A.
JUDUL Peran Pembelajaran Seni Tari Dengan Pendekatan Tematik Guna
Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini Di TK IT Al-Khairat Yogyakarta B.
LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran seni tari untuk anak usia dini memiliki tujuan praktis di dari
aspek Kognitif adalah : 1. Mengerti konsep anggota tubuh, 2. Mengetahui dan memahami hasil seni budaya, dari aspek Afektif adalah : 1. Receiving : kesadaran untuk memperhatikan, 2. Responding : aktif berpartisipasi, terlibat dalam interaksi sosial, 3. Etika, dari aspek Psikomotorik adalah : 1.
Berkemampuan untuk
bergerak, 2. Mampu melakukan koordinasi antar anggota tubuh, 3. Mampu melakukan konsep arah gerak dengan benar. Dari tujuan tersebut, secara umum melalui pelajaran seni yang mulai diberikan kepada anak dari usia dini, diharapkan dapat membantu pembentukan karakter dan multi kecerdasan anak. Salah satu kecerdasan yang dapat berpengaruh pada pembentukan karakter anak adalah rasa percaya diri. Kepercayaan diri merupakan kualitas mental yang diperoleh dari proses belajar dan pemberdayaan. Lingkungan dan peranan orang – orang sekitar menjadi faktor penyebab tinggi-rendahnya rasa kepercayaan diri seorang anak. Masa anak usia dini merupakan salah satu periode yang sangat penting, karena periode ini merupakan tahap perkembangan kritis. Pada masa inilah kepribadian anak mulai dibentuk. Pengalaman – pengalaman yang terjadi masa ini cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap anak sepanjang hidupnya.
Rasa percaya diri pada anak menjadi penting karena anak yang memiliki kepercayaan diri yang bagus akan berpeluang untuk meraih kesuksesan sesuai dengan keiginannya. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi orang tua, guru dan sekolah. Peningkatan rasa percaya diri anak dapat di kembangkan lewat pembelajaran seni tari dengan proses belajar melalui seni, belajar dengan seni dan belajar tentang seni melalui kegiatan melihat, mendengar, berfikir, merasakan, dan membuat karya seni. Lewat pembelajaran seni tari, anak di latih untuk tampil di hadapan teman – teman, aktif berpartisipasi, terlibat dalam interaksi sosial. Salah satu TK yang mengembangkan ekstrakulikuler seni tari yaitu TK IT Al-Khairat Yogyakarta. Kelas yang digunakan cukup luas dan nyaman, akan tetapi dari hasil observasi awal di menunjukkan banyak anak yang tidak memperhatikan pengarahan dari guru, dan masih banyak dari mereka yang pasif, malu, dan tidak mau terlibat dalam kegiatan menari bersama teman-temannya yang lain. Guru juga tidak memberikan perhatian khusus kepada anak yang pasif karena waktu yang terbatas dan karena materi pelajaran yang harus di selesaikan tepat pada waktunya. Metode pengajaran yang diterapkan oleh guru juga terbilang monoton dan tidak menarik perhatian anak untuk mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Beberapa anak sibuk dengan permainan mereka dan hanya mengobrol dengan teman – temannya yang lain. Guru hanya terfokus dalam memberikan materi tetapi tidak aktif mengajak anak untuk turut terlibat.Maka dari itu dibutuh strategi khusus yang dapat menarik perhatian dan minat anak untuk mau aktif berpartisipasi, mau berinteraksi dan percaya diri untuk tampil. Untuk anak usia dini, teknik pembelajaran harus di bangun dengan suasana bermain, dalam
kaitannya dengan kegiatan menari , pemilihan gerak dan lagu sangat mempengaruhi ketertarikan mereka. Oleh karena itu peneliti ingin
mencoba
meneliti tentang peran pembelajara seni tari dengan pendekatan tematik guna meningkatkan kepercayaan diri anak usia dini di TK IT Al-Khairat Yogyakarta.
