PSIKOSOMATIS A. PENGERTIAN Istilah psikosomatis berasal dari bahasa yunani (“psyche” berarti psikis dan “soma” berarti badan). Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinroth ke dalam kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia menerbitkan desertasi yang menekankan pentingnya faktor psikososial dalam perkembangan penyakit fisik. Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul psikologi abnormal mendefinisikan psikosomatis yaitu bentuk macam-macam penyakit fisik yang ditimbulakn oleh konflik-konflik psikis/psikologis dan kecemasankecemasan kronis. Dia juga mendefinisikan psikosomatis sebagai kegagalan sistem syaraf dan sistem fisik disebabkan oleh kecemasan-kecemasan, konflik-konflik psikis dan gangguan mental. J.P Chaplin dalam kamus psikologi menyebutkan bahwa psikosomatis adalah satu penyakit yang disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis. Gangguan psikosomatis secara tradisional didefinisikan sebagai penyakit fisik yang dipengaruhi oleh faktor psikologis. Gangguan psikosomatis sebenarnya tidak termasuk faktor psikologis yang terlalu berat untuk digolongkan ke dalam gangguan mental tetapi gangguan ini sangat berperan mempengaruhi gangguan medis. Pada psikosomatis penyakit-penyakit fisik dan kegagalan sistem syaraf tadi terus berlangsung, walaupun tanpa ada stimulus atau perangsang khusus yang jelas ada kaitan antara tubuh dan jiwa, seperti pada perasaan/ emosiemosi yang mempunyai latar belakang komponen mental dan komponen jasmaniah. Jadi, ada interdependensi (saling ketergantungan) diantara proses-proses mental dengan fungsi –fungsi somatic (jasmani,fisik). Dalam hal ini ada kegagalan pada sistem syaraf dan sistem fisik untuk menyalurkan peringan kecemasan dan gangguan mental. Konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan bisa menjadi sebab timbulnya bermacam-macam penyakit jasmani atau bakhan bisa menjadi penyebab semakin beratnya suatu penyakit jasmani yang telah ada. Sebagai contoh : karena rasa takut yang hebat, detak jantung jadi sangat cepat, dan ada kelelahan ekstrim dari reaksi asthenis (kelemahan) pada badan yang lemah. kedua-duanya adalah benar-benar gejala fisiologis atau jasmaniah yang diidentifikasikan sebagai akibat dari konflik-konflik emosional yang sifatnya psikologis. Gangguan psikosomatik biasanya digolongkan menurut organ yang terkena, yaitu: 1. Gangguan kulit misalnya neurodermatitis dan hiperhidrosis (kulit kering) 2. Gangguan pernafasan misalnya asma bronchial, hiperventilasi (bernafas sangat cepat seringkali menjadi pingsan) 3. Gangguan kardiovaskular misalnya migraine dan tekanan darah tinggi (hipertensi) 4. Gangguan gastrointestinal misalnya luka lambung. B. PENYEBAB TIMBULNYA GANGGUAN DAN GEJALA Suatu konflik yang menimbulkan ketegangan pada manuia dan bila hal ini tidak diselasaikan dan disalurkan dengan baik maka timbullah reaksi-reaksi yang abnormal pada jiwa yang dinamakan nerosa. Banyak sekali sebab mengapa perkembangan nerotik sebagian besar menjadi manifes pada badan. Mudah sukarnya timbul gangguan tergantung sebagian besar pada kematangan kepribadian individu, tetapi juga pada berat dan lamanya stress itu. adapun sebab-sebabnya antara lain : 1. Penyakit organic yang dulu pernah diderita dapat menimbulkan predisposisi untuk timbulnya gangguan psikosomatis pada bagian tubuh yang pernah sakit. Contoh : dulu pernah sakit disentri, lalu kemudian dalam keadaan emosi tertentu timbullah keluhan pada saluran pencernaan. 2. Tradisi keluarga dapat mengarahkan emosi kepada fungsi tertentu. Misalnya bila menu dan diit selalu diperhatikan, maka mungkin nanti sering mengeluh tentang lambung. 3. Suatu emosi menjelma secara simbolik elementer menjadi suatu gangguan badaniah tertentu. Misalnya bila seorang cemas, maka timbul keluhan dari pihak jantung begitu juga sebaliknya, rasa benci menimbulkan rasa muntah. 4. Dapat ditentukan juga oleh kebiasaan, anggapan dan kepercayaan masyarakat di sekitar. Misalnya anggapan bahwa menopous menyebabkan wanita sakit, maka nanti ia mengeluh juga ketika menopous.
