Artikel Penelitian
Gangguan Psikiatri Pasien TB-MDR (Multi Drug Resistant) dan Stres Psikososial yang Memengaruhi di RSUP Persahabatan
Umie Faizah, Feranindya Agiananda, Noorhana S. Winarsih, Tribowo Tuahta Ginting, Fathiyah Isbaniah, Sylvia Detri Elvira Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Abstrak Pendahuluan: Pengobatan pasien TB-MDR akan memengaruhi kondisi kejiwaan yang dapat disebabkan dari obat-obatan TB-MDR dan/atau stres psikososial. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada 50 pasien TB-MDR di poliklinik TBMDR RSUP Persahabatan menggunakan MINI ICD-X dan Life Experiences Survey (LES) dari Irwin G. Hasil: Proporsi gangguan psikiatri pada subjek TB-MDR adalah 62%. Sebagian besar subjek mendapatkan regimen standar pengobatan TB-MDR mengalami gangguan psikiatri sebesar 58,1%. Terdapat hubungan bermakna antara usia subjek dengan gangguan psikiatri sebesar <0,001, antara obat TB-MDR yang didapatkan dengan risiko bunuh diri (p<0,005), dan antara stresor psikososial dengan gangguan psikiatri. Kesimpulan: Terdapat gangguan psikiatri pada subjek TB-MDR selama menjalani pengobatan. Kelompok subjek TB-MDR dengan gangguan psikiatri cenderung memiliki skor stres negatif yang lebih tinggi (lebih banyak yang mengalami stresor negatif) dibandingkan subjek tanpa gangguan psikiatri. Kata kunci: TB-MDR, pengobatan TB-MDR, stresor psikososial, dan gangguan psikiatri
Korespondensi: Umie Faizah Email:
[email protected]
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016
473
Gangguan Psikiatri Pasien TB-MDR (Multi Drug Resistant) dan Stres Psikososial
Psychiatric Disorders and Related Psychosocial Stressors in Multi Drug Resistant Tuberculosis Patients at Persahabatan Hospital Umie Faizah, Feranindya Agiananda, Noorhana S. Winarsih, Tribowo Tuahta Ginting, Fathiyah Isbaniah, Sylvia Detri Elvira *
Department of Psychiatry, University of Indonesia/ Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta
Abstract Introduction: Patients with Multi Drug Resistance Tuberculosis (MDR-TB) during treatment can get psychiatric conditions caused by MDR-TB drugs and psychosocial stress. Method: This study is a cross-sectional with total 50 subjects. Subjects were selected through consecutive sampling methods. Instruments used in this study were the MINI ICD-10 and Life Experiences Survey (LES) of Irwin G. Sarason. Result: Proportion of psychiatric disorders in subjects with MDR-TB is 62%. Proportion of psychiatric disorders in subjects getting standard treatment regimen for MDR-TB are 58.1%. A significant relationship is made statistically between age of subjects with psychiatric disorders, MDR-TB drugs with suicide risk and psychosocial stressors with psychiatric disorders. Conclussion: Psychiatric disorders were found in subjects with MDR-TB during treatment. Subject groups of MDR-TB with psychiatric disorders have higher negative stress score (more likely to have a negative stressor) than subjets without psychiatric disorders. Keyword: MDR-TB, MDR-TB treatment, psychosocial stressors and psychiatric disorders
Pendahuluan Pengobatan TB-MDR yang dilakukan pada pasien gagal pengobatan dan mengalami resistesi dapat memengaruhi kondisi kejiwaannya. Beberapa faktor yang memengaruhi kondisi kejiwaan dan akhirnya menyebabkan gangguan psikiatri adalah obat TB-MDR dan/atau stres psikososial. Stres psikososial memiliki peran dalam memengaruhi gangguan jiwa dalam terapi TB-MDR. Beberapa peneliti telah membuktikan hubungan antara perubahan kehidupan dengan gejala gangguan jiwa. Mereka melihat tingginya tingkat depresi dan kecemasan pada pasien TB-MDR dihubungkan dengan dukungan sosial yang tidak memadai dan tingkat keparahan penyakit. Beberapa obat TB-MDR dapat menyebabkan gangguan jiwa adalah etambutol, fluorokuinolon, sikloserin, dan ofloksasin atau ciprofloksasin. Gangguan psikiatri yang ditemukan pada obat tersebut berupa gangguan psikotik, depresi, dan anxietas.1,2 Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan di Dunia yang menjadi pusat perhatiankarena belum ada satu negara yang bebas TB. Angka kesakitan dan 474