C.
IDENTIFIKASI DAN BATASAN MASALAH Dari uraian latar belakang penelitian diatas maka dapat diidentifikasikan
bahwa pembelajaran seni tari di TK IT Al-Khairat Yogyakarta belum seoptimal yang diharapkan. Setelah observasi awal dan pengumpulan informasi dari guru mata pelajaran maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu : 1. Dari Sisi Proses Pemberian materi belum seoptimal yang diharapkan, guru hanya menerangkan materi pelajaran secara singkat dan tidak mendetail sehingga anak tidak tertarik dan cenderung pasif. 2. Dari Sisi Produk Dari sisi produk, hasil karya seni anak tidak memiliki wadah yang tepat sehingga potensi dan minat anak tidak dapat di salurkan dan dikembangkan lebih jauh. Maka agar pembahasan permasalahan ini dapat lebih mendalam , sistematis, dan mengenai sasaran, maka permasalahan yang luas diatas dibatasi
pada peran pembelajaran seni tari dengan pendekatan tematik guna meningkatkan kepercayaan diri anak di TK IT Al-Khairat Yogyakarta. D.
RUMUSAN MASALAH Sesuai dengan pembatasan masalah diatas, maka masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Apakah pembelajaran seni tari dengan pendekatan tematik dapat memberikan pengaruh terhadap rasa percaya diri anak di TK IT AlKhairat Yogyakarta?
2.
Apakah terdapat perubahan positif pada tingkatan rasa percaya diri anak yang di ajar dengan menggunakan pendekatan tematik yang dilakukan di TK IT Al-Khairat Yogyakarta dalam pembelajaran seni tari?
E.
TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : 1.
Mengetahui pengaruh pembelajaran seni tari dengan menggunakan pendekatan tematik terhadap rasa percaya diri anak di TK IT AlKhairat Yogyakarta
2.
Mengetahui perubahan positif terhadap tingkatan rasa percaya diri anak yang di ajar dengan menggunakan pendekatan tematik yang dilakukan di TK IT Al-Khairat Yogyakarta dalam pembelajaran seni tari.
F.
MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat untuk berbagai
pihak yang terkait dengan masalah pembelajaran anak usia dini. 1.
Anak atau Peserta Didik Manfaat yang diperoleh bagi peserta didik adalah pengalaman belajar yang
baru dan bervariasi hendaknya memberi semangat dalam
mengikuti pelajaran selanjutnya.Dengan penelitian ini diharapkan anak dapat memahami pentingnya rasa percaya diri sehingga anak dapat mengembangkan kemampuannya. 2.
Guru Manfaat dari penelitian ini bagi guru adalah dapat dijadikan acuan dalam menghadapi masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa, khususnya yang berhubungan dengan rasa percaya diri. Kepercayaan diri anak juga dapat meningkat dan dapat berpengaruh dalam hasil belajar baik prestasi akademik maupun non akademik di bidang seni tari atau bidang yang lainnya.
3.
Sekolah Diharapkan prestasi anak dapat dengan mudah tercapai dalam bidang non akademik maupun akademik dengan peningkatan kepercayaan diri anak.
4.
Mahasiswa Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman bagi penulisan karya selanjutnya dan dapat dijadikan bekal dalam pengalaman di lapangan dan di dalam dunia pendidikan kelak.
G.
KERANGKA TEORI
1.
