BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai pendidik tentu saja ingin adanya peningkatan terhadap mutu pendidikan. Salah satu yang berperan dalam meningkatkan pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar di sekolah. Subyek dalam pembelajaran adalah siswa sedangkan pendidik sebagai fasilitator dan pembimbing. Pendidik merupakan salah satu komponen proses belajar mengajar yang berperan aktif dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang unggul, oleh sebab itu pendidik dalam proses belajar mengajar mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di sekolah sehingga pendidik harus memiliki sejumlah kemampuan seperti kemampuan dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran agar tujuan pembalajaran dapat tercapai. Pada umumnya di sekolah secara klasikal dalam pembelajaran sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini sering dijumpai pada proses pembelajaran di sekolah dari kelas tingkat bawah sampai perguruan tinggi. Metode ceramah ini sangat sederhana dalam pelaksanaannya, pendidik mendominasi kegiatan belajar di kelas karena hanya menyampaikan materi dan bahan pembelajaran secara lisan sedangkan siswa mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting saja. Suatu proses belajar mengajar tidak hanya sekedar proses memberi pelajaran atau menerima pelajaran. Namun, terdapat proses penerimaan ilmu dari guru kepada murid. Untuk dapat terjadi proses transfer ilmu tersebut perlu metode-metode untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Sehingga metode atau model pembelajaran dapat menjadikan proses belajar mengajar semakin efektif dan efisien. Metodologi pembelajaran menjadi cara penyampaian ilmu yang cukup penting. Terutama untuk para pengajar perlu untuk mempelajari sekaligus mempraktikkan kepada muridnya di kelas. Dengan harapan mampu mengajar secara efektif dan efisien. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikenal pula dengan istilah sains yang didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. 1
IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Jadi proses pembelajaran IPA jika diterapkan dengan metode ceramah dan tanya jawab saja lebih menitik beratkan pada aspek kognitif atau transfer of knowledge sehingga hanya diperoleh pemahaman siswa yang bersifat hafalan dari paparan-paparan guru tanpa ada pemahaman teori tersebut. Dengan cara tersebut dapat melemahkan daya kreatifitas peserta didik karena siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan, mengalami langsung dalam proses pembelajaran. Selain aspek kognitif yang diharapkan dimiliki oleh siswa juga aspek afektif dan aspek psikomotor. Aspek afektif meliputi: watak, perilaku, seperti: perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai, sedangkan kemampuan dalam aspek psikomotor berupa: keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Tujuan utama dari pembelajaran sains menurut Diknas (2004: 98), antara lain sebagai berikut : 1. Memahami konsep-konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, 2. Memiliki keterampilan proses sains untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar, 3. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama, dan mandiri, 4. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar, 5. Mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, 6. Mampu
menggunakan
teknologi
sederhana
yang
berguna
untuk
memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam kehidupan seharihari, 7. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang MahaEsa .
2
Pada kenyataannya, berdasarkan data hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa siswa kelas VI di SDN Payaman 3 Nganjuk, Kabupaten Nganjuk masih kesulitan memahami materi IPA tentang benda konduktor dan isolator panas, selain itu siswa masih belum menunjukkan antusias untuk belajar secara aktif, serta hasil evaluasi belajar menunjukkan hasil yang belum memuaskan karena banyak siswa yang nilainya dibawah KKM yang telah ditentukan. Dari uraian di atas menjadi inspirasi bagi peneliti untuk melakukan tindakan perbaikan dalam proses pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK ), khususnya pada pelajaran IPA materi pokok benda konduktor dan isolator panas, dengan judul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA BENDA KONDUKTOR DAN ISOLATOR DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS VI SD NEGERI PAYAMAN 3 NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2014/2015”
1. Identifikasi masalah Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin mengkidentifikasi permasalahan yang muncul sebagai berikut: a. Rendahnya prestasi belajar IPA pada materi pokok benda konduktor dan isolator panas. b. Anak belum berani bertanya untuk hal yang kurang jelas pada pendidik. c. Metode pembelajaran yang digunakan pada materi pokok benda konduktor dan isolator panas kurang menarik d. Model pembelajaran kurang tepat sehingga prestasi belajar sangat rendah e. Akibat kurang maksimal mrnggunakan media pembelajaran maka siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
2. Analisis masalah Dari permasalahan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik belum menyadari pentingnya perencanaan pembelajaran untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas sehingga saat pembelajaran belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Tujuan berhasil tuntas.
3
yang akan dicapai belum
Berdasarkan batasan masalah tersebut , dapat diketahui factor penyebab rendahnya penguasaan
siswa terhadap materi IPA benda konduktor dan
isolator panas sebagai berikut: a.
Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat sehingga prestasi belajar IPA sangat rendah.
b.
Untuk memotivasi belajar siswa diperlukan metode pembelajaran yang tepat dan menarik.
c.
Akibat kurang maksimal menggunakan media pembelajaran maka siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah Batasan pengkajian yang dilakukan peneliti supaya lebih efektif hanya dilaksanakan pada mata pelajaran IPA Materi Pokok Benda Konduktor dan Isolator Panas dengan Menggunakan Metode Eksperimen pada Siswa Kelas VI SDN Payaman 3 Nganjuk Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015, sebagai berikut : 1.
Prestasi belajar IPA materi pokok benda konduktor dan isolator panas sangat rendah.
2.
Penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi pokok benda konduktor dan isolator panas.
3.
Menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran yang maksimal akan membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi focus perbaikan adalah: 1.
Bagaimana prestasi belajar IPA materi pokok benda
konduktor dan
isolator panas siswa kelas VI SDN Payaman 3 Kabupaten Nganjuk? 2.
Bagaimana peningkatan prestasi belajar IPA materi pokok
benda
konduktor dan isolator panas siswa kelas VI SDN Payaman 3 Kabupaten Nganjuk dengan menggunakan metode eksperimen? 3.
Apakah dengan menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran yang maksimal akan membuat siswa aktif ?
4
proses
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran Tujuan perbaikan penelitian ini adalah untuk : 1.
Mendeskripsikan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi pokok benda konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SDN Payaman 3 Nganjuk Kabupaten Nganjuk.
2.
Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok benda konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SDN Payaman 3 Nganjuk Kabupaten Nganjuk.
3.
Membangun motivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Teoritis : Penelitian sebagai sumbangsih peneliti dalam ikut mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pendidikan/pembelajaran.
2.
