Protein

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Protein as PDF for free.

More details

  • Words: 1,710
  • Pages: 12
LAPORAN RESMI Uji Kualitatif Indetifikasi, Uji Kelarutan dan Penentuan Titik Isoelektrik Protein

Oleh : Nama Lengkap Mahasis

: REDI JOKO PRASETYO

Nomor Mahasiswa

: 31081138

Golongan

: RABU

Asisten

: Yumechris Amekan

FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

1

YOGYAKARTA 2009 Uji Kualitatif Indetifikasi, Uji Kelarutan dan Penentuan Titik Isoelektrik Protein

BAB I PENDAHULUAN Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.

Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam

amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida. Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Oleh karena itu, kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dari suatu protein, membuktikan adanya asam amino bebas dalam suatu protein, membuktikan adanya asam amino yang berinti benzena, mengetahui kelarutan protein terhadap suatu pelarut tertentu, dan mengetahui titik isoelektrik dari suatu protein secara kualitatif.

BAB II

2

TINJAUAN PUSTAKA Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning. Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau

ditambah

etanol

absolut,

maka

protein

akan

menggumpal

(terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molkeul protein. Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya. Protein seperti asam amino bebas memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Titik Isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu dimana protein

3

tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), suatu protein sangat mudah diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol.

4

BAB III METODOLOGI Metode

yang

digunakan

pada

kegiatan

praktikum

ini

adalah

menggunakan alat-alat, bahan-bahan, dan prosedur-prosedur sebagai berikut : A. Alat a. Pipet tetes

e. Penangas air

b. Tabung reaksi

f. Alat permanas

c. Rak tabung reaksi

g. Pengatur waktu

d. Penjepit tabung reaksi

h. Pipet ukur

B. Bahan a. Albumin 2 % b. Gelatin 2 % c. Kasein 0,5 % d. Pepton 0,5 % e. Glisin 2 % f. Pereaksi Ninhidrin 0.1 % g. Triptofan 2 % h. Larutan HNO3 Pekat i.

Larutan NaOH 10 %

j.

Larutan CuSO4 0.2 %

k. Fenilanalina 2 % l.

Larutan Kasein Netral

m. Buffer asetat pH : 3,8; 4,7; 5,0; 5,3; 5,9 n. Akuadestilata o. Larutan HCl 10 % p. Larutan NaOH 40 % q. Alkohol 96 % r. Kloroform

5

C. Prosedur 1. Uji Biuret •

Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL.



Tambahkan pada setiap tabung

1 mL NaOH 10 % dan CuSO4 0.2 %

sebanya 3 tetes. •

Campur dengan baik.



Amati dan catat perubahan warna yang terjadi

2. Uji Ninhidrin •

Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL.



Tambahkan pada setiap tabung 5 tetes pereaksi Ninhidrin



Campur dengan baik, dan panaskan di penangas air hingga mendidih selama 5 menit.



Amati dan catat perubahan warna yang terjadi

3. Uji Xantoprotein •

Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Triptofan sebanyak 2 mL.



Tambahkan pada setiap tabung

1 mL HNO3 pekat. Perhatikan adanya

endpan putih yang terbentuk •

Panaskan 1 menit sampai endapan larut kembali dan larutan berubah menjadi berwarna kuning.



Amati dan catat perubahan warna yang terjadi



Reaksi adalah positif, jika pada bidang perbatasan (interface) antara protein dan NaOH tebentuk warna jingga.

4. Uji Kelarutan Protein •

Sediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Lalu masing-

masing diisi dengan akudestilata, HCl 10 %, NaOH 40 %, alkohol 96 %, dan kloroform sebanyak 1 mL •

Tambahkan pada setiap tabung 2 mL albumin telur



Kocoklah dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya.



Ulangi percobaan menggunakan gelatin

5. Uji Penentuan Titik Isoelektrik Protein •

Sediakan 5 tabung reaksi yang berisih dan kering, lalau masing-

masing diisi sengan larutan kasein netral sebanyak 1 mL. •

Tambahkan pada setiap tabung 1 mL buffer asetat masing-masing

dari pH 3.8; 4.7; 5.0; 5.3; dan 5.9 •

Kocoklah campuran dengan baik, lalau catat derajat kekeruahnya

setelah 0, 10, dan 30 menit. •

Perhatikan hasilnya, yaitu pada tabung beberapa bentuk endapan

maksimal •

Selanjutnya panaskan semua tabung di dalam penangas air.



Amati hasilnya. Pembentukan endapan kekeruhan, palng cepat atau

paling banyak merupakan titik isoelektriknya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Biuret No.