Pembelajaran Seni Tari Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:23) dijelaskan : Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan pada orang lain supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang belajar. Keberhasilan suatu pengajar tidak hanya terlihat dari hasil belajar yang dicapai, namun lebih dititik beratkan pada proses belajar itu sendiri , karena suatu hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Menurut Mulyasa (2002:100) pada hakekatnya pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Sesuai dengan pendapat Muhammad (2004:3) yang mengatakan bahwa hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behaviora change) pada diri individu yang belajar. Pembelajaran merupakan sebuah proses yang secara umum dan khusus adalah untuk membantu seseorang untuk berubah dalam hal tingkah laku atau pola pikir. Kegiatan belajar ini di berikan kepada seorang anak mulai usia dini dan berlanjut hingga ia dewasa. Belajar bukanlah suatu
kegiatan yang memiliki batas ruang dan waktu, jadi siapapun, kapanpun dan dimanapun seseorang berada maka ia dapat belajar. Pembelajaran seni memiliki peran penting dalam hal pendidikan. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mewajibkan kurikulum pendidikan dasar dan menengah untuk memuat seni dan budaya (UU RI, 2003). Peran pendidikan seni antara lain untuk menumbuhkan kepekaan perasaan terhadap nilai-nilai estetis, etis, logis, mengaktualisasi, dan ekspresi diri individu, apresiasi keberagaman seni dan budaya, membantu tumbuh kembang fisik dan psikologis secara seimbang, menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas budaya bangsa, dan membantu pelestarian kesenian itu sendiri. Lansing (1976:287) menyatakan bahwa pendidikan seni bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan , kepribadian dan keterampilan, diselaraskan dengan perkembangan fisik, mental, dan emosional anak. Ia juga menyatakan bahwa lingkungan dan kebudayaan sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan dan perkembangan seni anak. Kreatifitas, minat dan potensi secara tidak langsung
berkaitan
dengan seni, lewat pelajaran seni yang mulai diberikan kepada anak dari usia dini dapat membantu permbentukan karakter dan multi kecerdasan. Dengan menggambar, melukis, bereksperimen dengan warna, ungkapan nada dan melodi mereka dalam musik, dan setiap ekspresi gerak pribadi
anak dalam tari, membantu mengembangkan dan mengasah kreatifitas anak, menjadi wadah ide dan luapan perasaan pribadi mereka. Belajar menari memberikan keseimbangan belahan otak kanan dan otak kiri anak, hal ini selaras dengan pemikiran Goldbergh (2000) bahwa kemampuan anak dapat dikembangkan melalui seni (learning throught art), belajar dengan seni (learning abaout art) dan belajar tentang seni (learning with art). Dalam hal ini karya seni menguntungkan semua aspek perkembangan kreativitas anak. Belajar menari bukan hanya kegiatan hiburan atau mengisi waktu senggang saja, kegiatan ini memiliki banyak manfaat dan keuntungan, hanya saja terkadang orang tua , guru atau pihak sekolah sering menyepelekan dan tidak mengerti konsep serta tujuan dari kegiatan menari tersebut. Saat anak menari, mereka bereksperimen dengan pola lantai dan bentuk tubuh. Mereka menggunakan selendang atau bunga untuk membuat pilihan, mencoba ide, rencana, dan eksperimen. Mereka mempelajari tentang sebab-akibat saat merangkai gerak, melalui mencoba dan gagal, mereka
belajar
menyumbangkan.
Melalui
seni,
anak
belajar
mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan mereka terhadap dunia. Seni merupakan media yang membiarkan anak-anak merubah apa yang tidak bisa mereka ucapkan dengan kata-kata tetapi dapat mereka sampaikan lewat berbagai karya seni yang memberikan rasa percaya diri dan kebanggaan pada mereka.
Keberhasilan proses pembelajaran tari akan terlihat dari tingkat kecerdasan emosional , intelektual, kreatifitas, sosial, dan moral anak. Dengan rancangan program pembelajaran yang kreatif serta dukungan dari pihak sekolah, orang tua dan guru yang telah bersungguh-sungguh telah berupaya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, maka hasil dari pembelajaran tari akan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.
