EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA KOMPUTER DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TAJWID (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta)
Disusun oleh: EKA LUSIANDANI KONCARA
SD NEGERI 2 CIBOGOGIRANG UPTD PEMBINAAN TK-SD DAN PLS KECAMATAN PLERED DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWAKARTA 2009
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA KOMPUTER DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TAJWID (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta)
Disusun oleh: EKA LUSIANDANI KONCARA
Kepala SD Negeri 2 Cibogogirang
Penulis
H A S A N U D I N
EKA LUSIANDANI KONCARA
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, kepada-Nya kita berbakti, dan kepada-Nya pula kita memohon ampun atas segala dosa dan alpa kita. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, kepada para sahabat, para tabi‟in dan para penerus perjuangan mereka. Atas karunia dan nikmat yang melimpah ruah dari Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini, yang berjudul “Efektifitas Pemanfaatan Media Komputer dalam Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tajwid. Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah diupayakan disusun dengan seoptimal mungkin, meskipun tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan di dalamnya. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Hasanudin selaku Kepala SD Negeri 2 Cibogogirang yang telah memfasilitasi dan memberi bimbingan dalam penelitian ini. 2. Bapak Husen selaku Guru Kelas IV A, yang telah membantu sepenuhnya dalam pelaksanaan penelitian sebagai observer. 3. Rekan-rekan pengajar di SD Negeri 2 Cibogogirang yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini. i
4. Istri tercinta, keluarga dan semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan demi kelancaran penyusunan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan PTK ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang berharga bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya di lingkungan SD Negeri 2 Cibogogirang. Hanya kepada Allah jualah kita berserah diri, semoga gerak langkah kita senantiasa atas bimbingan-Nya dan mendapat ridho dari-Nya.
Purwakarta, 11 Agustus 2009 Penulis
Eka Lusiandani Koncara
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ii
ABSTRAK .......................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
8
C. Tujuan Penelitian...........................................................................
8
D. Manfaat Penelitian.........................................................................
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS .....................................
10
A. Tinjauan Pustaka ...........................................................................
10
1. Pendidikan dan Pembelajaran .................................................
10
2. Pendidikan Agama Islam ........................................................
22
a. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ................................
22
b. Pembelajaran Tajwid dalam Pendidikan Agama Islam.....
24
B. Kerangka Pemikiran ......................................................................
27
1. Media Komputer .....................................................................
27
2. Hasil Belajar ............................................................................
28
3. Pembelajaran Tajwid ...............................................................
29
C. Hipotesis Tindakan ........................................................................
30
iii
BAB III
METODE PENELITIAN ..............................................................
31
A. Jenis Penelitian ..............................................................................
31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................
35
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
39
D. Analisis Data .................................................................................
41
E. Prosedur Penelitian ........................................................................
42
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ......................................
44
A. Siklus I...........................................................................................
45
B. Siklus II .........................................................................................
49
C. Pembahasan ...................................................................................
52
BAB V
PENUTUP .....................................................................................
54
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
57
LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................
60
iv
ABSTRAK
Judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah “Efektifitas Pemanfaatan Media Komputer dalam Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tajwid”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemanfaatan media komputer dalam peningkatan hasil belajar pada pembelajaran tajwid di kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas, yaitu penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru dalam lingkup kelas sebagai upaya memperbaiki atau peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian dilakukan di salah satu rombongan belajar kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang, yang terdiri atas 27 siswa. Data yang dibutuhkan diambil melalui tes hasil belajar dan observasi. Dari tes hasil belajar di setiap siklus, kemudian di analisa tingkat peningkatan hasil belajar siswa. Dari tes tersebut dapat diketahui seberapa besar peningkatan ratarata nilai hasil belajar siswa, sehingga dapat diketahui seberapa efektif pemanfaatan media komputer pada pembelajaran tajwid. Pada siklus I, dengan menggunakan media komputer, nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh adalah sebesar 62,22, dengan 8 siswa yang berhasil mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 17,41 atau 38,85%. Sedangkan nilai ketuntasan klasikal baru mencapai angka 29,63%. Keadaan kelas pun kurang kondusif karena sebagian kelompok siswa yang tidak sedang menggunakan komputer, tidak memiliki tugas lain. Pada siklus II, dengan media yang sama, nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh meningkat menjadi 84,81, dengan 20 siswa yang berhasil mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 22,59 atau 36,31%, dan nilai ketuntasan klasikal mencapai angka 74,07%. Keadaan kelas pun lebih kondusif karena menggunakan lembar kerja siswa untuk kemudian dikerjakan bersama kelompoknya, sehingga siswa yang tidak sedang menggunakan komputer memiliki tugas lain. Kesimpulan yang didapat ialah bahwa hipotesis “Media komputer efektif untuk dimanfaatkan pada pembelajaran tajwid serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan”, dapat diterima.
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
1
2
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab penuh dalam menjalankan amanat undang-undang tersebut. Sekolah merupakan suatu institusi yang dirancang untuk membawa siswa pada proses belajar, di bawah pengawasan guru atau tenaga pendidik profesional. Sekolah terdiri atas jenjang-jenjang
pendidikan,
yaitu
tahapan
pendidikan
yang
ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Learning is usually defined as any modification of behavior resulting from an individual’s previous experience. Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah suatu proses yang akan membuat seseorang menjadi lebih baik atau lebih meningkat sesuatunya dari sebelumnya. (Bahaudin, 2007:116)
3
Sebagai suatu proses, pembelajaran membutuhkan beberapa unsur untuk terlaksananya proses tersebut, serta demi memperoleh hasil yang optimal. Salah satunya adalah media pembelajaran. Rasulullah SAW pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT, sebagai berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-Alaq : 1-5) Jelas sekali bahwa perintah yang pertama kali diturunkan Allah SWT kepada umat manusia melalui Rasul-Nya adalah perintah untuk belajar. Dan terlihat jelas bahwa proses belajar yang dicontohkan dan Allah SWT pun menggunakan media (dengan kalam), sehingga manusia dapat mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Penggunaan media ini mutlak adanya dalam suatu proses pembelajaran. Schramm mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran. Sedangkan, National Education Associaton mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi
4
dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. (http://akhmadsudrajat/ wordpress.com/, 2008) Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya: 1. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik 2. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya 3. Projected still media: slide, projector, dan sejenisnya 4. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
5
Media komputer saat ini menjadi sangat populer dan menjadi salah satu media belajar yang paling digandrungi oleh para siswa. Hal ini disebabkan karena komputer sebagai media belajar, selain mampu menampilkan bahan ajar yang bersifat audio-visual, tetapi juga dapat dimanfaatkan secara interaktif. Inilah salah satu kelebihan media komputer yang tidak dimiliki oleh media apapun di dunia saat ini. Media komputer yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut juga sebagai komputer pendidikan. Komputer pendidikan adalah penggunaan komputer dalam dunia pendidikan sebagai alat bantu belajar. Penggunaan komputer sebagai media belajar saat ini sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Bentuk komunikasi guru dalam budaya „talk and chalk‟ harus mulai dihilangkan, karena nyaris tidak ada perubahan yang menonjol dalam hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki seseorang sebagai akibat proses belajar yang telah ditempuhnya. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan yang dicapai oleh pembelajar/peserta didik. Hasil belajar bukan sekedar penguasaan suatu hasil latihan melainkan adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah kognitif, afektif, ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu kepribadian. Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat perubahan dalam salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut.
6
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Guru sebagai pendidik diharapkan dapat mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah distandarisasi oleh Badan Nasional Standar Pendidikan Republik Indonesia melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pengembangan proses dan metode pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa dan merupakan tanggung jawab guru sebagai pendidik untuk mencapai hasil belajar yang optimal secara efektif dan menyenangkan. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut: Al Qur‟an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan Islam. Ilmu Tajwid merupakan salah satu materi pembelajaran yang termasuk
7
dalam aspek Al Qur‟an dan Hadits yang kemudian harus disampaikan kepada siswa melalui proses pembelajaran yang menyenangkan. Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan Al-Quran dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca. Mempelajari ilmu tajwid wajib hukumnya, sebagaimana Allah SWT berfirman:
“…dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil).” (Q.S. al-Muzzammil : 4) Di lingkungan SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta, materi pembelajaran Tajwid merupakan salah satu materi Pendidikan Agama Islam yang siswanya memiliki hasil belajar di bawah rata-rata. Hal ini tentu membutuhkan perhatian dan upaya lebih, termasuk dengan mencoba memanfaatkan media komputer untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi pembelajaran tajwid. SD Negeri 2 Cibogogirang yang telah memiliki perangkat komputer lengkap dengan perangkat lunaknya, memiliki cukup sarana, paling tidak untuk memulai upaya tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang mengambil judul “Efektifitas Pemanfaatan Media Komputer dalam Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tajwid”.