Gangguan psikosomatis dapat timbul bukan saja pada yang berkepribadian atau emosi labil, tetapi juga pada orang yang dapat dikatakn stabil, atupun pada orang dengan gangguan kepribadian dan pada orang dengan psikosa. Menurut Teori Kelemahan Organ (Theory Of Somatic Weakness), gangguan psikosomatis akan terjadi pada seorang yang mempunyai organ yang secara biologis sudah lemah atau peka. Kelemahan bisa terjadi karena faktor genetic, penyakit atau luka sebelumnya. Teori Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrom) dari Hans Selse. Menurut teori ini tubuh bereaksi terhadap stressor dalam tiga tahap : 1. Reaksi alam yaitu mobilisasi sumber daya tubuh untuk mempersiapkan organisme untuk pertahanan diri. Pada tahap ini tubuh melakukan berbagai reaksi misalnya sistem syaraf otonom dirangsang sehingga meningkatkan aktivitas jantung, meningkatkan tekanan darah dsb. 2. Resistansi yaitu reaksi bertahan sampai mendekati batas adaptasi. Jika stressor berlanjut dan tubuh berusaha terus untuk mempertahankan diri maka sumber daya tahan pun habis dan resistansi tidak bisa dilanjutkan atau mengalami tahap exhaustion. 3. Exhaustion yaitu kehabisan sumber daya sehingga pertahanan terhadap stressor berhenti. jadi psikosomatis terjadi karena reaksi pertahanan yang berlangsung lama terhadap stressor. Teori Diathesis Stress, menggabungkan kedua teori diatas. Pendekatan ini mempertimbangkan tidak hanya efek dari kepekaan organ dan dampak stressor lingkungan, tetapi juga bagaimana individu mempersepsi stressor tersebut dan mengatasinya. C. BERBAGAI JENIS GANGGUAN PSIKOSOMATIS Konflik dan gangguan jiwa dapat menimbulkan gangguan badaniah yang terus menerus, biasanya hanya pada satu alat tubuh saja, tetapi kadang-kadang juga berturut-turut atau serentak beberapa organ yang terganggu. Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa Gangguan psikosomatik biasanya digolongkan menurut organ yang terkena. 1. Kulit Emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit telah lama diketahui. Baru tahun-tahun belakangan ini diperhatikan dan diselidiki hubungan antara timbulnya neurodermatitis dan hiperhidrosis dan reaksi kulit lain dengan kesukaran penyesuain diri terhadap stress dalam hidup manusia. 2. Sistem pernafasan Gangguan psikosomatis yang sering timbul dari saluran pernapasan ialah sindrom hiperventilasi dan asma bronkiale dengan bermacam-macam keluhan yang menyertainya. hiperventilasi biasanya merupakan tarikan nafas panjang, dan dapat menjadi suatu kebiasaan, seperti ada orang yang mengisap rokok bila ia tegang, yang lain mulai bernafas panjang. Kecemasan dapat menggangu ritme pernapasan dan diketahui juga dapat menimbulkan serangan asma. Stimuli emosi bersama dengan alergi penderita menimbulkan kontruksi bronkoli bila sistem saraf vegetatif juga tidak stabil dan mudah terangsang. 3. Jantung dan pembuluh darah Stres yang menimbulkan kecemasan mempercepat denyut jantung, meningkatkan daya pompa jantung dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG. Kehilangan semangat dan putus asa mengurangi frekwensi, daya pompa jantung dan tekanan darah. Adapun gejala yang sering didapati yaitu : Hipertensi, migren, sakit kepala vaskuler. Belum diketahui dengan jelas berapa banyak pengaruh emosi dalam pembentukan hipertensi. Tetapi banyak gejala yang dikatakan karena hipertensi sebenarnya disebabkan oleh emosi. 4. Saluran pencernaan. Gangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi gangguan psikosomatis paling sering terdapat dalam praktek, akan tetapi penderita harus diperiksa betul untuk menyingkirkan penyebab somatogenik. Gangguan psikosomatik saluran pencernaan dapat menimbulkan berbagai gejala yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya:
o o
o
Nafsu makan berasal dari susunan syaraf pusat dan timbul karena ingatan dan asosiasi, tetapi rasa lapar juga timbul karena gerakan saluran pencernaan yang agak keras. Muntah, isi lambung disemprotkan ke lar sebab ada kontraksi otot-otot dinding perut dan diafragma serta kardia dalam keadaan relaksasi. Muntah ialah suatu refleks yang kompleks. Muntah dipengaruhi oleh banyak sentra yang lain antara lain : pengaruh dari olfaktorius, dari penglihatan dan dari vertibularis. Diare, jalannya makanan terlalu cepat dan resorpsi air kurang sekali. Dan lain sebagainya.
