Proposl Martirio Setiawan..docx

  • Uploaded by: Rio Setiawan
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposl Martirio Setiawan..docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,379
  • Pages: 24
PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH NAUNGAN BUATAN PADA PERTUMBUHAN BONGGOL PISANG KATE (Musa Acuminata Cavendish) TERHADAP BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK

Oleh: MARTIRIO SETIAWAN NIM. D1B115231

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALUOLEO 2018

PENGARUH NAUNGAN BUATAN PADA PERTUMBUHAN BONGGOL PISANG KATE (Musa Acuminata Cavendish) TERHADAP BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK

Proposal Diajukan kepada Fakultas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Agroteknologi

Oleh: MARTIRIO SETIAWAN NIM. D1B115231

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALUOLEO 2018

HALAMAN PENGASAHAN

Judul

: Pengaruh Naungan Buatan Pada Pertumbuhan Bonggol Pisang Kate (Musa acuminata cavendish) Terhadap Berbagai Dosis Pupuk Organik

Nama

: Martirio Setiawan

NIM

: D1B115231

Program Studi : Agroteknologi Jurusan

: Agroteknologi Menyetujui, Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Muhidin, M.Si NIP. 19651225 199403 1 008

Dr. Ir. Hj. Sitti Leomo, M.Si. NIP. 19630414 198803 2 001

Mengetahui, Ketua Program Studi Agroteknologi,

Dr. Ir. Terjia Corina Rakian, MP. NIP.19631112198902001

Tanggal Disetujui:

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehigga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Pengaruh Naungan Buatan Pada Pertumbuhan Bonggol Pisang Kate (Musa acuminata cavendish) Terhadap Berbagai Dosis Pupuk Organik”. Proposal

penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Agroteknologi Fakultas pertanian Universitas Halu Oleo. Dengan selesainya penulisan proposal penelitian ini tentu tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari semua pihak, baik moril ataupun materil untuk itu ucapan terimah kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan bantuan pada saat penyusunan proposal ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis juga menerima segala masukan dari semua pihak demi perbaikan proposal penelitian ini selanjutnya.

Kendari, September 2018

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... I. PENDAHULUAN ....................................................................................... A. Latar Belakang ..................................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................ C. Tujuan dan Kegunaan .......................................................................... II.TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. A. Deskripsi Teori ..................................................................................... B. Kerangka Pikir ..................................................................................... C. Hipotesis............................................................................................... III. METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................ A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... B. Bahan dan Alat ..................................................................................... C. Rancangan Penelitian ........................................................................... D. Prosedur Penelitian............................................................................... E. Variabel Penelitian ............................................................................... F. Analisis Data ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pisang merupakan salah satu tanaman yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan karena di seluruh dunia hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang (Komaryati dan Adi, 2012). Pengembangan komoditas pisang bertujuan memenuhi kebutuhan akan konsumsi buah pisang selain itu karena pisang juga memiliki gizi yang tinggi. Buah pisang mengandung gizi cukup tinggi, kolesterol rendah serta vitamin B6 dan vitamin C tinggi. Zat gizi terbesar pada buah pisang masak adalah kalium sebesar 373 miligram per 100 gram pisang, vitamin A 250-335 gram per 100 gram pisang dan klor sebesar 125 miligram per 100 gram pisang. Pisang juga merupakan sumber karbohidrat, vitaminn A dan C, serta mineral. Komponen karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah pati pada daging buahnya, dan akan diubah menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang matang (15-20 %) (Ismanto, 2015). Produksi tanaman pisang di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar 288.804 kuintal dan tahun 2016 sebesar 384.582 kuintal (BPS SULTRA, 2017). Salah satu cara untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi pisang di Sulawesi tenggara demi mencegah terjadinya penurunan produksi pisang maka perlu dilakukan perbanyakan bibit pisang. Tanaman pisang pada umumnya selalu dilakukan secara vegetatif, yaitu dengan menggunakan anakan (sucker) yang tumbuh dari bonggolnya (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Metode belahan bonggol (bit) adalah metode perbanyakan tanaman pisangdengan memanfaatkan bonggol dari tanaman pisang yang dibelah-belah sesuai matatunasnya. Bibit dari belahan bonggol (bit) memiliki kelebihan antara lain dalamwaktu yang singkat dapat menghasilkan bibit yang seragam dalam jumlah banyak.Perbanyakan bibit dari bonggol dapat memanfaatkan bonggol sisa tebangansehingga biaya relatif murah. Permasalahan dalam perbanyakan menggunakanbonggol adalah seringnya bonggol gagal membentuk tunas baru akibat lamanyapembentukan akar dan kuncup lateral yang ditutupi oleh kulit bonggol yang tebal (Mukhtasar, dkk., 2004) Pupuk organik adalah salah satu jenis pupuk yang ramah lingkungan yang berbentuk padat dan cair yang berasal dari tanaman atau hewan. Pupuk organik digunakan sebagai pengganti dari penggunaan pupuk organik yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta secara ekonomis jauh lebih terjangkau dari pupuk anorganik dan mengurangi biaya produksi pertanian (Lingga, 2007). Pupuk organik dapat meningkatkan C-organik tanah dan menyediakan nutrisi bagi tanaman. Yuliana et al. (2015), melaporkan bahwa pemanfaatan pupuk organik juga sangat penting untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan menyuplai unsur hara bagi tanaman. Pemupukan merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam memaksimalkan hasil tanaman. Menurut Wijaya (2008), pemupukan dilakukan sebagai upaya untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman agar tujuan produksi dapat dicapai.

