Psi Sos Klp 5

  • Uploaded by: yelfy yazid
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Psi Sos Klp 5 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,708
  • Pages: 13
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kami semua sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konformitas dan Ketaatan”. Makalah ini kami sajikan sebagai bahan presentasi kelompok. Ucapan terimakasih kami berikan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya, selanjutnya berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar pembuatan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik.

Bukittinggi, Mei 2009

Penulis

“KONFORMITAS DAN KETAATAN” 1. PENGERTIAN KONFORMITAS •

Konformitas berarti penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan norma dan nilai masyarakat.( Soerjono Soekanto, 2000 )



Jon M Shepard mendefinisikan Conformity sebagai

“the type of social interaction in which an individual behaves toward others in ways expected by the group”.

Jadi konformitas adalah seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai

dengan harapan merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya kelompok. ( Kamanto Sunarto, 2004 ) •

“ Conformity is a change in behavior or belief as a result of real or imagined group of pressure “

Konformitas tidak hanya bertindak atau bertingkah laku seperti yang orang lain lakukan tetapi juga terpengaruh bagaimana orang lain bertindak ( Kiesler & Kiesler, 1969, p.2) Muzafer Sherif (1966) yang dikutip oleh Zanden (1979) melakukan eksperimen di Columbia University, para subyek penelitian adalah 2 orang mahasiswa yg diminta memperkirakan jarak gerak suatu titik cahaya di layar dalam suatu ruang gelap. Di kala eksperimen dilakukan dengan masing-masing subjek secara terpisah, jawaban-jawaban yang diberikan cenderung berbeda satu dengan yang lain. Namun manakala eksperimen dilakukan dengan beberapa orang subyek sekaligus dan para subjek dimungkinkan untuk saling mempengaruhi, maka jawaban subyek cenderung sama.Dari eksperimen ini Sherif

menyimpulkan bahwa dalam situasi kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial. Dari hal itu pula disimpulkan bahwa menurut M. Sherif, konformitas berarti keselarasan,kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat dengan harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial. Contoh : Pola memberi sumbangan, pelanggaran lalu lintas, dll. Dari uraian mengenai berbagai pengertian “konformitas” di atas, dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilainilai yang sudah ada. 2. JENIS – JENIS KONFORMITAS a. Compliance : konformitas yang benar-benar bertentangan dengan keinginan kita, dilakukan untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman. b. Acceptance : Ada beberapa hal yang dapat kita jadikan alasan untuk melakukan konformitas tersebut, tidak sepenuhnya kita ingkari.

3. PENYEBAB DAN PENGARUH KONFORMITAS TERHADAP PERILAKU SOSIAL Alasan orang melakukan konformitas : a. Keinginan seseorang untuk memenuhi harapan orang lain atau mengupayakan penerimaan/ penyesuaian diri ( normative influence) b. Perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat ( informational influence) Seseorang melakukan konformitas ketika ; a. Ketika keputusan sudah dibuat atau pokok bahasan yang dibicarakan dirasa tidak kompeten b. Konformitas tinggi pada saat tiga atau lebih orang dalam grup kohesif, unanimous mempunyai status sosial yang tinggi. Dalam masyarakat yang homogen dan tradisional, konformitas warga masyarakat adalah kuat. Misalnya di desa-desa yang terpencil dimana tradisi dipelihara dan dipertahankan dengan kuat, maka warga masyarakat desa tersebut tidak mempunyai pilihan lain kecuali mengadakan konformitas terhadap kaedah-kaedah serta nilai-nilai yang berlaku. Di dalam masyarakat desa yang terpencil, apabila seseorang mendirikan rumah maka dia akan meniru bentuk-bentuk rumah yang telah ada dan telah terinstitusikan bentuknya, sedangkan yang mendirikan rumah dengan bentuk yang berbeda dengan pola tersebut akan dicela oleh para anggota masyarakat yang lain.

Konformitas di kota-kota sangat kecil karena kaidah-kaidah di dalam kota mengalami perkembangan dan perubahan sehingga proses institusionalisasi sukar terjadi apabila dibandingkan dengan masyarakat yang ada di desa. Bahkan konformitas di kota besar sering kali dianggap sebagai hambatan terhadap kemajuan dan perkembangan. Konformitas biasanya menghasilkan ketaatan dan kepatuhan. Institusionalisasi kemasyarakatan

yang

: baru

suatu untuk

proses

yang

menjadi

dilewati

bagian

dari

oleh salah

sesuatu satu

norma lembaga

kemasyarakatan. Konformitas terbentuk secara ketat di bawah tekanan( pressure) untuk memenuhi permintaan masyarakat /satu orang kepada orang lain. Hal ini bisa ditegaskan dengan contoh sebagai berikut: Di suatu suku yang penduduknya disebut sebagai “trobrianders”dalam memenuhi kebutuhan, mereka mengadakan pertukaran barang-barang ekonomi. Mereka yang hidup”inland village” menyediakan sayur-sayuran untuk ditukarkan dengan ikan dan sebaliknya mereka yang tinggal di tepi pantai/ “ coastal community” membayar dengan ikan. Sistem permintaan yang timbal balik ini memaksa salah satu pihak untuk membayar kapan saja ia menerima pemberian dari pihak-pihak yang lain. Awalnya, secara nominal pemberian itu ditawarkan secara bebas, tapi sekarang dipantau dengan penghitungan yang sangat hati-hati, barang yang diberi dan diterima harus seimbang nilainya dan membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Contoh lain adalah kehidupan sosial “trobrianders” mengenai pernikahan dan keluarga. Dalam suatu keluarga terdapat kewajiban “resiprok” , Saudara laki-laki harus menyediakan nafkah untuk makan kepada