Praktis : Penelitian yang dikerjakan dapat bermanfaat bagi, a. Bagi pendidik Agar pendidik
mahir merancang perencanaan pembelajaran
khususnya pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen. Pendidik dapat berinteraksi dengan mudah kepada siswa sehingga materi yang disampaikan mudah diserap oleh siswa, selain itu materi konduktor dan isolator panas
dapat diserap siswa dalam jangka
waktu panjang. Meningkatkan minat belajar siswa karena dengan menggunakan metode eksperimen pendidik tidak perlu menjelaskan terlalu panjang lebar. b. Bagi siswa Agar siswa aktif dalam proses belajar mengajar Agar pembelajaran menjadi menyenagkan bagi siswa
5
Meningkatkan wawasan pribadi siswa dalam pembelajaran IPA pada materi pokok benda konduktor dan isolator panas Menumbuhkan sikap mandiri dan kreatif Meningkatkan prestasi belajar IPA c. Bagi peneliti Menjadi bahan bacaan bagi peneliti berikutnya dalam menerapkan metode eksperimen dalam proses pembelajaran. d. Bagi sekolah Bagi kependidikan
tenaga
pengajar
khususnya
pendidik
dan
tenaga
di SDN Payaman 3 Nganjuk Kabupaten Nganjuk
merupakan sebuah masukan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan pembelajaran IPA materi pokok benda konduktor dan isolator panas.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Belajar Belajar adalah faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Mengingat pentingnya belajar, banyak ahli berusaha merumuskan pengertian belajar, namun demikian kegiatan jiwa yang dinamakan belajar belum dapat diketahui sepenuhnya secara konkrit. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 729) menyebutkan : “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang yang bersangkutan”. Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi suatu perkembangan berpikir dengan membuat kerangka pengertian baru. Siswa harus punya pengalaman dengan membuat hipotesa, meramalkan, mengetes hipetesa, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengandalkan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, dan mengekspresikan gagasan. Untuk membentuk kontruksi pengetahuan yang baru. Belajar yang sungguh-sungguh akan terjadi bila mengadakan
refleksi,
pemecahan
konflik
pengertian,
dan
selalu
memperbaharui tingkat pemikiran yang tidak lengkap (Fosnot, 1989). Selain pendapat-pendapat tersebut, Gagne (1984) menyatakan bahwa “Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya akibat pengalaman”. Dari pengertian belajar yang dikemukakan oleh Gagne ada beberapa ciri belajar yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. a. Proses Belajar merupakan proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang siswa dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Belajar terjadi karena adanya proses interaksi antara individu dengan lingkungan fisik maupun dengan lingkungan sosial. Lingkungan fisik dapat berupa, buku, alat peraga dan media, alam sekitar,
7
serta benda-benda lain yang membantu proses belajar, sedangkan lingkungan sosial misalnya, guru, siswa, pustakawan, dan kepala sekolah. b. Perubahan Perilaku Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme. Hal ini berarti bahwa belajar membutuhkan waktu. Untuk mengukur belajar, kita membandingkan cara organisme itu berperilaku pada waktu. Bila perilaku dalam suasana serupa itu berbeda dari waktu itu, kita dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi belajar. Selanjutnya, yang terjadi ialah perubahan perilaku dalam proses belajar. Perubahan dalam sifat-sifat fisik, misalnya tinggi dan berat tidak termasuk belajar. c. Pengalaman Komponen terakhir dari definisi belajar ialah “sebagai suatu hasil pengalaman”. Belajar adalah mengalami, artinya belajar harus mengalami sebuah proses, tanpa adanya proses maka tidak didapatkan hasil belajar yang berupa pengalaman. Dari berbagai definisi tentang belajar, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau keterampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi,
memecahakan
masalah,
mencermati
lingkungan
untuk
mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terus menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya.
B. Pengertian Prestasi Belajar Sebelum dijelaskan tentang prestasi belajar terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian prestasi. Prestasi adalah sesuatu hasil yang telah dicapai seseorang setelah melakukan aktivitas/ pekerjaan tertentu. Menurut Poerwodarminto ( 1998: 700 ) prestasi adalah hasil yang dicapai ( dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Sedangkan prestasi belajar adalah
8
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan hasil nilai tes atau angka yang telah diberikan kepada guru. Menurut Arifin ( 1990 : 2-4 ), kata prestasi dari Belanda prastatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Selain itu ia juga mengemukakan prestasi mempunyai beberapa fungsi utama antara lain : a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai oleh siswa. b. Prestasi belajar sebagai lambing hasrat ingin tahu. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan d. Prestasi belajar sebagai indicator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. e. Prestasi belajar sebagai indicator terhadap daya serap peserta didik. Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan siswa yang telah dicapai. Setiap individu yang belajar keras dan rajin sesuai kemampuan akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Dalam dunia pendidian keberhasilan dalam belajar disebut prestasi belajar, hal ini sebagai wujud bahwa peserta didik telah melaksanakan kegiatan pembelajaran dan telah mencapai ketuntasan belajar. C. Uraian Materi IPA 1. Penghantar Panas Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan alat-alat yang terbuat dari kertas, plastik, karet, lilin, kayu, alumunium, bahkan bahan yang terbuat dari besi dan baja. Ada benda yang bersifat konduktor dan ada pula yang bersifat isolator. Benda konduktor yaitu benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik, panas dapat berpindah atau merambat melalui tiga cara, yaitu dengan cara radiasi, konveksi, dan konduksi. a. Radiasi Radiasi adalah perpindahan panas ( kalor) dengan cara memancar. Radiasi dapat terjadi tanpa zat perantara. Contohnya sebagai berikut : 1. Tubuh terasa hangat ketika berada di sekitar api unggun.
9
2. Tangan yang didekapkan pada lampu menyala akan terasa hangat. 3. Panas matahari dapat dirasakan di bumi. b. Konveksi Konveksi yaitu perpindahan panas yang terjadi melalui aliran zat atau disertai perpindahan zat perantaranya. Konveksi biasa terjadi pada zat cair dan gas. Contoh gejala konveksi sebagai berikut : 1.
Adanya gerakan naik turun air yang sedang mendidih.
2.
Terjadinya angin darat dan angin laut.
3.
