Psikososial Dan Budaya Kelompok 2.docx

  • Uploaded by: Pedrik Andawa Putra
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Psikososial Dan Budaya Kelompok 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,040
  • Pages: 20
RESPON TERHADAP STRES,PROSES KEPERAWATAN DAN ADAPTASI TERHADAP STRES DAN PENINGKATAN KESEHATAN Di susun untuk memenuhi mata kuliah Psikososial dan Budaya dasar dalam Keperawatan Dosen: Ns. Takesi Arisandy.,M.Kep

Di buat oleh: Kelompok 2 Ayu Lestari Bella Novita Congky Pedrik Andawa Putra Sherent Valentina A Windari Yulia Kristi Maulana Reza Mahendra Laksmi Ramadanti P Yohanes Gerry Prasetya G

2017.C.09a.0827 2017.C.09a.0828 2017.C.09a.0829 2017.C.09a.0858 2017.C.09a.0865 2017.C.09a.0868 2017.C.09a.0871 2017.C.09a.0852 2017.C.09a.0850 2017.C.09a.0870

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2018/2019

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah kami ini tentang Respon Terhadap Stres, Proses Keperawatan dan adaprasi terhadap stress dan peningkatan kesehatan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini belum sepenuhnya sempurna, baik dari segi penulisan, penyusunan dan bahasannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu.

Palangka Raya, 30 September 2018

Kelompok 2

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2 1.3 Tujuan ................................................................................................ 2 1.4 Manfaat penulisan .............................................................................. 3

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Stres ................................................................................. 4 2.2 Respon Terhadap Stres ...................................................................... 5 2.3 Proses Keperawatan Dan Adaptasi Terhadap Stres ........................... 10 2.4 Peningkatan Kesehatan Terhadap Stres ............................................. 13

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 16 3.2 Saran ................................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA

Abstract

This paper presents an analysis based on several literature reviews. It aims to understand the basic concept of stress. Understanding the fundamental concept of stress is necessary due to it leads to comprehending deeply regarding what stress is. Principally, there models of stress confirm what stress is and how stress occurs on human. First, the stimulus model of stress is the treating environments that stimulate individual to perceive stress. Second, the response model of stress is a bodily reaction to the source of stress. Third, the transactional model of stress is the evaluation process to the sources of stress between person and treating environment. Accordingly, stress can occur when individual deals with the unexpected environments or threatening situations. Stress can become eustress (positive) or distress (negative) for someone who perceives stress. If the ability to deal with stress is not sufficient and demands are excessive, stress will increase continuously. Consequently, stress contributes negatively on physical and psychological health. Therefore, the awareness toward stress and its symptoms is likely to avoid from the negative consequence of stress. Keywords: distress, eustress, health, theory of stress.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia. Kupriyanov dan Zhdanov (2014) menyatakan bahwa stres yang ada saat ini adalah sebuah atribut kehidupan modren. Hal ini dikarenakan stres sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa terelakkan. Baik di lingkungan sekolah, kerja, keluarga, atau dimanapun, stres bisa dialami oleh seseorang. Stres juga bisa menimpa siapapun termasuk anak-anak, remaja, dewasa, atau yang sudah lanjut usia. Dengan kata lain, stres pasti terjadi pada siapapun dan dimanapun. Yang menjadi masalah adalah apabila jumlah stres itu begitu banyak dialami seseorang. Dampaknya adalah stres itu membahayakan kondisi fisik dan mentalnya. Lin dan Huang (2014) menyatakan bahwa stres yang jumlahnya begitu banyak bisa membahayakan kepada setiap orang, termasuk siswa. Dalam lingkungan akademik, stres merupakan pengalaman yang paling sering dialami oleh para siswa, baik yang sedang belajar di tingkat sekolah ataupun di perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyaknya tuntutan akademik yang harus dihadapi, misalnya ujian, tugas-tugas, dan lain sebagainya. Sejumlah peneliti telah menemukan bahwa siswa yang mengalami stres akan cenderung menunjukkan kemampuan akademik yang menurun (Rafidah, Azizah, Norzaidi, Chong, Salwani, & Noraini, 2009. Sedangkan menurut WHO (2003) dalam Sriati (2008) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Menurut data WHO tahun 2014, di banyak Negara sebesar 8% penyakit yang ditimbulkan akibat kerja adalah depresi. Hasil penelitian Labour Force Survey pada tahun 2014 menemukan adanya 440.000 kasus stres akibat kerja di Inggris dengan angka kejadian sebanyak 1.380 kasus per 100.000 pekerja yang mengalami stress akibat kerja. Sebesar 35% stress akibat kerja berakibat fatal dan diperkirakan hari kerja yang hilang sebesar 43%. Berdasarkan survei statistik kesehatan Autralia Barat dinyatakan bahwa pekerja laki-laki kehilangan kira-kira 50,8 hari kerja dan pekerja wanita kehilangan kira-kira 58,5 hari kerja.

