Prosedur Tehnik Perawatan Dalam Pengedalian Infeksi Di Ruang Isolasi

  • Uploaded by: ely rostina
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Prosedur Tehnik Perawatan Dalam Pengedalian Infeksi Di Ruang Isolasi as PDF for free.

More details

  • Words: 1,575
  • Pages: 31
ProsedurTehnik Perawatan dalam Pengedalian Infeksi Di Ruang Isolasi Ely Rostina TIM PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI (PPI RSKG NY. RA. HABIBIE) 2-1

Pendahuluan Hemodialisa (HD) merupakan unit yang beresiko tinggi terhadap terjadinya penularan bloodborne viruses (Hep B, Hep C dan HIV) baik bagi para pasien maupun petugas, Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) serta penyakit yang ditularkan melalui udara. Infeksi dapat terjadi karena beberapa faktor : aseptic tehnique dalam pemasangan vasculer access, penggunaan vasculer access secara berulang - ulang, pemakaian ruangan & alat-alat secara bersama, minimnya physical barirer diantara pasien , daya tahan tubuh menurun, sering dirawat di RS, kepatuhan petugas dalam menerapkan kewaspadaan isolasi dalam praktek seharihari. Diperlukan adanya program Pencegahan dan pengaendalian Infeksi yang komprehensif, diketahui & diimplementasikan oleh seluruh petugas Perlu adanya Tim PPI sebagai motor penggerak dalam membuat, melaksanakan & mengevaluasi program PPI

Tujuan Sesi : Pada akhir sesi peserta akan dapat  Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

infeksi.  Memahami pentingnya pencegahan & pengendalian infeksi di Hemodialisa.  Mampu mengimplementasikan dalam praktek sehari-hari  Menurunkan/meminimalkan HAIs fokus pada Hep B, Hep C, HIV baik pada pasien maupun petugas  Menurunkan/meminimalkan IADP, dan infeksi pada vasculer acces

2

RANTAI PENULARAN PENYAKIT INFEKSI Agen Penyebab Infeksi Bakteri, Jamur, Virus, Riketsia, Parasit

Pejamu Rentan:

Reservoir:

Immunocompromised; Pasca bedah; Luka bakar; Penyakitkronik;Umur muda; Lansia

Manusia; Air dan Larutan; Obat; Peralatan

Tempat Masuk:

Tempat Keluar:

Lapisan mukosa; Luka; Sal. Cerna; Sal. Kemih; Sal. nafas

Ekskreta; Sekreta; Droplet

Cara Penularan: Kontak; (langsung, tak langsung, droplet; melalui Udara; mel. Benda; Vektor 2-3

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi di HD  Kompetensi petugas belum sesuai  Tindakan insersi dilakukan secara berulang-ulang  Penggunaan sarana & alat-alat secara bersama-sama  Kurangnya fisical barrier di ruang HD  Adanya penyakit penyerta  Daya tahan tubuh pasien menurun  Pasien sering dirawat di RS  Kurang patuhanya petugas dalam menerapkan

kewaspadaan isolasi

Sumber infeksi  2 yang terpenting di RS : orang ( pasien,petugas,pengunjung ) objek yang terkontaminasi ( darah, saliva,sputum,cairan nasal,cairan dari luka,urin dan eksresi )

KEWASPADAAN ISOLASI ( isolation precautions ) kombinasi

 Standard Precautions /Kewaspadaan Standar gabungan dari Universal Precautions/Kewaspadaan Universal Body Substance Isolation/Isolasi zat tubuh  berlaku untuk semua pasien  Transmission-based precautions/ Kewaspadaan berbasis transmisi terhadap pasien ranap dengan tanda infeksi baru ditentukan berdasar kriteria klinis & epidemiologis, sebelum hasil laboratorium mengkonfirmasi diagnosis 2-5

• Prosedur penyaringan pasien di Triase • Pendidikan pasien tentang etiket batuk • Ruang tunggu dengan ventilasi yang baik • Proses percepatan penatalaksanaan pelayanan

• Pelayanan segera • Upaya pengendalian lingkungan • Menjamin pelaksanaan upaya perlindungan diri yang adekuat

• Pelatihan & pendidikan petugas mengenai TB

• Pemeriksaan kesehatan bagi petugas • Monev pelaksanaan Rencana Kerja PPI-TB

Isolasi

transmisi droplet

Tempatkan pasien di kamar tersendiri atau dengan pasien infeksi /terkolonisasi yg sama atau kohort bila tidak memungkinkan dan beri jarak antar pasien 1m Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka Gunakan masker bedah dalam jarak 1 m dari pasien (2 m pada pasien flu burung) Pemindahan pasien : Minimalisasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat proses pemindahan

Edukasi bagi petugas  Jagalah kesehatan pribadi dengan selalu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi dan jangan merokok.  Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.

