Psikologi Islami.docx

  • Uploaded by: mawadddah rahmi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Psikologi Islami.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,003
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kehidupan individu terbentang dari mulai fase usia kandungan sampai fase usia tua. Dalam menempuh setiap fase tersebut, terdapat tugas-tugas perkembangan yang seyogianya setiap individu harus dapat menuntaskannya. Setiap fase atau tahap

pada

perkembangan

individu

meliputi

kemampuan

bertingkah laku yang seharusnya dicapai oleh anak pada periode perkembangan tertentu. Jika setiap anak yang berada dalam periode perkembangan itu dapat memperoleh kemampuan bertingkah laku yang sesuai dengan cirri-ciri khas kemampua bertingkah laku pada periode itu, maka anak tersebut memiliki perkembangan yang sempurna. Akan tetapi, tidak setiap anak dapat mengalami perkembangan yang sempurna. Permasalahan bagi manusia akan semakin kompleks ketika mereka menginjak usia remaja, pada masa remaja itulah mereka mulai mengenal lingkungan atau masyarakat yang lebih luas yang selalu dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang lebih rumit, yang memerlukan penenangan yang sangat serius. Permasalahan bagi peserta didik usia remaja timbul baik dari intern ataupun ekstern yang keseluruhannya sangat mengganggu pada proses belajar dan pembelajaran peserta didik di usia seperti itu. . Keingintahuan pada usia remaja sangatlah besar karena pada masa itu mereka masih mencari jati diri dan figure yang diidolakan oleh mereka. Oleh karena itu, bagi seorang pendidik haruslah tahu keadaan peserta didiknya dan harus bisa

1

mengarahkan pada hal-hal positif sehingga peserta didik pada usia remaja akan terarah pada hal-hal yang positif. Pendidik juga harus mengetahui gejala-gejala yang terdapat pada peserta didik usia tersebut dan bisa memberikan solusi yang terbaik dalam menghadapi keadaan peserta didik seperti itu. Maka oleh karena itu diperlukan konsep dan tugas perkembangan peserta didik.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perkembangan Perkembangan adalah perubahan yang dialami individu menuju tingkat kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik mengenai fisik maupun psikisnya1 Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan progresif yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Jadi perkembangan bukan hanya pertambahan tinggi dan berat badan seseorang ataupun kemampuannya tapi juga suatu proses integrasi dari dari banyak sruktur dan fungsi yang kompleks.2 Terdapat beberapa istilah dalam konsep perkembangan, antara lain pertumbuhan, kematangan, dan belajar. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmani atau fisik. Kematangan merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan dari suatu fungsi

psikofisik Suntuk

menjalankan fungsinya. Belajar adalah perubahan dalam pola sambutan atau perilaku tertentu sebagai usaha individu dalam batas waktu. Candida peterson (1996:20) menjelaskan bahwa ada empat kriteria sehingga perubahan dapat dikategorikan sebagai perkembangan yaitu 1. Permanen 2. Kualitatif (perkembangan bersifat fungsional dan total. Contoh anak usia delapan tahun yang telah berkembang kemampuan bahasanya seperti membaca dan berkomunikasi tentu anak tersebut akan senang mendengarkan dongeng atau cerita). 3. Progresif

(perkembangan

merupakan

wujud

dari

aktualisasi

seseorang. Perubahan terkait dengan kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi atau perubahan pada lingkungannya).

1

Achmad. J. N., dan Mubiar agustin, Dinamika Perkembangan dan Remaja (Cet ke-2), (Bandung: Refika Aditama 2013), hal. 3. 2 Ibid., hal. 1.