1

2

Prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional secara nasional adalah 6%. Survei yang dilakukan oleh Regus Asia (2012) menyatakan bahwa 64% pekerja di Indonesia mengalami peningkatan stress dibandingkan tahun 2011. Sebesar 1,6%. Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Peristiwa yang dikategorikan sebagai stres biasanya dapat dimasukan dalam satu atau lebih kategori berikut: peristiwa traumatik di luar rentang pengalaman manusia yang lazim, peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, peristiwa yang tidak dapat diperkirakan, peristiwa yang menentang batas-batas kemampuan dan konsep diri kita atau konflik internal. Stres terjadi apabila orang dihadapkan dengan peristiwa

yang

mereka

rasakan

mengancam

kesehatan

fisik

ataupun

psikologisnya, sebagian besar penyebab stres adalah perubahan besar yang terjadi pada banyak orang (Atkinson,Smith,Bem,2002). Penyebab dari stres disebut dengan istilah stressor yang berupa situasi atau kondisi tertentu yang pada dasarnya merupakan suatu perubahan. Dalam kehidupan, stres tidak dapat dihindarkan, Satu hal yang perlu diingat adalah untuk mengubah pandangan lama yang menyatakan stres harus dihilangkan. Hans Selye dalam teori General Adaptation Syndrome (GAS) mengungkapkan bahwa stressor adalah faktor yang mengganggu keseimbangan tubuh (equilibrium). Penanganan yang tepat terhadap stressor akan menjadikan stres sebagai sarana untuk mengoptimalkan diri.

1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Respon Terhadap Stres, Proses Keperawatan dan Adaptasi terhadap Stress dan Peningkatan Kesehatan.

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui respons terhadap stress.

3

2. Untuk mengetahui proses keperawatan dan adaptasi terhadap stress. 3. Peningkatan kesehatan dari stress.

1.4 Manfaat 1. Mengembangkan kemampuan berpikir analisis dan sistematis dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dampak stres terhadap kesehatan.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stress Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan sebagai “stres”. Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada sebuah kondisi seseorang yang mengalami tuntutan emosi berlebihan dan atau waktu yang membuatnya sulit memfungsikan secara efektif semua wilayah kehidupan. Keadaan ini dapat mengakibatkan munculnya cukup banyak gejala, seperti depresi, kelelahan kronis, mudah marah, gelisah, impotensi, dan kualitas kerja yang rendah (Richards, 2010). Hawari (dalam Yusuf, 2004) berpendapat bahwa istilah stres tidak dapat dipisahkan dari distress dan depresi, karena satu sama lainnya saling terkait. Stres merupakan reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya dan apabila fungsi organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan depresi merupakan reaksi kejiwaan terhadap stressor yang dialaminya. Dalam banyak hal manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruhpengaruh pengalaman stres. Manusia mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri untuk dipakai dan diisi kembali bilamana perlu. Menurut Dilawati (dalam Syahabuddin, 2010) stres adalah suatu perasaan yang dialami apabila seseorang menerima tekanan. Tekanan atau tuntutan yang diterima mungkin datang dalam bentuk mengekalkan jalinan perhubungan, memenuhi harapan keluarga dan untuk pencapaian akademik. Menurut Lazarus & Folkman (1984 dalam Taylor, 2009). stres adalah pengalaman emosi negatif yang diiringi dengan perubahan fisiologis, biokimia dan behavioral yang dirancang untuk mereduksi atau menyesuaikan diri terhadap stresor dengan cara memanipulasi situasi atau mengubah stresor atau mengkomodasi efeknya. Kebanyakan dari kita menganggap stres sebagai kejadian khusus, seperti saat terjebak kemacetan, dapat nilai buruk dlam ujian, terlambat masuk kerja, atau kehilangan laptop. Tetapi, meskipun ada beberapa persamaan dalam pengalaman stres, tak semua orang memandang suatu kejadian yang sama sebagai kejadian yang membuat stres. Misalnya, seseorang mungkin merasa

4

5

wawancara kerja sebagai suatu ancaman, sedangkan yang lain menganggap sebagai suatu tantangan. Fakta bahwa stres tergantung pada orangnya menunjukkan adanya proses psikologis.

