gangguan stres pasca trauma. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang gangguan stres pasca trauma, dan bagaimana menghadapi masalah ini dalam praktik kedokteran. Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada dr. Denny J. Rotinsulu, Sp. KJ selaku pembimbing penulis atas segala bantuan dan bimbingan dalam menyelesaikan referat ini. Oleh karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan dan kepustakaan, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga referat ini dapat menjadi bahan yang menunjang dalam proses pembelajaran.

Samarinda, Februari 2019

Penulis

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gangguan Stres Pasca Trauma atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan gangguan mental yang dapat berkembang setelah seseorang mengalami kejadian traumatis, seperti kekerasan seksual, peperangan, kecelakaan lalu lintas, atau kejadian-kejadian lainnya yang dapat mengancam kehidupan seseorang.1 PTSD semakin dikenal sebagai gangguan kesehatan mental karena beban sosial yang sangat besar, namun juga sebagai gangguan kecemasan. Secara khusus, PTSD dapat dikonseptualisasikan sebagai gangguan rasa takut dan disregulasi stres.2 Gejala khas dari PTSD ini termasuk mimpi buruk dan kenangan-kenangan menyedihkan terkait trauma yang pernah dialami sebelumnya,. Seseorang yang mengalami PTSD ini cenderung untuk mencoba menghindari hal-hal yang menjadi pengingat trauma yang pernah mereka alami. Seseorang dengan PTSD ini mungkin muncul dengan berbagai gejala. Beberapa mungkin muncul dengan gejala yang biasa dan masih memiliki kemauan untuk mendapatkan perawatan. Selain itu, mereka juga dapat muncul secara dramatis dengan dekompensasi cepat yang mungkin mencakup penyalahgunaan alkohol, kemarahan, agresi, atau kekerasan yang tidak biasa, dan terkadang menyakiti diri sendiri. Dalam situasi militer, ini mungkin dikarenakan oleh masalah disiplin atau pengunduran diri yang tidak terduga. Gejala-gejala yang mungkin muncul juga dapat mencakup penurunan kinerja seseorang, perubahan kepribadian, isolasi sosial dan gejala dengan keluhan somatik yang tidak spesifik, khususnya insomnia.3 Data World Health Organization (WHO) tahun 2005 jumlah penduduk dunia 1

yang menderita PTSD mencapai 3.230.000 orang atau setara dengan 0,2% dari seluruh masyarakat dunia. Dengan persebaran 28,5% atau 921.000 jiwa terdapat di Pasifik Barat, 27,4% atau 885.000 jiwa di Asia Tenggara, 14,2% atau 460.000 jiwa di Eropa, 12,6% atau 407.000 jiwa di Amerika, 9,3% atau 299.000 jiwa di Afrika dan 8,0% atau 258.000 jiwa terdapat di Mediterania Timur. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2005 didapatkan bahwa sebanyak 140 per 1000 penduduk pada usia 15 tahun ke atas mengalami gangguan jiwa dan 23% diantaranya mengalami PTSD.4 Secara garis besar beberapa hal yang dapat menyebabkan PTSD antara lain; kejadian yang membuat stress termasuk kejadian trauma, mendapatkan risiko kelainan mental seperti cemas dan depresi, sifat individu yang temperamental, dan cara otak meregulasi hormon.5

1.2 Tujuan Tutorial ini bertujuan menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai Gangguan Stres Pasca Trauma atau atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gangguan Stres Pasca Trauma atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan gangguan mental yang dapat berkembang setelah seseorang mengalami kejadian traumatis, seperti kekerasan seksual, peperangan, kecelakaan lalu lintas, atau kejadian-kejadian lainnya yang dapat mengancam kehidupan seseorang.1 PTSD semakin dikenal sebagai gangguan kesehatan mental karena beban sosial yang sangat besar, namun juga sebagai gangguan kecemasan. Secara khusus, PTSD dapat dikonseptualisasikan sebagai gangguan rasa takut dan disregulasi stres.2