saudara perempuan, tetapi suami saudara perempuan tersebut harus mengembalikan berupa pemberian secara periodik. Norma-norma timbul dalam masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur dalam hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dengan masyarakatnya. Diadakannya norma-norma serta peraturan lain bermaksud untuk menciptakan conformity dari anggota masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang homogen dan tradisionil conformity dari anggota masyarakat adalah sangat kuat. Misalnya di desa terpencil dimana tradisi dipelihara dan dipertahankan dengan kuat, anggota masyarakat desa tersebut tdk mempunyai pilihan lain daripada mengadakan conformity terhadap norma serta nilai yang berlaku. Di dalam masyarakat desa yang terpencil misalnya apabila seseorang mendirikan rumah, maka dia akan meniru bentuk-bentuk rumah yang telah ada .Yang mendirikan rumah dengan bentuk berbeda akan dicela oleh anggota masyarakat lainnya. Norma yang berlaku secara turun temurun sama saja dari generasi ke generasi berikutnya tanpa banyak mengalami perubahan. Ukuran yang dipakai adalah ukuran yang telah dipakai oleh nenek moyangnya dulu. Norma-norma dalam kota juga selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Maka conformity di daerah-daerah kota juga sangat keji.

Hal-hal yang mempengaruhi adanya Konformitas (David O. Sears, Jonathan L.Freedman, L.Anne Peplau , 1985) a. Kurangnya Informasi Orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memeperoleh manfaat dari pengetahuan mereka. b. Kepercayaan terhadap kelompok Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. c. Kepercayaan diri yang lemah Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika dia merasa yakin akan kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun tingkat konformitasnya.

d. Rasa takut terhadap celaan sosial Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Tetapi, sejumlah faktor akan menentukan bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan ibi terhadap tingkat konformitas individu. e. Rasa takut terhadap penyimpangan Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Kita tidak mau dilihat sebagai orang yang lain dari yang lain, kita tidak ingin tampak seperti orang lain. Kita ingin agar kelompok tempat kita berada menyukai kita, memperlakukan kita dengan baik dan bersedia menerima kita. f. Kekompakan kelompok Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi. g. Kesepakatan kelompok Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.

h. Ukuran kelompok Konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat, setidak-tidaknya sampai tingkat tertentu. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilder (1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama. i. Keterikatan pada penilaian bebas Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan. Atau dengan kata lain keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat. j. Keterikatan terhadap Non-Konformitas Orang yang, karena satu dan lain hal, tidak menyesuaikan diri pada percobaan-percobaan awal cenderung terikat pada perilaku konformitas ini. Orang yang sejak awal menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu. 4. KETAATAN DAN KEPATUHAN Ketaatan didefinisikan sebagai menerima sesuatu dari sumber kewenangan. Contoh klasik dari ketaatan adalah pejabat yang memberikan perintah kepada prajurit. Prajurit yang sesuai dengan petugas karena petugas yang sah, organisasi kekuasaan. Kepatuhan yang tidak terjadi karena tentara suka atau petugas tentu hal itu penghakiman

dan keahlian, melainkan hanya karena pejabat yang memiliki kekuasaan dan tentara telah terlatih untuk menaati. Ketaatan terhadap Otoritas yang Sah Harapan dari orang yang menduduki posisi tertentu dalam sebuah otoritas akan menimbulkan ketaatan. Factor yang paling penting dalam ketaatan adalah adanya orang yang memiliki otoritas yang sah dalam suatu situasi, sesuai dengan norma social yang berlaku. Diperlukan juga sebuah legitimasi atau adanya keyakinan umum bahwa pihak otoritas mempunyai hak untuk menuntut ketaatan terhadap Perintahnya. Ganjaran, Hukuman, dan Ancaman Salah satu cara untuk meningkatkan ketaatan adalah dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, hukuman dan ancaman. Semua itu merupakan insentif pokok untuk mengubah perilaku seseorang. Harapan Orang Lain Orang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang lain tersebut mengharapkan nya. Hal ini sangat mudah terlihat bila permintaan diajukan secara langsung.

Teknik Foot – in – the – Door Ketika sebuah permintaan ditolak, salah satu cara untuk meningkatkan ketaatan adalah dengan membujuk orang lain agar pada mulanya bersedia memenuhi permintaan yang jauh lebih ringan. Bila orang sudah menyetujui permintaan yang lebih ringan, sedia akan cenderung untuk memenuhi permintaan yang lebih berat. Batas Tekanan Eksternal Cara paling langsung untuk meningkatkan ketaatan adalah dengan menekan individu; yang dapat dilakukan melalui ancaman, ganjaran, permintaan langsung, atau tekanan social. Pendekatan lain adalah dengan menempatkan orang itu dalam situasi terkendali yang dirancang untuk memberikan tekanan secara halus sehingga orang tersebut mengalami kesulitan untuk menolak.

DAFTAR PUSTAKA •

http://www.armannd.com/id/authority-obedience-and-fear.html/



http://psychemate.blogspot.com/2007/12/konformitas-sosial.html



http://id.wikipedia.org/wiki/



Sear David O Freedman, J.L Anne Paplau. 1994 Psikologi Sosial Jilid I dan II Jakarta : Erlangga.



Bimo Walgito. 2003. Psikologi Sosial Yogyakarta : Andi

Related Documents

Psi Sos Klp 5
June 2020 11
Psi Klp 4.docx
May 2020 10
Sos
June 2020 28
Sos
November 2019 43
Sos
July 2020 26
Sos
June 2020 9

More Documents from ""