2.2 Respon Terhadap Stres Respons berasal dari kata “response” yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan. Jadi, respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan/balasan (respons) terhadap rangsangan/stimulus (Sarlito, 1995). Menurut Steven M. Caffe, respons dibagi menjadi (3) bagian yaitu : 1. Kognitif  berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh banyak orang. 2. Afektif  berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul ketika ada perubahan yang disenangi oleh banyak orang. 3. Konatif  berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan, oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada keselarasan. 2.2.1 Macam-Macam Respons Terhadap Stress Karakteristik Respons stress dapat meliputi : 2.2.1.1 Respons stres adalah alamiah, protektif, dan adaktif. 2.2.1.2 Respons normal terhadap stresor. Stresor yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari meningkatkan ekskresi katekolamin, yang menyebabkan peningkatan dalam frekuensi jantung dan tekanan darah. 2.2.1.3 Stresor fisik dan emosional mencetuskan respons serupa (spesifisitas versus non- spesifitas). 2.2.1.4 Terdapat keterbatasan dalam kemampuan untuk mengompensasi. . 2.2.1.5 Besar dan durasi stres mungkin sedemikian besarnya sehingga mekanisme homeostasis untuk penyesuaian gagal, yang menyebabkan kematian. 2.2.1.6 Pemajanan berulang terhadap stimuli mengakibatkan adaptif yaitu kadar enzim tirosin hidrolase jaringan meningkat, menyebabkan peningkatan kapasitas bagi tubuh untuk menghasilkan nonephineprin dan ephneprin.

6

2.2.1.7 Terdapat perbedaan individual dalam berespons terhadap stresor yang sama. 2.2.2 Respons patofisiologis terhadap stress dapat dibedakan menjadi (2) yaitu : 2.2.2.1 Komponen Fisiologis Riset klasik yang dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stres : a. Sindrom Adaptasi Lokal (LAS) Stres sifatnya universiality (umum) dimana semua orang dapat merasakan stress yang sama, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan LAS adalah respons dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit/perubahan fisiologis lainnya. Respons setempat ini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dan respons terhadap tekanan. LAS mempunyai karakteristik yaitu : Respons yang terjadi adalah setempat. Respons ini tidak melibatkan seluruh sistem tubuh. Dua respons setempat yaitu respons refleks nyeri dan respons inflamasi. 1) Respons refleks nyeri adalah respons setempat dari sistem saraf pusat terhadap nyeri. Respons ini adalah adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjutan. 2) Respons inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi. Respons ini memusatkan inflamasi, sehingga menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan penyembuhan. Respons adalah adaptif, berarti bahwa stresor diperlukan untuk menstimulasinya. Respons adalah berjangka pendekdan tidak dapat terus menerus. Respons adalah restoratif, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan homeostasis region atau bagian tubuh. b. Sindrom Adaptasi Umum (GAS) GAS adalah respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Beberapa buku menyebutkan GAS sebagai respons neuro-endokrin.