kematiannya pun masih tinggi. TB menduduki peringkat ketiga dari sepuluh penyebab kematian yang menyebabkan 146 000 kematian setiap tahun. Laporan badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2009 memperkirakan terdapat 9,4 juta kasus baru TB di seluruh dunia. Negara dengan prevalensi TB terbesar adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria, dan Indonesia. Di Indonesia, terdapat 528 000 kasus baru TB pertahun. Pada tahun 2006 diperkirakan hampir 5% dari kasus baru tuberkulosis didiagnosis sebagai TBMDR.3-5 Kasus TB-MDR merupakan bentuk TByang resisten terhadap setidaknya obat isoniazid (INH) dan rifampisin. Kedua obat ini merupakan obat anti tuberkulosis utama. Resistensi obat dapat terjadi karena akumulasi mutasi berurutan pada gen yang terlibat dalam pengobatan TB. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan resistensi obat TB meliputi dosis tidak tepat pada pasien yang masih sensitif terhadap obat anti tuberkulosis, pemberian obat anti tuberkulosis yang tidak tepat oleh tenaga kesehatan, atau kegagalan pasien menyelesaikan seluruh tahapan pengobatannya.5 J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016
Gangguan Psikiatri Pasien TB-MDR (Multi Drug Resistant) dan Stres Psikososial Laporan WHO pada tahun 2006 memperkirakan secara global terdapat 290 000 kasus TB-MDR dari kasus TB yang dilaporkan dan ada 4000 kasus tiap tahunnya (sepuluh persen dari kasus baru). Terdapat 22 negara termasuk Indonesia menjadi faktor risiko penularan TB-MDR.6-8 Penyakit medik baik akut maupun kronis, misalnya TB dan TB-MDR dapat membatasi seseorang secara fisik, sosial, maupun emosional. Pembatasan tersebut terkadang menyebabkan ketidakberdayaan atau perasaan tidak berguna terhadap seseorang maupun lingkungan sekitarnya sehingga memengaruhi terjadinya gangguan jiwa seseorang. Proses perjalanan penyakit yang kronis dikaitkan dengan peningkatan jumlah gangguan jiwa.9 Pilihan paduan OAT MDR saat ini adalah paduan standar (standardized treatment) di Indonesia, yang pada permulaan pengobatan akan diberikan sama kepada semua pasien TB MDR sebagai berikut:10 1. Paduan standar OAT MDR yang diberikan adalah: Km – Eto – Lfx – Cs – Z-(E) / Eto – Lfx – Cs – Z(E) 2. Paduan OAT MDR standar diberikan pada pasien yang sudah terkonfirmasi TB RR/MDR secara laboratoris. 3. Bila ada riwayat penggunaan paduan OAT yang dicurigai telah ada resistensi, misalnya pasien sudah pernah mendapat fluorokuinolon pada pengobatan TB sebelumnya maka diberikan levofloksasin dosis tinggi. 4. Paduan OAT MDR standar akan disesuaikan paduan atau dosisnya jika: - Terdapat tambahan resistensi terhadap OAT lainnya berdasarkan hasil uji kepekaan. Contoh: etambutol tidak diberikan jika terbukti sudah resistan dan apabila pasien terbukti resistan terhadap Kanamisin maka Kanamisin diganti dengan Kapreomisin - Terjadi efek samping berat dan obat penyebab sudah diketahui, maka obat bisa diganti bila tersedia obat pengganti, contoh: apabila pasien mengalami efek samping gangguan kejiwaan karena sikloserin maka sikloserin dapat diganti dengan PAS. Apabila pasien mengalami gangguan pendengaran karena kanamisin, maka kanamisin dapat diganti dengan kapreomisin - Dosis atau frekuensi disesuaikan bila: a. Terjadi perubahan kelompok berat badan b. Terjadi efek samping berat dan obat pengganti tidak tersedia 5. Jika sejak awal terbukti resistan terhadap kanamisin, maka paduan standar adalah sebagai
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016