Pupuk organik berperan penting dalam memperbaiki pertumbuhan tanaman dan meningkatkan peroduksi tanaman. Sedangkan pengaruh naungan terhadap tanaman disamping mengurangi cahaya matahari yang tiba di permukaan, dapat juga mempengaruhi iklim mikro tanaman. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh naungan buatan pada pertumbuhan bonggol pisang kate (Musa acuminata cavendish) terhadap berbagai dosis pupuk organik.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh beberapa dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan bonggol pisang kate (Musa Acuminata Cavendish) pada naungan buatan? 2. Jika ada, dosis manakah yang memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan bibit pisang kate (Musa Acuminata Cavendish) pada naungan buatan? C. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh naungan buatan pada pertumbuhan bonggol pisang kate (Musa acuminata cavendish) terhadap berbagai dosis pupuk organik.

Kegunaan dalam penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya terkait tentang pengaruh naungan buatan pada pertumbuhan bonggol pisang kate (Musa acuminata cavendish) terhadap berbagai dosis pupuk organik serta

dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi petani dan pemerintah tentang penggunaan beberapa dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan bonggol pisang kate (Musa Acuminata Cavendish) pada naungan buatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Botani Tanaman Pisang Pisang merupakan tanaman monokotil dan herba perennial dengan tinggi 29 m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai pucuk yang menghasilkan rhizom pendek dan tunas yang berada dekat induk. Pisang merupakan tanaman partenokarpi yang berkembang biak dengan rhizom. Tananaman pisang oleh Linneus dimasukkan kedalam keluarga Musaceae untuk memberikan penghargaan kepada Antonius Musa (Nakasone, H.Y, and R.E. Paull, 1998). Klasifikasi tanaman pisang cavendish menurut (Stover, R.H. dan Simmonds, N.W. 1987) adalah sebagai berikut : Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Famili

: Musaceae

Genus

: Musa

Species.

: Musa acuminata

Ploidi.

: Triploid A (AAA)

Varietas

: Cavendish.

2. Morfologi Tanaman Pisang Akar utama memiliki ketebalan sekitar 5-8 mm berwarna putih ketika muncul dan sehat. Kemudian dari beberapa akar utama akan berkembang akar sekunder dan tersier, yang terakhir akan semakin tipis dan lebih pendek dari akar utama. Akar sekunder berasal dari protoxilem dekat ujung akar dan terus berkembang melewati tanah. Beberapa jarak di belakang ujung akar pada perkembangan akar utama dihasilkan rambut akar yang bertugas dalam pengambilan air dan mineral (Robinson, 1999). Batang pisang dibedakan menjadi dua macam yaitu batang asli yang disebut bongol dan batang semu atau juga batang palsu. Bongol berada di pangkal batang semu dan berada dibawah permukaan tanah serta memiliki banyak mata tunas yang merupakan tempat tumbuhnya akar (Rukmana, 2006). Batang semu terbentuk dari pelepah daun yang membesar dipangkalnya dan mengumpul membentuk struktur berselang- seling sehingga tampak sebagai batang (pseudo stem). Batang pisang yang sebenarnya berada di tanah dan terkadang muncul ke permukaan tanah berbentuk umbi yang tumbuh akar dan tunas. Secara umum batang terdiri atas epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat stomata (Nakasone, 1998). Secara fisiologis pisang mempunyai daun yang berwarna hijau tua ketika dewasa dan berwarna hijau muda pada daun yang masih muda kecuali untuk beberapa spesies. Daun pisang mempunyai bercak merah pada lembaran daun dan ibu tulang daunnya. Daun pisang pada waktu muda menggulung, sedangkan daun yang telah dewasa berbentuk lonjong dan pertulangan daunnya menyirip.