5. Sistem Endokrin Sistem endokrin memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, baik fisik maupun mental. Gangguan psikosomatik mengenai sistem endokrin yang mungkin terjadi adalah hipertiroidi dan syndrome menopause. Sebelum gejala-gejala hipertiroidi timbul sering didahului konflik atau stress dalam hidup penderita. Hampir semua penderita mengalami krisis emosional sebelum sakit. Sering gejala-gejala pada hipertiroidi hanya merupakan mengerasnyasifat-sifat kepribadian yang ada sebelumnya, seperti : lekas terpengaruh, mudah terkejut bila menerima suara atau cahaya keras, gugup, lekas marah, rasa cemas yang ringan. Dalam syndrom menopause sering timbul gangguan jiwa dalam waktu ini yang merupakan gangguan psikosomatis, nerosa ataupun psikosa. 1. Otot dan tulang Nyeri otot atau mialgi sering terdapat dalam praktek. Kecuali hawa dan pekerjaan, maka faktor emosi memegang peranan yang penting dalam menimbulkannya. Karena tekanan psikologik, maka tonus otot meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala, kaku kuduk dan nyeri punggung bawah. Ketegangan otot dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan menimbulkan nyeri sendi. D. TERAPI Adapun tipe-tipe terapi yang digunakan bagi para penderita psikosomatis adalah : a)
Psikoterapi Kelompok dan Terapi keluarga
Karena kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan psikosomatik, modifikasi hubungan tersebut telah diajukan sebagai kemungkinan focus penekanan dalam psikoterapi untuk gangguan psikosomatik. Toksoz Bryam Karasu menulis bahwa pendekatan kelompok harus juga menawarkan kontak intrapersonal yang lebih besar, memberikan dukungan ego yang lebihh tinggi bagi ego pasien psikosomatis yang lemah dan merasa takut akan ancaman isolasi dan perpisahan parental. Terapi keluarga menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan antara keluarga dan anak. Kedua terapi memiliki hasil klinis awal yang sangat baik. b)
Terapi Perilaku
Biofeedback. Ini adalah terapi yang menerapkan teknik behavior dan banyak digunakan untuk mngatasi psikosomatik. Terapi yang dikembangkan oleh Nead Miller ini didasari oleh pemikiran bahwa berbagai respon atau reaksi yang dikendalikan oleh sistem syaraf otonam sebenarnya dapat diatur sendiri oleh individu melalui operant conditioning. Biofeedback mempergunakan instrumen sehingga individu dapat mengenali adanya perubahan psikologis dan fisik pada dirinya dan kemudian berusaha untuk mengatur reaksinya. Misalnya seseorang penderita migrain atau sakit kepala. Dengan menggunakan biofeedback, ia bisa berusaha untuk rileks pada saat mendengan singal yang menunjukkan bahwa ada kontraksi otot atau denyutan dikepala. Penerapan teknik ini pada pasien dengan hipertensi, aritmia jantung, epilepsy dan nyeri kepala tegangan telah memberikan hasil terapetik yang membesarkan hati tetapi tidak menyakitkan. Teknik Relaksasi, Terapi hipertensi dapat termasuk penggunaan teknik relaksasi. Hasil yang positif telah diterbitkan tentang pengobatan penyalahgunaan alcohol dan zat lain dengan menggunakan meditasi transcendental. Teknik meditasi juga digunakan dalam pengobatan nyeri kepala.