8
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah ialah pertanyaan yang dicarikan jawabannya melalui penelitian, yang dirumuskan dalam suatu kalimat pertanyaan. (Suharsimi Arikunto, 1999:56) Mengacu pada apa yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menyusun suatu rumusan masalah penelitian yaitu, “Bagaimana efektifitas pemanfaatan media komputer dalam peningkatan hasil belajar pada pembelajaran tajwid di kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta?” Dari rumusan masalah tersebut, maka muncul pertanyaan masalah sebagai berikut: 1. Apakah komputer dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai media dalam materi pembelajaran tajwid di kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta? 2. Apakah media komputer memberi kontribusi dalam peningkatan hasil belajar pada pembelajaran tajwid secara signifikan?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan muara dari suatu penelitian yang dibuat secara spesifik, terbatas, dan dapat diperiksa dengan hasil penelitian. Tujuan penelitian memiliki hubungan yang erat dengan kegunaan penelitian atau signifikansi penelitian. (Cik Hasan Bisri, 2001:32) Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, penulis menentukan tujuan penelitian ini sebagai berikut:
9
1. Untuk mengetahui apakah komputer dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai media dalam materi pembelajaran tajwid di kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. 2. Untuk mengetahui apakah media komputer memberi kontribusi dalam peningkatan hasil belajar pada pembelajaran tajwid secara signifikan.
D. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat berguna antara lain: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan keilmuan di bidang pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam di jenjang pendidikan dasar, terutama dalam materi pembelajaran tajwid. 2. Secara praktis, diharapkan dapat memberi gambaran tentang bagaimana pemanfaatan media komputer dalam meningkatkan hasil belajar siswa di jenjang pendidikan dasar, khususnya pada materi pembelajaran tajwid, serta apa saja kelebihan serta kekurangannya.
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan dan Pembelajaran Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih
mendalam
yaitu
pemberian
pengetahuan,
pertimbangan
dan
kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
10
11
Dalam
bahasa
Inggris
istilah
pendidikan
menggunakan
kata
“education”, yang biasanya dihubungkan dengan pendidikan di sekolah. Kata “education” berhubungan dengan kata dari bahasa Latin “educere” yang berarti “mengeluarkan suatu kemampuan”. Karena itu, pendidikan berarti membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri anak (Uyoh Sadulloh, 2007 : 2). Pada hakekatnya, pendidikan mengandung tiga unsur, yaitu: a. Mendidik, menurut Darji Darmodiharjo, menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, kesusilaan, ketaqwaan, dan sebagainya. Mendidik anak menyangkut seluruh kepribadian anak didik. b. Mengajar, yaitu memberi pelajaran tentang ilmu yang kemudian dapat bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Mengajar disebut juga pembentukan intelektualitas anak didik. c. Melatih, yaitu usaha berulang-ulang untuk membentuk suatu keterampilan sehingga terjadi mekanisasi atau pembiasaan. Melatih hanya dilakukan pada hal yang menyangkut segi psikomotoris kepribadian. Tujuan pendidikan merupakan hasil yang diharapkan dari suatu proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan
pendidikan
nasional
sebagaimana
diamanatkan
oleh
Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki
12
pengetahuan dan keterampilan, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan
bahwa
Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab penuh dalam menjalankan amanat undang-undang tersebut. Sekolah merupakan suatu institusi yang dirancang untuk membawa siswa pada proses belajar, di bawah pengawasan guru atau tenaga pendidik profesional. Sekolah terdiri atas jenjang-jenjang pendidikan, yaitu tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Tata urutan tujuan pendidikan diawali dari Tujuan Pendidikan Nasional, kemudian Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler sampai pada Tujuan Instruksional. Sistem persekolahan di negara kita adalah berjenjang yang melembaga pada suatu tingkatan. Untuk itu maka pada tiap lembaga hendaknya juga digariskan adanya suatu tujuan pendidikan yang kita sebut tujuan institusional.
13
Suatu lembaga pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan akan memberikan sejumlah isi pengajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga
merupakan
sejumlah pengalaman
belajar
yang menunjang
tercapainya tujuan pendidikan, inilah yang disebut dengan tujuan kurikuler. Sedangkan tujuan instruksional merupakan penjabaran yang terakhir dari tujuan-tujuan yang terdahulu dan lebih atas. Tujuan ini diharapkan dapat tercapai pada saat terjadinya proses belajar mengajar secara langsung yang terjadi pada setiap hari. Dalam pelaksanaannya tujuan ini harus dirumuskan pada saat penyusunan atuan pelajaran. Dalam pelaksanaannya, pendidikan memerlukan suatu standar sebagai acuan yang berfungsi untuk mengendalikan jalannya proses pendidikan dalam pencapaian tujuan pendidikan. Proses pendidikan merupakan interaksi antar berbagai unsur pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan. Pendidikan tidak akan berkembang tanpa adanya suatu usaha yang disebut inovasi pendidikan. Inovasi merupakan suatu gagasan baru yang
14
diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses, dan jasa. Inovasi merupakan suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari hal yang ada sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Terdapat tiga atribut pokok belajar, yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman (Udin S. Winataputra, 2005 : 23). Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah suatu proses yang akan membuat seseorang menjadi lebih baik atau lebih meningkat sesuatunya dari sebelumnya (Bahaudin, 2007:116). Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari komponen-komponen berikut: tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, alat pembelajaran, siswa, dan guru. Yang menjadi
15
komponen utama dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, karena semua komponen lainnya mengacu kepada tujuan pembelajaran. Karena itu, untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran, hal yang harus dirumuskan pertama kali adalah tujuan pembelajaran. Tujuan utama belajar adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu anak didik untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Apa yang dipelajari dalam situasi tertentu harus memungkinkannya untuk memahami hal-hal lain. Belajar hanya akan terjadi dengan kegiatan anak didik itu sendiri. Anak didik bukanlah bejana yang harus diisi oleh guru dengan berbagai pengetahuan. Proses belajar dapat dibedakan ke dalam tiga fase, yaitu: a. Fase informasi, yaitu fase dimana anak didik memperoleh informasi yang menambah, memperhalus dan memperdalam, atau bahkan menentang pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. b. Fase transformasi, yaitu fase penganalisaan informasi yang telah didapat untuk kemudian diubah ke dalam bentuk yang lebih konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. c. Fase evaluasi, yaitu fase penilaian apakah informasi yang didapat dan telah ditransformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. Rasulullah SAW menerima wahyu pertamanya dari Allah SWT, sebagai berikut:
16
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-Alaq : 1-5) Jelas sekali bahwa perintah yang pertama kali diturunkan Allah SWT kepada umat manusia melalui Rasul-Nya adalah perintah untuk belajar. Dan terlihat jelas bahwa proses belajar yang dicontohkan dan Allah SWT pun menggunakan media (dengan kalam), sehingga manusia dapat mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Penggunaan media ini mutlak adanya dalam suatu proses pembelajaran. Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya: a. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik b. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya c. Projected still media: slide, projector, dan sejenisnya d. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Terdapat beberapa faktor yang merupakan karakteristik dari media, antara lain : a. Kemampuan dalam menyajikan gambar (presentation)
17
b. Faktor ukuran (size); besar atau kecil c. Faktor warna (color): hitam putih atau berwarna d. Faktor gerak: diam atau bergerak e. Faktor bahasa: tertulis atau lisan f. Faktor keterkaitan antara gambar dan suara: gambar saja, suara saja, atau gabungan antara gambar dan suara. Klasifikasi jenis media adalah sebagai berikut : a. Media cetak b. Media yang dipamerkan (displayed media) c. Overhead transparancy d. Rekaman suara e. Slide suara dan film strip f. Presentasi multi gambar g. Video dan film h. Pembelajaran berbasis komputer (computer based learning) Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan,
18
saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Media pembelajaran menurut fungsinya terbagi ke dalam empat macam, yaitu: a. Alat untuk menyampaikan pengalaman yang tidak dapat diperoleh dengan pengalaman langsung selazimnya di sekolah. b. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala. c. Alat dramatisasi yang dapat mendramatisasikan sejarah atau kejadian untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala. d. Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprogram yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi timbal balik tentang respon murid. Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan. Kata computer semula dipergunakan untuk menggambarkan orang yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi hampir eksklusif berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan matematika. Dalam definisi seperti itu terdapat alat seperti slide rule, jenis kalkulator mekanik mulai dari abakus dan seterusnya, sampai semua komputer elektronik yang
19
kontemporer. Istilah lebih baik yang cocok untuk arti luas seperti "komputer" adalah "yang memproses informasi" atau "sistem pengolah informasi." Pembelajaran dengan bantuan komputer atau Computer Assisted Instruction (CAI) adalah pengajaran yang menggunakan komputer sebagai alat bantu. Komputer ini membuka berbagai kemungkinan yang dapat dimanfaatkan guna pendidikan. Bila dibandingkan dengan pengajaran konvensional, dengan komputer anak didik dapat belajar lebih cepat. Akan tetapi, hasil belajar murid tidak dinilai berdasarkan norma dalam kelas, karena anak didik bekerja secara individual. Media komputer saat ini menjadi sangat populer dan menjadi salah satu media belajar yang paling digandrungi oleh para siswa. Hal ini disebabkan karena komputer sebagai media belajar, selain mampu menampilkan bahan ajar yang bersifat audio-visual, tetapi juga dapat dimanfaatkan secara interaktif. Inilah salah satu kelebihan media komputer yang tidak dimiliki oleh media apapun di dunia saat ini. Media komputer yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut juga sebagai komputer pendidikan. Ir. Bambang Yuwono (2002) menyebutkan bahwa komputer pendidikan adalah penggunaan komputer dalam dunia pendidikan sebagai alat bantu belajar. Penggunaan komputer sebagai media belajar saat ini sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Bentuk komunikasi guru dalam budaya „talk and chalk‟ harus mulai dihilangkan, karena nyaris tidak ada perubahan yang menonjol dalam hasil belajar yang dicapai.
