TEORI MODEL LEININGER DALAM KEPERAWATAN disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikososial Dosen pengampu Hayinah
Disusun oleh : Annisa Alyati
(302017009)
Ari Fitriyani
(302017009)
Ekka Nur Fitriya
(302017009)
PRODI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG Jl KH Ahmad Dahlan No 6 Bandung Telp. 022-7305269 2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas “Teori Model Madeleine Leininger dalam keperawatan”. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Bandung, Maret 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 B.
Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C.
Tujuan Masalah .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3 A. Biografi Madeleine Leininger ............................................................................ 3 B.
Teori Madeleine Leininger (Cultural Diversity and Universality) .................... 4
C.
Paradigma Keperawatan Transkultural .............................................................. 6
D. Tujuan Teori Madeleine Leininger .................................................................... 9 E.
Kelebihan Teori Madeleine Leininger ............................................................... 9
F.
Kelemahan Teori Madeleine Leininger ............................................................. 9
G. AL-QURAN - Perintah untuk berfikir ............................................................. 10 BAB III KESIMPULAN ............................................................................................. 11 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana cirri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung. Perawat dalam mempratikan keperawatannya harus memperhatikan budaya dan keyakinan yang dimiliki oleh klien, sebagai mana yang disebutkan oleh teori model Madeleine Leininger bahwa teori model ini memiliki tujuan yaitu menyediakan bagi klien pelayanan spesifik secara kultural. Untuk memberikan
asuhan
keperawatan
dengan
budaya
tertentu,
perlu
memperhitungkan tradisikultur klien, nilai-nilai kepercayaan kedalam rencana perawatan. Berdasarkan latar belakang di atas kami membuat makalah mengenai penerapan teori model Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan. Hal ini ditujukan supaya lebih memahami teori model menurut Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan, agar perawat mampu melakukan pelayanan kesehatan pekabudaya ke pada klien menjadi lebih baik. B. Rumusan Masalah 1. Biografi model Madelaine Leininger. 2. Teori model Madeleine Leininger dalam keperawatan 3. Paradigma model Madeleine Leininger dalam keperawatan 4. Tujuan teori model Madeleine Leininger dalam keperawatan 5. Kelebihan teori model Madeleine Leininger dalam keperawatan
1
2
6. Kelemahan teori model Madeleine Leinginger dalam keperawatan C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui biografi Madeleine Leininger. 2. Untuk mengetahui teori model Madeleine Leininger dalam keperawatan. 3. Untuk mengetahui paradigma teori model Madeleine Leininger dalam keperawatan. 4. Untuk mengetahui tujuan teori model Madeleine Leininger dalam keperawatan. 5. Untuk mengetahui kelebihan teori model Madeleine Leininger dalam keperawatan. 6. Untuk mengetahui kelemahan teori model Madeleine Leininger dalam keperawatan.
BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Madeleine Leininger Dr. Madeline Leininger, seorang perawat yang ahli antropologi, mempunyai andil besar dalam meningkatkan riset dalam perawatan transkultural dan dalam merangsang program-program studi yang erat kaitannya. Ia adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin dalam mengembangkan keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Leininger juga adalah seorang perawat professional pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya. Madeleine M. Leininger lahir di Suton, Nebraska. Dia menempuh pendidikan Diploma pada tahun 1948 di St.Anthony Hospital School of Nursing, di daerah Denver. Dia juga mengabdi di organisasi Cadet Nurse Corps, sambil mengejar pendidikan dasar keperawatannya. Pada tahun 1950 dia meralih gelar Sarjana dalam bidang Ilmu Biologi dari Benedictine College di Kansas. Setelah menyelesaikan studi keperawatannya di Creighton University, Ohama, dia menempuh pendidikan magister dalam bidang keperawatan jiwa di Chatolic University, Washington DC, Amerika. Dia merupakan perawat pertama yang mempelajari ilmu antropologi pada tingkat doktoral, yang diraih di University of Washington. Dan pada tahun terakhir, dia tinggal di Ohama, Nebraska. Pada pertengahan tahun 1950. Saat Leininger bekerja untuk membimbing anak-anak rumahan di Cincinnati, dia menemukan bahwa salah seorang dari stafnya tidak mengerti tentang faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dia menyimpulkan, bahwa diagnosis keperawatan dan tindakannya belum membantu anak secara memadai. Pengalaman tersebut, mendorong Leininger untuk menempuh pendidikan doktoral dalam bidang antropologi. Awalnya dia menulis pada akhir tahun 1970. Tulisannya ini berfokus membahas caring dan transcultural nursing.