3

4. Universal (bersifat umum, artinya dialami individu lain pada tahapan usia yang sama)3.

B. Prinsip-Prinsip Perkembangan 1. Perkembangan Mencakup Proses-proses Biologis, Kognitif dan Sosioemosional Proses biologis merupakan perubahan fisik yang meliputi pertambahan berat dan tinggi badan, pertumbukan otak, dan perubahan keterampilan motorik. Proses kognitif meliputi perubahan-perubahan pada pemikiran, intelegensi, dan bahasa. Proses sosioemosional meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, perubahan emosi, serta kepribadian individu. Ketiga proses ini saling berkaitan sehingga tidak boleh dipisah. Misalnya, proses bioligis akan mempengaruhi proses kognitif, proses kognitif dapat meningkatkan atau membatasi proses sosioemosional, dan proses sosio emosional mempengaruhi proses kognitif. 2. Tahun-tahun Permulaan (Perkembangan Awal) Merupakan Masa Kritis Tahun-tahun pertama kehidupan sangat penting karena tahap ini dasar perkembangan selanjutnya selanjutnya. Sikap kebiasaan, dan pola perilaku yang dibentuk di awal sangat menentukan sejauh mana anak tersebut berhasil dalam menyesuaikan diri dalam kehidupan yang akan datang. Beberapa ahli mengatakan bahwa usia-usia awal tersebut ada pada lima tahun pertama tahun pertama kehidupan (Hurlock, 1980). Pola-pola perilaku yang terbentuk di tahun-tahun pertama kehidupan tersebut bukan berarti tidak dapat berubah. Ada tiga kondisi yang memungkinkan perubahan terjadi, yaitu: a. Individu yang bersangkutan memperoleh bantuan atau bimbingan untuk berubah. 3

Ibid., hal. 4

4

b. Orang-orang yang berarti bagi individu memperlakukannya dengan cara-cara yang baru atau berbeda. c. Individu memiliki motivasi yang kuat untuk berubah. 3. Perkembangan Individu Bersifat Holistik Berbagai aspek perkembangan manusia saling mempengaruhi antara satu aspek dengan aspek yang lain. Hambatan pada salah satu aspek dapat mempengaruhi perkembangan aspek yang lain. Oleh karena itu seluruh aspek perkembangan harus dianggap sama pentingnya. 4. Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu Yang Dapat Diprediksi Secara umum ada pola-pola tertentu dalam perkembangan individu. Misalnya, dalam perkembangan fisik dan motorik ada pola perkembangan sesuai dengan hukum chephalocaudal (perkembangan menyebar ke seluruh tubuh dari arah kepala ke kaki) dan hukum proximosistal (perkembangan menyebar dari titik poros sentral tubuh ke anggota-anggota tubuh). Namun apabila ada faktor-faktor tertentu yang khusus atau menghambat, dapat mengakibatkan perkembangan individu tidak mengikuti pola yang umum. 5. Perkembangan Dibantu oleh Stimulasi (Rangsangan) Agar

perkembangan

individu

terjadi

seoptimal

mungkin,

diperlukan pemberian stimulasi sesuai dengan taraf perkembangannya. Namun perlu diingat bahwa pengaruh stimulasi juga dipengaruhi oleh faktor bawaan. 6. Perkembangan Merupakan Hasil Kematangan dan Belajar Faktor belajar atau pemberian stimulasi pada saat kematangan organ

tentu

akan

mempengaruhi

sejauh

mana

pencapaian

perkembangan individu. Misalnya, latihan berjalan tentu tidak akan berhasil jika dilatihkan pada usia 6 bulan karena fungsi otot-otot kaki yang berkaitan dengan berjalan belum matang. Menurut Hurlock (1980), kematangan memberi bahan dasar untuk belajar dan menentukan pola-pola umum dan urutan-urutan perilaku.