20
Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki seseorang sebagai akibat proses belajar yang telah ditempuhnya. William Burton (2005) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan yang dicapai oleh pembelajar/peserta didik. Hasil belajar bukan sekedar penguasaan suatu hasil latihan melainkan adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah kognitif, afektif, ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu kepribadian. Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat perubahan dalam salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut. Hasil belajar anak didik dapat dilihat dengan melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi berguna untuk mengetahui sampai mana pencapaian siswa terhadap suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan evaluasi pendidik juga dapat memperoleh timbal balik yang kemudian digunakan untuk memperbaiki serta mengembangkan proses pembelajaran berikutnya. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Evaluasi antara lain mengunakan tes atau non tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar.
21
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Non tes adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan cara: a. Skala bertingkat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan anak didik berdasarkan tingkat tinggi rendahnya penguasaan dan penghayatan pembelajaran yang telah diberikan. b. Daftar cocok, yaitu suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan dijawab dengan membubuhkan tad cocok (x) pada kolom yang telah disediakan. c. Wawancara, yaitu semua proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain, mendengar dengan telinganya sendiri suaranya. d. Daftar angket, yaitu bentuk tes yang berupa daftar pertanyaan yang diajukan pada responden, baik berupa keadaan diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dan pendapatnya tentang sesuatu. e. Pengamatan, yaitu teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara meneliti secara cermat dan sistematis dengan menggunakan alat indra terhadap aspek-aspek tingkah laku siswa disekolah. f. Riwayat hidup, yaitu salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian.
22
Secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan
dan
keberhasilan
seorang
peserta
didik.
Namun
dalam
perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Ada dua jenis evaluasi pembelajaran yang dikenal, yaitu : a. Evaluasi
harian,
dilaksanakan setiap selesai
masa satu
periode
pembelajaran. Untuk materi yang bersifat pemikiran atau pengetahuan umum, evaluasi dilakukan secara lisan. Untuk materi yang membutuhkan keahlian, evaluasi dilakukan dengan praktek secara langsung. b. Evaluasi umum, yang diselenggarakan 2 kali dalam setahun. Ujian diselenggarakan secara terpisah untuk setiap jurusan di setiap jenjang.
2. Pendidikan Agama Islam a. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan dalam dunia taktik “curere” yang berarti “berlari”. Istilah tersebut erat hubungannya dengan kata “curier” atau kurir yang berarti penghubung atau seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat lain. Seorang kurir harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian diartikan sebagai orang sebagai suatu jarak yang harus ditempuh (S. Nasution, 2000 : 5).
23
Kurikulum kemudian diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetalman yang ditempuht atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah. Di samping itu, kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang disengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Itulah sebabnya orang pada waktu lalu juga menyebut kurikulum dengan istilah "Rencana Pembelajaran" yang merupakan terjemahan istilah “Learning Plan”. Rencana pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam asas-asas didaktik yang harus dikuasai (atau paling tidak diketahui) oleh seorang guru atau calon guru. Kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam hal ini kita dapat memandang bahwa kurikulum merupakan suatu program yang didesain, direncanakan, dikembangkan dan akan dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan di sekolah. Atas dasar hal tersebut, kurikulum kemudian dapat didefinisikan sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
24
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat (Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD/MI Tahun 2006). b. Pembelajaran Tajwid dalam Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut: Al Qur‟an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan Islam. Ilmu tajwid merupakan salah satu materi pembelajaran yang termasuk dalam aspek Al Qur‟an dan Hadits yang kemudian harus disampaikan kepada siswa melalui proses pembelajaran yang menyenangkan. Ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara dan menjaga bacaan Al-Quran dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca. Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardlu ‘kifayah, sedangkan hukum membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar adalah fardlu ‘ain, sebagaimana Allah SWT berfirman:
25
“…dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil).” (Q.S. alMuzzammil : 4) Ruang lingkup bahasan ilmu tajwid adalah seputar huruf hijaiyah (makharijul huruf) dan berbagai harakat (mad) serta berbagai hal lainnya yang berkaitan dengan bacaan Al-Qur‟an, seperti: hukum bacaan nun mati dan tanwin, hukum bacaan mim mati, hukum bacaan alif lam, hukum bacaan qalqalah, dan hukum waqaf. Hukum bacaan nun mati dan tanwin merupakan materi pembelajaran yang penulis angkat dalam penelitian ini, yang merupakan satu materi pembelajaran di kelas 4 semester 1 SD/MI. Sebagaimana tertera dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP/MTs yang diterbitkan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP), sebagai berikut: Kelas/Semester
: 4 (empat) / 1 (satu)
Standar Kompetensi
: Membaca surat-surat Al Qur‟an.
Kompetensi Dasar
:
a. Membaca QS Al-Fatihah dengan lancar. b. Membaca QS Al-Ikhlas dengan lancar. Materi Pokok
: Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin.
Terdapat empat hukum bacaan nun mati dan tanwin, yaitu: a. Idzhar khalqi, yaitu nun mati dan tanwin harus dibaca terang, pendek dan jelas, tidak samar dan tidak mendengung, apabila bertemu dengan salah
26
satu huruf khalqi (tenggorokan). Yang termasuk huruf khalqi yaitu ha, kha, ‘ain, ghin, Ha, dan Hamzah. b. Idgham, yang terbagi atas: 1) Idgham bighunnah, yaitu memasukkan suara nun mati dan tanwin ke dalam suara salah satu hurufnya dengan men-tasydid-kan dan mendengungkannya, serta dibaca agak panjang. Huruf-huruf Idgham bighunnah yaitu ya, nun, mim, dan wau. 2) Idgham bilaghunnah, yaitu memasukkan suara nun mati dan tanwin ke dalam suara salah satu hurufnya dengan men-tasydid-kan tetapi tidak mendengungkannya
dan
dibaca
pendek.
Huruf-huruf
Idgham
bighunnah yaitu lam dan ra’. c. Iqlab, yaitu menukar suara nun mati dan tanwin dengan suara mim apabila bertemu dengan huruf ba, serta dibaca mendengung dan agak panjang. d. Ikhfa haqiqi, yaitu nun mati dan tanwin harus dibaca samar (menyembunyikan bentuk aslinya) sehingga terdengar mendengung dan agak panjang apabila bertemu dengan salah satu hurufnya, yaitu: ta, tsa, jim, dal, dza, zay, sin, syin, shod, dlod, tho, dzo, fa, qaf, dan kaf.
27
Berikut diagram hukum bacaan nun mati dan tanwin:
B. Kerangka Pemikiran 1. Media Komputer Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Komputer adalah sebuah mesin elektronik yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi secara cepat dan tepat. Pendapat lain mengatakan bahwa komputer hanya sebuah komponen fisik dari sebuah sistem yang memerlukan program untuk menjalankannya. Komputer adalah sebuah alat dimana kemampuannya sangat tergantung pada manusia yang mengoperasikan (user) dan perangkat lunak (software) yang digunakan.
28
Dengan demikian, media komputer adalah alat bantu pembelajaran elektronik interaktif berupa komputer atau sejenisnya (personal computer, notebook, dsb) yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar yang menarik pada diri peserta didik. Dalam hal ini, media pembelajaran yang akan penulis gunakan adalah: a. Komputer Desktop (Personal Computer), yang didukung fasilitas multimedia dan perangkat lunak Macromedia Flash Player. b. Perangkat Lunak “Al-Qur’an Digital V.3.1”, karya: Sony Sugema tahun 2004. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh proses perubahan, dan perubahan itu dapat diamati dalam bentuk perubahan tingkah laku yang dapat bertahan selama beberapa periode waktu. Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, penulis mendefinisikan hasil belajar sebagai nilai perubahan perilaku yang dapat diamati, yang dicapai siswa setelah melalui suatu proses pembelajaran.
29
3. Pembelajaran Tajwid Tajwid
ialah
memperbaiki
bacaan
al-Qur‟an
dalam
bentuk
mengeluarkan huruf-huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya, baik yang asli maupun yang datang kemudian. Sedangkan ilmu tajwid ialah pelajaran untuk memperbaiki bacaan al-Qur‟an. Ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara membaca dengan baik. Ilmu ini ditujukan dalam pembacaan al-Quran. Ilmu tajwid bertujuan untuk memberikan tuntunan bagaimana cara pengucapan ayat yang tepat, sehingga lafal dan maknanya terpelihara. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa pengucapan hadis-hadis Rasulullah SAW pun harus dilakukan dengan aturan-aturan tajwid, karena merupakan penjelasan dan sumber hukum kedua setelah al-Qur‟an. Penulis menyimpulkan bahwa ilmu tajwid ialah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya yang merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim untuk mempelajari dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembelajaran tajwid ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dalam mempelajari ilmu tajwid. Materi pembelajaran tajwid yang akan penulis gunakan pada penelitian ini adalah “Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin”. Dari penelitian ini diharapkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat secara signifikan dengan memanfaatkan media komputer pada pembelajaran tajwid.