Merebus kacang hijau hingga bergerak naik turun.
c. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas secara merambat. Rambatan panas dalam proses konduksi tidak disertai berpindahnya zat perantara. Konduksi biasa terjadi pada benda padat. Contoh konduksi sebagai berikut: 1. Semua bagian wajan terasa panas, sedangkan yang terkena api hanya bagian tengah bawah. 2. Sendok yang digunakan untuk mengaduk minuman yang panas akan terasa hangat. 3. Mentega akan meleleh saat diletakkan di atas wajan yang dipanaskan. 2. Penggunaan Benda Konduktor dan Isolator Panas
Benda-benda yang termasuk konduktor misalnya: aluminium, besi, dan baja. Sedangkan benda-benda yang termasuk isolator misalnya: kertas, plastik, karet, lilin, dan kayu. Memasak air akan lebih cepat mendidih bila menggunakan alat/wadah yang terbuat dari logam, karena logam merupakan penghantar panas (konduktor) yang baik. Bandingkan jika menggunakan alat/wadah yang terbuat dari tanah liat. Begitu pula tangkai atau pegangan alat masak atau alat penggorengan, biasanya menggunakan kayu atau karet. Sebab, kayu dan karet merupakan benda penyekat panas (isolator) yang baik atau penghantar panas yang kurang baik.
10
Dari sekian banyak benda yang ada di bumi ini, tentunya kita dapat membedakan benda-benda yang terbuat dari benda isolator dan konduktor. Setrika listrik merupakan salah satu benda yang memanfaatkan sifat logam besi. Karena logam besi dapat menghantarkan panas sehingga setrika listrik dapat dimanfaatkan untuk merapikan pakaian. Benda yang memanfaatkan sifat isolator panas adalah termos. Termos digunakan untuk menyimpan air panas agar tahan lama karena susunan badan termos bagian dalam terdiri atas 2 lapisan kaca dan antara dua lapisan tersebut terdapat ruang vakum sehingga panas dari air dipantulkan kembali. Pada bagian penutup termos biasanya terbuat dari gabus atau plastik yang bersifat tidak dapat menghantarkan panas. Sulistyanto, Heri & Wiyono, Edy. 2008. ( Bab 5 hal. 53-58 ).
D. Metode pembelajaran Metode Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis dan teratur yang dilakukan oleh pendidik dalam menyampaikan materi kepada muridnya. Dengan cara ini diharapakan tujuan dari kegiatan belajar mengajar dapat tercapai dengan baik. Oleh sebab itu pendidik tentu perlu untuk mempelajari metode pembelajaran. Cara ini juga dapat membuat murid untuk tidak merasa bosan atau jenuh di dalam kelas. Sebenarnya masih cukup banyak manfaat menggunakan metode yang sistematis dalam proses belajar mengajar. Semisal waktu belajar semakin efektif, murid semakin semangat belajar dan masih banyak lainnya. Model pembelajaran merupakan sebuah metode sistematis untuk mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar agar tercapai tujuan dari pembelajaran. Di dalam model pembelajaran terdapat beberapa pendekatan yang memiliki keunggulan masing-masing. Pada dasarnya model pembelajaran dan metode pembelajaran memiliki pengertian yang sama. Dengan perkembangan zaman macam macam metode berkembang sangat pesat. Sehingga harus disesuaikan dengan era sekarang.
11
Pengertian media pembelajaran merupakan suatu alat bantu dalam proses pembelajaran.
Beberapa
tujuan
penggunaan
alat
ini
yaitu
untuk
membangkitkan pikiran, perasaan, perhatian serta meningkatkan kemampuan belajar para murid. Tokoh bernama Brigs (1997), Beliau berpendapat bahwa “Media pembelajaran merupakan bentuk sarana fisik untuk menyampaikan informasi pembelajaran”. Menurutnya sarana yang dapat digunakan bisa melalui buku, video, dan lainnya. Dalam metode pembelajaran, posisi dari media pembelajaran cukup penting. Yaitu sebagai alat dalam proses komunikasi. Seandainya tanpa media, maka komunikasi antara guru dan murid tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu metode pembelajaran dan media pembelajaran merupakan hal yang penting dipelajari pada dunia pendidikan. Dapat disimpulkan dari pengertian di atas. Bahwa media pembelajaran merupakan alat atau benda yang dapat digunakan untuk membagikan informasi. Selain itu juga membangkitkan daya pikir, perasaan dan keinginan para murid. Harapannya dari media tersebut dapat membentuk suatu proses belajar yang baik, efisien dan efektif. E. Metode Eksperimen Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000). Menurut Roestiyah (2008:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Dengan penerapan metode eksperimen siswa dapat membuktikan sendiri suatu fakta tentang benda konduktor dan isolator panas serta manfaatnya, sehingga siswa mengalami sendiri dan bukan hanya percaya atau mengandalkan keterangan dari pendidik ataupun penjelasan yang diuraikan dalam suatu buku pelajaran. Melalui pengalaman yang di peroleh siswa secara langsung maka pembelajaran tersebut akan mudah diingat karena pelajaran lebih bermakna dan mengesankan.
12
Hal ini sesuai dengan pernyataan prof. Dr. H. Syaiful Segala, M.Pd. (2012: 220) bahwa
Dalam proses belajar mengajar dengan metode
eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Sedangakan pengartian metode eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah. Kelebihan metode percobaan sebagai berikut : -
Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
-
Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
-
Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Sedangakan kekurangan metode percobaan sebagai berikut : -
Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
-
Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
-
Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan
13
harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan
bukti
yang
meyakinkan,
atau
mungkin
hasilnya
tidak
membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada. Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2008:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .
14
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian 1. Subyek Subyek yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas VI (enam) SDN Payaman 3 Kabupaten Nganjuk dengan jumlah 43 siswa yang terdiri dari
23 siswa laki-laki dan
20 siswa perempuan tahun pelajaran
2014/2015. 2. Tempat Pelaksanaan perbaikan pembelajaran mata pelajaran
IPA
di SDN
Payaman 3 Kabupaten Nganjuk. 3. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan
Pebruari 2015. Adapun jadwal
Pelaksanaan Pembelajaran Perbaikan dapat dilihat dalam table berikut ini : Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No Hari/ Tanggal
Waktu
Mata Pelajaran
Keterangan
1.
Selasa, 19 – 02 – 2015
07.30 – 08.40
IPA
Rencana pembelajaran ( Pra Siklus )
2.
Selasa, 26 – 02 – 2015
07.30 – 08.40
IPA
Perbaikan Pembelajaran (Siklus 1)
3.
Selasa, 05 – 03 – 2015
07.30 – 08.40
IPA
Perbaikan Pembelajaran (Siklus 2)
B. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah rancangan, langkah ataupun proses dalam pelaksanaan penelitian yang ada. Ada beberapa tahap dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini yang dilakukan sehingga merupakan
kerja
dengan siklus per siklus,
berulang dari pendidik, sehingga diperoleh
pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan metode yang digunakan. Adapun rancangan pada tiap siklusnya terdapat 4 tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut : 15
1.