berikut: Cm – Lfx – Eto –Cs – Z – (E) / Lfx – Eto – Cs – Z – (E). 6. Jika sejak awal terbukti resistan terhadap fluorokuinolon maka paduan standar adalah sebagai berikut: Km – Mfx – Eto –Cs – PAS – Z – (E) / Mfx – Eto – Cs – PAS – Z – (E). 7. Jika sejak awal terbukti resistan terhadap kanamisin dan fluorokuinolon (TB XDR) maka paduan standar adalah sebagai berikut: Cm – Mfx – Eto –Cs – PAS – Z – (E) / Mfx – Eto – Cs – PAS – Z – (E). 8. Status HIV pasien TB MDR tidak mempengaruhi paduan pengobatan TB MDR. Keterangan: Km: Kanamisin. Lfx: levofloksasin. Eto: Etionamida. Cs: Sikloserin. Z: Pirazinamid. E: Etambutol. Mfx: Moksifloksasin. Cm: Kapreomisin Metode Penelitian ini merupakan studi kuantitatif analitik potong lintang. Penelitian dilaksanakan di Poliklinik TB-MDR RSUP Persahabatan. Penelitian berlangsung dalam periode akhir bulan November 2014 sampai awal Januari 2015. Subjek adalah semua pasien TBMDR, berusia antara 18-60 tahun dan berobat jalan di poliklinik TB-MDR di RSUP Persahabatan. Subyek telah didiagnosis pasien TB-MDR oleh dokter spesialis paru di RSUP Persahabatan dan telah diterapi TBMDR minimal 3 bulan. Kriteria subjek dikeluarkan dari penelitian ini yaitu subjek mempunyai penyakit fisik kronis lainnya (diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hepar, penyakit paru obstruktif, sistemik lupus eritematosus, hipertiroid), subjek menggunakan obat steroid, dan terdapat riwayat gangguan jiwa sebelumnya. Subjek dipilih berdasarkan konsekutif. Jumlah subjek adalah 43 orang. Peneliti melebihkan jumlah subjek penelitian sebesar 10% menjadi 47 subjek dan dibulatkan menjadi 50 subjek. Peneliti menggunakan instrumen MINI ICD X untuk menilai gambaran gangguan psikiatri pada subyek penelitian dan instrumen Life Experiences Survey (LES) dari Irwin G. Sarason untuk menilai stresor psikososial. Instrumen Life Experiences Survey (LES) dari Irwin G. Sarason yang terdiri dari 60 item yang dinilai dengan skala likert -3 sampai 3. Data sosiodemografi meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah anak, agama, suku, agama, pendapatan, tingkat pendidikan, obat-obatan yang digunakan, dan jangka waktu pengobatan. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS untuk windows versi 20. Tingkat kemaknaan yang digunakan untuk uji statistik adalah p<0,05.
475
Gangguan Psikiatri Pasien TB-MDR (Multi Drug Resistant) dan Stres Psikososial Hasil Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar subjek adalah laki-laki (64%) dan berusia antara 36 tahun sampai 45 tahun (34%). Suku terbanyak adalah suku Sunda (30%). Pendidikan terakhir subjek terbanyak pada tingkat pendidikan SMU (58%). Sebagian besar subjek bekerja (46%). Sebagian besar subjek berstatus gizi normal (44%). Tabel 1 memperlihatkan karakteristik pengobatan yang didapatkan oleh subjek. Sebagian besar subjek menjalankan pengobatan TB-MDR kurun waktu 4 bulan sampai 6 bulan (40%) dan mendapatkan regimen standar pengobatan TB-MDR (86%). Tabel 1.
Karakteristik Pengobatan pada Subjek Penelitian
Karakteristik
Jangka Waktu Pengobatan TB-MDR Minimal 3 bulan 4-6 bulan 7 bulan-12 bulan >1 tahun 12 24 Regimen Standar Pengobatan Regimen berdasar hasil resistensi Obat XDR
Jumlah (n=50)
Persentase ( %)
6 20 12
12 40 24
43 4 2
86 8 4
Tabel 2 memperlihatkan karakteristik gangguan psikiatri pada subjek. Subjek mengalami gangguan psikiatri sebesar 62%. Proporsi gangguan psikiatri terbanyak pada gangguan depresi (32%) diikuti dengan risiko bunuh diri (26%), gangguan panik (24%), gangguan anxietas menyeluruh (20%), gangguan depresi berulang (12%), gangguan psikotik (12%), gangguan agorafobia (8%), gangguan obsesif kompulsif (8%), agorafobia dengan gangguan panik (4%), anorexia nervosa (2%) dan gangguan berkaitan dengan zat psikoaktif (2%). Tabel 3 memperlihatkan hubungan obat TB-MDR dengan gangguan psikiatri. Sebagian besar subjek mengalami gangguan psikiatri mendapatkan regimen standar pengobatan TB-MDR (58,1%) Tabel 4 memperlihatkan stresor psikososial pada subjek. Kejadian-kejadian yang sering dialami oleh subyek dalam kurun waktu 0-12 bulan (1 tahun) adalah perubahan pola tidur diikuti dengan perubahan pola kebiasaan makan, perubahan kondisi keuangan, perubahan besar hubungan antar keluarga, peminjaman uang (kurang dari 25 juta), diberhentikan dari pekerjaan, menderita sakit berat dan perubahan aktivitas sosial. Tabel 5 memperlihatkan hubungan antara usia dengan gangguan psikiatri. Pada penelitian didapatkan 476
Tabel 2.
