Proyek 1 Tugas 2 - Kelompok 5a.docx

  • Uploaded by: aloysius mean
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proyek 1 Tugas 2 - Kelompok 5a.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,898
  • Pages: 5
PROYEK 1 MK Statistika Penelitian Pendidikan Semester Genap 2018/2019 Kelas A Kelompok 5A M. Zaky Ash Shiddieqy / 2225160007

Dwiki Maulidditya / 2225160022

Tugas-2

1) Teori-teori penarikan sampel di penelitian pendidikan. Sampel mempunyai cakupan lebih kecil dari pada populasi. Untuk mendapatkan sampel, maka digunakan teknik penggambilan sampel atau sering disebut dengan sampling. Tenik pengambilan sampel ada bermacam-macam. Berikut ini adalah teori sampel penelitian menurut Sugiyono [2011:118-127]. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dilakukan jika populasi besar dan peneliti tidak mungkin memperlajari semua yang ada pada populasi. Teknik Sampling, adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menetukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat macam-macam teknik sampling yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling: 1) Probability Sampling, adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi. Simple rambom sampling, Proportionate stratified random sampling, Disproportionate stratified random sampling, dan Sampling area. 1.1 Simple Rambom Sampling, adalah pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan jika anggota populasi bersifat homogen. Contoh: misal ada “pembiayaan pembangunan pendidikan Dasar di Jawa Barat”, sampelnya adalah seluruh SD dan SMP yang ada di Jawa Barat. Terhadap seluruh SD dan SMP itu dilakukan pemilihan secara random tanpa pengelompokan terlebih dahulu, dengan demikian peluang SD maupun SMP untuk terpilih sebagai sampel sama.

1.2 Proportionate Stratified Random Sampling, adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan jika populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Contoh: misalnya ada suatu manajer yang ingin mengetahui sikap manajer terhadap suatu kebajikan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas memiliki sikap yang positif terhadap kebajikan perusahaan. Agar dapat menguji dugaan teresebut maka sampelnya harus terdiri dari manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Kemudian dari masing-masing. Strata dipilih manajer dengan teknik simple random sampling. 1.3 Disproportionate Stratified Random Sampling, adalah teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel, jika populasi berstrata tetapi kurang proporsional. 1.4 Sampling Area, teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Contoh : Misalnya seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. 2) adalah Non Probability Sampling, adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, Sampling sistematis, Kuota, Insidental, Purposive, Jenuh, Snowball. 2.1 Sampling Sistematis, adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu. 2.2 Sampling Kuota, adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diiginkan. 2.3 Sampling Insidental, adalah teknik menentukan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel jika orang tersebut dipandang cocok sebagai sumber data. 2.4 Sampling Purposive atau Judgment Sampling , adalah teknik menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi. Contoh : misalnya dalam suatu perusahaan untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judgment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”. 2.5 Sampling Jenuh, adalah teknik menentukan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil yakni kuran dari 30 orang. 2.6 Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.

Contoh : Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum perokok terhadap kemasan rokok. Peneliti cukup mencari satu orang perokok dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada kaum prokok tersebut untuk bisa mewawancarai teman perokok lainnya. Setelah jumlah perokok yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian kaum perokok lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup) Berdasarkan pemaparan teori-teori diatas, artikel penelitian yang kami pilih menggunakan Stratified Random Sampling karena pengambilan sampel secara acak dari siswa SMP yang berasal dari sekolah level rendah (C), sedang (B), dan tinggi (A) di wilayah Kota Yogyakarta. Penentuan level sekolah berdasarkan ratarata nilai matematika yang diperoleh sekolah tersebut pada ujian nasional tahun 2008; level rendah jika rata-ratanya kurang dari 0,65, level sedang jika rataratanya antara 0,65 sampai 0,80, dan level tinggi jika rata-ratanya lebih dari 8,00. Pengambilan sampel penelitian dilakukan sebagai berikut. Pertama, tiga sekolah diambil secara acak dengan ketentuan satu sekolah dari sekolah level C, satu sekolah dari sekolah level B, dan satu sekolah dari sekolah level A. Kedua, dari masing-masing sekolah diambil satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Dengan demikian diperoleh 3 kelas eksperimen dan 3 kelas kontrol.

2. Teori-teori validitas instrumen di penelitian pendidikan Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. (Sugiyono: 2007). Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak di ukur. Sehingga dapat dikatakan bahwa validitas berhubungan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Dengan istrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Istilah valid sukar untuk dicari penggantinya, sebagian peneliti ada yang menyebutknya dengan “sahih”, “tepat”, dan juga “cermat”. Secara garis besar validitas instrumen dibedakan menjadi dua yaitu, validitas internal (internal validity) dan validitas eksternal (eksternal validity). A. Validitas internal, berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Jika dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja tenaga kependidikan, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja tenaga kependidikan. Validitas internal dibagi menjadi dua, yaitu validitas isi (Content Validity) dan Validitas Konstruk (Construct Validity). 1. Validitas Isi Validitas ini harus dimiliki oleh instrumen yang mengukur hasil belajar biasanya berbentuk tes. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi bila bisa mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta indikator dan materi pembelajarannya. Untuk menguji validitasnya dapat dilakukan dengan cara membandingkan instrumen penelitian yang dibuat dengan materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam mengembangkan instrumen tes dapat memakai