30
C. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. (Vardiansyah, 2005:10) Hipotesis dari penelitian ini adalah: Media komputer efektif untuk dimanfaatkan pada pembelajaran tajwid serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Menurut Kamus Bahasa Indonesia lengkap (Daryanto,1997) Metode adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan khususnya dalam hal ilmu pengetahuan. Adapun metode penelitian menurut Furchan (1982) adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian merupakan prosedur atau cara yang digunakan peneliti untuk membuat rencana pengumpulan, analisis hingga pengolahan data dalam pemecahan suatu permasalahan yang tersusun secara sistemaits dan terarah guna mencapai tujuan penelitian. Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media komputer pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ini berarti bahwa penelitian ini dilaksanakan untuk
memecahkan permasalahan di kelas. Berdasarkan hal tersebut maka
penelitian ini bersifat penelitian tindakan kelas (Action Research Classroom), yakni suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional, dan digunakan pendekatan
31
32
kualitatif, yaitu penelitian yang berdasarkan kepada fakta dan analisis perbandingan, dengan
model Kemmis dan Mc Taggart, yang menggunakan
sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan pengamatan, refleksi, perencanaan kembali untuk siklus berikutnya (Wiriatmaja, 2006:65) Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. (Wardhani, 2008:1.4) Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru dalam lingkup kelas sebagai upaya memperbaiki atau peningkatan kualitas pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran tidak hanya sebagai rutinitas kegiatan yang berlangsung pada saat itu saja tanpa adanya tindak lanjut sebagai perbaikan tetapi guru sebagai tenaga profesional memikirkan berbagai upaya perbaikan sebagai refleksi demi pencapaian tujuan pembelajaran. Malalui penelitian tindakan kelas, guru dapat melakukan pengamatan pada setiap proses pembelajaran yang dilanjutkan pada tahap perenungan untuk menelaah dan mengkaji berbagai kelemahan dan kekurangan pada pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran pada tahap berikutnya terjadi perubahan kearah perbaikan yang terus meningkat. Dalam melaksanakan PTK seorang guru harus memperhatikan kondisikondisi diantaranya :
33
1. Sekolah harus memberikan kebebasan yang memadai bagi guru untuk melakukan PTK, berkolaborasi dengan teman guru lainnya untuk menjadi pengamat dan berdiskusi guna kemajuan kelasnya. 2. Birokrasi dan hierarki organisasi di sekolah hendaknya diminimalkan. 3. Sekolah semestinya selalu mempertanyakan apa yang diinginkan bagi sekolahnya. 4. PTK mempersyaratkan keterbukaan dari staf sekolah untuk membahas masalah tanpa rasa khawatir akan dicemoohkan. 5. Sikap Kepala sekolah dan staf administrasi harus menunjang terjadinya pembaruan. 6. Guru dan siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahwa mereka sedang melakukan pembaruan yang didukung oleh kepala sekolah dan orang tua. 7. Guru harus siap menghadapi berbagai konflik karena yang baru biasanya mendapat perhatian lebih. Hal ini perlu untuk menghindari munculnya kecemburuan sosial. Penelitian tindakan kelas pada hakikatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningktkan profesional guru dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan karena adanya tuntutan masyarakat terhadap masalah pendidikan dewasa ini begitu tinggi, sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta terjadinya perubahan masyarakat begitu kompleks dan cepat. Seluruh persoalan tersebut berdampak langsung terhadap guru itu sendiri agar
34
dapat bekerja keras dan lebih profesional dalam menghadapi semua persoalan tersebut. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang, terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktik atau belum memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. PRA PENELITIAN : Menentukan permasalahan Mengumpulkan data awal tentang hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa sebagai studi awal
Rencana Tindakan Siklus I
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan Observasi
Refleksi
Rencana Tindakan Siklus II Pelaksanaan Tindakan
Observasi
Refleksi
Rencana Tindakan Siklus III Pelaksanaan Tindakan Observasi
Indikator Tercapai Selesai
Siklus PTK (Kasbollah, 1998/1999 : 70)
35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi adalah semua anggota kelompok orang, kejadian atau objek yang telah dirumuskan secara jelas. (Arief Furchan, 1982:189)
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti untuk menggeneralisasikan hasil penelitian kepada populasi. (Suharsimi Arikunto, 1999:117) Adapun populasi penelitian dalam pelaksanaan PTK meliputi peserta didik yang duduk di kelas IV dengan jumlah siswa 53 orang, serta proses pembelajaran PAI di kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang sebagai objek penelitian. Karena siswa kelas IV dibagi menjadi 2 rombongan belajar, kelas IV A dan IV B, maka penulis hanya mengambil 27 siswa kelas IV A untuk dijadikan sampel. Penelitian ini dilaksanakan pada minggu ke-3 dan ke-4 Bulan Juli 2009 di SDN 2 Cibogogirang, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, dengan NSS. 101022002029 yang beralamat di Kp. Cibogogirangpeuntas Ds. Cibogogirang Kec. Plered Kab. Purwakarta. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1980. SD Negeri 2 Cibogogirang memiliki sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar yang memadai, diantaranya: luas tanah 4800 m2, yang terdiri dari Lapangan Upacara, Bangunan 2 Unit dengan Ruang Kelas 6 Unit, Ruang Kantor 1 Unit, Ruang Perpusakaan/UKS 1 Unit, Mushola 1 Unit, WC/Kamar Mandi 2 Unit. Selain itu terdapat pula arena olahraga. Berbagai sarana penunjang belajar pun tersedia, seperti perlengkapan olahraga, perlengkapan kesenian, komputer, dan sarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler.
36
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari denah lokasi sekolah sebagai berikut : DENAH SD NEGERI 2 CIBOGOGIRANG
2
3
4
5
U
6
1 7 8 9
Keterangan: 1. Ruang Kantor Ruang Guru Ruang Kepala Sekolah 2. Toilet dan Dapur Sekolah 3. Ruang Kelas 1 4. Ruang Kelas 2 5. Ruang Kelas 3
6. R. Komputer Ruang UKS Ruang Perpustakaan Sekretariat Pramuka & Olahraga 7. Ruang Kelas 4 8. Ruang Kelas 5 9. Ruang Kelas 6
37
Fasilitas belajar yang ada di SDN 2 Cibogogirang berupa bangunan sekolah yang terdiri dari dua unit bangunan permanen yang cukup baik, berada di tengah pemukiman warga dan lingkungan yang cukup kondusif dengan udara yang cukup bersih karena tidak terlalu dekat dengan jalan raya namun terjangkau oleh kendaraan bermotor roda dua. Kondisi fisik bangunan cukup baik dan layak dipergunakan oleh warga sekolah terutama siswa untuk belajar. Unit pertama terdiri dari tiga lokal digunakan oleh siswa/siswi kelas I, II dan III. Luas kelas masing-masing adalah 4 x 6 m². Unit kedua terdiri dari tiga lokal digunakan oleh siswa/siswi kelas IV,V dan VI dengan luas kelas yang sama yaitu 4 x 6 m². Selain itu terdapat juga ruang guru yang cukup luas dengan ukuran 5 x 10 m², dengan berbagai fasilitas seperti meja dan kursi kerja, satu set meja tamu, rak penyimpanan piala, rak buku, satu unit komputer, dan perangkat lain yang mendukung. Dalam proses belajar mengajar, siswa/siswi SD Negeri 2 Cibogogirang dibagi menjadi 101 rombongan belajar, yaitu kelas I A, Kelas I B, Kelas II A, Kelas II B, Kelas III A, Kelas III B, Kelas IV A, Kelas IV B, Kelas V, dan Kelas VI. SD Negeri 2 Cibogogirang memiliki 14 orang guru dan 1 orang penjaga sekolah, yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.