Perkembangan Anak Menurut Yusuf Syamsu ( 2001: 15) , perkembangan adalah perubahan – perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya
atau
kematangannya
(maturation)
yang
berlangsung secara sistematis , progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Adapun menurut Oemar Hamalik ( 2004: 84 ) , perkembangan merujuk pada perubahan yang progresif dalam organisme bukan saja perubahan dalam segi fisik (jasmaniah) melainkan juga dalam segi fungsi, misalnya kekuatan dan koordinasi. Perubahan – perubahan dalam perkembangan anak merupakan hasil dari proses-proses biologis , kognitif, dan sosio-emosional yang saling berkaitan. Proses biologis meliputi perubahan pada sifat fisik individu yang semakin bertambah usia akan mengarah pada kematangan. Untuk proses
kognitif meliputi perubahan pada pemikiran, intelegensi dan bahasa anak, sedangkan proses sosio-emosional meliputi perubahan pada relasi anak dengan orang lain, serta perubahan emosi dan kepribadian yang menyertainya. Dengan demikian, perkembangan secara umum merupakan proses perubahan. Proses perubahan pada anak – anak terjadi dengan sangat cepat , terutama pada periode tertentu. Perkembangan seorang anak tidak terlihat lewat perubahan fisik , tetapi juga perubahan dalam segi lain seperti berfikir , berperasaan, dan bertingkah laku menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif , dan berkesinambungan. Santrock (1995) menggambarkan perkembangan dalam beberapa tahap yang disebut tahapan perkembangan. Tahapan perkembangan meliputi urutan sebagai berikut : periode prakelahiran, masa bayi, masa kanak- kanak awal, masa kanak akhir, masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa lanjut usia. 2.1
Faktor - Faktor Perkembangan Kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh psikososial.
Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah sebagai berikut : a.
Faktor Internal Faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada faktor genetik yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Pada masa pembentukan sel – sel tubuh, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kondisi janin disamping keunikan yang ada pada orangtuanya.
Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan dari segi fisik adalah faktor gizi atau asupan makanan, cacat dan penyakit. Kondisi fisik dan psikis anak juga sangat berkaitan. Ranah perkembangan seseorang menyangkut aspek fisik, intelektual yaaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral. Kondisi fisik yang tidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan persepsi anak terhadap kemampuan dirinya. Begitu pula dengan ketidakmampuan intelektualnya dapat disebabkan karena kerusakan system syaraf , kerusakan otak atau mengalami retadasi mental. b.
Faktor Eksternal Dari faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan fisik dan non fisik.
Ruang lingkup lingkungan fisik menurut
Soetjiningsih (1998) mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, kebersihan lingkungan, keadaan rumah,
yang meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian. Semua kondisi tersebut sangat mempengaruhi bagaimana anak dapat menjalankan proses kehidupannya. Kondisi yang buruk dapat disebabkan karena faktor cuaca, kurang bersihnya lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup sehat, letak geografis yang terpencil mengakibatkan minimnya informasi, dapat mempengaruhi perkembangan anak. Selain itu faktor non fisik atau faktor psikososial yang meliputi keluarga, pendidikan, dan masyarakat juga sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Beberapa hal yang termasuk dalam faktor psikososial yaitu stimulasi, motivasi dalam mempelajari sesuatu, pola asuh, serta kasih sayang dari orang tua. Lebih rinci lagi di paparkan oleh Erik Erikson yang menyatakan bahwa peran pengasuhan dan lingkungan menjadi hal yang sangat menentukan perkembangan hidup seseorang. Berkenaan dengan itu, ada dua hal penting yang patut menjadi perhatian bersama dalam mencermati perkembangan sosial ini, yaitu : pertama, walaupun tiap individu melewati tahapan perkembangan sosial yang sama, namun setiap budaya mempunyai cara sendiri untuk menguatkan dan mengarahkan perilaku anak setiap tahapannya. Kedua, budaya dapat berubah seiring dengan waktu, adanya kemajuan teknologi pendidikan,
urbanisasi, dan perkembangan lain yang membuat budaya harus berubah dan beradaptasi sesuai dengan lingkungan masyarakat dan kebutuhannya. 3.