Karakteristik Gangguan Psikiatri pada Subjek Penelitian
Karakteristik
Gangguan Psikiatri Ya Tidak Gangguan Depresi Ya Tidak Gangguan Depresi Berulang Ya Tidak Distimia Tidak Risiko Bunuh Diri Tidak Ada Rendah Sedang Tinggi Episode Manik Tidak Gangguan Agorafobia Ya Tidak Gangguan Panik Ya Tidak Agorafobia Dengan Gangguan Panik Ya Tidak Sosial Fobia Ya Tidak Gangguan Obsesif Kompulsif Ya Tidak Gangguan Anxietas Menyeluruh Ya Tidak Gangguan Pasca Trauma Tidak Bulimia Nervosa Tidak Anorexia Nervosa Ya Tidak Gangguan Berkaitan Alkohol Tidak Gangguan Berkaitan Zat Psikoaktif Ya Tidak Gangguan Psikotik Ya Tidak
Jumlah (n=50)
Persentase (%)
31 19
62 38
16 34
32 68
6 44
12 88
50
100
37 10 2 1
74 20 4 2
50
100
4 46
8 92
12 38
24 76
2 48
4 96
1 49
2 98
4 46
8 92
10 40
20 80
50
100
50
100
1 49
2 98
50
100
1 49
2 98
6 44
12 88
hubungan yang bermakna antara usia subjek dengan gangguan psikiatri (p<0,05). Tabel 6 memperlihatkan komorbiditas gangguan psikiatri. Sebagian subjek yang mengalami gangguan psikiatri terbanyak 1 gangguan psikiatri (22%). Pada tabel 7 memperlihatkan hubungan antara obat TB-MDR dengan risiko bunuh diri, gangguan panik, J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016
Gangguan Psikiatri Pasien TB-MDR (Multi Drug Resistant) dan Stres Psikososial Tabel 3. Hubungan Antara Obat TB-MDR dengan Gangguan Psikiatri Karakteristik Ada Gangguan Psikiatri n % Regimen Standar Pengobatan Regimen berdasar Hasil Resistensi Obat XDR
25 4 2
Tabel 4. Stresor Psikososial pada Subjek Penelitian Karakteristik
Jumlah (n=50)
Perubahan Pola Tidur Tidak ada Ada - Dampak Positif - Tidak Berdampak - Dampak Negatif Perubahan Pola Kebiasaan Makan Tidak ada Ada - Dampak Positif - Tidak Berdampak - Dampak Negatif Perubahan Kondisi Keuangan Tidak ada Ada - Dampak Positif - Tidak Berdampak - Dampak Negatif Perubahan Hubungan Antar Keluarga Tidak ada Ada - Dampak Positif - Tidak Berdampak - Dampak Negatif Peminjaman Uang Tidak ada Ada - Dampak Positif - Tidak Berdampak - Dampak Negatif Diberhentikan Dari Pekerjaan Tidak ada Ada - Dampak Positif - Tidak Berdampak - Dampak Negatif Menderita Sakit Berat Tidak ada Ada - Dampak Positif - Tidak Berdampak - Dampak Negatif Perubahan Aktivitas Sosial Tidak ada Ada - Dampak Positif - Tidak Berdampak - Dampak Negatif
Persentase (%)
22 28 7 1 20
44 56 25 3,5 71,5
22 28 13 1 14
44 56 46,5 3,5 50
12 38 9 1 28
24 76 24 3 74
31 19 12 0 7
62 38 63 0 37
37 13 6 1 6
74 26 46 8 46
44 6 0 0 6
88 12 0 0 100
15 35 1 1 33
30 70 3 3 94
32 18 3 0 15
64 36 17 0 83
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016
58,1% 80% 100%
MINI ICD-10 Tidak ada Gangguan Psikiatri n % 18 1 0
41,9% 20% 0%
gangguan anxietas menyeluruh dan gangguan psikotik. Ada hubungan yang bermakna antara obat TB-MDR dengan risiko bunuh diri (p<0,05). Pada tabel 8 memperlihatkan hubungan antara stresor psikososial dengan gangguan psikiatri. Ada hubungan yang bermakna antara stresor psikososial dengan gangguan psikiatri (p<0,05). Stresor psikososial negatif lebih banyak pada subjek dengan gangguan psikiatri dibandingkan dengan subjek tanpa gangguan psikiatri. Kelompok subyek TB-MDR dengan gangguan psikiatri cenderung memiliki skor stres negatif yang lebih tinggi (lebih banyak yang mengalami stresor negatif). Diskusi