Perlekatan daun pisang pada batang membentuk roset batang. Daun pisang memiliki helai daun lebih panjang dari tangkai daunnya (Subartento, 2006). Bunga merupakan alat reproduksi pada tumbuhan pisang, Bunga pisang terdiri dari dua baris bunga pertama dan disusul bunga jantan. Memiliki tangkai buah yang panjang tangkainya mencapai 1,5 m. Perkembangan buah disusun pada lapisan epidermis dan aerenkim, serta daging menjadi mesocarp (Nakasone, and Paull, 1998). 3. Syarat Tumbuh Tanaman Pisang

Pisang dapat ditanak didataran rendah hangat bersuhu 21ºC - 32ºC dan beriklim lembab. Walaupun demikian, pisang masih dapat berkembang baik sampai pada ketinggian 1.300 m dpl. Topografi yang dikehendaki tanaman pisang berupa lahan datar dengan kemiringan 8º. Pertumbuhan optimal pisang dicapai didaerah yang bercurah hujan lebih dari 2.000 mm yang merata sepanjang tahun. Didaerah yang mempunyai musim kering lebih dari 4 – 5 bulan, pisang masih bisa tumbuh baik asalkan air tanahnya maksimal 150 cm dibawah permukaan tanah. Keasaman tanah (pH) yang dikehendaki pisang adalah 5,5 – 7,5 (Nashar, 2015). 4. Pupuk Organik

Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah melalui pembentukan struktur dan agregat tanah yang mantap dan berkaitan erat dengan kemampuan tanah mengikat air, infiltrasi air, mengurangi resiko terhadap ancaman erosi, meningkatkan kapasitas pertukaran ion dan sebagai pengatur suhu tanah yang

semuanya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman (Kononova, 1999). Salah satu pupuk yang digunakan ialah pupuk gaksi. Pemanfaatan pupuk organik lain seperti pupuk kandang juga dapat membantu proses dekomposisi. Karena selain mengandung hara terutama nitrogen, pupuk kandang juga mengandung mikroba dekomposer. Selain itu pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah seperti meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi tanaman dan mencegah hilangnya hara (pupuk) dari dalam tanah akibat proses pencucian oleh air hujan atau air irigasi (Hardy guchi, 2016). Majiyo (2018) menyatakan bahwa aplikasi pupuk anorganik maupun organik serta kombinasi di antara keduanya memberikan manfaat positif, khususnya terhadap perbaikan pertumbuhan dan hasil cabai. Menurut penelitian Siregar dan Hartatik (2010) dari Balai Penelitian Tanah, pupuk organik dapat mengefisienkan pupuk anorganik (NPK) sekitar 25 sampai 50%, walaupun sumbangan hara N, P, dan K dari pupuk organik relatif kecil sekitar 5-10%, tergantung dari tingkat mineralisasi dari pupuk organik tersebut. Hal ini berarti 20% sampai 40% penyediaan hara N, P dan K berasal dari perbaikan sifat fisik tanah dan biologi tanah. 5. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan Pisang Kate (Mussa acuminata cavendish) Cahaya matahari merupakan sumber energi untuk proses fotosintesis. Serapan cahaya matahari oleh tajuk tanaman merupakan faktor penting yang menentukan fotosintesis untuk menghasilkan asimilat bagi pembentukan bunga,