5

Juga memberi batasan sejauh mana perkembangan dapat atau tidak dapat memperoleh kemajuan sekalipun dengan metode belajar yang paling tepat dan dengan motivasi ynag kuat. Harris (dalam Stanrock, 2007) menekankan pentingnya individu memperoleh kesempatan belajar pada saat individu tersebut sudah siap. Keterlamabatan pemberian latihan saat individu sudah siap mungkin dapat berakibat individu tersebut tidak dapat merealisasikan kemampuannya secara optimal. Beberapa ahli menyebut istilah “masa peka”, “masa kritis” , atau “teachable moment”. Bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai anak, demikian pula sebaliknya. 7. Ada Perbedaan Individual dalam Perkembangan Zobzhansky (dalam nurlock 1980) menyatakan bahwa setiap orang secara biologis dan genetis benar-benar berbeda satu dengan yang lainnya, bahkan dalam kasus bayi kembar satu telur. Terbukti bahwa perbedaan perbedaan itu akan semakin bertambah seiring usia. Menurut neugarten yang menyatakan bahwa orang-orang dewasa tidak saja jauh lebih kompleks dari anak-anak tapi juga lebih berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam hal implikasi perbedaan individual, semua pihak yang bergelut dalam bidang anak seperti orang tua, guru ataupun pengasuh harus memahami bahwa setiap anak berbeda sehingga kondisi, kemampua, dan hasil perkembangannya juga berbeda, sehingga harus mendapat perlakuan berbeda. Biarkan anak berkembang dengan kemampuannya. 8. Perkembangan Dipengaruhi oleh Budaya Budaya mempengaruhi perkembangan anak. Misalnya budaya di lingkungan anak menekankan

peran seks tradisional yaitu anak

perempuan tidak perlu pandai dan mandiri, atau tugas mereka hanya mengurus rumah maka orang tua akan cenderung mendidik anaknya

6

dengan pola demikian dan anak cenderung pula terbentuk demikian juga. 9. Setiap

Tahap-tahap

Perkembangan

Memiliki

Tugas

Perkembangan Tedapat harapan sosial tertentu pada setiap perkembangan. Tahap bayi, anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut, masing-masing memiliki tugas perkembangan tersendiri. Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, yang jika tercapai akan menimbulkan rasa bahagia dan akan membawa keberhasilan untuk melaksanakan tugas-tugas berikutnya, dan apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan hambatan pada perkembagan berikutnya4. 10. Tugas-Tugas Perkembangan Individu Robert Havighurst melalui perspektif psikologisnya berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk

menentukan tugas

-tugas perkembangan

yang khusus.

Havighurst (1961) mengartikan tugas -tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, yang jika tercapai akan menimbulkan rasa bahagia dan akan membawa keberhasilan untuk melaksanakan tugas-tugas berikutnya, dan apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan hambatan pada perkembagan berikutnya. Sumber dari pada tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst adalah: Kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilainilai dan aspirasi individu.

4

Christiana hari soetjiningsih, Perkembangan Anak (Cet ke-1), (Jakarta: Prenada medi, 2012), hal. 8.

7

Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut: 1. Masa usia bayi dan kanak – kanak (0 – 6 tahun) a. Belajar berjalan. b. Belajar mengambil benda padat. c. Belajar berbicara. d. Belajar mengenal perbedaan jenis dan perilakunya e. Mencapai stabilitas fisiologis. f. Membentuk konsep – konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam. g. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang – orang disekitarnya. h. Belajar membedakan benar salah dan pengembangkan kata hati 2. Masa sekolah (6 – 12 tahun) a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk pertandingan biasa : bermain sepak bola, loncat tali, berenang. b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya send iri sebagai makhluk biologis. c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya. d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung f. Belajar mengembangkan konsep sehari – hari. g. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala nilainilai. h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi i. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial

8

3. Masa remaja (12-21 tahun) a. Menerima dan menggunakan keadaan fisiknya secara efektif b. Mencapai suatu peranan sosial sebagai pria dan wanita c. Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anakanak pria d. Mengembangkan skala nilai e. Menginginkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab f. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang lainnya g. Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih kuat h. Persiapan mandiri secara ekonomi i. Mempersiapkan untuk suatu pekerjaan/jabatan. j. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