spesifikasi domain isi tes, yang menjelaskan isi secara rinci dengan spesifikasi cakupan isi dan tipe butir soal. Validitas ini berkaitan dengan pertanyaanpertanyaan sejauh mana butir tes mencakup keseluruhan indikator kompetensi yang dikembangkan dan materi atau bahan yang ingin diukur. 2. Validitas Konstruk Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas konstruk bila terdapat keterkaitan antara butir instrumen dengan indikator, definisi operasional dan konsep teori tentang variabel peneltian yang diukur. Untuk menguji validitas konstruk bisa menggunakan pendapat para ahli (expert judgment). Para ahli akan memberikan keputusan apakah instrumen tersebut bisa dipakai tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Menurut Sugono (2007:177) jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan minimal tiga orang dan biasanya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan ruang lingkup yang diteliti. B. Validitas eksternal, berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel diambil. Bila sampel penelitian representatif instrumen penelitian valid, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi. 1. Validitas Kesejajaran Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas kesejajaran bisa hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada, yang mana mempunyai kesejajaran dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria yang sudah ada dapat berupa instrumen lain yang mengukur hal yang sama dan sudah diakui validitasnya, misalnya berupa tes terstandar. Akan tetapi juga dapat dibandingkan dengan catatancatatan yang ada di lapangan. Validitas ini dapat digunakan untuk mengukur validitas instrumen bentuk tes maupun non tes. 2. Validitas Prediksi Suatu instrumen diaktakan memiliki validitas prediksi bila instrumen penelitian tersebut memiliki kemampuan untuk memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang mengenai hal yang sama. Validitas ini umumnya digunakan untuk menguji validitas dari suatu instrumen dalam bentuk tes. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi. Apabila ternyata siapa yang mempunyai nilai tes yang lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dulu nilai tesnya rendah maka instrumen tersebut tidak mempunyai validitas prediksi. Pengujaian valditas prediksi membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar karena prosedurnya yang cukup panjang dan berulang agar mendapat tes dengan kemampuan prediktor yang baik. Berdasarkan pemaparan teori-teori diatas, artikel penelitian yang kami pilih menggunakan Validitas Konstruk karena bahan ajar Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) yang digunakan di kelas eksperimen disusun oleh peneliti melalui proses validasi oleh penimbang ahli serta guru dan kemudian diujicobakan di kelas sedangkan bahan ajar Pembelajaran Biasa (PB) yang digunakan di kelas kontrol disusun oleh guru. Untuk mengukur peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik (KPMM) digunakan dua set tes KPMM yang setara yang masing-masing terdiri dari 8 soal. Satu set digunakan sebagai pretes

dan satu set lainnya sebagai postes. Kesetaraan kedua set tes tersebut diuji dengan menggunakan expert judgments.

3. Teori-teori reliabilitas instrument di penelitian pendidikan Pengertian reliabilitas menurut Sugiono adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi jika pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Salah satu syarat agar hasil suatu tes dapat dipercaya adalah tes tersebut harus mempunyai reliabilitas yang memadai. Oleh karena itu, menurut Jaali dan Pudji (2008) membedakan reliabilitas menjadi 2 macam, yaitu : 1) Reliabilitas Konsistensi tanggapan Reliabilitas ini selalu mempersoalkan mengenai tanggapan responden atau objek terhadap tes tersebut apakah sudah baik atau konsisten. Dalam artian apabila tes yang telah di cobakan tersebut dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan ketidakonsistenan, maka hasil pengukuran tersebut tidak mengambarkan keadaan obyek yang sesungguhnya. Untuk mengetahui apakah suatu tes atau instrument tersebut sudah mantap atau konsisten, maka tes/instrument tersebut harus diuji kepada obyek ukur yang sama secara berulang-ulang. Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes (Jaali ; 2008) yaitu :  Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama pada waktu yang berbeda.  Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua kelompok item yang setara pada saat yang sama.  Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan. 2) Reliabilitas konsistensi gabungan item Reabilitas ini terkait dengan konsistensi antara item-item suatu tes atau instrument. Apabila terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil pengukuran melalui item yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui item yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Untuk itu jika terjadi hal demikian maka kita tidak bisa menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan, dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliable atau memiliki reliabilitas yang rendah. Koefisien reliabilitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan menggunakan 3 rumus (Jaali 2008), yakni :  Rumus Kuder-Richardson, yang dikenal dengan nama KR-20 dan KR-21.  Rumus koefisien Alpha atau Alpha Cronbach.  Rumus reliabilitas Hoyt, yang menggunakan analisis varian. Berdasarkan pemaparan teori-teori diatas, artikel penelitian yang kami pilih menggunakan Reliabilitas konsinstensi gabungan item dengan menggunakan Rumus Alpha Cronbach karena melakukan uji keandalan konstuk.

Related Documents


More Documents from "Isma Sandra P"