2.2 Epidemiologi Data World Health Organization (WHO) tahun 2005 jumlah penduduk dunia yang menderita PTSD mencapai 3.230.000 orang atau setara dengan 0,2% dari seluruh masyarakat dunia. Dengan persebaran 28,5% atau 921.000 jiwa terdapat di Pasifik Barat, 27,4% atau 885.000 jiwa di Asia Tenggara, 14,2% atau 460.000 jiwa di Eropa, 12,6% atau 407.000 jiwa di Amerika, 9,3% atau 299.000 jiwa di Afrika dan 8,0% atau 258.000 jiwa terdapat di Mediterania Timur. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2005 didapatkan bahwa sebanyak 140 per 1000 penduduk pada usia 15 tahun ke atas mengalami gangguan jiwa dan 23% diantaranya mengalami PTSD.4 Wanita lebih sering mengalami PTSD dibanding pria. PTSD bisa timbul pada usia kapan saja namun lebih sering pada usia dewasa muda. Pada umumnya, trauma pada pria berhubungan dengan peperangan sedangkan pada wanita sering disebabkan oleh tindakan pemerkosaan. Gangguan ini lebih sering terjadi pada orang yang masih lajang, telah bercerai, orang yang menarikdiri secara sosial atau oramg dengan kelas sosioekonomi yang rendah.6 3

2.3 Etiologi

PTSD dapat terjadi setelah seseorang mengalami kejadian yang sangat menakutkan ataupun kejadian yang membuatnya stress berat. PTSD tidak selalu berkaitan dengan kejadian yang sederhana, seperti kehilangan pekerjaan atau gagal lulus ujian. Jika pernah mempunyai gejala depresi atau cemas, atau tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari keluarga atau teman maka akan meningkatkan kecendrungan mengalami PTSD setelah suatu kejadian trauma. Faktor genetik juga dikatakan mempunyai pengaruh terhadap PTSD.5 Stressor adalah penyebab utama terjadinya PTSD. Stressor berupa kejadian yang traumatis misalnya akibat perkosaan, kecelakaan yang parah, kekerasan pada anak atau pasangan, bencana alam, perang, dipenjara Namun tidak semua orang yang mengalami stressor yang berat mengalami PTSD. Trauma sendiri tidak cukup untuk menyebabkan PTSD. Respon pasien terhadap trauma haruslah takut yang sangat kuat bahkan horor. Dokter harus menilai faktor biologis dan psikososial yang ada pada orang yang telah mengalami trauma.6 Secara garis besar beberapa hal yang dapat menyebabkan PTSD Antara lain : kejadian yang membuat stress termasuk kejadian trauma, mendapatkan risiko kelainan mental seperti cemas dan depresi, sifat individu yang temperamental, dan cara otak meregulasi hormon.5 Beberapa hal yang berkaitan dengan terjadinya PTSD yaitu : 1. Mekanisme mempertahankan hidup Ingatan mengenai pengalaman masa lalu dapat mendorong untuk berpikir mengenai kejadian tersebut secara detail sehingga dapat mempersiapkan diri jika kejadian tersebut terulang, tetapi respon tersebut dapat justru berdampak buruk bagi hidup karena tidak dapat memproses dan melupakan hal yang buruk setelah kejadian yang membuat trauma.5

4

2. Hormonal Penelitian menyebutkan bahwa orang dengan PTSD mempunyai tingkat hormon stress yang tidak seimbang. Orang dengan PTSD terus memproduksi hormon adrenalin yang tinggi dimana kerja hormon ini untuk keadaan yang disebut dengan istilah “fight or flight” walaupun disaat tidak ada ancaman.5 Hormon kortisol berperan dalam proses terminasi dari respon tubuh dalam menghadapi tekanan. Peningkatan hormone kortisol akan menimbulkan efek umpan balik negatif pada aksis hipotalamus-hipofisis-kelenjar adrenal. Individu PTSD mengalami gangguan regulasi neuropeptida dan juga katekolamin

di

otak

pada

waktu

menghadapi

peristiwa

traumatik.

Katekolamin yang meningkat akan membuat individu berada dalam kondisi siaga terus menerus. Jika hormone kortisol gagal mengendalikan proses ini, maka katekolamin akan tetap tinggi dan kondisi ini dikaitkan dengan konsolidasi berlebihan dari ingatan traumatik yang dialami.7 3. Perubahan di otak Proses emosi yang terjadi di otak pada penderita PTSD disebutkan berbeda dibandingkan orang normal. Bagian otak yang bertugas untuk memori dan emosi yang disebut hippocampus didapatkan mempunyai ukuran yang lebih kecil pada penderita PTSD. Hal ini dapat menyebabkan malfungsi pada hippocampus dimana proses yang terjadi pada otak bagian ini tidak dapat berjalan normal sehingga rasa cemas dan depresi tidak berkurang.5

Beberapa faktor predisposisi bagi seorang individu untuk mengalami gangguan stress pasca trauma adalah:7 

Adanya gangguan psikiatrik sebelum trauma baik pada individu yang bersangkutan maupun keluarganya



Adanya trauma masa kanak, seperti kekerasan fisik maupun seksual 5



Kecenderungan untuk mudah menjadi khawatir



Ciri kepribadian ambang, paranoid, dependent atau antisosial



Mempunyai karakter yang bersifat introvert atau isolasi sosial, adanya problem berupa kesulitan menyesuaikan diri



Adanya kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi secara bermakna



Terpapar oleh kejadian-kejadian dalam kehidupan yang luar biasa sebelumnya yang dirasakan sebagai suatu kondisi yang menimbulkan penderitaan.