4. Masa dewasa awal (21-40 tahun) a. Menerima atau mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara b. Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan untuk dirinya c. Memulai bekerja d. Memilih pasangan hidup e. Memulai membentuk keluarga f. Mengelola atau mengemudikan rumah tangga g. Belajar hidup dengan suami atau istri h. Mengasuh anak 5. Masa separuh baya (40-60 tahun) a. Mendapat tanggungjawab sosial dan sebagai warga Negara b. Membangun dan mempertahankan standard ekonomi keluarga c. Membimbing anak dan remaja untuk menjadi dewasa yang bertanggungjawab dan menyenangkan

9

d. Mengembangkan kegiatan-kegiatan di waktu luang e. Membina hubungan dengan pasangannya sebagai individu f. Mengalami dan menyesuaikan diri dengan beberapa perubahan fisik g. Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang bertambah tua 6. Masa usia lanjut (60 tahun-meninggal) a. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan b. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang semakin berkurang c. Menyesuaikan diri dengan keadaan kehilangan pasangan (suami/istri) d. Membina hubungan dengan teman sesama usia lanjut e. Melakukan pertemuan-pertemuan sosial f. Membangun kepuasan kehidupan g. Kesiapan menghadapi kematian

C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan dalam Perspektif Islam Salisu Shehu (1999)5 menyatakan bahwa bukan hanya faktor hereditas dan faktor lingkungan yang penting dalam memengaruhi perkembangan manusia. Dalam perspektif islam bahwa faktor ketentuan Allah merupakan hal yang juga memengaruhi proses perkembangan dan pertumbuhan. Dengan demikian, dalam islam, faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan meliputi faktor hereditas, faktor lingkungan, dan faktor ketentuan Allah. Selain itu, manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, juga dianugrahkan kebebasan berkehendak yang terbatas jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah. Dengan kata lain Allah adalah penyebab utama dan mutlak dari segala yang terjadi. Dalam Alquran: 5

Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 34.

10

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali jika dikehendaki oleh Allah Tuhan Semesta Alam”. (QS Al-Takwir: 29) Jadi, berbagai hal terjadi sebagai penyebab dari peristiwa yang lainnya. Namun, seperti yang dinyatakan Alquran, segala rangkaian kejadian sebab dan akibat ini merupakan bagian dari ketentuan Allah. Berkaitan dengan ini, derajat, retata, besaran dan tingkat suatu penyebab memicu hasil atau dampak tertentu ditentukan oleh kehendak Allah. Dengan catatan yang sama, besaran hasil yang terjadi karena penyebab tertentu ditentukan oleh kehendak Allah. Hal ini dinyatakan oleh Rahman6 sebagai berikut: “Allah merupakan Maha Pencipta alam semesta, kenyataan mutlak dan penyebab segala penyebab...Segalanya di alam semesta mengikuti hukum Sang Pencipta (hukum-Nya) seperti yang Dia katakan di dalam Alquran: “Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi; yang menciptakan dan menyempurnakan (pencipta-Nya) dan yang menentukan kadar masingmasing dan memberi petunjuk”. (QS Al-A’laa: 1-3) Dalam analisis ini dapat dilihat bahwa Islam mengakui pentinganya

dua

faktor

yang

secara

fundamental

memengaruhi

perkembangan, yakni faktor herediter dan lingkungan. Banyak bukti tertulis dari Alquran dan Hadis menunjukkan pengaruh herediter dan lingkungan pada perkembangan seseorang merupakan hal yang ditentukan oleh kehendak Allah. Hal ini berarti, psikologi islami tidak melihat manusia hanya sebagai subjek dari faktor herediter dan kekuatan alam (dalam hal ini terjadi secara kebetulan). Islam melihat manusia, seperti juga yang lainnya, merupakan sesuatu yang diatur, dijaga, diarahkan, dan dikontrol oleh kekuatan dan kehendak Allah yang tidak terbatas7. Berikut beberapa bukti tertulis dari Alquran dan Sunnah membenarkan pengaruh herediter dan lingkungan pada perkembangan manusia:

6 7

Ibid, hal. 35. Ibid, hal. 36.