7

GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap resisten dan tahap kehabisan tenaga. GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut : 1) Alarm Reaction (AR) Selama tahap ini tubuh menyadari penyebab ketegangan dan secara sadar atau tidak sadar dipicu untuk bertindak. Kalau penyebab ketegangan itu cukup keras, tahap ini dapat mengakibatkan kematian. Contohnya adalah luka bakar yang hebat. Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar hormon meningkat untuk meningkatkan volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darah untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energi mental ini, seseorang disiapkan untuk melawan atau menghindari stressor. 2) State of Resistance (SR) Tahap ini ditandai oleh penyesuaian dengan penyebab ketegangan. Tubuh melawan reaksi cemas, karena dalam keadaan ini tidak ada orang yang terus menerus dapat bertahan. Tingkat perlawanan tubuh naik di atas normal untuk melawan penyebab ketegangan dengan harapan adanya penyesuaian. Disamping itu perlawanan tubuh terhadap rangsangan selanjutnya meningkat. Jika stress dapat diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Namun, jika stressor tetap terus menetap, seperti pada kehilangan darah terus menerus, penyakit yang melumpuhkan, penyakit mental parah jangka panjang, dan ketidakberhasilan dalam beradaptasi, maka individu memasuki tahap ketiga dari GAS yaitu tahap kehabisan tenaga. 3) State of Exhausthing (SE) Kalau

tubuh

terus

menerus

dibiarkan

menerima

penyebab

ketegangan, suatu waktu akan mencapai tahap lelah. Gejala-gejala reaksi cemas ini timbul kembali, tetapi kalau penyebab ketegangan tidak disingkirkan, tanda-tanda itu tidak dapat dirubah lagi. Maut akan menyusul, kecuali tubuh memperoleh tehnik untuk menyesuaikan diri

8

atau menemukan jalan baru untuk menguasai situasi yang penuh ketegangan. 2.2.2.2 Komponen Psikologi Pemajanan terhadap stresor mengakibatkan respons adaptasi psikologis dan fisiologis. Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Sedangkan perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah, keperibadian, dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Perilaku adapatif psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping yang dibagi menjadi (2) yaitu : a. Taks Oriented Behavior Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stress, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 1991). Perilaku berorientasi tugas memberdayakan seseorang untuk secara realistic menghadapi tuntutan stressor. b. Ego Dependen Mekanisme Mekanisme pertahanan ego yang pertama kali diuraikan oleh Sigmund Freud adalah perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan oleh setiap orang dan membantu melindungi terhadap perasaan tidak berdaya dan ansietas. Kadang mekanisme pertahanan diri dapat menyimpang dan tidak lagi mampu untuk membantu seseorang dalam mengadaptasi stressor. 2.2.3 Respons Fisiologis Tubuh Terhadap Stres Aspek kunci dari respons penyesuaian tubuh untuk stres adalah perjalanan waktu. Respons penyesuaian tubuh terhadap stres sebaiknya dimulai dengan cepat, dan dapat dipertahankan sesuai waktu yang dibutuhkan, dan kemudian dihentikan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Respons yang berlebihan terhadap stres atau kegagalan untuk mematikan respons stres dapat memiliki konsekuensi biologis dan mental yang negatif bagi individu. Respons manusia yang sehat terhadap stres melibatkan tiga komponen:

9

2.2.3.1 Kendali otak (yang memediasi) respons segera. Respons ini akan memberikan sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin 2.2.3.2 Hipotalamus (area pusat di otak) dan kelenjar pituitari memulai (memicu) respons yang lebih lambat sebagai respons mempertahankan dengan cara memberikan sinyal ke korteks adrenal untuk melepaskan kortisol dan hormon lainnya 2.2.3.3 Sirkuit saraf yang terlibat dalam respons perilaku. Respons ini meningkatkan gairah (kewaspadaan, kesadaran), memfokuskan perhatian, menghambat makan dan perilaku reproduksi, mengurangi persepsi nyeri, dan perubahan perilaku. Hasil gabungan dari ketiga komponen respons stres tersebut akan menjaga keseimbangan internal (homeostasis) dan mengoptimalkan produksi dan pemanfaatan energi. Respons tersebut juga mempersiapkan individu dengan sistem saraf simpatik. Saraf simpatik beroperasi dengan meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, mengarahkan aliran darah ke jantung, otot, dan otak, dan melepaskan bahan bakar (glukosa dan asam lemak) untuk membantu memerangi masalah atau melarikan diri dari bahaya. 2.2.4 Cara kerja respons stres Sementara cerita lengkap dari respons stres belum sepenuhnya diketahui, ilmuwan memahami banyak tentang bagaimana respons stres bekerja. Kedua sistem utama yang terlibat adalah aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) dan sistem saraf simpatik. Aktivasi terutama oleh suatu daerah di batang otak (bagian terendah dari otak) yang disebut lokus coeruleus, sedangkan sistem saraf simpatis mensekresikan epinefrin dan norepinefrin. Berikut ini adalah lima konsep yang paling penting untuk diingat tentang dua sistem ini, sistem HPA dan sistem saraf simpatik: 2.2.4.1 Mereka diatur oleh umpan balik untuk mengatur respons mereka. (Dalam mekanisme umpan balik, peningkatan jumlah zat, misalnya, peningkatan hormon A akan menghambat pelepasan dari zat hormon A tersebut, sementara penurunan kadar hormon A akan merangsang pelepasan lebih dari hormon A tersebut.)