Perencanaan / Planning Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Langkah yang perlu dilakukan diantaranya adalah : a.
Mengidentifikasi masalah, analisis materi pembelajaran.
b.
Menyediakan perangkat penilaian, meliputi : silabus, Rencana pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), media pembelajaran dan instrumen penilaian.
2.
Pelaksanaan Tindakan / Action Dalam tahap ini dilakukan pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, direalisasikan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa.
3.
Observasi / Obsevation Merupakan pengamatan yang dilakukan peneliti saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
4.
Refleksi Merupakan
kegiatan
untuk
mengemukakan
kembali
kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk perbaikan dan pembelajaran selanjutnya. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus yang berulang, hingga ketuntasan yang diharapkan tercapai, yaitu ada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 . Adapun rincian siklus – siklus tersebut antara lain sebagai berikut :
1.
Pra Siklus
a.
Perencanaan Dalam tahap ini penulis menetapkan seluruh rencana yang akan dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Adapun langkah – langkah perencanaanya, yaitu : 1.
Mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas.
2.
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar yang meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
16
3.
Menetapkan standart kompetensi dan kompetensi dasar.
4.
Memilih bahan pelajaran yang akan dicapai.
5.
Menentukan scenario pembelajaran dengan metodeyang tells dibuat.
6.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), RPP dalam pra siklus terlaksana kurang baik setelah direfleksi maka akan diulang pada siklus I dan siklus II.
7.
Soal evaluasi yang diberikan pada saat pembelajaran berakhir.
8.
Lembar Observasi Lembar Observasi yang dibuat adalah lembar observasi kinerja
pendidik
dalam kegiatan pembelajaran serta lembar observasi keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap ini, langkah – langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat, yaitu : a. Pendahuluan 1. Guru membuka pelajaran dengan salam, berdo’a dan mengecek kehadiran siswa. 2. Apersepsi a.
Guru mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya.
b.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan materi benda konduktor dan isolator panas 2. Siswa memperhatikan dan menulis hal penting tentang konduktor dan isolator panas 3. Tanya jawab tentang benda konduktor dan isolator panas 4. Mengerjakan evaluasi tentang konduktor dan isolator panas 5. Bersama dengan siswa membahas soal evaluasi 6. Memberi pengahargaan bagi siswa yang sudah menjawab dengan benar c. Penutup 1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Guru menutup pelajaran dengan salam.
17
c. Observasi Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan tentang aktivitas siswa, hasil belajar siswa serta kinerja pendidik selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. d. Refleksi Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan dan evaluasi tahapan – tahapan pada pra siklus dan refleksi dilaksanakan setelah pelaksanaan pra siklus selesai. Refleksi ini dilakukan dengan kerja sama antara peneliti dengan teman sejawat, yang kemudian hasilnya digunakan sebagai acuan dalam menentukan tindakan selanjutnya dalam siklus 1.
2.
Siklus 1
a.
Perencanaan Berdasarkan refleksi pada pra siklus , maka diadakan perencanaan ulang, rencana yang dibuat sama dengan rencana pada pra siklus hanya saja media pembelajaran diganti dengan gambar. Adapun tahapan –tahapan: a.
Mengidentifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan pada pra siklus.
b.
Merencanakan skenario baru dengan perbaikan media pembelajaran dan meningkatkan keaktifan siswa.
c.
Membuat lembar kerja siswa.
d.
Menyusun kisi-kisi dan soal tes formatif.
b. Pelaksanaan Tindakan Pada siklus I, dilakukan tahapan-tahapan seperti pada pra siklus, sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus pertama tidak terjadi pada siklus kedua. Menjelaskan kembali materi yang kurang dipahami siswa. Tahapan-tahapannya masih sama dengan pra siklus, namun pada media pembelajaran telah diubah dengan gambar yang disedikan guru. a. Pendahuluan 1. Guru membuka pelajaran dengan salam, berdo’a dan mengecek kehadiran siswa. 2. Apersepsi
18
a.
Guru mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya.
b.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti 1. Guru menyiapkan gambar benda konduktor dan isolator panas 2. Melalui gambar siswa mengerjakan LKS tentang benda konduktor dan isolator panas 3. Membahas hasil kerja siswa tentang benda konduktor dan isolator panas c. Penutup 1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Siswa mengerjakan soal evaluasi untuk pengukuran daya serap. 3. Guru menutup pelajaran dengan salam. c.
Observasi Observasi yang dilakukan dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung untuk mengadakan pendataan ulang untuk mengetahui hasil dari siklus 1 meliputi pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kinerja pendidik selama pembelajaran.
d. Refleksi Refleksi pada siklus 1 meliputi hasil observasi dan hasil tes evaluasi siklus 1 yang digunakan untuk menarik kesimpulan apakah penelitian yang telah dilakukan sudah mencapai indikator yang ditetapkan. Pendidik menganalisis semua tindakan pada pra siklus dan siklus 1 kemudian dicari kekurangan-kekurangan pada siklus 1.
3.
Siklus 2
a.
Perencanaan Berdasarkan refleksi pada pra siklus dan siklus 1, maka diadakan perencanaan ulang, rencana yang dibuat sama dengan rencana pada pra siklus hanya saja metode pembelajaran diganti eksperimen. Adapun tahapan –tahapan: 1. Mengidentifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan pada pra siklus.
19
2. Merencanakan skenario baru dengan perbaikan metode pembelajaran dan meningkatkan keaktifan siswa 3. Membuat lembar kerja siswa 4. Menyusun kisi-kisi dan soal tes formatif b. Pelaksanaan Tindakan Pada siklus 2, dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus 1 , sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus pertama tidak terjadi pada siklus kedua. Menjelaskan kembali materi yang kurang dipahami siswa. Tahapan-tahapannya masih sama dengan pra siklus, namun pada metode pembelajaran telah diubah dengan metode eksperimen. d. Pendahuluan 3. Guru membuka pelajaran dengan salam, berdo’a dan mengecek kehadiran siswa. 4. Apersepsi c.