11

1. Pengaruh Hereditas dalam Perkembangan Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik sebagai berikut: Ummi Sulaim bertanya tentang perempuan yang menyaksikan mimpi basah dalam tidurnya seperti laki-laki. Dia menjawab, “Jika perempuan menyaksikan itu, ia harus mandi wajib (janabah). “Kemudian Ummi Salamah (istri Nabi yang hadir) bertanya malu-malu, “Apakah itu terjadi?” Nabi menjawab, “Tentu saja! Bagaiamana ini mendatangkan keserupaan (jika tidak terjadi)? Sperma laki-laki merupakan tetesan yang putih dan tebal sementara sel telur perempuan merupakan cairan kuning yang tipis. Manapun di antara keduanya yang mengungguli yang lainnya, hasilnya akan memengaruhi.” (HR Muslim) Muslim meriwayatkan dari Thauban, bahwa seorang Yahudi datang dan bertanya kepada Nabi berbagai pertanyaan (sebagai usaha untuk menantang kebenaran kenabiannya). Pertanyaannya adalah tentang penentuan jenis kelamin, bagaimana terjadinya? Nabi menjawab sebagai berikut: “Sperma pria adalah putih dan sel telur perempuan kekuning-kuningan. Jika mereka bertemu (terjadi pembuahan) dan sperma pria mngungguli sel telur perempuan, hasilnya akan menjadi jenis kelamin laki-laki dengan seizin Allah, dan jika sel telur perempuan mengungguli sel sperma pria hasilnya akan menjadi perempuan dengan seizin Allah”. (HR Muslim) Setelah Nabi menjawab demikian, orang Yahudi itu mengatakan, dan dia adalah benar seorang Nabi. Ibn al-Qayyim menjelaskan hadis ini lebih jauh: “Pada saat konsepsi (pembuahan) dua hal terjadi. Maka ini adalah dominasi dan keunggulan. Dua hal itu dapat terjadi berurutan, dan dapat juga terjadi berbeda. Dalam hal ini, jika sperma laki-laki dominan dan mengungguli ovum perempuan, hasilnya akan menjadi laki-laki dan menyerupai ayahnya. Tapi jika yang terjadi sebaliknya, hasilnya akan menjadi perempuan dan menyerupai ibunya. Namun, jika yang satu dominan tetapi yang lainnya mengungguli, hasilnya akan menyerupai

12

yang mendominasinya dan jenis kelaminnya akan menjadi sama dengan yang mengunggulinya, baik laki-laki maupun peempuan.” Walaupun demikian Ibn al-Qayyim, memperingatkan bahwa penentuan jenis kelamin ini (dan segala sesuatu yang terjadi dengannya) tidak dapat depahami sebagai hal yang semata-mata ditentukan oleh alam. Karena hal tersebut merupakan urusan yang sepenuhnya tergantung pada kehendak Allah. Itu sebabnya mengapa Rasulullah mengatakan dalam hadis bukti lain bahwa malaikat meniup roh ke dalam fetus dan bertanya kepada Allah: Wahai Tuhanku! Apakah jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan? ...Kemudian Allah menentukannya sesuai kehendaknya dan malaikat mencatatnya. 2. Pengaruh Lingkungan dalam Perkembangan Dalam suatu

hadis,

Nabi

Muhammad Saw menunjukkan

bagaimana teman dapat mempengaruhi seluruh prilaku, karakter dan perbuatan

seseorang.

Dengan

memberikan

perumpamaan,

Nabi

Muhammad Saw bersabda: “Persamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti pedagang minyak kasturi dan peniup api tukang besi. Si pedagang minyak katuri mungkin akan memberinya padamu, atau engkau membeli kepadanya, atau setidaknya engkau dapat memperoleh bau yang harum darinya, tapi si peniup api tukang besi mungkin akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap daripadanya” (HR Bukhari) Dalam bentuk metaforik, Nabi Muhammad Saw mengingatkan kita bagaimana persahabatan yang baik dapat memengaruhi karakter seseorang menjadi baik dan bagaimana teman yang jahat dapat membuat orang melakukan hal yang buruk. Dengan demikian, lingkungan dapat memengaruhi keseluruhan perkembangan psikologi seseorang, termasuk tentunya perkembangan kognitif.