 Praktekkan etika batuk dan bersin dengan baik. Tutup mulut dan hidung dengan tangan untuk mengurangi penyebaran kuman. Jika menggunakan tisu, buanglah tisu itu sesegera mungkin dan cuci tangan sesudahnya.  Gunakan masker yang menutup hidung dan mulut bila sedang sakit.  Upayakan untuk menghindari kontak dengan orang sakit.  Jika sakit dengan gejala demam, batuk dan kesulitan bernafas segera berobat dan bila mungkin tunda bepergian. 20

Skrining & imunisasi  Rekomendasi CDC : semua pasien HD harus diperiksa

terhadap HBV,HCV,HIV dan TB sebelum dilakukan tindakan HD serta telah mendapat imunisasi HBV, MMR dan DPT  Cek MRSA hanya dilakukan bila diduga atau pada saat KLB  Semua petugas HD telah mendapat imunisasi MMR, DPT dan HBV  Melakukan cek terhadap HBV, anti HBsAg, anti HCV dan screening TB tiap tahun (sesuai dengan regulasi yang berlaku )  Penatalaksanaan terhadap pajanan

Kewaspadaan Di Ruang di Ruang Isolasi Immunokompromise Penempatan pasien : Hepatitis B Di ruangan dengan tekanan positif 

 





termonitor , Ruang khusus pasien hepatitis Penyediaan dan penyimpanan gelas ukur harus terpisah Penggunaan mesin Hemodialisa khusus mesin pasien hepatitis Lakukan skrining hepatitis B setiap 6 bulan -1 tahun sekali Bila tdk memungkinkan single room, lakukan (kohort) 1 mesin khusus pasien hepatitis

2-22

Penempatan pasien hepatitis B  Pasien dengan HBSAg positive dirawat diruang

tersendiri  Alat – alat terpisah  Dialyzer tidak di re use  Petugas tersendiri & sudah mendapat imunisasi

IMUNOKOMPROMISE  Pasien yang karena kondisi medis/status kesehatannya menjadikan lebih/sangat rentan terhadap infeksi sehingga perlu dilindungi dari risiko transmisinya di RS, khususnya pasien dengan Hepatitis B  Pasien berisiko terinfeksi bakteri, jamur, parasit dari kolonisasi endogen(internal pasien) dan dari lingkunga luar (faktor eksternal).  Kewaspadaan standar dan berbasis transmisi secara maksimal  manajemen risiko utama untuk mencegah transmisi.

23

Prinsip Perawatan Pasien  Standar ruangan : Tekanan positif  minimal : clean room  Hindari cross contamination  pengaturan flow  Penggunaan APD sesuai standar untuk mencegah penularan terhadap petugas  Penggunaan masker dan sarung tangan tidak dibawa keluar walaupun hanya sebentar  Edukasi pada pasien dan keluarga  leaflet perawatan isolasi

Tujuan  Memberikan isolasi perlindungan untuk mencegah agar pasien dengan kondisi imunokompromise hepatitis B tidak terkena infeksi rumah sakit yang disebabkan transmisi mikrorganisme pathogen di RS

26

Perawatan Pasien 1.Pengaturan tatalaksana klinis meminimalkan frekuensi • keluar masuk petugas dan jumlah petugas 2. Kebersihan tangan rutin sebelum masuk dan saat keluar ruangan, menggunakan antiseptik handrub berbasis alkohol 70% (handrub standar RS) ;

3. Melakukan prosedur tindakan invasif harus hati –hari untuk pencegah pajanan terhadapa petugas seperti arterial line, IV line, CVC, kateter uretra, intubasi, dll 4. Tindakan medis invasif menggunakan antiseptik

khlorheksidin 0,5%=> wajib memaksimalkan prinsip cleancare dan aseptik (antiseptik, peralatan 5 steril/sekali pakai, barier alat pelindung diri) •

27

Bundle pencegahan HAI’s :  



   

Kebersihan tangan secara efektif menggunakan antiseptik berbasis alkohol 70% atau khlorheksidin 0,5% ; Barier maksimal pada setiap perawatan luka dan tindakan invasif (gaun bersih/steril, sarung tangan steril, masker, topi) ; Penggunaan antiseptik adekuat untuk pembersihan kulit : pembilasan terakhir setelah mandi menggunakan washlap antiseptik ; Observasi dan pengawasan setiap hari seluruh akses invasif (vaskuler line, kateter uretra, dll) ; Segera aff setiap akses invasif bila sudah tidak ada indikasi Pengawasan ketat pada perawatan luka ; Maksimalkan peralatan sekali pakai, dedikasikan seluruh peralatan hanya untuk 1 pasien kecuali 28 sudah didekontaminasi.