Guru mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya.
d.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
e. Kegiatan Inti 4. Guru menyiapkan benda konduktor dan isolator panas 5. Siswa berkelompok mengadakan percobaan untuk membedakan benda konduktor dan isolator panas 6. Mengerjakan LKS tentang benda konduktor dan isolator panas 7. Membahas hasil kerja kelompok siswa f. Penutup 4. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 5. Siswa mengerjakan soal evaluasi untuk pengukuran daya serap. 6. Guru menutup pelajaran dengan salam. c. Observasi Observasi yang sudah disiapkan untuk mencatat semua hal-hal yang diperlukan
selama pelaksanaan tindakan berlangsung untuk mengadakan
pendataan ulang untuk mengetahui hasil dari siklus 2 meliputi pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kinerja pendidik selama pembelajaran.
20
d. Refleksi Refleksi pada siklus 2 meliputi hasil observasi dan hasil tes evaluasi siklus 2 yang digunakan untuk menarik kesimpulan apakah penelitian yang telah dilakukan sudah mencapai indikator yang ditetapkan. Pendidik menganalisis semua tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 kemudian dicari kekurangan-kekurangan pada siklus 2.
C. Teknik Analisis Data 1. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data tersebut malalui cara tes dan non tes (observasi ). a. Metode Tes Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Hasil tes ini merupakan tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. b. Metode Non Tes ( observasi ) Metode non tes ( observasi ) digunakan untuk mengukur indicator kerja pendidik, sikap siswa selama pembelajaran berlangsung, kerjasama dan factor – factor yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum memulai penelitian tindakan berikutnya. Observasi siswa dilakukan oleh pendidik dan observasi pendidik dilakukan oleh teman sejawat. 2. Analisis Data a. Data Kuantitatif Data kuantitatif yng diperoleh adalah data dari tes evaluasi setiap siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. 1. Hasil belajar siswa dilihat dari nilai akhir siswa pada tes, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ × 100 % ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
21
Tandiono ( 2009 : 51 ) dalam Ika Santia ( 2010 : 15 ) 2. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal, jika siswa yang memperoleh nilai diatas KKM ≥ 75 %. Ketuntasan secara klasikal dapat diperoleh dengan rumus :
𝑃=
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 × 100 % ∑ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Tandiono ( 2009 : 51 ) dalam Ika Santia ( 2010 : 15 ) Keterangan : P = Ketuntasan secara klasikal. Jika P ≥ 75 %, maka mencapai ketuntasan secara klasikal. Jika P < 75 %, maka tidak mencapai ketuntasan secara klasikal. b. Data Kualitatif 1. Observasi Pendidik Adapun
perhitungan
prosentase
kesesuaian
langkah
pembelajarannya yaitu :
𝑅=
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ × 100 % ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
2. Obeservasi Keaktifan Siswa Adapun
perhitungan
presentase
kesesuaian
langkah
pembelajarannya yaitu :
𝑃=
𝑠 × 100 % 𝑛
Keterangan : P = Presentase keaktifan siswa tiap indikator penilaian s = Jumlah skor yang diperoleh dalam satu indikator n = Banyaknya indikator yang dinilai Sedangkan keaktifan seluruh siswa dapat dihitung dengan rumus :
22
𝑆=
∑ 𝑘𝑒𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 × 100 % ∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Dengan kriteria presentase sebagai berikut :
Aktif dalam praktik
76 % - 100 %
Cukup aktif dalam praktik
51 % - 75 %
Kurang aktif dalam praktik
26 % - 50 %
Tidak aktif dalam praktik
0 % - 25 %
Ketuntasan siswa juga dinilai dari keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran sekurang – kurangnya 75 % siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
D. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila : 1.
Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik, meliputi : -
Guru dalam mengajar mendapatkan predikat baik dalam pelaksanaan pembelajaran.
2.
Siswa minimal aktif saat pembelajaran berlangsung.
Penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi benda konduktor dan isolator panas serta KKM tuntas secara klasikal.
23
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran 1. Pra Siklus a. Perencanaan Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas pada pra siklus yaitu proses pembelajaran IPA dengan materi pokok benda konduktor dan isolator panas dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pada saat pembelajaran peneliti menggunakan bahan pembelajaran yang ada di buku IPA kelas VI, sehingga siswa bisa membaca bahan yang ada. Evaluasi yang dilaksanakan peneliti adalah tes tulis. b. Pelaksanaan Pra siklus dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Pebruari 2015 dengan metode ceramah dan tanya jawab. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti membuat rencana pembelajaran terlebih dahulu. Langkah-langkah dalam pembelajaran pelaksanaan tindakan kelas yaitu apersepsi, memeriksa absen, kemudian menjelaskan materi pelajaran yang disertai tanya jawab, siswa mendengarkan penjelasan guru. Guru memberi kesempatan untuk bertanya. Setelah itu mengadakan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi pelajaran pada akhir pembelajaran. c. Hasil Observasi Evaluasi Pembelajaran Dalam pembelajaran IPA pra siklus ini, prestasi belajar siswa kelas VI tampak jelas hasil dari evalusi sangat kurang. Seperti yang ada dalam table berikut : Tabel 4.1 Pra Siklus Daftar Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA Ketuntasan No
Nama
Nilai T
TT
1.
Agde Muzaky Kurniawan
70
TT
2.
Akbar Wirayudha
70
TT
24
Ketuntasan No
Nama
Nilai T
TT
3.
Albert Valentino R. J.
90
4.
Annisa Thufailah Husna
70
TT
5.
Audimas Leo Prasetyo
70
TT
6.
Bagus Wahyu P.
60
TT
7.
Benediktus A. W.W
65
TT
8.
Berliana Galuh Candra D.
65
TT
9.
Bima Firstyawan Satriyo
90
T
10.
Daniel Grace Thya S. D.
80
T
11.
Della Agitha Putra Wijaya
85
T
12.
Eky Yulianto
75
T
13.
Farraz Hassanal Bolqiah
50
TT
14.
Fiqsa Ekananda Saputra
60
TT
15.
Friska Shalomita Putri P.
65
TT
16.
Gregorius Vitor Danar B.
70
TT
17.
Herdina Amalia Putri H.
60
TT
18.
Huans Salva Cesarayudha
80
T
19.
Imanuel Nobian Tisa
80
T
20.
Joenatan Stevanno
70
TT
21.
Kezia Dian Ayu S.
70
TT
22.
Liang Chui Rahellia M.
80
23.
Marcellinus Chandra K.
50
TT
24.
Mila Evianti Aprisintia
70
TT
25.
Nathaya Chornia L. M.
80
26.
Nico Oktavian Guntoro
50
TT
27.
Ricky Gunawan
70
TT
28.
Risa Saomi Katuruni
45
TT
29.
Rosalina Rahmawati
70
TT
30.