13

3. Pengaruh Ketentuan Allah dalam Perkembangan Terdapat bukti yang substansial yang memperlihatkan bahwa herediter

dan

lingkungan

semata-mata

tidak

dengan

sendirinya

menentukan pola perkembangan individu, ada hal yang paling utama dalam persoalan tersebut, yaitu segalanya tergantung kehendak Allah. Contoh yang paling mencolok adalah riwayat Nabi Isa a.s. Ibn Maryam. Allah membuatnya dapat berbicara dalam buaiannya. Sebagaimana kita ketahui,

perkembanagan

bahasa

merupakan

bagian

integral

dari

perkembanagan kognitif. Dalam situasi normal, anak mulai berbicara pada usia dua tahun sepatah dua patah kata, dan sejalan dengan itu mereka mulai mengembangkan perbendaharaan bahasa. Kenyataan bahwa Nabi Isa a.s. dapat berbicara pada masa buaian menunjukkan kekuatan Allah. Hal ini bukan faktor hereditas, juga bukan produk stimulasi intelektual dari lingkungan. Hal tersebut lebih merupakan manifestasi dari kebijaksanaan Tuhan, kekuatan-Nya yang tidak terbaas, kehendak-Nya, dan

kemampuan-Nya

untuk

melakukan

segala

sesuatu.

Alquran

menceritakan kejadian ini dalam beberapa ayat.8 Pertama Alquran menceritakan bagaimana Maryam diberitahu bahwa anaknya akan berbicara sejak dalam buaian. Ayat ini berbunyi: ... dan dia berkata kepada manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dia adalah salah seorang di antara orang-orang yang saleh. (QS Ali Imran:46) Dalam kajian psikologi, faktor ini merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena banyak hal yang terjadi dalam kehidupan manusia yang tidak dapat digolongkan ke dalam faktor herediter atau lingkungan. Hal ini tidak dapat diterangkan dalam keranda penyelidikan material atau empirik. Jika psikolog tidak memperluas horizon dari pendekatan mereka dengan meneliti faktor kehendak dan kekuasaan Allah di atas segalanya, termasuk perkembangan psikologi manusia, penelitian

8

Ibid hal 38

14

psikologi akan tetap tidak lengkap dan pengetahuan tentang diri kita juga masih tetap tidak utuh.

15

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan progresif yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Jadi perkembangan bukan hanya pertambahan tinggi dan berat badan seseorang ataupun kemampuannya tapi juga suatu proses integrasi dari dari banyak sruktur dan fungsi yang kompleks Prinsip-Prinsip Perkembangan 1. Perkembangan

Mencakup

Proses-proses

Biologis,

Kognitif

dan

Sosioemosional 2. Tahun-tahun Permulaan (Perkembangan Awal) Merupakan Masa Kritis 3. Perkembangan Individu Bersifat Holistik 4. Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu Yang Dapat Diprediksi 5. Perkembangan Dibantu oleh Stimulasi (Rangsangan) 6. Perkembangan Merupakan Hasil Kematangan dan Belajar 7. Ada Perbedaan Individual dalam Perkembangan 8. Perkembangan Dipengaruhi oleh Budaya 9. Setiap Tahap-tahap Perkembangan Memiliki Tugas Perkembangan 10. Tugas-Tugas Perkembangan Individu

16

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. J. N., 2013, dan Mubiar agustin, Dinamika Perkembangan dan Remaja (Cet ke-2), (Bandung: Refika Aditama Christiana hari soetjiningsih, 2012, Perkembangan Anak (Cet ke-1), (Jakarta: Prenada medi, Aliah B. Purwakania Hasan, 2006, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

17

Related Documents

Psikologi
May 2020 39
Psikologi
April 2020 48
Psikologi
May 2020 36
Psikologi
May 2020 33
Psikologi
June 2020 36

More Documents from ""