Anda bisa membersihkan pikiran Anda agar Anda bebas psikosomatis, dan belajar lebih baik lagi dalam mengelola stres. Tujuh caara ini bisa membantu Anda bebas psikosomatis. Selamat mencoba! 1. Bergerak Berolahraga minimal tiga kali dalam seminggu dapat meningkatkan imunitas tubuh, menjaga kesehatan jiwa Anda, dan mencegah serangan panik. 2. Berpikir positif Cara ini bisa mengurangi rasa sakit bila Anda tengah menderita penyakit. Pikiran negatif justru menambah rasa sakit Anda menjadi dua kali lipat. 3. Tidur Kurang tidur hanya akan membuat Anda rentan terhadap stres. Pastikan Anda makan malam dua atau tiga jam sebelum Anda tidur malam, supaya makan dapat tercerna sempurna untuk mencegah penyakit pencernaan dan asam lambung. 4. Diet tepat Beberapa penelitian justru menyebutkan bila Anda sering diet tanpa bantuan ahli, imunitas tubuh justru berkurang. Hal ini berisiko menimbulkan penyakit kejiwaan, seperti skidzofrenia, depresi, cemas, dan serangan panik. 5. Asupan sehat Nutrisi yang tepat bisa menjaga kesehatan mental Anda. Pastikan Anda mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin E dan B kompleks, seperti kacang-kacangan, ikan, sereal, buah dan sayur. 6. Relaks Hiduplah lebih santai. Lakukan yoga untuk menghindari serangan depresi, atau sekadar rutin mendengarkan musik untuk melatih jiwa Anda tetap tenang. Musik yang tepat bisa mnenangkan jiwa Anda. 7. Punya tempat curhat Manusia diciptakan untuk bersosialisasi, karena itu jangan memendam masalah. Usahakan Anda memiliki teman yang bisa jadi tempat curhat Anda. Memendam masalah sama saja seperti memendam sampah dalam tubuh Anda. Keluarkan!
Dalam kondisi fisik sehat, seringkali muncul gejala yang bikin tubuh tidak nyaman. Misalnya kaki yang terasa sakit, kepala terasa pusing, atau mual. Berbagai gejala ini semakin membuat tubuh tak nyaman jika penyebabnya tak diketahui. Bila kondisi ini terjadi pada Anda, bisa jadi Anda sedang mengalami kondisi psikosomatis, yaitu gangguan pada tubuh akibat kondisi psikologis. Jika sebelumnya sudah ada penyakit dan diperparah gangguan emosi, maka keadaan itu disebut penyakit psikosomatis. "Sekitar 90 persen penyakit disebabkan faktor psikogenik, bukan organik. Jadi bisa dikatakan, kondisi psikis mendominasi keadaan tubuh," kata pakar mind technology Adi W Gunawan, mengutip dari The American College of Family Physicians. Hal ini disampaikan Adi pada media workshop bertajuk "Menavigasi Pikiran dengan Hipnoterapi Klinis", di Jakarta, Rabu (13/11). Sedikitnya ada 15 emosi penyebab psikosomatis antara lain memori sakit, konflik diri, menghukum diri, masa lalu atau masa kini yang tidak terselesaikan, harga diri yang mengalami trauma, dan empat jenis emosi negatif. Yang termasuk emosi negatif di antaranya rasa malu, bersalah, marah, dan takut. Rasa marah meliputi jengkel, benci, dendam, frustasi, sakit hati, dan tersinggung. Rasa malu, menurut Adi, adalah emosi destruktif penyebab penyakit psikosomatis paling besar. Malu juga bisa menyulut tiga emosi lainnya. Lantas, bagaimana emosi bisa menyebabkan psikosomatis? "Emosi bisa diumpamakan api dari berbagai pengalaman, yang membakar tungku penuh air. Seharusnya uap air hasil pemanasan bisa keluar. Namun hal ini tidak terjadi pada tungku yang ditutup," kata Adi.