Kepercayaan Diri Anak Percaya Diri telah banyak diungkapkan para ahli, salah satunya Sigmund Fred seorang ahli Psikologi terkenal mengungkapkan bahwa rasa percaya diri merupakan suatu tingkatan rasa sugesti tertentu yang berkembang dalam diri seseorang sehingga yakin dalam berbuat sesuatu. Lebih lanjut lagi, Bandura (dalam Saranson,1993) memberikan pengertian tentang
percaya
kekuatan,kemampuan
diri dan
sebagai
suatu
keterampilan
perasaan untuk
yang
melakukan
berisi atau
menghasilkan sesuatu yang dilandasi untuk sukses. Dari beberapa definisi tentang pecaya diri diatas, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri secara umum adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku atau untuk mencapai target tertentu. Rasa percaya diri ini tidak timbul begitu saja , rasa percaya diri ini bukanlah bakat atau kecerdasan yang melekat dalam diri seorang anak. Kepercayaan diri merupakan kualitas mental yang diperoleh dari proses belajar dan pemberdayaan. Lingkungan dan peranan orang – orang sekitar menjadi faktor penyebab tinggi-rendahnya rasa kepercayaan diri seorang anak. Masa anak usia dini merupakan salah satu periode yang sangat penting, karena periode ini merupakan tahap
perkembangan kritis. Pada masa inilah
kepribadian anak mulai
dibentuk.Pengalaman – pengalaman yang terjadi masa ini cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap anak sepanjang hidupnya. Erik Erikson dalam Vander Zender,dkk (dalam ubaydillah,2009) menyatakan bahwa percaya diri perlu dilatih sejak anak mengenal dunia di luar kandungan atau sejak usia dini.dengan beranjaknya usia,melalui adaptatifnya secara perlahan dan bertahap memupuk kepercayaan dirinya melalui berbagai eksperiensi dan eksplorasi. masih menurut Erikson,orang tua yang sanggup memberikan kasih sayang dan rasa aman,akan memupuk kepercayaan diri anak.kasih sayang dan rasa aman akan menancapkan kesimpulan positif tentang hidup dalam pikirannya. Rasa percaya diri pada anak menjadi penting karena anak yang memiliki kepercayaan diri yang bagus akan berpeluang untuk meraih kesuksesan sesuai dengan keiginannya. Kemudian berkaitan dengan sikap mental anak terhadap tugas atau tantangan, bagi anak yang memiliki percaya diri tinggi akan mengatakan “Saya Bisa” , sebaliknya dengan anak yang memiliki kualitas percaya diri yang rendah akan mengatakan “Tidak bisa” atau “Malu”. Dengan begitu,kita dapat memahami bahwa rasa percaya diri ini sangat terkait dengan tinggi-rendahnya gairah si anak untuk berprestasi (motivasi), baik di sekolah atau di dunia kerjaannya kelak.
Kondisi psikologis ini sangat berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Dari tahapan perkembangan anak, rasa percaya diri dapat tumbuh dengan sehat bilamana ada pengakuan dari lingkungan sosial tempat anak beraktivitas. Itulah sebabnya, didalam proses pendidikan dan pembelajaran baik lingkungan rumah maupun disekolah, orang tua atau guru hendaknya menerapkan prinsip-prinsip pedagogis secara tepat terhadap anak.
4.
Pendekatan Tematik 4.1
Pengertian Pendekatan Tematik Pendekatan tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa bidang pengembangan. Pembelajaran tidak dilakukan secara terpisah melainkan terintegrasi antara bidang pengembangan yang satu dengan lainnya. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memeberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Menurut Poerwadarminta ( 1983), tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan , di antaranya : 1. tertentu
Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema
2.
Siswa
mampu
mempelajari
pengetahuan
dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama 3.
Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4.
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa
5.
Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas
6.