2.4 Gambaran Klinis Gambaran klinis dari PTSD berupa adanya ingatan-ingatan kembali akan peristiwa-peristiwa traumatik yang pernah dialami serta mendesak untuk timbul ke alam sadar dan disertai adanya mimpi-mimpi buruk. Individu juga dengan sengaja tampak menghindari berbagai situasi atau kondisi yang mengingatkannya akan peristiwa traumatik tersebut.7 Umumnya individu dengan PTSD datang ke dokter tidak dengan gejala tersebut. Mereka umumnya datang dengan keluhan berupa gejala-gejala depresi, ideide bunuh diri, penarikan diri dari lingkungan sosial, kesulitan tidur, penyalahgunaan alcohol/zat adiktif lainnya, berbagai keluhan fisik seperti nyeri kronik, irritable bowel symptoms. PTSD seringkali berhubungan dengan keluhan fisik dan penurunan kesehatan secara umum.7

3 kelompok utama gejala (tidak ada sebelum pajanan):

1. Intrusions (pengacauan) a. Kilasan balik b. Mimpi buruk 6

c. Ingatan yang hidup Pada orang dengan PTSD, ingatan tentang trauma berulang kembali secara tak terduga, dan episode yang disebut "kilas balik" mengganggu kehidupan mereka saat ini. Hal ini terjadi ketika ingatan yang tiba-tiba dan jelas, disertai dengan emosi yang menyakitkan, mengambil alih perhatian orang tersebut. Kilas balik mungkin begitu kuat sehingga individu merasa seperti mereka benar-benar menghidupkan kembali pengalaman traumatis atau melihatnya terbuka di depan mata mereka dan dalam mimpi buruk.8 2. Avoidance (penghindaran) a. Menghindari hal-hal yang mengingatkan b. Menghindari hubungan dengan orang lain Gejala penghindaran memengaruhi hubungan dengan orang lain. Seseorang dengan PTSD sering menghindari ikatan emosional yang dekat dengan keluarga, kolega, dan teman. Pada awalnya, orang tersebut mungkin merasa mati rasa, telah berkurang emosinya, dan mungkin hanya menyelesaikan aktivitas mekanis dan rutin. Kemudian, ketika menghidupkan kembali peristiwa traumatis, individu dapat bergantian antara banjir emosi yang disebabkan oleh kilas balik dan ketidakmampuan untuk merasakan atau mengekspresikan emosi sama sekali. Seseorang dengan PTSD menghindari situasi atau kegiatan yang mengingatkan peristiwa traumatis yang asli.8 Ketidakmampuan seseorang dengan PTSD untuk mengatasi kesedihan, kemarahan, atau ketakutan dari peristiwa traumatis berarti trauma dapat terus mempengaruhi perilaku orang tersebut tanpa orang itu menyadarinya. Depresi adalah produk umum dari ketidakmampuan ini untuk menyelesaikan perasaan yang menyakitkan. Beberapa orang juga merasa bersalah karena selamat dari bencana jika yang lain — terutama teman atau keluarga tidak.8

7

3. Hyperarousal (rangsangan yang berlebihan) a. Ansietas yang menetap b. Kewaspadaan yang berlebihan c. Konsentrasi buruk d. Insomnia PTSD dapat menyebabkan individu untuk bertindak seolah-olah mereka terusmenerus terancam oleh trauma yang menyebabkan penyakit mereka. Mereka dapat tiba-tiba menjadi mudah marah atau meledak, bahkan ketika tidak diprovokasi. Mereka mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi atau mengingat informasi saat ini, dan, karena mimpi buruk yang menakutkan, mungkin mengembangkan insomnia. Perasaan konstan ini bahwa bahaya sudah dekat menyebabkan reaksi mengejutkan berlebihan. 8 Akhirnya, banyak orang dengan PTSD juga berusaha untuk melepaskan diri dari kilas balik menyakitkan, kesepian, dan kecemasan dengan menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan lain untuk "mengobati diri sendiri" atau membantu mereka untuk menumpulkan atau melupakan rasa sakit dan trauma sementara. Seseorang dengan PTSD mungkin menunjukkan kontrol yang buruk atas impulsnya dan mungkin berisiko untuk bunuh diri.8