Adi menjelaskan perumpamaan ini. Pada tungku yang ditutup, uap air tidak bisa keluar sempurna. Akibatnya uap tertahan dan bisa mengakibatkan tungku pecah karena terlalu panas. Hal yang sama terjadi pada emosi yang terus ditahan dan tidak bisa dilepas. Kondisi ini tentu berbahaya karena bisa mengakibatkan penderitanya bunuh diri. "Adanya gejala psikosomatis sebetulnya lebih baik dibanding bila tidak ada gejala apa pun. Dengan adanya gejala, maka penyakit lebih cepat diketahui dan hipnoterapi bisa segera dilakukan," kata Adi. Hipnoterapi memungkinkan terapis menggali pengalaman masa lalunya untuk mengetahui penyebab psikosomatis. Kendati begitu, penyembuhan psikosomatis tidak semata bergantung pada terapis. Penyelesaian ini membutuhkan kerjasama dan kemauan klien, terutama untuk mengizinkan terapis membuka masa lalunya dalam keadaan rileks sangat dalam yang disebut somnambulis. Klien harus menuntun teknisi ke masa saat gejala psikosomatis terjadi. Selanjutnya klien akan mendengarkan arahan teknisi, untuk menyelesaikan apa yang terjadi sebelum gejala psikosomatis muncul. Menurut Adi, hipnoterapi memiliki persentase kesembuhan tertinggi dibanding psikoanalisis dan terapi perilaku. Hipnoterapi memiliki persentase kesembuhan 93 persen setelah enam sesi terapi. Angka ini lebih tinggi dibanding psikoanalisis sebesar 38 persen dari 600 sesi terapi, dan terapi perilaku sebesar 72 persen dari 22 sesi terapi. Kendati begitu Adi mengingatkan, hipnoterapi adalah terapi komplemen atau pelengkap. Terapi utama tetaplah medis yang hanya bisa dilakukan dokter, melalui pemeriksaan dan pemberian resep obat. Hipnoterapi adalah terapi penunjang sehingga kesembuhan pasien tercapai sepenuhnya.
Dalam kondisi fisik sehat, seringkali muncul gejala yang bikin tubuh tidak nyaman. Misalnya kaki yang terasa sakit, kepala terasa pusing, atau mual. Berbagai gejala ini semakin membuat tubuh tak nyaman jika penyebabnya tak diketahui. Bila kondisi ini terjadi pada Anda, bisa jadi Anda sedang mengalami kondisi psikosomatis, yaitu gangguan pada tubuh akibat kondisi psikologis. Jika sebelumnya sudah ada penyakit dan diperparah gangguan emosi, maka keadaan itu disebut penyakit psikosomatis. "Sekitar 90 persen penyakit disebabkan faktor psikogenik, bukan organik. Jadi bisa dikatakan, kondisi psikis mendominasi keadaan tubuh," kata pakar mind technology Adi W Gunawan, mengutip dari The American College of Family Physicians. Hal ini disampaikan Adi pada media workshop bertajuk "Menavigasi Pikiran dengan Hipnoterapi Klinis", di Jakarta, Rabu (13/11). Sedikitnya ada 15 emosi penyebab psikosomatis antara lain memori sakit, konflik diri, menghukum diri, masa lalu atau masa kini yang tidak terselesaikan, harga diri yang mengalami trauma, dan empat jenis emosi negatif. Yang termasuk emosi negatif di antaranya rasa malu, bersalah, marah, dan takut. Rasa marah meliputi jengkel, benci, dendam, frustasi, sakit hati, dan tersinggung. Rasa malu, menurut Adi, adalah emosi destruktif penyebab penyakit psikosomatis paling besar. Malu juga bisa menyulut tiga emosi lainnya. Lantas, bagaimana emosi bisa menyebabkan psikosomatis? "Emosi bisa diumpamakan api dari berbagai pengalaman, yang membakar tungku penuh air. Seharusnya uap air hasil pemanasan bisa keluar. Namun hal ini tidak terjadi pada tungku yang ditutup," kata Adi. Adi menjelaskan perumpamaan ini. Pada tungku yang ditutup, uap air tidak bisa keluar sempurna. Akibatnya uap tertahan dan bisa mengakibatkan tungku pecah karena terlalu panas. Hal yang sama terjadi pada emosi yang terus ditahan dan tidak bisa dilepas. Kondisi ini tentu berbahaya karena bisa mengakibatkan penderitanya bunuh diri. "Adanya gejala psikosomatis sebetulnya lebih baik dibanding bila tidak ada gejala apa pun. Dengan adanya gejala, maka penyakit lebih cepat diketahui dan hipnoterapi bisa segera dilakukan," kata Adi. Hipnoterapi memungkinkan terapis menggali pengalaman masa lalunya untuk mengetahui penyebab psikosomatis. Kendati begitu, penyembuhan psikosomatis tidak semata bergantung pada terapis. Penyelesaian ini membutuhkan kerjasama dan kemauan klien, terutama untuk mengizinkan terapis membuka masa lalunya dalam keadaan rileks sangat dalam yang disebut somnambulis. Klien harus menuntun teknisi ke masa saat gejala psikosomatis terjadi. Selanjutnya klien akan mendengarkan arahan teknisi, untuk menyelesaikan apa yang terjadi sebelum gejala psikosomatis muncul. Menurut Adi, hipnoterapi memiliki persentase kesembuhan tertinggi dibanding psikoanalisis dan terapi perilaku. Hipnoterapi memiliki persentase kesembuhan 93 persen setelah enam sesi terapi. Angka ini lebih tinggi dibanding psikoanalisis sebesar 38 persen dari 600 sesi terapi, dan terapi perilaku sebesar 72 persen dari 22 sesi terapi. Kendati begitu Adi mengingatkan, hipnoterapi adalah terapi komplemen atau pelengkap. Terapi utama tetaplah medis yang hanya bisa dilakukan dokter, melalui pemeriksaan dan pemberian resep obat. Hipnoterapi adalah terapi penunjang sehingga kesembuhan pasien tercapai sepenuhnya.