10

2.2.4.2 Mereka berinteraksi satu sama lain. 2.2.4.3 Mereka memengaruhi sistem otak dan fungsinya. 2.2.4.4 Variabilitas genetik (diturunkan) memengaruhi respons dari kedua sistem. (artinya, tergantung pada gen mereka, orang yang berbeda dapat merespons secara berbeda terhadap stres yang sama). 2.2.4.5 Respons berkepanjangan atau luar biasa dari sistem ini dapat berbahaya bagi individu.

2.3 Proses keperawatan dan adaptasi terhadap stress Adaptasi suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan sekitar untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya. Sehingga terjadi perubahan anatomi, fisiologis dan psikologis di dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stress. Adaptasi pada Stress dapat meliputi : 1. Secara Frontal : cara menyesuaikan diri terhadap stress dengan menghadapi rintangan secara sadar realistik, obyektif, dan rasional. 2. Menggunakan Mekanisme Defensif yaitu : 1) Proyeksi : Menyalahkan orang lain 2) Introversi : Menarik diri 3) Kegembiraan dan kesibukan. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Sehingga adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu. Adaptasi terhadap stress dapat berupa : 2.3.1 Adaptasi Fisiologis Indikator fisiologis stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun, indikator ini tidak selalu teramati

11

sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, serta indikator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda-tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup. Indikator fisiologis stress : 2.3.1.1 Tekanan darah meningkat. 2.3.1.2 Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung. 2.3.1.3 Denyut nadi dan frekwensi pernafasan meningkat. 2.3.1.4 Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin. 2.3.1.5 Postur tubuh yang tidak tegap. 2.3.1.6 Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara bernada tinggi. 2.3.1.7 Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB berubah, dsb. 2.3.2 Adaptasi Psikologis Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Ketiga karakteristik ini adalah media terhadap stress, meliputi rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993). Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress : 2.3.2.1 Ansietas. 2.3.2.2 Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa 2.3.2.3 Kepenatan, kehilangan harga diri 2.3.2.4 Peningkatan penggunaan bahan kimia 2.3.2.5 Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas. 2.3.2.5 Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.

12

2.3.3 Adaptasi Perkembangan Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan, yang meliputi : 2.3.3.1 Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992). 2.3.3.2 Anak Usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman. 2.3.3.3 Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992). 2.3.3.4 Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas. 2.3.3.5 Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka. Namun dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang membebani mereka. 2.3.3.6 Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan seperti memasuki masa pension juga menegangkan.

13

2.3.4 Adaptasi Sosial Budaya Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993). Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respons stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994). 2.3.5 Adaptasi Spiritual Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.

2.4 Peningkatan kesehatan Terhadap Stress Kegelisahan atau rasa khawatir berlebih yang berujung menjadi stres dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh Anda. Meski begitu, ada beberapa cara untuk jaga kesehatan Anda ketika stres menyerang. Berikut beberapa tips yang bisa Anda lakukan. 2.4.1 Konsultasi dengan dokter Anda Bila Anda sudah mengalami gejala yang menunjukkan stres, segera konsultasikan dengan dokter Anda. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk memastikan masalah kesehatan lainnya tidak memicu perasaan yang membuat Anda stres. Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan seperti obat antidepresan untuk membantu Anda mengatasi stres yang berlebihan.