2.5 Diagnosis Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III: 1. Diagnosis baru ditegakkan bilaman gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatic berat (masa laten yang berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jangan sampai melampaui 6 bulan). Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja manifestasi 8

klinisnya adalah khas dan tidak terdapat alternative kategori gangguan lainnya. 2. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus dibedakan baying-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatic tersebut secara berulang-ulang kembali (flashbacks) 3. Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas. 4. Suatu “sequelae” manahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa). Tabel 1. Diagnostic Criteria Post Traumatic Stress Disorder menurut DSM-5.1 Diagnostic Criteria : A. Exposure to actual or threatened death, serious injury, or sexual violence in one (or more) of the following ways: 1. Directly experiencing the traumatic event(s). 2. Witnessing, in person, the event(s) as it occurred to others. 3. Learning that the traumatic event(s) occurred to a close family member or close friend. In cases of actual or threatened death of a family member or friend, the event(s) must have been violent or accidental. 4. Experiencing repeated or extreme exposure to aversive details of the traumatic event(s) (e.g., first responders collecting human remains: police officers repeatedly exposed to details of child abuse).

B. Presence of one (or more) of the following intrusion symptoms associated with the traumatic event(s), beginning after the traumatic event(s) occurred: 1. Recurrent, involuntary, and intrusive distressing memories of the traumatic event(s). 2. Recurrent distressing dreams in which the content and/or affect of the dream are related to the traumatic event(s).

9

3. Dissociative reactions (e.g., flashbacks) in which the individual feels or acts as if the traumatic event(s) were recurring. (Such reactions may occur on a continum, with the most extreme expression being a complete loss of awareness of present surroundings.) 4. Intense or prolonged psychological distress at exposure to internal or external cues that symbolize or resemble an aspect of the traumatic event(s). 5. Marked physiological reactions to internal or external cues that symbolize or resemble an aspect of the traumatic event(s).

C. Persistent avoidance of stimuli associated with the traumatic event(s), beginning after the traumatic event(s) occurred, as evidenced by one or both of the following: 1. Avoidance of or efforts to avoid distressing memories, thoughts, or feelings about or closely associated with the traumatic event(s). 2. Avoidance of or efforts to avoid external reminders (people, places, conversations, activities, objects, situations) that arouse distressing memories, thoughts, or feelings about or closely associated with the traumatic event(s).

D. Negative alterations in cognitions and mood associated with the traumatic event(s), beginning or worsening after the traumatic event(s) occurred, as evidenced by two (or more) of the following: 1. Inability to remember an important aspect of the traumatic event(s) (typically due to dis sociative amnesia and not to other faktors such as head injury, alcohol, or drugs). 2. Persistent and exaggerated negative beliefs or expectations about oneself, others, or the world (e.g., “I am bad,” “No one can be trusted,” ‘The world is completely dangerous,” “My whole nervous system is permanently ruined”). 3. Persistent, distorted cognitions about the cause or consequences of the traumatic event(s) that lead the individual to blame himself/herself or others. 4. Persistent negative emotional state (e.g., fear, horror, anger, guilt, or shame). 5. Markedly diminished interest or participation in significant activities. 6. Feelings of detachment or estrangement from others. 10

7. Persistent inability to experience positive emotions (e.g., inability to experience happiness, satisfaction, or loving feelings).

E. Marked alterations in arousal and reactivity associated with the traumatic event(s), beginning or worsening after the traumatic event(s) occurred, as evidenced by two (or more) of the following: 1. Irritable behavior and angry outbursts (with little or no provocation) typically expressed as verbal or physical aggression toward people or objects. 2. Reckless or self-destructive behavior. 3. Hypervigilance. 4. Exaggerated startle response. 5. Problems with concentration. 6. Sleep disturbance (e.g., difficulty falling or staying asleep or restless sleep).

F. Duration of the disturbance (Criteria B, C, D, and E) is more than 1 month.

G. The disturbance causes clinically significant distress or impairment in sosial, occupational, or other important areas of functioning.

H. The disturbance is not attributable to the physiological effects of a substance (e.g., medication, alcohol) or another medical condition

American Pcychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 5th ed. Washington, DC: American Pcychiatric Publishing.