3
4
Dia melanjutkan untuk menulis mengenai permasalahan tersebut. Namun sebelumnya dia telah mempublikasikan teori mengenai caring dalam keanekaragaman budaya dan universalitas. Leininger mempunyai peran dalam bidang edukasi dan administrasi. Dia sempat menjadi dekan keperawatan di Universities of Washington dan Utah. Dia juga merupakan direktur dari organisasi Center for Health Research di Wayne States University, Michigan. Sampai akhirnya dia pensiun sebagai professor emeritus. Dia juga belajar di New Guinea sampai program doktoral, dia telah mempelajari 14 macam budaya di daerah pedalaman. Dia merupakan pendiri dan pimpinan (pakar) dari bidang transcultural nursing dan dia telah menjadi konsultan di bidang tersebut dan teorinya tentang culture care around the globe. Dia telah mempublikasikan jurnal yang berjudul The Journal of Transcultural Nursing in 1989 yang telah direvisi selam 6 tahun. Dia berhasil mendapatkan honor yang tinggi dan meraih penghargaan nasional dan menjadi penceramah di lebih dari 10 negara. B. Teori Madeleine Leininger (Cultural Diversity and Universality) Teori Leininger adalah tentang culture care diversity and universality, atau yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Transcultural Nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan buadaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini juga diguanakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Ada beberapa konsep dan definisi dalam teori Leininger, antara lain adalah: 1.
Culture (budaya), adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan, norma, cara hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfikir, membuat keputusan, serta motif tindakan yang diambil.
5
2.
Nilai budaya, adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakakn dan keputusan.
3.
Culture care diversity (perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan), merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4.
Curtular Care Universality, mengacu pada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahanan yang paling dominan, pola-pola,
nilai-nilai,
gaya
hidup
atau
simbol-simbol,
yang
dimanisfestasikan dianatara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memunkinkan untuk menolong orang lain (terminology universality) tidak digunakan pada suatu cara yang abolust atau suatu temuan tatistik yang signitifikan. 5.
Ethnohistory, adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budayabudaya yang dimiliki orang lain.
6.
Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
7.
Ras, adalah perbedaan macam-macam manusi didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia
8.
Etnografi, adalah ilmu yang mempelajari budaya, pendekatan metodologi pada penelitian etnograffi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan
6
dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya. 9.
Care, adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan prilaku pada individu, keluarga kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial unuk meningkatkakan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
10.
Caring, adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membibing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
11.
Cultural care, berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan kepada individu, keluarga
kelompok
untuk
mempertahankan
kesehatan,
sehat,
berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian. 12.
Cultural impotision, berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kpercayaan, praktik dan nilali diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
C. Paradigma Keperawatan Transkultural Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai
cara
pandang,
keyakinan,
nilai-nilai,
konsep-konsep
dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995). 1. Manusia Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984)
7
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995). 2. Sehat Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang
digunakan
untuk
menjaga
dan
memelihara
keadaan
seimbangsehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995). 3. Lingkungan Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. 4. Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan
8
latar
belakang
budayanya.
Asuhan
keperawatan
ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan
dalam
asuhan
perlindungan/mempertahankan
budaya,
keperawatan
adalah
mengakomodasi
atau
negoasiasi budaya dan mengubah atau mengganti budaya klien (Leininger, 1991). a. Cara I : Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang
relevan
yang
telah
dimiliki
klien
sehingga
klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi. b. Cara II : Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani lain. c. Cara III : Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
9
D. Tujuan Teori Madeleine Leininger Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009). Dalam hal ini, kebudayaan yang spesifik merupakan kebudayaan yang hanya dimiliki oleh kelompok tertentu. Misalnya kebudayaan Suku Anak Dalam, Suku Batak, Suku Minang. Sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan yang umumnya dipegang oleh masyarakat secara luas. Misalnya, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan perilaku yang baik, untuk meminimalisir tubuh terkontaminasi oleh mikroorganisme ketika makan. Dengan mengetahui budaya spesifik dan budaya universal yang dipegang oleh klien, maka praktik keperawatan dapat dilakukan secara maksimal. E. Kelebihan Teori Madeleine Leininger 1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda. 2.
Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3.
Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan. 5. Teori ini banyak
digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan . F. Kelemahan Teori Madeleine Leininger 1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan
hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.
10
2.
Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.
G. AL-QURAN - Perintah untuk berfikir QS. AL-BAQARAH:44 ﴾﴿ َب ۚ أَفَ ََل تَ ْع ِقلُون َ َ تٟس ُك ْم َوأَنت ُ ْم تَتْلُونَ ْٱل ِك َ ُس ْونَ أَنف َ اس ِب ْٱل ِب ِر َوت َن َ َّ۞ أَت َأ ْ ُم ُرونَ ٱلن “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
BAB III KESIMPULAN Dr. Madeline Leininger, seorang perawat yang ahli antropologi. Ia adalah pelopor keperawatan
transkultural
dan
seorang
pemimpin
dalam
mengembangkan
keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Leininger juga adalah seorang perawat professional pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya. Teori Leininger adalah tentang transcultural nursing. Transcultural Nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan buadaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, Terdapat beberapa konsep dan definisi dalam teori Leininger, antara lain adalah: budaya, nilai budaya, culture care diversity, cultural care universality, etnosantris, etnis, ras, etnografi, care, caring, cultural care, cultural imposition. Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995). Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
11
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, Wahyu. (2012). Transkultural-Nursing. Retrieved from https://www.academia.edu/8160648/Transkulturalnursing?auto_download=true. Diakses pada 22 maret 2019. Putri, D. M. (2006). Keperawatan Transkultural Pengetahuan dan Praktik berdasarkan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.
12