Zat Uji

Hasil Uji Biuret

Polipetida (+/-)

1

Albumin 2 %

Berwarna Ungu

+

2

Gelatin 2%

Berwarna Violet

+

3

Kasein 0.5%

Berwarna Ungu

+

4

Glisin 2%

Berwarna Biru

-

Polipeptida mempuyai perbedaan dengan protein. Polipeptida mempunyai residu asam amino ≤ 100 dan dan bobot mulekul ≤ 6.000. Sedangkan, pada protein residu asam amnionya ≥ 100 dan bobot mulekulnya ≥ 6.000. Pada praktikum ini, zat uji Glisin menunjukkan hasil negatif dengan indikasi terbentuknya warna biru adalah karena tidak adanya ikatan peptida. Glisin adalah salah satu asam amino esenial dengan rumus bangun NH2—CH2CO2H. NH2 NH2 Sedangkan pada Albumin, Gelatin dan Kasein rumus bangunya lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino esensial , sehingga terbentuk ikatan peptida. C=O

C=O

Berikut gambaran proses pembantukan ikatan peptida : NH2 NH2

C=O

NH NH3 +

C=O

Ikatan peptida

NH2

NH2

Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino esensial yang bereaksi.

B. Uji Ninhidrin

No.

Zat Uji

Hasil Uji

Asam amino bebas

Ninhidrin

(+/-)

1

Albumin 2 %

Berwarna Ungu

+

2

Gelatin 2%

Berwarna Ungu

+

3

Kasein 0.5%

Bening

-

4

Pepton 2%

5

Fenilanalina

Berwarna Merah Muda Berwarna Ungu

+

Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Pada praktikum di atas, albumin, gelatin, dan fenilanalina membentuk warna ungu kaena dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Sebaliknya, pada kasein dan pepton tidak diperoleh indikasi terbentuk atau adanya asam amino bebas, karena reaksi dengan ninhidrin tidak berwarna sampai membentuk warna merah muda. Semakin banyak ninhidrin pada zat uji

yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif.

C. Uji Xantoprotein

No.

Asam amino

Hasil Uji

Zat Uji

Xantoprotein

berinti benzena (+/-)

1

Albumin 2 %

Lapisan Jingga

+

2

Gelatin 2%

Bening

-

3

Kasein 0.5%

Lapisan Merah

-

4

Triptofan 2%

Lapisan Kuning

+

Jingga

Ada sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam amino berinti benzena. Seperti fenilanalina, tirosin, albumin, riptofan dan lain sebagainya. Pada praktikum

di

atas,

mengindikasikan

hasil

keduanya

positif

pada

terdapat

zat

inti

uji

benzena,

albumin yaitu

dan

triptofan

dengan

indikasi

terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga. Sedangkan, pada kasein dan gelatin menghasilkan lapisan merah dan bening mengindikasikan negatif. Berikut contoh struktur bangun protein yang berinti benzena :

—CH2CHCO2OH │ NH2 Feinilanalina D. Uji Kelarutan Protein No . 1

Zat Uji Albumin

Akuadestila ta Larut

HCl 10 %

NaOH 40 %

Larut

Tidak Larut

Alkohol 96 % Larut

Kloroform Tidak

Larut 2

Gelatin

Larut

Larut

Tidak Larut

Larut

Tidak Larut

Protein mempunyai kemampuan untuk larut pada beberapa zat pelarut, karena pada dasarnya ia bersifat amfoter. Pada praktikum di atas, protein (albumin dan gelatin) tidak larut hanya pada NaOH 40 % dan kloroform. Karena, keduanya adalah pelarut lemak.

E. UJI Penentuan Titik Isoelektrik Protein

Pengamatan Endapan, sedikit atau

No. Tabung

pH

1

3.8

2

4.7

3

5.0

0; Tidak Ada

4

5.3

0; Tidak Ada

5

5.9

0; Tidak Ada

banyak 0; Endapan

10; Endapan

30; Endapan

Banyak

Banyak

Banyak

0; Endapan

10; Endapan

30; Endapan

Sedikit

Sedikit

Sedikit

10; Tidak

30; Tidak

Ada

Ada

10; Tidak

30; Tidak

Ada

Ada

10; Tidak

30; Tidak

Ada

Ada

Setelah dipanaskanm, hasilnya sama dengan hasil semula.

Pada praktikum di atas, semaikn kecil pH buffer asetatnya, semakin banyak endapannya. Karena pH yang kecil dan benyak membantuk endapan berarti selisih muatan listriknya antara yang positif dan negatif sama. Sehingga, tidak dapat bergerak dan membantuk endapan atau warna keruh. Jadi, pada pH 3,8 dan 4,7 sebagai dua pH terkecil dapat membentuk endapan, karena terbentuk muatan negatif dan positif yang sama.

BAB V KESIMPULAN



Albumin, Gelatin, Kasein positif Polipetida. Sedangkan, Glisin negatif.



Pada Albumin, Geltain, Fenilanalin, terdapat asam amino bebas. Sedangkan Kasein dan Pepton tidak.



Pada Albumin dan Triptofan inti asam aminonya berupa benzena. Sedangkan Gelatin dan Kasein tidak.



Protein (Albumin dan Gelatin) larut pada akuadestilata, HCl 10 %, dan alkohol 96 %. Dan tidak larut pada NaOH 40 % dan kloroform.



Semakin kecil pH Buffer asetat pada uji Isoelektrik, semakin banyak endapan yang terbentuk.

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Kimia Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta. Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung

Related Documents

Protein
April 2020 26
Protein
November 2019 55
Protein
June 2020 23
Protein
June 2020 25
Protein
November 2019 43
Protein
May 2020 21