buah dan biji. Cahaya matahari diserap tajuk tanaman secara proposional dengan total luas lahan yang dinaungi oleh tajuk tanamn. Jumlah, sebaran, dan sudut daun pada suatu tajuk tanaman menentukan serapan dan sebarancahaya matahari sehingga mempengaruhi fotosintesis dan hasil tanaman (Harsanti, 2011) Pemberian naungan dapat mempengaruhi kadar antosianin pada beberapa tanaman, seperti pada tanaman kedelai, tanaman daun dewa dan tanaman daun jinten. Pada tanaman kedelai pigmentasi antosianin meningkat pada persentase naungan yang semakin tinggi (Lamuhuria et al., 2006), sedangkan pada beberapa klon daun dewa yang tumbuh pada kondisi 100% cahaya menghasilkan kadar antosianin yang tidak berbeda nyata (Ghulamahdi et al., 2006). Tanaman daun jinten (Urnemi et al., 2002), kadar kumarat dan fanilat tertinggi terdapat pada naungan 75%. Kekurangan cahay matahari dan air sangat mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuha. Klorofil terbuat dari hasil-hasil fotosintesis. Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat membentuk klorofil sehingga daun menjadi pucat. Akan tetapi, jika intensifitas cahaya terlalu tinggi, klurofil akan rusak (Lukitasari, 2011). Levit (1980) dalam Sopandie et al., 2003 menyatakan bahwa adaptasi terhadap naungan dicapai melalui: (1) mekanisme penghindaran (avoidance), yang berkaitan dengan perubahan anatomi dan morfologi daun untuk fotosintesis yang efesien dan (2) mekanisme toleran (tolerance) yang berkaitan dengan penurunan titik kompensasi cahaya serta respirasi yang efesien.

Perbedaan berat basah dan berat kering daun mungkin disebabkan karena adanya perbedaan luas daun yang disebabkan karena pemberian intensitas cahaya matahari, dimana pada pemberian intensitas cahaya matahari tinggi, akan menyebabkan daunnya tanaman lebih luas, sedang pada intensitas cahaya matahari

rendah

akan

menyebabkan

daun

tumbuhannya

lebih

sempit.

Kemungkinan lain yang menyebabkan perbedaan berat basah dan berat kering daun ini diduga ada hubungannya dengan jumlah daun yang terbentuk, sehingga akan berbeda pula berat basah dan berat kering daunnya (Parman, 2010). B. Kerangka Pikir Pisang adalah komoditi pangan ke empat terpenting di dunia setelah beras, gandum dan susu. Pisang juga merupakan komponen makanan/buah yang aman untuk konsumsi dan secara nasional permintaan akan buah pisang terus meningkat dari tahun ketahun. Indonesia memiliki hampir 20 juta hektar lahan yang sangat cocok untuk ditanami pisang dan pisang juga dapat tumbuh disemua daerah baik tropis maupun sub tropis, sehingga hal ini menunjukkan pisang menduduki tempat pertama diantara jenis buah-buahan lainnya yang ada di Indonesia, baik dari segi sebaran, luas pertanamannya maupun dari segi produksinya. Namun demikian secara umum produktivitas pisang yang dikembangkan masyarakat masih sangat rendah, padahal potensi produktivitasnya bisa mencapai 35-40 ton/ha. Kesenjangan produktivitas tersebut disebabkan teknik budidaya tidak tepat dan tingginya gangguan hama dan penyakit terutama oleh serangan dua penyakit paling berbahaya dan mematikan yaitu penyakit layu bakteri atau penyakit darah dan penyakit layu fusarium. Menurut Ploetz (2006) layu fusarium

pada tanaman pisang yang disebabkan oleh cendawan tular tanah Fusarium oxysporum Schlect f. sp. cubense (E. F. Smith) Snyder & Hansen (Foc) pertama kali ditemukan di Queensland, Australia oleh Bancroft pada tahun 1876. Di Indonesia, penyakit ini dilaporkan menghancurkan ribuan hektar pertanaman pisang baik perkebunan pisang komersial maupun pertanaman pisang rakyat (Nurhadi et al. 1994; Nasir et al. 2005). Upaya peningkatan produksi pisang banyak menghadapi kendala, terutama masalah penyakit tanaman. Salah satunya adalah penyakit busuk hati di pembibitan pisang, yang dapat menyebabkan kerugian mencapai 40% (Perez and Vicente, 2003). Pisang (Musa Acuminata Cavendish)

Lahan marginal

Produktivitas rendah

Produktivitas tetap dipertahankan

Pertumbuhan pada berbagai tingkat naungan

Pertumbuhan menjadi lebih baik

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian

pupuk organik gaksi

C. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada efektivitas dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit pisang kate(Musa Acuminata Cavendish). 2. Minimal terdapat satu dosispupuk organik yang efektif terhadap pertumbuhan bibit pisang kate(Musa Acuminata Cavendish).