Tabel 3 menunjukkan karakteristik gangguan psikiatri pada subjek. Subjek mengalami gangguan psikiatri sebesar 62%. Proporsi gangguan psikiatri terbanyak pada gangguan depresi (32%) diikuti dengan risiko bunuh diri (26%), gangguan panik (24%), gangguan anxietas menyeluruh (20%), gangguan depresi berulang (12%), gangguan psikotik (12%), gangguan agorafobia (8%), gangguan obsesif kompulsif (8%), agorafobia dengan gangguan panik (4%), anorexia nervosa (2%) dan gangguan berkaitan dengan zat psikoaktif (2%).Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vega, et al serta Bloss, et al, gangguan psikiatri pada penelitian ini memiliki proporsi yang lebih besar. Penelitian yang dilakukan oleh Vega, et al. menemukan selama terapi TB-MDR, 10 pasien (13,3%) mengalami depresi, sembilan pasien (12%) mengalami gangguan kecemasan dan sembilan pasien (12%) mengalami psikosis. Gangguan psikosis cenderung terjadi pada awal pengobatan TB-MDR (rata-rata 3,6 bulan, kisaran 1-8). Sedangkan kisaran waktu timbulnya depresi dan kecemasan bervariasi. Penelitian yang dilakukan oleh Bloss, et al9 di Latvia menemukan 13% kasus mengalami gangguan jiwa selama pengobatan TB-MDR termasuk gangguan depresi, kecemasan, dan psikosis. Tabel 4 memperlihatkan stresor psikososial pada subjek yang dialami selama satu tahun terakhir. Pada penelitian ini, sebagian besar subjek menganggap 477
Gangguan Psikiatri Pasien TB-MDR (Multi Drug Resistant) dan Stres Psikososial Tabel 5.
Hubungan Antara Usia dengan Gangguan Psikiatri
Variabel
Ada Gangguan Psikiatri Jumlah (n = 31)
Usia 18-45 tahun 46-60 tahun
Persentase (%)
31 0
Tidak Ada Gangguan Psikiatri Jumlah (n = 19)
73,8 0
Nilai p
95% Confidence Interval
Persentase (%)
11 8
26,2 100
<0,0 0,1
0,158 0,435
Uji Fisher’s Tabel 6. Komorbiditas Gangguan Psikiatri Karakteristik
Jumlah Gangguan Psikiatri Tidak ada gangguan psikiatri 1 Gangguan psikiatri 2 Gangguan psikiatri 3 Gangguan psikiatri 4 Gangguan psikiatri 5 Gangguan psikiatri 6 Gangguan psikiatri 7 Gangguan psikiatri
Jumlah (n=50)
19 11 6 9 2 1 1 1
Pada penelitian ini, ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara usia subjek TB-MDR dengan gangguan psikiatri. Proporsi gangguan psikiatri terbanyak berkisar antara 26 sampai 45 tahun dengan usia terbanyak 42 tahun. Hasilnya serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Morris, et al serta Marahatta SB.Morris, et al menemukan rata-rata usia subjek adalah 44 tahun (usia antara 33 tahun sampai 55 tahun). Marahatta SB menemukan pasien TB-MDR lebih sering pada usia lebih muda dari 65 tahun. Dari data didapatkan usia pasien TB-MDR berkisar antara 25 tahun sampai 44 tahun dapat diduga berhubungan dengan faktor risiko dan kontak dengan TB-MDR. Hal ini memiliki dampak ekonomi yang besar bagi pasien dan keluarga. Penyakit kronis komorbiditas dengan gangguan mental dapat mengurangi kualitas hidup dan menyebabkan durasi penyakit lebih lama serta hasil kesehatan yang lebih buruk. Situasi ini menyebabkan beban biaya ekonomi bagi masyarakat akibat hilangnya produktivitas kerja dan peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara obat TB-MDR dengan risiko bunuh diri. Regimen berdasar hasil resistensi obat XDR cenderung memiliki risiko bunuh diri sedang-tinggi yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang mendapatkan regimen standar pengobatan. Regimen standar pengobatan cenderung memiliki risiko rendah dan tidak lebih tinggi dibandingkan subjek yang mendapatkan regimen berdasar hasil resistensi. Tetapi pada penelitian ini tidak dapat diketahui obat TB-MDR