Roynaldi Wahyu Irawan
80
31.
Salwa Aurora Kamila
70
TT
32.
Surya Aji Maulana
45
TT
25
T
T
T
T
Ketuntasan No
Nama
Nilai T
TT
33.
Tan Wira Hendra A.
80
34.
Taresa Vindy Oktavia
50
35.
Tarita Rahma Wisista
80
T
36.
Tesalonika Elva Elisha
75
T
37.
Yeni Noor Wulandari
90
T
38.
Ayu Maharani
60
39.
Luthfi Nadif Adi Kusung
80
40.
Adellia Rizkha Awalin
40
TT
41.
Linda Oktavia
70
TT
42.
Mohammad Arsyi Zakaria
65
TT
43.
Shierly Launa S.
40
TT
Rata-rata
T TT
TT T
68,26
Nilai Maximum
90
Nilai Minimum
40
Sumber data: Data Kelas VI SDN Pataman 3
Berdasarkan data tersebut dapat diuraikan bahwa siswa yang berhasil menuntaskan materi
pokok benda konduktor dan isolator
panas adalah : T : 15/43 x 100% = 34,88% TT : 28/43 x 100% = 65,12%
Dengan melihat data tersebut bahwa pembelajaran IPA materi pokok benda konduktor dan isolator panas belum berhasil baik, karena ketuntasan belajar secara klasikal minimal 75% serta nilai minimalnya adalah 75. Nilai rata-rata kelas hanya 68,26, hal ini dikarenakan saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang semangat , tidak konsentrasi hanya diam mendengarkan penjelasan guru. Dengan metode ceramah siswa kurang aktif sehingga hasil yang diperoleh kurang memuaskan , dari hasil belajar ini perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus 1.
26
d. Refleksi Setelah pembelajaran pra siklus ini dilaksanakan, maka peneliti bersama teman sejawat berkolaborasi menganalisa hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, dari
temuan yang didiskusikan ternyata
siswa kurang aktif dalam belajar, guru monoton dalam penjelasan, hasil belajar yang dilaksakan sangat rendah, hal ini disebabkan metode yang digunakan kurang menarik perhatian siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan peneliti melanjutkan pada siklus 1
2. Siklus 1 a. Perencanaan Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas pada siklus 1 yaitu proses pembelajaran IPA materi benda konduktor dan isolator dengan menggunakan media gambar dan tanya jawab. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa sudah berani bertanya pada pendidik terkait materi pelajaran. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes tulis. Siswa mulai bersemangat dan bisa menjawab saat tanya jawab berlangsung.
b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dilakukan pada hari Kamis, 26 Pebruari 2015, proses pembelajaran menggunakan media gambar yang telah disediakan guru berkaitan materi benda konduktor dan
isolator
pembelajaran
panas.
Langkah-langkah
yaitu,
apersepsi,
pelaksanaan
memeriksa
absen
perbaikan kemudian
memperlihatkan gambar yang berkaitan benda konduktor dan isolator. Siswa bertanya jawab bersama teman dan pendidik. Lalu siswa melaksanakan evaluasi tulis untuk mengetahui pemahaman siswa terkait pelajaran dan siswa bersama pendidik menyimpulkan pelajaran.
27
c. Hasil Observasi Evaluasi Pembelajaran Tabel 4.2. Siklus 1 Daftar Hasil Evaluasi ( siklus 1 ) Mata Pelajaran IPA No
Nama
Nilai
Ketuntasan T
TT
1.
Agde Muzaky Kurniawan
75
T
2.
Akbar Wirayudha
80
T
3.
Albert Valentino R. J.
90
T
4.
Annisa Thufailah Husna
75
T
5.
Audimas Leo Prasetyo
80
T
6.
Bagus Wahyu P.
60
TT
7.
Benediktus A. W.W
70
TT
8.
Berliana Galuh Candra D.
70
TT
9.
Bima Firstyawan Satriyo
90
T
10.
Daniel Grace Thya S. D.
80
T
11.
Della Agitha Putra Wijaya
85
T
12.
Eky Yulianto
80
T
13.
Farraz Hassanal Bolqiah
55
TT
14.
Fiqsa Ekananda Saputra
70
TT
15.
Friska Shalomita Putri P.
70
TT
16.
Gregorius Vitor Danar B.
70
TT
17.
Herdina Amalia Putri H.
70
TT
18.
Huans Salva Cesarayudha
80
T
19.
Imanuel Nobian Tisa
85
T
20.
Joenatan Stevanno
80
T
21.
Kezia Dian Ayu S.
75
T
22.
Liang Chui Rahellia M.
80
T
23.
Marcellinus Chandra K.
70
24.
Mila Evianti Aprisintia
80
T
25.
Nathaya Chornia L. M.
90
T
26.
Nico Oktavian Guntoro
60
27.
Ricky Gunawan
80
28.
Risa Saomi Katuruni
60
TT
29.
Rosalina Rahmawati
70
TT
30.
Roynaldi Wahyu Irawan
85
31.
Salwa Aurora Kamila
70
TT
32.
Surya Aji Maulana
60
TT
28
TT
TT T
T
No
Nama
Nilai
Ketuntasan T
TT
33.
Tan Wira Hendra A.
80
34.
Taresa Vindy Oktavia
65
35.
Tarita Rahma Wisista
80
T
36.
Tesalonika Elva Elisha
75
T
37.
Yeni Noor Wulandari
95
T
38.
Ayu Maharani
70
39.
Luthfi Nadif Adi Kusung
90
40.
Adellia Rizkha Awalin
55
41.
Linda Oktavia
85
42.
Mohammad Arsyi Zakaria
70
TT
43.
Shierly Launa S.
55
TT
Rata-rata
T TT
TT T TT T
74,46
Nilai Maksimum
95
Nilai Minimum
50
Sumber Data: Data Kelas VI SDN Payaman 3
Berdasarkan hasil evaluasi siklus 1 ternyata secara klasikal peneliti menyimpulkan masih ada siswa yang belum tuntas belajarnya dan belum mencapai 75%.
T : 24/43 x 100% = 55,81% TT : 19/43 x 100% = 44,19%
Ada 19 siswa yang belum tuntas, nilainya di bawah KKM yaitu 44,19% , sedangkan yang tuntas belajarnya ada 24 siswa yaitu 55,81%. Untuk rata-rata kelas sdh mencapai 74,46 dari jumlah 43 siswa. Hasil yang diperoleh dari perbaikan siklus 1 ini menggunakan media gambar dan tanya jawab, sehingga siswa lebih tertarik dan ada rasa antusias belajar terlihat dari siswa yang bertanya dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Tetapi perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2.