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan di laksanakan di Laboratorim Lapangan Percobaan 2, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Waktu pelaksanaan penelitian akan dimulai dari bulan september sampai dengan bulan desember 2018. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bonggol pisang cavendish yang sehat, polibeg, tanah, air bersih dan pupuk organik serta bahan-bahan lainnya yang diperlukan. Alat yang akan digunakan yaitu parang, pisau cuter, cangkul,

patiba,

baskom, gelas ukur ukuran, waring net, mistar, alat tulis menulis, kamera serta alat-alat lainnya yang diperlukan. C. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan pola dua faktor yang terdiri dari kontrol (A0 atau tanpa pupuk organik) dan3 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan sehingga diperoleh 12 unit percobaan. Dalam 1 unit percobaan terdapat 3 polibeg, sehingga secara keseluruhan terdapat 36 polibag. Adapun perlakuan yang dicobakan yaitu: 1. Pupk organik0.0 gram /l(A0) 2. Pupk organik 12.5 gram/l(A1) 3. Pupk organik 25gram /l(A2) 4. Pupk organik 33.5 gram /l (A3)

D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Media Tanam Media tanam yang disiapkan yakni media tanah yang telah di campur pupuk organik kandang sapi perbandingan 2:1 kemudian media dimasukan dalam polibeg. 2. Persiapan Bonggol Bongkol pisang Cavendish yang sehat diambil dengan ciri-ciri tanaman tidak terserang penyakit dan tidak busuk baik batang maupun bonggolnya. Setelah dipilih, bonggol diambil dari tanah secara hati-hati agar mata tunas tidak rusak dengan menggunakan linggis atau patiba. 3. Pembersihan Bonggol Bonggol pisang yang telah diambil dihilangkan akar dan tanahnya yang menempel lalu di cuci dengan air bersih. Hal ini dilakukan untuk mempermuda pengambilan mata tunas pada bonggol. 4. Pengambilan Mata Tunas pada Bonggol Pengambilan mata tunas pada bonggol yaitu memotong bonggol menjadi beberapa bagian sesuai jumlah mata tunas. 5. Perendaman Bonggol dengan Fungisida Bonggol yang telah di potong sesuai jumlah mata tunas di rendam dalam fungisida folicur yang telah di campur air dengan dosiskemudian dibiarkan selama 15 menit.

6. Penanaman Bonggol Bonggol ditanam pada media yang telah disiapkan. Penanaman dilakukan dengan posisi tegak dengan polibag. Kemudian polibag yang telah ditanam bonggol diletakan pada tempat yang teduh/naungan. 7. Pengaplikasian Pupuk Organik Pengaplikasian

pupuk

organik

yaitu

dilakukan

sekali

seminggu.

Pengaplikasian pupuk organic yaitu dengan cara ditaburkan pada sekitar daerah perakaran bonggol pisang kate (Musa Acuminata Cavendish). 8. Perawatan Perawatan yang dilakukan yaitu dengan cara menjaga kelembaban tanah dengan cara penyiraman pada pagi dan sore hari, dan membersihkan gulma yang tumbuh pada polybag. E. Variabel Penelitian 1. Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan tinggi tunas dilakukan3 MST, 6 MST, 9 MST dan 12 MST.Penghitungan tinggi tunas dilakukan dengan mengukur tinggi tunas dari permukaan media tanam sampai ujung daun tertinggi. 2. Jumlah daun (helai) Pengamatan jumlah daun dilakukan3 MST, 6 MST, 9 MST dan 12 MST dengan menghitung daun yang telah membuka sempurna.

3. Luas daun (cm) Luas daun diukur dengan menggunakan rumus: Luas Daun = p x l x k. Keterangan: p = panjang daun. l = lebar daun K= konstanta Pengamatan jumlah daun dilakukan 3 MST, 6 MST, 9 MST dan 12 MST.Panjang daun diukur dari pangkal lembar daun sampai ujung lembar daun,sedangkan untuk lebar daun diukur lebar daun yang terlebar. F. Analisis Data Data hasil pengamatan terhadap masing-masing variabel di analisis dengan menggunakan metode sidik ragam berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK)apa bila F hitung lebih besar dari F table maka di lanjutkan dengan uji BNT pada taraf 95 % untuk melihat pengaruh perbedaan antar perlakuan.

DAFTAR PUSTAKA.