Persentase (%)
38 22 12 18 4 2 2 2
penyakit TB-MDR sebagai penyakit berat berdampak negatif berat pada kehidupannya. Mereka takut penyakitnya menular kepada anggota keluarganya sehingga mereka menghindari kehidupan seksual dan sosial. Mereka berpikir jika memakai masker tiap hari maka dianggap sebagai menderita sakit berat. Akibat efek samping pengobatannya, subjek terpaksa berhenti dari pekerjaannya dan bergantung kepada anggota keluarganya. Beberapa subyek masih dapat bekerja dengan kemampuan fisik yang terbatas. Beberapa subjek mempersepsikan peminjaman uang berdampak negatif yang menyebabkan beban bagi dirinya. Tetapi terdapat 6 subjek mempersepsikan peminjaman uang berdampak positif bagi dirinya karena untuk membiayai hidup sehari-hari 15 subjek mempersepsikan penyakit TB-MDR itu tidak menderita sakit berat dan satu subyek mempersepsikan TB-MDR sebagai menderita sakit berat berdampak positif bagi dirinya.
Tabel 7. Hubungan Antara Obat TB-MDR dengan Risiko Bunuh Diri Variabel
Regimen standarpengobatan Regimen berdasar hasil resistensi + Obat XDR
Tidak Ada Risiko Bunuh Diri Risiko Bunuh Diri Rendah Jumlah % (n =47 ) 42 5
97,7 71,4
Risiko Bunuh Diri Sedang Risiko Bunuh Diri Tinggi Jumlah % (n = 4) 1 3
2,3 28,6
Nilai p
0,048 16,800
Odd Ratio/ OR (IK 95%)
16,8 (1,282-220,2)
Uji Fisher’s
478
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016
Gangguan Psikiatri Pasien TB-MDR (Multi Drug Resistant) dan Stres Psikososial Tabel 8. Hubungan Antara Stresor Psikososial dengan Gangguan Psikiatri Variabel
Median (Min-Max)
Stresor Positif Ada Gangguan Psikiatri Tidak Ada Gangguan Psikiatri Stresor Negatif Ada Gangguan Psikiatri Tidak Ada Gangguan Psikiatri
Mean Rank
Nilai p
4 (0-14) 2 (0-10)
7,39 2,42
0,237
11 (0-37) 2 (0-14)
29,77 18,53
0,008
Uji Mann Whitney U
yang dapat menyebabkan risiko bunuh diri karena peneliti tidak meneliti perjalanan pengobatan yang didapatkan oleh subjek. Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara stresor psikososial dengan gangguan psikiatri. Kelompok subjek TB-MDR dengan gangguan psikiatri cenderung memiliki skor stres negatif yang lebih tinggi (lebih banyak yang mengalami stresor negatif). Derajat stres psikososial dapat memengaruhi gangguan psikiatri pada subjek TB-MDR. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Morris, et al. melaporkan pasien TB-MDR mengalami kehilangan jati diri karena ketidak mampuannya dalam pekerjaan, isolasi sosial dan stigma dari keluarga dan teman. menggunakan metode penelitian dengan kualitatif untuk menilai dampak sosial, ekonomi dan psikologi pada pengobatan TBMDR sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan kuantitatif.11 Keterbatasan penelitian ini adalah pengambilan subjek tidak dilakukan secara acak sehingga hasilnya tidak dapat mewakili populasi target. Penelitian ini menilai bahwa obat TB-MDR dapat menimbulkan gangguan psikiatri tetapi tidak menilai perkembangan penggunaan atau penghentian obat TB-MDR selama pengobatan.