Siswa mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata
4.2
Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran dengan pendekatan tematik merupakan salah satu
strategi yang cocok dalam menanamkan berbagai konsep yang diperlukan bagi pengembangan anak usia dini, karena pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada anak Pembelajaran tematik berpusat pada anak (student centered) , hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan anak sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih
banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan – kemudahan kepada anak untuk melakukan aktifitas belajar 2. Memberikan pengalaman langsung pada anak Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada anak (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, anak dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal – hal yang lebih abstrak. 3. Memadukan seluruh bidang pengembangan Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) , dimana guru dapat mengaitkan atau memadukan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan anak berada 4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang pengembangan dalam satu proses pembelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep – konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, anak mampu memahami konsep – konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu anak dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari. 5. Hasil pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan anak Anak diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai minat dan kebutuhannya.
H.
METODE PENELITIAN 1.
Setting Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di TK IT Al-Khairat yang
beralamatkan Jl.Warungbroto I/UH IV no.75 B Yogyakarta, kelurahan Warungboto, kecamatan Umbulharjo, kabupaten/kota Yogyakarta. Jenis satuan Taman Kanak-Kanak (TK), berdiri pada 01-06-2000 dengan akreditas A. Usia anak yang bersekolah di sini mulai dari 1 sampai 5 tahun. Dengan jumlah peserta didik sebanyak 158, TK IT Al-Khairat ini memiliki misi menjadikan anak cerdas, kreatif, berakhlaq mulia, sehat jasmani dan berkepribadian islami. 2.
Prosedur Penelitian a.
Perencanaan Penelitian ini dimulai dari kegiatan perencanaan materi , media maupun evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam
perencanaan,
tindakan
guru
membuat
rencana
pembelajaran seni tari dengan mengingat bahwa TK merupakan tahap bagi anak untuk bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Materi yang dipilih dalam perencanaan pembelajaran seni tari dengan pendekatan tematik. Media yang digunakan adalah alam sekitar (binatang dan tumbuuhan).
Perencanaan di dasarkan pada masalah yang dihadapi dengan tujuan agar pembelajaran dapat memberikan perbaikan terhadap keadaan sebelumnya. Diharapkan dalam proses pembelajaran anak didik merasa senang mengikuti kegiatan, kehadiran mengalami peningkatan, anak aktif berpartisipasi di kelas dan pada akhirnya memperoleh hasil yang memuaskan. b.
Implementasi Tindakan Langkah yang dilakukan pada waktu tindakan adalah memberikan stimulus dan membawa kesiapan anak didik untuk masuk ke materi pembelajaran yang akan disampaikan. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini didasarkan pada perencanaan dengan penerapan pendekatan Tematik yang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri anak dalam pembelajaran seni tari. Tahap pelaksanaan di lakukan dalam 2 siklus.
c.
Observasi dan Monitoring Observasi yang dilakukan untuk mengamati perilaku peserta didik, respon peserta didik, metode pembelajaran, suasana pembelajaran.
Pengamatan
juga
menitik
beratkan
pada
perubahan tingkah laku anak, kepercayaan diri anak,
dan
hubungan social yang terjadi dalam proses pembelajaran.
d.
Refleksi Setelah melakukan kegiatan observasi terhadap pengajaran, kemudian dilakukan kegiatan diskusi dan analisis hasil pengamatan. Kesimpulan yang diambil dari proses perenungan dan diskusi ini meliputi kemampuan anak didik setelah tindakan, menilai keaktifan dan kepercayaan diri anak, serta interaksi dalam kelas.
3.
Teknik Pengumpulan Data a.