38
Berikut data guru SD Negeri 2 Cibogogirang: Data Personil SD Negeri 2 Cibogogirang Tahun Pelajaran 2009/2010
No
Nama/ Tempat Tgl Lahir
Agama
1
HASANUDIN BANDUNG, 27-07-1958
Islam
2
HUSEN PURWAKARTA, 11-12 1964
Islam
3
WAHYUDIN PURWAKARTA, 01-06-1966
Islam
4
DEDEN PITRIANTINI PURWAKARTA, 07-11-1972
Islam
5
ELIS IMAS HAYATI PURWAKARTA, 17-10-1980
Islam
6
NENENG MULYANINGSIH PURWAKARTA, 21-06-1972 LINDA MARLIANI PURWAKARTA, 16-12-1982
Islam
MAMAN SAEPUROHMAN PURWAKARTA, 14 - 4 1980 FUADUL MUNIR PURWAKARTA, 10-12-1971
Islam
10
NENENG ROBIATUL A. PURWAKARTA, 29-12-1986
Islam
11
IWAN HASANUDIN PURWAKARTA, 14-01-1982
Islam
12
EKA L. KONCARA PURWAKARTA, 16-06-1983
Islam
13
HAMDANI PURWAKARTA, 10-03-1986
Islam
14
PATMAWATI
Islam
15
DADANG GARUT, 03-04-1966
Islam
7
8
9
Islam
Islam
Ijazah/ Tahun D II PGSD 1999 D II PGSD 2000 D II PGSD 2000 SI PAI 2002 D II PGSD 2002 D II PGSD 2008 SI PGSD 2009 D II PAI 2002 D II PAI 2002 MA IPS 2005 D II PAI 2007 D II PAI 2006 SMK TM 2005 SI B Ind 2008 SMP 1987
Jabatan
Mengajar Kelas
Gol/ Ruang
Kep.Sek
I-VI
IV/A
Guru
IV A
IV/A
Guru
VI
IV/A
Guru
II B
III/A
Guru
IA
II/B
Guru
III A
II/A
Guru
V
II/B
Guru
I-VI
II/B
Guru
I-VI
II/B
Guru
II A
-
Guru
III B
-
Guru
I-VI
-
Guru
IB
-
Guru
IV B
Penjaga Sekolah
-
-
39
C. Teknik Pengumpulan Data Dalam kegiatan pembelajaran, instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, baik berupa tes tulis, tes lisan, atau pun unjuk kerja. Instrumen digunakan untuk memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan. (Suharsimi Arikunto, 1999:138) Dalam penelitian ini, instrumen digunakan untuk mengukur hasil belajar di setiap akhir siklus proses pembelajaran, dalam bentuk tes hasil belajar. Instrumen yang penulis gunakan berupa tes prestasi (achievement test) dalam bentuk tes tulis berupa soal isian singkat (short answer items). Berikut instrumen yang penulis gunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam penelitian ini: Instrumen Siklus I Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! 1. Dalam ilmu tajwid, hukum bacaan nun mati/tanwin berjumlah ……… 2. Hukum nun mati/tanwin yang dibaca “jelas” disebut hukum ……… 3. Huruf Idzhar berjumlah ……… huruf. 4. Ikhfa, adalah hukum bacaan nun mati/tanwin yang dibaca ……… 5. Salah satu huruf Ikhfa adalah ……… 6. Hukum nun mati/tawin yang dibaca Idgham, terbagi atas ……… macam. 7. Huruf lam dan ra adalah huruf Idgham ………
40
8. Nun mati/tanwin dibaca Iqlab ketika bertemu dengan huruf……… 9. Pada kata terdapat hukum bacaan ……… 10. Pada kata terdapat hukum bacaan ………
Instrumen Siklus II Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! 1. Dalam ilmu tajwid, hukum bacaan nun mati/tanwin berjumlah ……… 2. Dalam hukum bacaan idzhar, nun mati dibaca ……… 3. Huruf Alif/Hamzah termasuk salah satu huruf ……… 4. Ikhfa, adalah hukum bacaan nun mati/tanwin yang dibaca ……… 5. Huruf Kaf termasuk salah satu huruf ……… 6. Hukum nun mati/tawin yang dibaca Idgham, terbagi atas ……… macam. 7. Huruf Ya dan Mim adalah huruf Idgham ……… 8. Nun mati/tanwin yang bertemu dengan huruf Ba termasuk hukum bacaan ……… 9. Pada kata terdapat hukum bacaan ……… 10. Pada kata terdapat hukum bacaan ………
Penulis juga menggunakan teknik observasi untuk melengkapi data penelitian. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat menentukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu.
41
Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati dengan menggunakan lembar observasi minat dan psikomotorik, sedangkan aktivitas guru berupa lembar observasi kelas untuk kegiatan guru Observasi dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran di kelas guna mengumpulkan data secara kualitatif mengenai aktivitas guru dan siswa. Tujuannya untuk mencatat masalah yang terjadi pada saat tindakan yang kemudian akan menjadi refleksi sebagai tindak lanjut.
D. Analisis Data Instrumen berupa tes hasil belajar digunakan pada setiap akhir siklus pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa di setiap siklus. Setelah masingmasing data terkumpul, maka dilakukan pembandingan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari setiap siklus untuk menemukan seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa. Lalu dihitung pula sampai dimana nilai ketuntasan hasil belajar siswa. Menghitung nilai rata-rata (M) tiap siklus:
M
= Rata-rata
X
= Nilai hasil tes
n
= Jumlah data
(Sudjana, 2001:92)
42
Menghitung nilai rata-rata peningkatan hasil belajar: T
= M2 – M1 (Apabila hanya dua siklus)
T
= Nilai rata-rata peningkatan hasil belajar
M1
= Nilai rata-rata siklus 1
M2
= Nilai rata-rata siklus 2
Menghitung persentase peningkatan hasil belajar:
P
2 1 = (M - 1M )x 100% M = Persentase peningkatan hasil belajar
M1
= Nilai rata-rata siklus 1
M2
= Nilai rata-rata siklus 2
P
Menghitung nilai ketuntasan hasil belajar: Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa mendapat nilai > 75 x 100 % Jumlah siswa yang mengikuti (Mulyasa, 2003 : 102)
E. Prosedur Penelitian 1. Menyusun rencana tindakan penelitian dan menentukan observer, dalam hal ini guru kelas IV A. 2. Menyusun instrumen penelitian serta menyiapkan sumber dan media yang diguanakan dalam penelitian. 3. Mempersiapkan kelas (sampel) yang akan diteliti. 4. Melaksanakan proses pembelajaran/tindakan penelitian.
43
Proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua siklus, masing-masing 2 jam pelajaran (2 x 35 menit), dengan materi pembelajaran “Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin”. 5. Memberikan tes hasil belajar di setiap akhir siklus pembelajaran, untuk mengukur seberapa besar nilai hasil belajar siswa dan seberapa signifikan peningkatannya. 6. Menghitung dan menganalisis data, serta melakukan refleksi. 7. Menyusun dan membahas hasil penelitian, untuk menentukan rencana tindak lanjut berikutnya.
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Sebelum memulai penelitian, penulis melakukan pengumpulan beberapa data pra-penelitian yang dibutuhkan. Data yang terkumpul kemudian digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana penelitian dan menyiapkan berbagai sumber, media, dan metode belajar yang akan digunakan. Data awal diambil dari proses belajar yang telah dilakukan sebelumnya/semester sebelumnya. Kelas IV A memiliki 27 siswa yang terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Berikut keadaan hasil belajar siswa kelas IV A pada mata pelajaran PAI yang diperoleh dari nilai latihan harian pada pertemuan sebelum dilaksanakan penelitian dengan materi Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Siswa Acep Abdul Manan Agum Maulana Ahmad Ambari Ahmad Suja'i Ai Melasari Amirulloh Asep Samsudin Cucu Pahriah Dadang Hermawan Dede Abdul Ajis Dede Alwi Dede Hasan Sadeli Dede Rohimat Dede Samsul M
JK Nilai No Nama Siswa L 50 15 Maya Kuspitasari L 40 16 Meri Oktapiani L 50 17 Meti Nurul P L 60 18 Misbahul Pajri P 70 19 Mona Rohmawati L 40 20 Muhammad Ilham R L 30 21 Muhammad Pakih P 20 22 Muid Abdul Rian L 20 23 Neng Ema L 30 24 Neng Septi M L 40 25 Nurhalimah L 40 26 Nurul Komariah L 30 27 Nyai Elis Siti N L 50 Jumlah Rata-Rata
44
JK P P P L P L L L P P P P P
Nilai 50 60 50 50 40 30 30 40 50 60 60 50 70 1210 44,81
45
Grafik Hasil Belajar Pra-Peneltian 10 8 6 4
Jumlah Siswa
2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Dari tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa nilai hasil belajar siswa hanya mencapai rata-rata 44,81. Tak satupun siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM (75). Bahkan hanya dua siswa yang mendapat nilai mendekati KKM (70). Karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan hasil belajar, salah satunya dengan menggunakan media interaktif yang menarik, yaitu komputer.
A. Siklus I Penulis mulai menyusun rencana penelitian dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini selanjutnya dikonsultasikan dengan guru lain yang menjadi observer (Guru Kelas IV A) dan Kepala Sekolah. Setelah disepakati, maka penulis mulai mempersiapkan berbagai sumber dan media belajar yang akan digunakan dalam penelitian. Kelas yang akan dijadikan objek penelitian pun di atur sedemikian rupa untuk kepentingan penelitian ini. Proses pembelajaran siklus I dilakukan pada tanggal 21 Juli 2009, dengan mengacu pada RPP yang telah dibuat. Proses pembelajaran dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Observer (Guru Kelas IV A), mengikuti seluruh
46
proses pembelajaran guna turut mengumpulkan data tentang bagaimana proses pembelajaran tersebut berlangsung. Di awal pembelajaran, siswa dikenalkan dengan materi ajar yang akan disampaikan, yaitu Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin. Tujuan dari pembelajaran ini juga disampaikan, yaitu agar siswa dapat membaca Al-Qur‟an Surat AlFathihah dan Al-Ikhlas dengan tajwid yang benar, terutama pada kalimat-kalimat yang mengandung hukum bacaan nun mati/tanwin. Setelah sedikit apersepsi, siswa lalu dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Dari 27 siswa kelas IV A, kemudian dibagi menjadi 4 kelompok. Sebagai pembuka, siswa diajak untuk bersama-sama membaca nyaring Surat Al-Fathihah dan Al-Ikhlas. Setelah itu, siswa diajak mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru tentang materi terkait, dengan menggunakan media komputer. Siswa pun dikenalkan tentang bagaimana cara menggunakan perangkat komputer yang digunakan dalam mempelajari tajwid. Kemudian secara bergantian masing-masing kelompok dipersilakan untuk mempelajari hukum nun mati/tanwin dengan mengoperasikan sendiri perangkat komputer yang digunakan sebagai media, di bawah bimbingan guru. Setelah semua selesai, siswa kemudian diberi Lembar Tes Hasil Belajar untuk mengukur hasil belajar yang dicapai pada pertemuan tersebut. Tes yang diberikan berbentuk tes isian singkat yang berjumlah 10 soal.