14

2.4.2 Olahraga setiap hari Lakukanlah olahraga setiap hari secara rutin agar Anda bisa jaga kesehatan. Namun, sebelum memulainya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda terlebih dulu. Bahan kimia yang dihasilkan selama olahraga sedang bisa sangat bermanfaat dalam meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh. Latihan aerobik dan penguatan secara teratur juga merupakan cara yang efektif untuk melatih tubuh Anda menghadapi stres yang tak terkendali. 2.4.3 Konsumsi makanan sehat Banyak orang melampiaskan stres yang dialami pada makanan. Sehingga tidak memerhatikan makanan yang dikonsumsi sehat atau tidak, yang penting stres akan mereda setelah makan. Meskipun Anda sedang stres, Anda perlu makan makanan yang sehat juga. Anda bisa mengonsumsi alpukat, berry, kacang mede, yogurt, atau jeruk sebagai pelampiasan stres Anda. Makanan-makanan sehat tersebut dapat membantu mencegah stres berkepanjangan. Juga, mengandung nutrisi baik yang telah terbukti mampu memberikan dorongan energi, menurunkan kadar hormon stres kortisol, dan meningkatkan kadar hormon serotonin (hormon bahagia). 2.4.4 Belajarlah untuk bersantai Teknik relaksasi dapat memicu respons relaksasi, yaitu keadaan fisiologis yang ditandai dengan perasaan hangat dan kewaspadaan mental yang tenang. Ini adalah kebalikan dari respon “fight or flight”. Teknik relaksasi dapat menawarkan potensi nyata untuk mengurangi kecemasan dan kekhawatiran. Ini juga dapat meningkatkan kemampuan Anda untuk mengatasi stres. Dengan relaksasi, aliran darah ke otak meningkat dan gelombang otak bergeser dari waspada, ritme beta menjadi ritme alfa yang rileks. Teknik relaksasi yang umum meliputi pernapasan dalam perut, meditasi, mendengarkan musik yang menenangkan, dan aktivitas seperti yoga dan tai chi. 2.4.5 Perluas pertemanan Rasa kesepian membuat Anda lebih sulit untuk mengelola stres. Orang yang memiliki jaringan teman yang besar tidak hanya memiliki harapan hidup yang lebih besar dibandingkan dengan orang-orang yang tidak, tapi mereka juga memiliki sedikit kejadian dari banyak jenis penyakit.

15

2.4.6 Bicaralah dengan terapis profesional Konseling psikologis dapat membantu Anda mengembangkan strategi penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah yang memicu stres yang berlebihan. Terapis akan membantu Anda mengenali jenis pikiran dan keyakinan apa yang menyebabkan Anda menjadi terlalu stres. Terapi juga dapat membantu Anda menyarankan cara-cara untuk membantu Anda berubah, dan dengan kemauan Anda juga untuk berubah. Karena keberhasilan terapis juga didukung oleh kemauan Anda. 2.4.7 Istirahat yang cukup Jaga kesehatan Anda dengan istirahat secukupnya. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa kurang tidur bisa mengacaukan mood serta kinerja otak. Jika Anda stres dan kurang tidur, tubuh akan semakin kewalahan untuk mempertahankan diri terhadap serangan penyakit. Maka, usahakan untuk tetap tidur yang cukup setiap malam.

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan Stres adalah suatu perasaan yang dialami apabila seseorang menerima tekanan. Tekanan atau tuntutan yang diterima mungkin datang dalam bentuk mengekalkan jalinan perhubungan, memenuhi harapan keluarga dan untuk pencapaian akademik. Ada beberapa yang dapat mempengaruhi stress salah satunya adalah Respons terhadap stress dan adaptasi terhadap stress. Respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan/balasan (respons) terhadap rangsangan/stimulus sedangkan Adaptasi suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan sekitar untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya. Sehingga terjadi perubahan anatomi, fisiologis dan psikologis di dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stress. Ada beberapa cara menjaga kesehatan ketika stress menyerang: 1. Konsultasi dengan dokter 2. Olah raga setiap hari 3. Konsumsi makanan sehat 4. Belajarlah untuk bersantai 5. Perluas pertemanan 6. Bicaralah dengan terafis professional 7. Istirahat yang cukup.

3.2 Saran Stres merupakan sesuatu yang umum terjadi masyrakat oleh karena tekanan baik dari pekerjaan, orang-orang sekitar dll. Stres jika tidak ditangani dapat menimbulkan berbagai penyakit yang muncul oleh karena masyarakat harus selalu hindari stress dengan kegiatan seperti olahraga dan melakukan hobi supaya terhindar dari stress.

16

Related Documents


More Documents from "akmalia"