Observasi Pengamatan dilakukan secara langsung yaitu dilakukan saat proses pembelajaran seni tari berlangsung. Pengamatan ini dilakukan untuk mengamati subjek penelitian secara bertahap mengenai aktivitas belajar anak, keefektifan kegiatan belajar dan kondisi selama kegiatan pembelajaran seni tari di TK AlKhaerat. b. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data dari subjek penelitian. Wawancara dilakukan secara langsung kepada subjek penelitian, kolaborator dan guru – guru kelas. Wawancara dilakukan dengan teknik wawancara tidak terstruktur (in-dept interviewing. Dengan demikian pertanyaan
bersifat terbuka dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstuktur. c. Penampilan Subjek Penelitian Teknik penampilan subjek penelitian pada kegiatan penilaian digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam menguasai materi yang diberikan. Penilaian itu dilakukan setelah subjek menerima materi secara utuh dari awal sampai akhir. Keabshan data dapat diperoleh dari beberapa instrument penelitian, instrument utama dalam penelitian yang berjudul “Peran Pembelajaran Seni Tari Dengan Pendekatan Tematik Guna Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini Di TK Al-Khaerat “ adalah peneliti sendiri, sedangkan instrument pendukung lainnya adalah sebagai berikut :
1) Catatan Harian Catatan harian adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mencatat semua kejadian yang terjadi pada setiap kali pertemuan. 2) Daftar penilaian tes praktik Daftar penilaian merupakan suatu pengukur tingkat kemampuan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran seni tari. Penilaian yang dilakukan meliputi :
Keberanian
anak
melakukan
presentasi
saat
penampilan hasil
Keaktivan
Kedisiplinan sikap
Kemampuan bereksplorasi
Kriteria penilaian tes praktek tari dibagi empat, yaitu: a. Belum Muncul (BM) b. Mulai Muncul (MM) c. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) d. Berkembang Sangat Baik (BSB)
3) Lembar pengamatan Lembar pengamatan berisi kisi – kisi yang diamati dalam penelitian. Pencatatan dilakukan oleh peneliti sendiri. Isi dari lembar pengamatan adalah pengamatan terhadap subjek penelitian secara bertahap mulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir.
4.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian tindakan ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dengan kata – kata datadata yang diperoleh dari proses pembelajaran dari awal hingga
akhir tindakan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis proses dan analisis hasil. Analisis proses adalah data yang diambil pada proses pembelajaran tari. Sedangkan analisis hasil adalah data yang diambil dari hasil penelitian tes praktek yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Peneliti menggunakan teknik dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1) Peneliti melakukan pengumpulan data melalui berbagai sumber, baik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil pengamatan langsung dicatat dalam lembar pengamatan dengan ceklis dan dibantu dengan catatan lengkap. 2) Peneliti membuat sajian data berdasarkan data yang telah diperoleh. 3) Setelah data terkumpul, kemudian ditarik kesimpulan. Jika data belum lengkap, maka peneliti kembali ke lapangan untuk mencari informasi tambahan.
5.
Kriteria Keberhasilan Tindakan Dalam penelitian ini criteria keberhasilan penelitian dilakukan dengan penilaian tes praktek. Penilaian meliputi : keberanian anak melakukan presentasi saat penampilan hasil, keaktivan, kedisiplinan sikap, kemampuan bereksplorasi.