Pengertian dan Faktor Penyebab Psikosomatis Posted by Unknown Dinamakan gangguan psikosomatis pertama kali oleh Johann Christian Heinroth pada tahun 1818 lalu dipopulerkan oleh Maximilian Jacobi yang seorang dokter psikiatrik di Jerman. “Psikosomatik” berasal dari kata “psyce” (interaksi jiwa) dan “soma” (tubuh). Psikosomatik juga disebut dengan psikofisiologik atau juga gangguan somatoform yang berarti suatu kelompok gangguan dengan gejala fisik seperti nyeri, mual, dan pusing yang tidak ditemukan penjelasan medisnya berdasarkan pemeriksaan medis atau labolatorium. Secara garis besar psikosomatik merupakan gangguan jiwa yang atau gangguan fisik yang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikisnya. Kedokteran menyadari bahwa pikiran dan tubuh saling berkaitan dan saling berinteraksi satu sama lain. Sehingga keyakinan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam perkembangan semua penyakit. Orang aleksitimik merupakan orang yang tidak mampu membaca emosinya sendiri, memiliki kehidupan fantasi yang sedikit bahkan kurang dan tidak menyadari konflik emosionalnya, sehingga gangguan psikosomatis berperan sebagai jalan keluar untuk mengekspresikan ketegangan yang terkumpul. Faktor adanya gangguan psikosomatis a. Faktor biologis Faktor ini disebabkan oleh adanya masalah dalam sitokin yakni molekul pembawa pesan yang digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berkomunikasi dengan sistem syaraf lainnya, termasuk otak. b. Faktor psikologis Suatu peristiwa atau situasi kehidupan yang penuh dengan stres internal maupun eksternal, akut maupun kronis yang mana tidak dapat menerimanya dengan baik dan kuat. Apabila mampu menghadapi stres dengan optimis maka tidak akan terjangkit psikosomatis jikalau mengalaminya akan mudah untuk pulih dan bangkit dari gangguan tersebut. Seperti: perceraian, kematian pasangan, bencana dan lain sebagainya. c. Faktor sosial Gangguan yang disebabkan oleh komunikasi sosial, seperti menghindari kewajiban (contoh: mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai), mengekspresikan emosi (contoh: kemarahan pada pasangan), atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan (contoh: nyeri pada usus).
Psikosomatis Gambaran klinis Psikosomatis Gangguan psikosomatis memiliki banyak keluhan dan riwayat medis yang lama dan sulit. Diantaranya ada yang mengalami gejala-gejala seperti mual dan muntah (selain dalam masa kehamilan), kesulitan menelan, nyeri dilengan dan tungkai, nafas pendek yang tidak berhubungan dengan aktivitas, amnesia, dan komplikasi kehamilan dan menstruasi. Penderita psikologis, masalah interpersonal, kecemasan dan depresi adalah kondisi yang paling menonjol. Sering pula ditemukan ancaman bunuh diri. Berbicara dengan mendramatisir, emosional, dan berlebihlebihan, kadang tidak dapat membedakan dengan jelas gejala sekarang dengan gejala dimasa lampau.