47
Hasil tes kemudian diperiksa dan dihitung, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Acep Abdul Manan Agum Maulana Ahmad Ambari Ahmad Suja'i Ai Melasari Amirulloh Asep Samsudin Cucu Pahriah Dadang Hermawan Dede Abdul Ajis Dede Alwi Dede Hasan Sadeli Dede Rohimat Dede Samsul M
JK Nilai L L L L P L L P L L L L L L
70 60 60 80 80 50 40 50 40 30 50 60 40 70
No
Nama Siswa
15 Maya Kuspitasari 16 Meri Oktapiani 17 Meti Nurul P 18 Misbahul Pajri 19 Mona Rohmawati 20 Muhammad Ilham R 21 Muhammad Pakih 22 Muid Abdul Rian 23 Neng Ema 24 Neng Septi M 25 Nurhalimah 26 Nurul Komariah 27 Nyai Elis Siti N Jumlah Rata-Rata
JK
Nilai
P P P L P L L L P P P P P
80 80 70 80 60 50 50 60 80 70 80 60 80 1680 62,22
Grafik Hasil Belajar Siklus I 10 8 6 4
Jumlah Siswa
2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Dari tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa dengan rata-rata 62,22. Terdapat 8 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM (75), dan sisanya 19 siswa masih berada dibawah KKM.
48
Berikut analisis data siklus I: Rata-rata nilai siklus I:
= 1680 27 = 62,22 Rata-rata peningkatan hasil belajar antara pra-penelitian dengan siklus I: T
= M 2 – M1 = 62,22 – 44,81 = 17,41
Persentase peningkatan hasil belajar antara pra-penelitian dengan siklus I: P
2 1 = (M - 1M )x 100% M (62,22 – 44,81)x 100% = 44,81
= 38,85% Nilai ketuntasan hasil belajar siklus I: Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa mendapat nilai > 75 x 100% Jumlah siswa yang mengikuti _8_ = x 100% 27 = 29,63% Dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan dari nilai pra-penelitian yang hanya memiliki rata-rata 44,81 menjadi 62,22 pada siklus I. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 17,41 atau 38,85%. Akan tetapi, secara klasikal pembelajaran belum dapat dikatakan tuntas karena baru 29,63% siswa yang mencapai KKM.
49
Hasil pengamatan observer juga menunjukkan bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung, keadaan siswa terlihat kurang kondusif akibat dari penggunaan media yang terbatas secara bergantian. Sehingga, kelompok siswa yang tidak sedang melakukan tugasnya, menjadi tidak karuan bercanda kesana kemari. Dengan demikian, perlu diadakan refleksi dan beberapa perbaikan pada siklus
berikutnya.
Untuk
itu,
penulis
bersama
observer
dan
dengan
dikonsultasikan bersama kepala sekolah menyusun kembali rencana tindak lanjut untuk kemudian dilaksanakan pada siklus II.
B. Siklus II Proses pembelajaran siklus II dilakukan pada tanggal 28 Juli 2009, dengan mengacu pada RPP hasil refleksi siklus I. Proses pembelajaran dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Observer (Guru Kelas IV A), mengikuti seluruh proses pembelajaran guna turut mengumpulkan data tentang bagaimana proses pembelajaran tersebut berlangsung. Di awal pembelajaran, dilakukan apersepsi materi ajar yang akan disampaikan dengan dihubungkan dengan apa yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Tujuan dari pembelajaran ini juga disampaikan kembali. Kemudian, siswa yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, diberi lembar kerja untuk didiskusikan bersama kelompoknya selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah itu, siswa diajak mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru tentang materi terkait, dengan menggunakan media komputer.
50
Siswa pun dikenalkan kembali tentang bagaimana cara menggunakan perangkat komputer yang digunakan dalam mempelajari tajwid. Kemudian secara bergantian masing-masing kelompok dipersilakan untuk mempelajari hukum nun mati/tanwin dengan mengoperasikan sendiri perangkat komputer yang digunakan sebagai media, di bawah bimbingan guru. Siswa yang tidak sedang menggunakan media komputer, mengerjakan tugasnya pada lembar kerja yang telah dibagikan, sehingga tidak ada siswa yang tidak belajar. Setelah semua selesai, lembar kerja siswa kemudian dikumpulkan dan diganti dengan Lembar Tes Hasil Belajar untuk mengukur hasil belajar yang dicapai pada pertemuan tersebut. Tes yang diberikan berbentuk tes isian singkat yang berjumlah 10 soal. Hasil tes siklus II kemudian diperiksa dan dihitung, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Siswa Acep Abdul Manan Agum Maulana Ahmad Ambari Ahmad Suja'i Ai Melasari Amirulloh Asep Samsudin Cucu Pahriah Dadang Hermawan Dede Abdul Ajis Dede Alwi Dede Hasan Sadeli Dede Rohimat Dede Samsul M
JK Nilai No Nama Siswa L 100 15 Maya Kuspitasari L 80 16 Meri Oktapiani L 80 17 Meti Nurul P L 100 18 Misbahul Pajri P 100 19 Mona Rohmawati L 80 20 Muhammad Ilham R L 60 21 Muhammad Pakih P 70 22 Muid Abdul Rian L 70 23 Neng Ema L 50 24 Neng Septi M L 80 25 Nurhalimah L 90 26 Nurul Komariah L 70 27 Nyai Elis Siti N L 90 Jumlah Rata-Rata
JK P P P L P L L L P P P P P
Nilai 100 100 90 100 80 80 70 70 100 100 100 90 90 2290 84,81
51
Grafik Hasil Belajar Siklus II 10 8 6 4
Jumlah Siswa
2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Dari tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa dengan rata-rata 84,81. Terdapat 20 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM (75), dan sisanya 7 siswa masih berada dibawah KKM. Berikut analisis data siklus II: Rata-rata nilai siklus II:
= 2290 27 = 84,81 Rata-rata peningkatan hasil belajar antara siklus I dengan siklus II: T
= M 2 – M1 = 84,81 - 62,22 = 22,59
Persentase peningkatan hasil belajar antara pra-penelitian dengan siklus II: P
2 1 = (M - 1M )x 100% M (84,81 – 62,22)x 100% = 62,22
= 36,31%
52
Nilai ketuntasan hasil belajar siklus II: Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa mendapat nilai > 75 x 100% Jumlah siswa yang mengikuti 20 = x 100% 27 = 74,07% Dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan dari nilai siklus I yang hanya memiliki rata-rata 62,22 menjadi 84,81 pada siklus II. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 22,59 atau 36,31%. Secara klasikal pun pembelajaran sudah dapat dikatakan tuntas karena terdapat 74,07% siswa yang berhasil mencapai KKM. Hasil pengamatan observer juga menunjukkan bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung, keadaan siswa terlihat lebih kondusif berkat penggunaan lembar kerja siswa. Sehingga, kelompok siswa yang tidak sedang menggunakan perangkat komputer, memiliki tugas untuk mendiskusikan lembar kerjanya.
C. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah mengupayakan peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI dengan pemanfaatan media komputer. Karena itu, yang akan penulis bahas adalah seberapa efektif pemanfaatan media komputer dalam upaya peningkatan hasil belajar ini. Sebelum penelitian, dengan media dan metode konvensional, diperoleh data bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa hanya sebesar 44,81, dan tak seorang pun yang mencapai KKM.
53
Pada siklus I, dengan menggunakan media komputer, nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh adalah sebesar 62,22, dengan 8 siswa yang berhasil mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 17,41 atau 38,85%. Akan tetapi, pembelajaran belum dapat dikatakan tuntas, karena nilai ketuntasan klasikal baru mencapai angka 29,63%. Keadaan kelas pun kurang kondusif karena sebagian kelompok siswa yang tidak sedang menggunakan komputer, tidak memiliki tugas lain. Pada siklus II, dengan media yang sama, nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh meningkat menjadi 84,81, dengan 20 siswa yang berhasil mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 22,59 atau 36,31%. Pembelajaran pun sudah dapat dikatakan tuntas, karena nilai ketuntasan klasikal mencapai angka 74,07%. Keadaan kelas pun lebih kondusif karena menggunakan lembar kerja siswa untuk kemudian dikerjakan bersama kelompoknya, sehingga siswa yang tidak sedang menggunakan komputer memiliki tugas lain. Untuk lebih jelasnya, berikut tabel perkembangan hasil belajar siswa: Pra-Penelitian 44,81
Peningkatan 17,41 38,85%
Siklus I 62,22
Peningkatan 22,59 36,31%
Siklus II
100 80 60 40 20 0
Nilai Rata-Rata Ketuntasan Klasikal
Grafik Perkembangan Hasil Belajar
84,81
BAB IV PENUTUP
Sebagai penutup, penulis akan menyimpulkan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru dalam lingkup kelas sebagai upaya memperbaiki atau peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian yang mengambil judul “Efektifitas Pemanfaatan Media Komputer dalam Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tajwid” ini bertujuan untuk mengetahui apakah komputer dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai media dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan dalam materi pembelajaran tajwid di kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. Sebelum penelitian, dengan media dan metode konvensional, diperoleh data bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa hanya sebesar 44,81, dan tak seorang pun yang mencapai KKM. Pada siklus I, dengan menggunakan media komputer, nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh adalah sebesar 62,22, dengan 8 siswa yang berhasil mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 17,41 atau 38,85%. Sedangkan nilai ketuntasan klasikal baru mencapai angka 29,63%. Keadaan kelas pun kurang kondusif karena sebagian kelompok siswa yang tidak sedang menggunakan komputer, tidak memiliki tugas lain.