dengan jangka waktu pengobatan antara 7 bulan sampai 12 bulan, jangka waktu pengobatan minimal 3 bulan dan jangka waktu pengobatan lebih dari 1 tahun. Subjek sebagian besar mendapatkan regimen standar pengobatan TB-MDR mengalami gangguan psikiatri sebesar 58,1%. Stres psikososial pada pasien TB-MDR adalah fisik, psikologi, ekonomi dan sosial. Stres fisik berupa menderita sakit berat TB-MDR. Stres ekonomi berupa perubahan kondisi keuangan, peminjaman uang, diberhentikan dari pekerjaan. Stres sosial berupa perubahan aktivitas sosial dan perubahan besar hubungan antar keluarga. Stres psikologi berupa perubahan pola kebiasaan makan dan perubahan pola tidur. Stresor psikososial negatif lebih banyak pada subjek dengan gangguan psikiatri dibandingkan dengan subjek tanpa gangguan psikiatri. Skor psikososial yang negatif cenderung tinggi pada subjek TB-MDR yang mengalami gangguan psikiatri dibandingkan dengan skor psikososial yang positif. Ditemukan hubungan yang bermakna antara usia subjek dengan gangguan psikiatri, antara obat TBMDR yang digunakan oleh subjek dengan risiko bunuh diri dan antara stresor psikososial dengan gangguan psikiatri. Daftar Pustaka
Kesimpulan Pada penelitian ini, proporsi gangguan psikiatri pada subjek TB-MDR adalah 62%. Gambaran gangguan psikiatri terbanyak pada subjek TB-MDR adalah gangguan depresi diikuti dengan risiko bunuh diri, gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan depresi berulang, gangguan agorafobia, gangguan obsesif kompulsif, gangguan psikotik, agorafobia dengan gangguan panik, anorexia nervosa dan gangguan berkaitan dengan zat psikoaktif. Proporsi usia terjadi gangguan psikiatri pada subjek TB-MDR berkisar antara 26 tahun sampai 45 tahun. Proporsi gangguan psikiatri pada jangka waktu pengobatan TB-MDR terbanyak adalah jangka waktu pengobatan antara 4 bulan sampai 6 bulan diikuti
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016
1.
2. 3.
4. 5. 6.
Vega P, Sweetland A, Acha J, Castillo H, Guerra D, Fawzi S, et al. Psychiatric issues in the management of patients with multidrug-resistant tuberculosis. The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease. 2004 Jun 1;8(6):749-54.. Lloyd, Geoffrey and Guthrie, Elspeth. Handbook of Liaison Psychiatric. Cambridge University Press 2007;187. Unnamed. Laporan tahunan WHO TB global yang dirilis [Internet]. News-Medical.net. 2013 [cited 4 March 2018]. Available from: https://www.news-medical.net/news/ 20101112/6437/Indonesian.aspx L World Health Organization, editor. Global tuberculosis report 2013. World Health Organization; 2013. Burhan E. Tuberkulosis Multi Drug Resistance (TB-MDR). JInMA. 2010;60(12):535-6. Mitnick CD, Appleton SC, Shin SS. Epidemiology and treatment of multidrug resistant tuberculosis. InSeminars in respiratory and critical care medicine 2008 Oct (Vol. 29, No. 5, p. 499). NIH Public Access.
479
Gangguan Psikiatri Pasien TB-MDR (Multi Drug Resistant) dan Stres Psikososial 7.
8.
9.
480
Johnston JC, Shahidi NC, Sadatsafavi M, Fitzgerald JM. Treatment outcomes of multidrug-resistant tuberculosis: a systematic review and meta-analysis. PloS one. 2009 Sep 9;4(9):e6914. Kliiman K, Altraja A. Predictors of poor treatment outcome in multi-and extensively drug-resistant pulmonary TB. European Respiratory Journal. 2009 May 1;33(5):1085-94. Bloss E, Kukša L, Holtz TH, Riekstina V, Skripèonoka V,
Kammerer S, et al. Adverse events related to multidrugresistant tuberculosis treatment, Latvia, 2000–2004. The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease. 2010 Mar 1;14(3):275-81. 10. Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat. Jakarta: PerMenKes RI. 2013;43-44.
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016