29
d. Refleksi Apa yang telah ditemukan dalam
proses pembelajaran
perbaikan pada siklus 1 didiskusikan dengan teman sejawat untuk mengetahui prosentase keberhasilannya. Hasil yang diperoleh dari diskusi dengan teman digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus 2. Peneliti masih belum puas dengan hasil yang diperoleh karena siswa masih ada yang kurang aktif dalam pembelajaran serta proses pembelajaran belum maksimal
disebabkan penggunaan
metode pembelajaran kurang tepat.
3. Siklus 2 a. Perencanaan Perencanaan penelitian pada siklus 2 yaitu proses pembelajaran IPA materi pokok benda konduktor dan isolator panas dengan metode eksperimen. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa aktif dan antusias melaksanakan eksperimen. Hal ini pendidik sudah menyiapkan media yang tepat dan metode yang cocok. Setelah selesai pembelajaran siswa diberi tes tulis untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi IPA. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus 2 pada hari Kamis, 05 Maret 2015 dan proses pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Langkahlangkah yang dilaksanakan yaitu apersepsi, memeriksa absen. Kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen ternyata siswa lebih antusias dan tertarik untuk belajar, lebih aktif membuktikan dan memecahkan masalah. Pembelajaran lebih kondusif. Semua siswa aktif melakukan percobaan dan berdiskusi antar teman untuk menjawab LKS.
Selesai
pembelajaran siswa melaksanakan evaluasi dari eksperimen, Lalu membuat kesimpulan. Di akhir pembelajaran siswa mengerjakan tes tulis.
30
c. Hasil Observasi Evaluasi Pembelajaran Dalam proses pembelajaran IPA siklus 2, peneliti dapat membuktikan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Banyak siswa yang aktif dan komunikatif saling beraktifitas sesuai percobaan yang dilakukan. Hasil prestasi belajar pada siklus 2 dapat dilihat pada table 4.3. Tabel 4.3 Siklus 2 Daftar Hasil Evaluasi ( Siklus 2 ) Mata Pelajaran IPA No
Nama
Nilai
Ketuntasan T
1.
Agde Muzaky Kurniawan
90
T
2.
Akbar Wirayudha
90
T
3.
Albert Valentino R. J.
100
T
4.
Annisa Thufailah Husna
90
T
5.
Audimas Leo Prasetyo
100
T
6.
Bagus Wahyu P.
70
7.
Benediktus A. W.W
85
T
8.
Berliana Galuh Candra D.
90
T
9.
Bima Firstyawan Satriyo
100
T
10.
Daniel Grace Thya S. D.
100
T
11.
Della Agitha Putra Wijaya
100
T
12.
Eky Yulianto
90
T
13.
Farraz Hassanal Bolqiah
70
14.
Fiqsa Ekananda Saputra
90
T
15.
Friska Shalomita Putri P.
90
T
16.
Gregorius Vitor Danar B.
100
T
17.
Herdina Amalia Putri H.
90
T
18.
Huans Salva Cesarayudha
100
T
19.
Imanuel Nobian Tisa
100
T
20.
Joenatan Stevanno
90
T
21.
Kezia Dian Ayu S.
90
T
22.
Liang Chui Rahellia M.
100
T
23.
Marcellinus Chandra K.
90
T
24.
Mila Evianti Aprisintia
100
T
25.
Nathaya Chornia L. M.
100
T
26.
Nico Oktavian Guntoro
80
T
27.
Ricky Gunawan
100
T
31
TT
TT
TT
No
Nama
Nilai
Ketuntasan T
28.
Risa Saomi Katuruni
90
T
29.
Rosalina Rahmawati
95
T
30.
Roynaldi Wahyu Irawan
100
T
31.
Salwa Aurora Kamila
100
T
32.
Surya Aji Maulana
80
T
33.
Tan Wira Hendra A.
100
T
34.
Taresa Vindy Oktavia
90
T
35.
Tarita Rahma Wisista
100
T
36.
Tesalonika Elva Elisha
90
T
37.
Yeni Noor Wulandari
100
T
38.
Ayu Maharani
90
T
39.
Luthfi Nadif Adi Kusung
100
T
40.
Adellia Rizkha Awalin
70
41.
Linda Oktavia
100
T
42.
Mohammad Arsyi Zakaria
90
T
43.
Shierly Launa S. Rata-rata
60 90,86
Nilai Maksimum
100
Nilai Minimum
60
TT
TT
TT
Sumber data : data kelas VI SDN Payaman 3
Berdasarkan paparan hasil evaluasi siklus 2 dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dalam belajar siswa walaupun masih ada yang mendapat nilai kurang dari KKM.
T
: 39/43 X 100% = 90,7%
TT
: 4/43 X 100% = 9,3%
Ada 4 siswa yang nilainya di bawah KKM yaitu 9% dan yang tuntas belajarnya ada 91,7% dari 43 siswa. Hasil yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran siklus 2 dengan
metode eksperimen dan media nyata dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa, pembelajaran lebih menarik dan siswa aktif belajar. Secara klasikal ketuntasan belajar siswa bisa tercapai.
32
d. Refleksi Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus 2, hasil pembelajaran cukup memuaskan, prestasi belajar siswa meningkat, siswa mudah memahami materi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa sangat antusias dan aktif bertanya jawab terhadap guru. Table 4.4. Daftar Nilai Rata-rata NO
NAMA
SIKLUS Pra
1
2
Jumlah Nilai
Rata-rata Nilai
1.
Agde Muzaky Kurniawan
70
75
90
235
78,33
2.
Akbar Wirayudha
70
80
90
240
80,00
3.
Albert Valentino R. J.
90
90
100
280
93,33
4.
Annisa Thufailah Husna
70
75
90
235
78,33
5.
Audimas Leo Prasetyo
70
80
100
250
83,33
6.
Bagus Wahyu P.
60
60
70
190
63,33
7.
Benediktus A. W.W
65
70
85
220
73,33
8.
Berliana Galuh Candra D.
65
70
90
225
75,00
9.
Bima Firstyawan Satriyo
90
90
100
280
93,33
10.
Daniel Grace Thya S. D.
80
80
100
260
86,67
11.
Della Agitha Putra Wijaya
85
85
100
270
90,00
12.
Eky Yulianto
75
80
90
245
81,67
13.
Farraz Hassanal Bolqiah
50
55
70
175
58,33
14.