54
55
Pada siklus II, dengan media yang sama, nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh meningkat menjadi 84,81, dengan 20 siswa yang berhasil mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 22,59 atau 36,31%, dan nilai ketuntasan klasikal mencapai angka 74,07%. Keadaan kelas pun lebih kondusif karena menggunakan lembar kerja siswa untuk kemudian dikerjakan
bersama
kelompoknya,
sehingga
siswa
yang
tidak
sedang
menggunakan komputer memiliki tugas lain. Menjawab pertanyaan masalah: “Bagaimana efektifitas pemanfaatan media komputer dalam peningkatan hasil belajar pada pembelajaran tajwid di kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta?” Dan hasil penelitian yang telah didapat, maka dapat dinyatakan bahwa: “Media komputer efektif untuk dimanfaatkan pada pembelajaran tajwid serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.” Dengan demikian, maka hipotesis penelitian dapat diterima. Akan tetapi, penulis juga merasa perlu untuk menyampaikan beberapa saran untuk tindak lanjutnya sebagai berikut: 1. Guru harus mampu menyusun rencana pembelajaran yang kreatif, efektif, dan efisien sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Guru harus menguasai teknologi informasi dan komunikasi, khususnya komputer, agar mampu menciptakan media belajar yang menarik dan lebih interaktif.
56
3. Guru harus dapat menguasai kelas agar keterbatasan sarana tidak membuat siswa gaduh dan tidak kondusif, salah satunya adalah dengan membuat lemvar kerja siswa. 4. Sekolah diharapkan lebih memfasilitasi kreatifitas guru yang ingin meningkatkan kualitas pengajarannya, sehingga dapat diperolah produk pendidikan yang berkualitas. 5. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memacu guru yang lain untuk lebih meningkatkan kualitas dan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Al-Abror, Ma‟sum. Belajar Praktis Ilmu Tajwid. Jakarta: Pustaka Ainun. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. ______. 1999. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Nasional Standar Pendidikan. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tngkat SMP, MTs, dan SMP-LB. Jakarta: BNSP. Bahaudin, Taufik. 2007. Brainware Leadership Mastery. Jakarta: Elex Media Komputindo Bisri, Cik Hasan. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press. Boobi DePorter, Mark Reardon, Sarah S. Nourie. 2003. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Penerbit Kaifa. Daryanto. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: PT. Apollo Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hardywinoto dan Setiabudhi. 2002. Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hatch, Evelyn and Hossein Farhady. 1982. Research Design and Statistic Bowley. ROWLEY, LONDON, TOKYO: Newbury House Publisher, Inc. Hidayat, Kosadi, dkk. 1996. Evalusi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Alfabeta Hidayat, Rahmat. 2006. Pendidikan Agama Islam untuk SD dan MI Kelas 4. Bandung: Sarana Panca Karya. Ihat Hatimah, Rudi Susilana, Nuraedi. 2007. Penelitian Pendidikan. Bnadung: UPI Press.
57
58
Kasbolah, K. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D III. Munadir. 1996. Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Qardhawi, Yusuf. 1998. Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani Republik Indonesia. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://www.ri.go.id/ Republika Newsroom. 2008. Ilmu Tajwid. http://www.republika.co.id/. Sakni, Ridwan. Pengembangan Sistem Evaluasi. P3RF. IAIN Raden Fatah Palembang Soedijarto. 1997. Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka. Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudrajat, Akhmad. 2008. wordpress.com/.
Media
Pembelajaran.
http://akhmadsudrajat/
Supartini. 2008. Hubungan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa di SMK Al-Hidayah 1 Jakarta Selatan. Skripsi Sarjana Pendidikan STKIP Purnama Jakarta: Tidak diterbitkan. Surin, Bachtiar. 1978. Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an 30 Juz. Jakarta: Fa. Sumatra. Syarifuddin, Ahmad. 2004. Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani. Tim PEKERTI-AA. 2007. Panduan Evaluasi Pembelajaran. PPSP LPP Universitas Sebelas Maret Uyoh Sadulloh, Bambang Robandi, Agus Muharam. 2007. Pedagogik. Cipta Utama Wardhani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
59
Wahyudin, Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka Winataputra, Udin S. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Wiriatmaja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
LAMPIRAN 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I) Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan keAlokasi Waktu
: SD NEGERI 2 CIBOGOGIRANG : PEND. AGAMA ISLAM : IV A / 1 :1 : 2 x 35 menit
1. Standar Kompetensi Membaca surat-surat Al-Qur‟an. 2. Kompetensi Dasar Membaca Q.S. Al-Fathihah dengan lancar. Membaca Q.S. Al-Ikhlas dengan lancar. 3. Indikator Siswa dapat: Menyebutkan macam hukum bacaan nun mati/tanwin. Menyebutkan huruf-huruf yang terkena hukum bacaan nun mati/tanwin. Melafalkan kalimat yang mengandung hukum bacaan nun mati/tanwin dengan benar. 4. Tujuan pembelajaran Pada akhir pembelajaran siswa dapat : Memahami macam hukum bacaan nun mati/tanwin beserta huruf-huruf yang terkena hukumnya. Membaca Q.S. Al-Fathihah dan Al-Ikhlas dengan hukum bacaan nun mati/tanwin yang benar. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dalam bacaan sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin 6. Metode Pembelajaran Pengamatan dan Diskusi Kelompok 7. Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan Awal (10 menit) Percakapan pembuka dan memeriksa kehadiran siswa. Apersepsi, prolog (pengenalan singkat) dan membahas tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti (50 menit) Siswa membagi diri menjadi kelompok-kelompok kecil. Siswa dikenalkan dengan aplikasi media komputer yang digunakan.
60
Secara bergantian, tiap kelompok siswa mempelajari tajwid dengan menggunakan aplikasi media komputer. Siswa melakukan evaluasi hasil belajar dari apa yang telah mereka pelajari melalui media komputer. Kegiatan Akhir (10 menit) Menyimpulkan hasil pembelajaran. Penutup. 8. Sumber Belajar Buku Pend. Agama Islam SD/MI Kelas IV PT. Sarana Panca Karya tahun 2006. Seperangkat komputer dengan Aplikasi Al-Qur‟an Digital Ver. 3.1 karya Sony Sugema 2004. 9. Penilaian Teknik : Tes Tulis Bentuk : Isian Singkat Instrument : Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! 1. Dalam ilmu tajwid, hukum bacaan nun mati/tanwin berjumlah ……… 2. Hukum nun mati/tanwin yang dibaca “jelas” disebut hukum ……… 3. Huruf Idzhar berjumlah ……… huruf. 4. Ikhfa, adalah hukum bacaan nun mati/tanwin yang dibaca ……… 5. Salah satu huruf Ikhfa adalah ……… 6. Hukum nun mati/tawin yang dibaca Idgham, terbagi atas ……… macam. 7. Huruf lam dan ra adalah huruf Idgham ……… 8. Nun mati/tanwin dibaca Iqlab ketika bertemu dengan huruf……… 9. Pada kata terdapat hukum bacaan ……… 10. Pada kata terdapat hukum bacaan ………
Mengetahui, Kepala Sekolah
Purwakarta, 17 Juli 2009 Guru Mata Pelajaran
HASANUDIN NIP: 1958 07 27 1978 03 1 003
EKA LUSIANDANI KONCARA
61
62
LAMPIRAN 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan keAlokasi Waktu
: SD NEGERI 2 CIBOGOGIRANG : PEND. AGAMA ISLAM : IV A / 1 :2 : 2 x 35 menit
1. Standar Kompetensi Membaca surat-surat Al-Qur‟an. 2. Kompetensi Dasar Membaca Q.S. Al-Fathihah dengan lancar. Membaca Q.S. Al-Ikhlas dengan lancar. 3. Indikator Siswa dapat: Menyebutkan macam hukum bacaan nun mati/tanwin. Menyebutkan huruf-huruf yang terkena hukum bacaan nun mati/tanwin. Melafalkan kalimat yang mengandung hukum bacaan nun mati/tanwin dengan benar. 4. Tujuan pembelajaran Pada akhir pembelajaran siswa dapat : Memahami macam hukum bacaan nun mati/tanwin beserta huruf-huruf yang terkena hukumnya. Membaca Q.S. Al-Fathihah dan Al-Ikhlas dengan hukum bacaan nun mati/tanwin yang benar. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dalam bacaan sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin 6. Metode Pembelajaran Pengamatan dan Diskusi Kelompok 7. Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan Awal (10 menit) Percakapan pembuka dan memeriksa kehadiran siswa. Apersepsi, prolog (pengenalan singkat) dan membahas tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti (50 menit) Siswa membagi diri menjadi kelompok-kelompok kecil. Siswa dikenalkan dengan aplikasi media komputer yang digunakan.