Penilaian tes praktek dilakukan menggunakan : a. Berkembang Sangat Baik (BSB) b. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) c. Mulai Muncul (MM) d. Belum Muncul (BM)
Penilaian didasarkan pada indikator – indikator sebagai berikut : BSB :
(a) Peserta didik berani menampilkan presentasi saat penampilan (peserta didik selalu berani untuk tampil, berkonsentrasi, dan tidak bercanda) (b) Peserta didik aktif dalam kegiatan tari (peserta didik selalu berkonsentrasi, memperhatikan perintah guru dan tidak bercanda) (c) Peserta didik tertarik pada kegiatan tari (peserta didik selalu merasa senang dengan kegiatan, melakukan perintah, tidak marah) (d) Peserta didik dapat bereksplorasi dengan alam sesuai dengan perintah guru (peserta didik selalu berkonsentrasi melakukan perintah dari guru tanpa diselingi dengan bercanda)
BSH :
(a) Peserta didik berani menampilkan presentasi saat penampilan (peserta didik berani untuk tampil, berkonsentrasi, dan tidak bercanda) (b) Peserta didik aktif dalam kegiatan tari (peserta didik berkonsentrasi, memperhatikan perintah guru dan tidak bercanda) (c) Peserta didik tertarik pada kegiatan tari (peserta didik merasa senang dengan kegiatan, melakukan perintah, tidak marah) (d) Peserta didik dapat bereksplorasi dengan alam sesuai dengan perintah guru (peserta didik berkonsentrasi melakukan perintah dari guru tanpa diselingi dengan bercanda)
MM :
(a) Peserta didik berani menampilkan presentasi saat penampilan (peserta didik cukup berani untuk tampil, berkonsentrasi, dan tidak bercanda) (b) Peserta didik aktif dalam kegiatan tari (peserta didik cukup berkonsentrasi, memperhatikan perintah guru dan tidak bercanda) (c) Peserta didik tertarik pada kegiatan tari (peserta
didik
cukup
merasa
melakukan perintah, tidak marah)
senang dengan
kegiatan,
(d) Peserta didik dapat bereksplorasi dengan alam sesuai dengan perintah guru (peserta didik cukup berkonsentrasi melakukan perintah dari guru tanpa diselingi dengan bercanda)
BM :
(a) Peserta didik berani menampilkan presentasi saat penampilan (peserta didik belum berani untuk tampil, berkonsentrasi, dan tidak bercanda) (b) Peserta didik aktif dalam kegiatan tari (peserta didik belum berkonsentrasi, memperhatikan perintah guru dan tidak bercanda) (c) Peserta didik tertarik pada kegiatan tari (peserta didik
belum
merasa senang dengan kegiatan,
melakukan perintah, tidak marah) (d) Peserta didik dapat bereksplorasi dengan alam sesuai dengan perintah guru (peserta didik belum berkonsentrasi melakukan perintah dari guru tanpa diselingi dengan bercanda)
I.
JADWAL PENELITIAN Penelitian ini akan dilakukan selama 2 siklus, yang akan dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Mei. Penelitian dilakukan di kelas bersama peserta didik yang mengikuti ekstrakulikuler tari di TK IT Al-Khairat Yogyakarta.
J.
DAFTAR PUSTAKA Aprilia, 2011. PTK (METODE PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI), : http://apriliafifi.blogspot.com/. Diunduh pada tanggal 6 November 2013 Fakultas Bahasa dan Seni. 1994. Panduan Tugas Akhir TAS/TABS. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta Izzaty, Rita Eka dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press Konsorsium Sertifikasi Guru. 2013. Modul PLPG Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta Kusumawati. 2009. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Seni Tari dengan Teknik Bermain Sambil Belajar Pada Siswa Taman KanakKanank PKK Widodo Ngemplak, Sleman. Yogyakarta : Program Studi Pendidikan Seni Tari, FBS UNY Muslich, Mashur. 2011. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Purwaningsih, Rena Wahyu. 2009. Peningkatan Kemampuan Psikomotorik dan Sosioemosional Melalui Penekanan Aspek Gerak Dan Irama dalam Pembelajaran Seni Tari pada Anak Kelas Besar di Playgroup “Sekolah Hijau Milas” Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Seni Tari, FBS UNY Samiyati. 2006. Peningkatan Kreativitas Anak Prasekolah Melalui Pembelajaran Seni Tari dengan Metode Mimetik di TK ABA Sumberdadi Mlati Sleman. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Seni Tari, FBS UNY
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Ubaydillah, 2009. Membangun Rasa Percaya Diri Pada Anak, http://www.e psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=572. Diunduh pada tanggal 6 November 2013 Zepe,
.
2011. Menghadapi Anak Didik Baru dan Pemalu, http://creativeparenting kakzepe.blogspot.com/2011/11/menghadapi-anak-didik-barudan-pemalu.html, Diunduh pada tanggal 6 November 2013