Fiqsa Ekananda Saputra
60
70
90
220
73,33
15.
Friska Shalomita Putri P.
65
70
90
225
75,00
16.
Gregorius Vitor Danar B.
70
70
100
240
80,00
17.
Herdina Amalia Putri H.
60
70
90
220
73,33
18.
Huans Salva Cesarayudha
80
80
100
260
86,67
19.
Imanuel Nobian Tisa
80
85
100
265
88,33
20.
Joenatan Stevanno
70
80
90
240
80,00
21.
Kezia Dian Ayu S.
70
75
90
235
78,33
22.
Liang Chui Rahellia M.
80
80
100
260
86,67
23.
Marcellinus Chandra K.
50
70
90
210
70,00
24.
Mila Evianti Aprisintia
70
80
100
250
83,33
25.
Nathaya Chornia L. M.
80
90
100
270
90,00
26.
Nico Oktavian Guntoro
50
60
80
190
63,33
27.
Ricky Gunawan
70
80
100
250
83,33
33
NO
NAMA
SIKLUS Pra
1
2
Jumlah Nilai
Rata-rata Nilai
28.
Risa Saomi Katuruni
45
60
90
195
65,00
29.
Rosalina Rahmawati
70
70
95
235
78,33
30.
Roynaldi Wahyu Irawan
80
85
100
265
88,33
31.
Salwa Aurora Kamila
70
70
100
240
80,00
32.
Surya Aji Maulana
45
60
80
185
61,67
33.
Tan Wira Hendra A.
80
80
100
260
86,67
34.
Taresa Vindy Oktavia
50
65
90
205
68,33
35.
Tarita Rahma Wisista
80
80
100
260
86,67
36.
Tesalonika Elva Elisha
75
75
90
240
80,00
37.
Yeni Noor Wulandari
90
95
100
285
95,00
38.
Ayu Maharani
60
70
90
220
73,33
39.
Luthfi Nadif Adi Kusung
80
90
100
270
90,00
40.
Adellia Rizkha Awalin
40
55
70
165
55,00
41.
Linda Oktavia
70
85
100
255
85,00
42.
Mohammad Arsyi Zakaria
65
70
90
225
75,00
43.
Shierly Launa S.
40
55
60
155
51,67
Jumlah
2935
3215
3950
Rata-rata
68,26
74,76
91,86
Sumber data: Data Kelas VI SDN Payaman 3
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan 1.
Pra Siklus Berdasarkan hasil evaluasi dengan teman sejawat pada pelaksanaan pra siklus penggunaan metode ceramah dan tanya jawab yang dilakukan pendidik ternyata kurang efektif dan kurang maksimal. Siswa tidak konsentrasi pada penjelasan pendidik, tidak aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa tidak memuaskan. Banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 28 siswa tidak tuntas belajarnya sama dengan 65,12%, sedangkan 15 siswa atau 34,88% telah tuntas belajarnya namun secara klasikal rata-rata kelas adalah 68,26. Jadi dalam prosentasenya siswa yang tuntas belajar ada 34,88% dan yang tidak tuntas ada 65,12%. Oleh sebab itu untuk siklus 1 peneliti menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan media gambar. 34
2.
Siklus 1 Pada siklus 1 ini pendidik menggunakan media gambar ternyata siswa aktif dan termotivasi untuk
bertanya dan memahami materi
pelajaran. Dalam pembelajaran ini ditemukan adanya penjelasan yang kurang terkait tujuan pembelajaran sehingga siswa masih ada yang tidak mengerti maksud dari pembelajaran. Hasil yang diperoleh cukup baik yaitu ada
19 siswa tidak tuntas atau 44,19% namun nilainya ada
penambahan walaupun tetap di bawah KKM. Dan secara klasikal ratarata kelas ada peningkatan menjadi 74,76. Siswa yang tuntas mencapai 55,81%. Hasil ini belum memuaskan karena masih kurang dari harapan. 3.
Siklus 2 Pada siklus 2 ini guru memberikan perhatian lebih pada siswa yang masih pasif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siklus 2 ini pendidik menggunakan metode eksperimen dengan alat-alat yang sudah disediakan, sehingga siswa sangat antusias dan aktif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode eksperimen, perbaikan yang dilakukan dalam proses pembelajaran sangat nampak yaitu : Siswa semakin termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran dan belajar lebih bermakna, Siswa berani bertanya pada pendidik terkait pembelajaran dan kreatif dalam percobaan, Prestasi belajar siswa semakin meningkat, lebih dapat memahami materi pelajaran dengan mudah. Pada siklus 2 ini prestasi yang diraih siswa sangat memuaskan karena secara klasikal nilai rata-rata kelas adalah 91,86. Ada 39 siswa yang nilainya di atas KKM yaitu 90,7%
dan 4 siswa di bawah KKM
yaitu 9,3%. Secara klasikal pembelajaran ini sudah berhasil baik karena jumlah siswa ada 43 yang seharusnya menjadi 2 kelas.
35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT A. Simpulan Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa : 1. Ada peningkatan prestasi belajar yang signifikan dengan metode eksperimen yang dibuktikan adanya ketuntasan belajar dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2, ketuntasan belajar sebagai berikut ada 15 siswa (34,88%), siklus 1 ada 24 siswa (55,81%) dan siklus 2 ada 39 siswa (90,7%). 2. Penggunaan metode eksperiman dan media atau alat peraga konkrit dapat menumbuhkan keberanian siswa untuk aktif bertanya dan dapat menarik perhatian siswa sehingga pembelajaran lebih menyenangkan.. 3. Dengan proses pembelajaran yang menyenangkan dapat memotivasi siswa lebih giat belajar dan prestasi belajar makin meningkat. B. Saran Tindak Lanjut Dengan mengacu pada kesimpulan , maka peneliti menyampaikan beberapa saran bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagai berikut : 1. Hendaknya menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi. Terus-menerus berinovasi memilih strategi pembelajaran yang tepat, mengembangkan model-model pembelajaran sehingga tujuan pendidikan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik, serta berupaya dalam menggunakan media pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa 2. Usahakan siswa lebih aktif menemukan informasi dengan media yang disediakan. 3. Gunakan alat peraga yang maksimal agar siswa lebih termotivasi dan kreatif. Demikian laporan ini dibuat peneliti sebagai tindak lanjut dari kegiatan Penelitian Tindakan Kelas pada mata pelajaran IPA. Besar harapan peneliti dengan laporan ini dapat menambah wawasan khususnya bagi peneliti .
36