Tanda-tanda peringatan untuk r.isolasi perlindungan  Pembatasan petugas hanya yang berkepentingan sesuai indikasi medis dan keperawatannya, maksimal hanya diperkenankan 2orang pada saat yang sama ;  Pembatasan pengunjung maksimal hanya 2 orang untuk indikasi yang jelas, dengan kartu tamu/identitas penunggu secara jelas ;  Pembatasan peralatan di dalam ruangan, hanya yang untuk kepentingan medis dan perawatan ;  Pemasangan label isolasi perlindungan di pintu masuk ruangan dan di folder rekam medis pasien

29

PRINSIP PEMISAHAN & KOHORTING 

Pemisahan area

untuk pasien

 Isolasi dengan ruang anteroom  Alur & proteksi transportasi pasien  Kohorting pasien kondisi sejenis 

Implementasi KS secara ketat

 Edukasi keluarga

30

Standar kondisi lingkungan dan pembersihan ruangan  







Suhu dan kelembaban sesuai standar untuk isolasi perlindungan (suhu <240C, kelembaban <60%), dimonitor setiap shift ; Pembersihan seluruh permukaan lingkungan ruangan dilakukan oleh petugas kebersihan 3x sehari menggunakan desinfektan untuk ruang risiko sangat tinggi Pembersihan permukaan seluruh peralatan medis dan keperawatan yang terdapat di dalam ruangan dilakukan oleh perawat ruangan minimal 2x sehari atau setiap kali digunakan/kotor dan dilabel jam Linen diganti setiap hari atau setiap kali kotor/terkena cairan tubuh, penggantian dengan linen steril yang terjaga kelembabannya ; Penggantian gordyn 1x/bulan, atau setiap kali terlihat kotor atau terkena cairan tubuh

31

Edukasi petugas     

  

Seluruh petugas yang masuk ruangan wajib telah diedukasi Buku Panduan PPI dan SPO terkait siap di ruangan Petugas yang akan memasuki ruangan selalu berkoordinasi dengan perawat jaga/PJ ruangan Jam berkunjung sangat dibatasi, hanya untuk keperluan yang sangat penting ; Perawat jaga mengedukasi pengunjung sebelum memasuki ruang perawatan ; Pengunjung sangat dibatasi hanya yang berkepentingan, menggunakan identitas jelas Pengunjung yang akan memasuki ruangan selalu wajib meminta ijin kepada perawat jaga/PJ ruangan ; Skrining Flu : pengunjung memasuki ruangan selalu diskrining, tidak dalam keadaan infeksi (demam, flu, dll) ; 32

PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR UNIVERSAL PRECAUTION + BSI

 Asumsi semua jenazah

infeksius

 Cuci tangan/hand hygiene  Pakaian kerja & Alat Pelindung Diri (APD)  Disinfeksi  Penanganan linen & limbah infeksius  Kebersihan lingkungan

3 4

SPILL KIT : membersihkan tumpahan darah

Spill kit berisi : 1. 2. 3. 4. 5.

Celemek Kacamata Masker Sarung tangan Tisu / koran bekas / kain bekas 6. Penjepit 7. Plastik Medis 8. Khlorine / Bayclin 9. Sprayer 10. Gelas ukur 11. Lap bersih

Pasien Meninggal di Rumah a. Perawatan jenazah dengan memperhatikan prinsip pencegahan infeksi  Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan  Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)  Pengelolaan alat & lingkungan terkontaminasi

b.Persiapan pemakaman :  Minimalkan kontaminasi  Jenazah di tempatkan dalam peti  tertutup

APD PETUGAS

 Kewaspadaan Isolasi mengalami perubahan  Kewaspadaan Isolasi merupakan bagian dari program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi  Kewaspadaan Isolasi terdiri dari dua lapis: Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan berdasarkan Transmisi  Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan lapis kedua /tambahan dari kewaspadaan standar diterapkan pada pasien yang terinfeksi atau diduga infeksi

44

Related Documents


More Documents from "workshopAMI"