2.6 Penatalaksanaan Penatalaksanaan penderita PTSD dapat dilakukan dengan farmakoterapi dan psikoterapi. Pemberian farmakoterapi merupakan pegobatan penting untuk penderita 11

PTSD dengan disesuaikan berdasarkan tingkat keparahan gejala dan gejala spesifik yang dialami penderita. Berbagai teknik untuk meredakan kecemasan seperti relaksasi, teknik mengatur pernapasan dan mengontrol pikiran-pikiran terbukti bermanfaat untuk individu dengan PTSD. Medikasi yang terbukti bermanfaat untuk mengatasi kasus PTSD adalah pemberian antidepresan golongan SSRI (Selective Serotonin Re- uptake Inhibitor). Obat golongan ini akan bekerja sebagai penghambat pengambilan kembali serotonin di celah sinaps sehingga jumlah serotonin dicelah sinaps semakin bertambah. Sehingga golongan ini efektif untuk semua gejala penderita PTSD dan memiliki efek samping paling minimal.7 Gejala yang dapat obati dengan golongan SSRI antara lain; Pikiran yang intrusif, flashback, ketakutan yang berhubungan dengan trauma, panik, menghindar, emosi tumpul/numbing, gejala disasosiatif, mudah marah/tersinggung, sulit konsentrasi dan rasa bersalah. SSRI yang digunakan seperti Fluoxetin 10-60mg/hari, Sertralin 50-200mg/hari, atau Fluvoxamine 50-300mg/hari.7 Selain itu terdapat golongan antidepresan lain yang juga diajurkan untuk mengobati gejala PTSD yang timbul seperti golongan anti-depresi trisiklik yaitu Amitriptyline 50-300mg/hari dan Imipramin 50-300mg/hari.7

2.7 Prognosis Prognosis pada penyakit PTSD berbeda-beda tergantung pada pasien. Prognosis yang baik ditentukan dengan onset gejala yang cepat, durasi gejala yang singkat, fungsi pramorbid yang baik, dukungan sosial yang kuat, tidak adanya gangguan psikiatri, kondisi medis, dan penggunaan zat berbahaya lainnya. Prognosis yang buruk pada umumnya dialami oleh pasien yang berusia sangat muda dan lanjut usia. Sedangkan pasien pada usia pertengahan, dapat ditoleransi lebih baik.6

12

BAB 3 KESIMPULAN

Gangguan Stres Pasca Trauma atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan gangguan mental yang dapat berkembang setelah seseorang mengalami kejadian traumatis. Hal yang dapat menyebabkan PTSD yaitu kejadian yang membuat stress termasuk kejadian trauma, mendapatkan risiko kelainan mental seperti cemas dan depresi, dan cara otak meregulasi hormon. Gambaran klinis dari PTSD berupa adanya ingatan-ingatan kembali akan peristiwa-peristiwa traumatik yang pernah dialami serta mendesak untuk timbul ke alam sadar dan disertai adanya mimpi-mimpi buruk. Tiga gejala yaitu Intrusions (pengacauan), Avoidance (penghindaran) dan Hyperarousal (rangsangan yang berlebihan).Dan penatalaksanaan penderita PTSD dapat dilakukan dengan farmakoterapi dan psikoterapi.

13

DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing. pp. 271–280. 2. Lynn M. A. 2015. Genetic approaches to understanding post-traumatic stress disorder. Int J Neuropsychopharmacol. 2014 Feb; 17(2): 355–370. 3. Coetzee R.H. 2010. Detecting post-deployment mental health problems in primary care. J R Army Med Corps;156:196-9. 4. Adshead G, Ferris S. Treatment Of Victims of Trauma. Advances in Psychiatric Treatment.2007;13:358-368. 5. Kirkpatrick, H. and Heller, G. (2014). Post-Traumatic Stress Disorder: Theory and Treatment Update. The International Journal of Psychiatry in Medicine, 47(4), pp.337-346 6. Sadock, B.J. & Sadock, V.A. 2010. Kaplan & Sadock’s Concise textbook of Clinical Psychiatry. 2th edition. Jakarta: ECG. 7. Wiguna, T. 2010. Gangguan Stres Pasca Trauma dalam Elvira, S. & Gitayanti H. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. 8. American Psychiatric Association. 2011. Posttraumatic Stress Disorder. Diakses dari https://www.dean.edu/uploadedFiles/Content/Campus_Life/Accordions/Counseling_ Resources/PTSD.pdf

14

More Documents from "Sulistyaning Tyas"

Ptsd.docx
October 2019 10
Bab I-ii.docx
October 2019 15
Mutaba'ah Yaumiyah.docx
October 2019 13