63
Siswa diberi lembar kerja untuk didiskusikan bersama kelompoknya. Secara bergantian, tiap kelompok siswa mempelajari tajwid dengan menggunakan aplikasi media komputer. Siswa melakukan evaluasi hasil belajar dari apa yang telah mereka pelajari melalui media komputer. Kegiatan Akhir (10 menit) Menyimpulkan hasil pembelajaran. Penutup. 8. Sumber Belajar Buku Pend. Agama Islam SD/MI Kelas IV PT. Sarana Panca Karya tahun 2006. Seperangkat komputer dengan Aplikasi Al-Qur‟an Digital Ver. 3.1 karya Sony Sugema 2004. 9. Penilaian Teknik : Tes Tulis Bentuk : Isian Singkat Instrument : Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! 1. Dalam ilmu tajwid, hukum bacaan nun mati/tanwin berjumlah ……… 2. Dalam hukum bacaan idzhar, nun mati dibaca ……… 3. Huruf Alif/Hamzah termasuk salah satu huruf ……… 4. Ikhfa, adalah hukum bacaan nun mati/tanwin yang dibaca ……… 5. Huruf Kaf termasuk salah satu huruf ……… 6. Hukum nun mati/tawin yang dibaca Idgham, terbagi atas ……… macam. 7. Huruf Ya dan Mim adalah huruf Idgham ……… 8. Nun mati/tanwin yang bertemu dengan huruf Ba termasuk hukum bacaan ……… 9. Pada kata terdapat hukum bacaan ……… 10. Pada kata terdapat hukum bacaan ………
Mengetahui, Kepala Sekolah
Purwakarta, 24 Juli 2009 Guru Mata Pelajaran
HASANUDIN NIP: 1958 07 27 1978 03 1 003
EKA LUSIANDANI KONCARA
64
LAMPIRAN 3 Lembar Observasi (Siklus I) Nama Sekolah Kelas/Semester Hari, tanggal Waktu
: : : :
SD Negeri 2 Cibogogirang IV A / 1 Selasa, 21 Juli 2009 07.30 – 08.40
Pengajar Jumlah Siswa
: Eka Lusiandani Koncara : 27
Mata pelajaran Materi Pokok Metode Sumber/Media
: : : :
Pendidikan Agama Islam Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin Pengamatan dan Diskusi Kelompok Buku Pend. Agama Islam SD/MI Kelas IV PT. Sarana Panca Karya tahun 2006. Seperangkat komputer dengan Aplikasi Al-Qur‟an Digital Ver. 3.1 karya Sony Sugema 2004.
Kegiatan Pembelajaran : Siswa dibagi menjadi 4 kelompok. Siswa dikenalkan dengan aplikasi komputer yang digunakan. Tiap kelompok siswa mempelajari tajwid dengan menggunakan komputer secara bergantian. Siswa diberi tes hasil belajar dari apa yang telah mereka pelajari melalui media komputer. Catatan Khusus
: Selama proses pembelajaran, terutama pada saat tiap kelompok menggunakan komputer secara bergantian, keadaan siswa agak kurang kondusif, karena siswa yang tidak sedang menggunakan komputer, tidak memiliki tugas lain.
Mengetahui, Kepala Sekolah
Purwakarta, 21 Juli 2009 Observer
HASANUDIN NIP: 1958 07 27 1978 03 1 003
H U S E N NIP. 1964 12 11 1986 10 1 001
65
LAMPIRAN 4 Lembar Observasi (Siklus II) Nama Sekolah Kelas/Semester Hari, tanggal Waktu
: : : :
SD Negeri 2 Cibogogirang IV A / 1 Selasa, 28 Juli 2009 07.30 – 08.40
Pengajar Jumlah Siswa
: Eka Lusiandani Koncara : 27
Mata pelajaran Materi Pokok Metode Sumber/Media
: : : :
Pendidikan Agama Islam Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin Pengamatan dan Diskusi Kelompok Buku Pend. Agama Islam SD/MI Kelas IV PT. Sarana Panca Karya tahun 2006. Seperangkat komputer dengan Aplikasi Al-Qur‟an Digital Ver. 3.1 karya Sony Sugema 2004.
Kegiatan Pembelajaran : Siswa dibagi menjadi 4 kelompok. Siswa dikenalkan kembali dengan aplikasi komputer yang digunakan. Setiap kelompok diberi lembar kerja siswa untuk didiskusikan ketika tidak menggunakan komputer. Tiap kelompok siswa mempelajari tajwid dengan menggunakan komputer secara bergantian. Siswa diberi tes hasil belajar dari apa yang telah mereka pelajari melalui media komputer. Catatan Khusus
: Proses pembelajaran kali ini lebih kondusif, karena siswa yang tidak sedang menggunakan komputer memiliki tugas lain, yaitu mendiskusikan lembar kerja siswa. Dengan demikian, seluruh siswa memiliki tugas masing-masing.
Mengetahui, Kepala Sekolah
Purwakarta, 28 Juli 2009 Observer
HASANUDIN NIP: 1958 07 27 1978 03 1 003
H U S E N NIP. 1964 12 11 1986 10 1 001
66
LAMPIRAN 5 Lembar Kerja Siswa (Siklus II) Lengkapi tabel berikut! Kerjakan bersama kelompokmu! Gunakan buku paket yang ada jika diperlukan! Hukum Bacaan
Cara Baca
Huruf
Idzhar
……………
……, ……, ……, ……, ……, ……
…………… ……………
Memasukkan dengan dengung
……, ……, ……, ……
…………… ……………
Memasukkan …………… dengung
Menukar suara nun mati/ …………… tanwin menjadi „mim‟ Ikhfa
Samar
…… ……,……,……,……, ……,……,……,……, ……,……,……,……, ……,……,……,
Kelompok
: …………………………..
Anggota
: ………………………….. ………………………….. ………………………….. ………………………….. ………………………….. ………………………….. …………………………..
Contoh Kalimat
67
LAMPIRAN 6 Grafik Analisis Hasil Belajar Siswa
120 100 80 60
Pra-PTK 40
Siklus 1 Siklus 2
20 0
68
LAMPIRAN 7 Rangkuman Materi
T erdapat empat hukum bacaan nun mati dan tanwin, yaitu: 1. Idzhar khalqi, yaitu nun mati dan tanwin harus dibaca terang, pendek dan jelas, tidak samar dan tidak mendengung, apabila bertemu dengan salah satu huruf khalqi (tenggorokan). Yang termasuk huruf khalqi yaitu ha, kha, ‘ain, ghin, Ha, dan Hamzah. 2. Idgham, yang terbagi atas: a. Idgham bighunnah, yaitu memasukkan suara nun mati dan tanwin ke dalam
suara
salah
satu
hurufnya
dengan
men-tasydid-kan
dan
mendengungkannya, serta dibaca agak panjang. Huruf-huruf Idgham bighunnah yaitu ya, nun, mim, dan wau. b. Idgham bilaghunnah, yaitu memasukkan suara nun mati dan tanwin ke dalam suara salah satu hurufnya dengan men-tasydid-kan tetapi tidak mendengungkannya dan dibaca pendek. Huruf-huruf Idgham bighunnah yaitu lam dan ra’. 3. Iqlab, yaitu menukar suara nun mati dan tanwin dengan suara mim apabila bertemu dengan huruf ba, serta dibaca mendengung dan agak panjang. 4. Ikhfa haqiqi, yaitu nun mati dan tanwin harus dibaca samar (menyembunyikan bentuk aslinya) sehingga terdengar mendengung dan agak panjang apabila bertemu dengan salah satu hurufnya, yaitu: ta, tsa, jim, dal, dza, zay, sin, syin, shod, dlod, tho, dzo, fa, qaf, dan kaf.
69
Screenshot Aplikasi Tajwid pada Al-Qur’an Digital Ver. 3.1
70
RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama EKA LUSIANDANI KONCARA, lahir di Purwakarta, pada tanggal 16 Juni 1983, anak pertama dari pasangan Bapak Yunus Loo dan Ibu Hj. Atis Hartini. Penulis merupakan lulusan SD Negeri Gandasoli 2 – Plered pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke MTs Assalam – Plered dan lulus pada tahun 1998. Setelah itu pendidikan dilanjutkan di SMK Negeri 1 Purwakarta Jurusan Teknik Elektronika Komunikasi dan lulus tahun 2001. Tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan di Program Diploma 2 Pendidikan Agama Islam Universitas Wiralodra – Indramayu hingga tahun 2006. Dan sejak tahun 2007 hingga saat ini, penulis masih mengenyam pendidikan di Program Strata 1 Pendidikan Agama Islam STAI Dr. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta. Saat ini penulis merupakan salah satu pengajar di SD Negeri 2 Cibogogirang – Plered. Penulis mengabdikan diri di sekolah tersebut sejak Maret 2008. Sebelumnya, penulis juga pernah menjadi karyawan di PT. Pacific Prestress Indonesia – Karawang pada tahun 2002 hingga 2003. Penulis juga pernah mengabdi sebagai pengajar di SD Negeri 1 Gandasoli sejak September 2004 hingga Maret 2008.