BPS SULTRA, 2017. Produksi buah-buahan menurut kabupaten/kota dan jenis sayuran dipropinsi Sulawesi tenggara(kuintal). Dinas pertanian melalui survei pertanian hortikultura/(Agriculture department through Agriculture survey for horticulture. Hardy Guchi, Hamidah Hanum, dan Jamilah. 2016. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Organik terhadap Sifat Kimia Tanah di Lahan Sawah dengan Sistem Tanam SRI dan Konvensional. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Lahan Sub optimal ISBN: 979-587-659-7 Ismanto, H. 2015. Pengolahan tanpa limbah tanaman pisang. Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian. Balai Besar Pelatihan Pertanian. Batangkaluku. Joko Haryono, Nur Prihatiningsih, Rahman A. Wardhana 2008. Pengaruh Pemasteuran Tanah Tunggal Atau Digabung Agensia Hayati Terhadap Penyakit Busuk Hati Di Pembibitan Pisang. Jurnal Agrin Vol. 12, No. 2, ISSN: 1410-0029 Mujiyo, Hery Widijanto, Aktavia Herawati, dan Fatchur Rochman, 2018. Potensi Lahan Untuk Budidaya Pisang Di Kecamatan Jenawi Karanganyar. Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Journal of Sustainable Agriculture. 32(2), 142-148. Mukhtasar, Fahrurrozi dan Hanom, 2004. Pertumbuhan bit pisangambon curup padaberbagai konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan asam salisilat.Jurnal Akta Agrosia. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. 7 (2): 67 -7. Nakasone, H.Y, and R.E. Paull. 1998. Tropical Fruits. Centre for Agriculture and Bioscience (CAB) International. London. 400 p. Nashar H. 2015. Prospek jenis tanaman pisang untuk dilakukan oleh kelompok usaha tani. Iqtishadia Vol . 2 (1). Nurshanti, D.F. 2011. Pengaruh beberapa tingkat naungan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman seledri (Apium graveolens L.) di polibag. AgronobiS, 3(5): Parman, S. 2010. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Produksi Umbi Tanaman lobak (Raphanus sativus L) . Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XVIII, No. 2. Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi F. MIPA Universitas Diponegoro. Semarang.

Pujiasmanto, B., P. Sunu, Toeranto dan A. Imron. 2009. Pengaruh macam dan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Jurnal Ilmu tanah dan Agroklimatologi, 6 (2) : 81-90. Robinson, J. C. 1999. Bananas and plantains. centre for agriculture and bioscience (CAB) International. London. Rukmana. R, 2006. Usaha tani pisang. Kanisius. Jakarta. Stover, R.H. dan Simmonds, N.W. 1987. Bananas, Tropical Agricultura Series. Essex UK: Longman Scientific and Technical. Hal. 86-101. Subartento, 2006. Kimia makanan. Institut Teknologi Bandung, Bandung Suyanti dan Supriyadi, A, 2008, Pisang budi daya pengolahan dan prospek pasar, Penebar Swadaya, Jakarta. Yuliana, A.I., T. Sumarni, and T. Islami. 2015. Alication of bokashi and sunn hemp ( Crotalaria juncea L.) to improve inorganic fertilizer efficiency on maize (Zea mays L.). Journal of Degraded and Mining Lands Management, 3 (1): 433-438. Harsanti, Restiani, 2011. Potensi Hasil Tanaman Padi Gogo yang Berasosiasi dengan Bakteri Fotosintetik Synechococcus sp. Pada lingkungan yang terpapar Berbagai Tingkat Penaungan.

LAMPIRAN

KELOMPOK I

KELOMPOK II

KELOMPOK III

A3

A4

A0

T1

A2 T1

T2

T3

T1

A0 T2

T2

T3

T1

T2

T3

T1

T2

T2

T3

T2

T3

T1

T2

T3

T2

A2 T3

T1

A2 T3

T1

A0 T1

T1

A3

A1 T1

T3

A3

A4 T1

T2

T2

T1

T2

T3

T1

T3

T1

T1, T2, dan T3= Tanaman satu, Tanaman dua dan Tanaman tiga A3= 1,25 ml/l

T2

T3

A1

KETERANGAN

A0= control

T3

A4

A1 T3

T2

T2

T3

A1= 0,75 ml/l A2= 1,5 ml/l

A4= 3 ml/l

Related Documents


More Documents from ""