BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai peran sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut memberikan perlayanan yang bermutu, efektif dan efisien untuk menjamin keselamatan pasien sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Salah satu indikator keselamatan pasien adalah pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (Sani & Mutiah, 2017).
Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut sebagai Healthcare Associated Infections (HAIs). Infeksi ini merupakan masalah penting diseluruh dunia. Tingkat HAIs yang terjadi di beberapa negara maju seperti di Kanada, Perancis, Inggris berkisar antara 3,5%-12%. Sedangkan di negara berkembang seperti Kuba, Morako, Brazilia berkisar antara 5,7% dan 19,1%. (WHO, 2011). Sementara di Indonesia tingkat kejadian HAIs sebesar 7,1% (Anonim, 2011). Pada tahun 2013 Departemen Kesehatan RI melakukan survey di 10 RSU Pendidikan, diperoleh angka HAIs cukup tinggi yaitu sebesar 6-16% dengan rata-rata 9,8%.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan di RSUD Dr.Pirngadi Medan di dapatkan data laporan hasil surveilans infeksi ruang rawat inap dari bulan Januari s/d Desember 2016 menunjukkan peresentasi Phlebitis Januari (8.58%), Februari (8,28%), Maret (7,27%), April (14,37), Mei (8,05%), Juni (4,02%), Juli (9,44%), Agustus (3,63%, September (2,70%), Oktober (3,26%), November (5,62%), Desember (5,75). Hal ini di curigai ada kaitannya dengan pelaksaan hand hygiene tidak sesuai dengan standar prosedur operasional.
HAIs dianggap sebagai faktor resiko yang besar di rumah sakit, dan hand hygiene disarankan menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk
1
2
mencegah HAIs. Cheng (2016 dalam Umboh, 2017). Perilaku hand hygiene perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya infeksi di rumah sakit.
Menurut Perry & Potter (2005), hand hygiene merupakan salah satu kewajiban dari tenaga kesehatan. Hand hygiene merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Perawat dapat memperhatikan apakah mereka sudah melakukan prosedur hand hygiene yang baik dan benar, karena perawat adalah petugas kesehatan yang paling rentan menjadi perantara terjadi infeksi. Nita (2012 dalam Sani & Mutiah, 2017).
Pelaksanaan hand hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor individu (meliputi pengetahuan, sikap motivasi dan beban kerja), faktor organisasi dan faktor lingkungan. Ketiga faktor tersebut mempunyai ketergantungan dalam mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan hand hygiene. Pittet (2001 dalam Fauzia, 2014)
Beban kerja perawat merupakan seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan (Marquis dan Hastoun 2010). Tingginya beban kerja perawat dapat mempengaruhi pelaksaan dalam melakukan hand hygiene.
Penelitian yang dilakukan oleh Seheithauer dkk (2017) terkait dengan Workload even effects hand hygiene in a highly trained and well stafed setting a prospective 365/7/4 observational study di University Hospital Bazel, menyatakan bahwa semakin tinggi beban kerja maka semakin rendah untuk melakukan hand hygiene, sedangkan menurut Umboh, (2017) terkait dengan Analisis factor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat melaksanakan hand hygiene di RS Advent Manado yang nilai p= 0,069 > 0,05 menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor beban kerja dengan perawat melaksanakan hand hygiene dalam mencegah infeksi nosokomial.
3
Berdasarkan hasil survey awal di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2018, diperoleh data kepegawaian bahwa jumlah seluruh perawat di Ruang Rawat Inap Asoka I, Asoka II, Melati III dan Kenanga I adalah 57 orang. Penulis melakukan wawancara dengan 6 orang perawat di ruang rawat inap. Dari hasil wawancara
didapatkan
Keperawatan,
Sarjana
bahwa
pendidikan
Keperawatan,
dan
perawat Ners,
adalah kemudian
Diploma tingkat
ketergantungan pasien adalah minimal care, partial care dan total care, didapatkan BOR (Bed Occupation of Rate) di bulan April 2018 pada setiap ruangan yaitu di Ruangan Asoka I berjumlah 50%, Asoka II berjumlah 60%, Melati III berjumlah 60% dan Kenanga I berjumlah 65%, dan 3 perawat mengatakan
bahwa
tindakan
yang
dilakukan
yaitu:
menyelesaikan
administrasi pasien, mengambil obat ke farmasi, mengantar sampel ke laboratorium, melakukan tagihan pembayaran perawatan pasien. Perawat juga mengatakan
banyaknya
pasien
yang
dirawat
diruangan
tersebut
mengakibatkan aktivitas kerja perawat meningkat sehingga menyebabkan perawat tersebut terkadang pulang tidak tepat waktu. Hal ini menyebabkan beban kerja serta tanggung jawab pada pasien semakin berat dan perawat kurang memperhatikan pelaksaan hand hygiene yang sesuai dengan standar prosedur.
Penulis juga melakukan observasi terhadap tindakan keperawatan dan non keperawatan. Tindakan keperawatan meliputi : komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan prosedur tindakan, mengukur tanda-tanda vital, merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan observasi, memasang dan observasi infus dan memberikan dan mengontrol pemasangan oksigen. Sedangkan tindakan non keperawatan meliputi : menonton televisi, tidur, menerima dan menelepon untuk urusan pribadi, makan dan minum dan pergi ke kamar mandi.
Selain itu penulis juga melakukan observasi terkait dengan pelaksanaan hand hygiene didapatkan bahwa di rumah sakit tersebut telah tersedia fasisilitas
4
dimana dalam satu ruangan terdapat dua fasilitas handwashing dan terdapat handrub disetiap sudut ruangan. Hasil survei infeksi di ruang rawat inap bahwa adanya angka kejadian Phlebitis dicurigai ada kaitannya dengan teknik pelaksanaan hand hygiene yang belum sesuai dengan prosedur. Diperoleh data bahwa dari 5 momen indikasi hand hygine, 2 perawat hanya melakukan hand hygine setelah kontak dengan pasien saja. Sedangkan 2 perawat lainnya melakukan hand hygiene namun belum sesuai dengan prosedural. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti hubungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan hand hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan 2018.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengetahui “apakah ada hubungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan hand hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018”?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Pelaksanaan Hand Hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui beban kerja perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 b. Mengetahui pelaksanaan hand hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk memberikan masukan tentang beban kerja perawat sehingga menjadi bahan evaluasi bagi pihak manajemen SDM untuk menentukan jumlah SDM dan beban kerja
5
perawat sehingga tercipta pelaksanaan hand hygiene sesuai dengan standar operasional prosedur.
2. Bagi Perawat Sebagai acuan bahwa pentingnya melakukan hand hygiene dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk mewujudkan kurangnya tingkat infeksi dan meningkatnya mutu profesionalisme perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018.
3. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai
informasi
selanjutnya yang
tambahan
untuk
berkaitan hubungan
mengembangkan
penelitian
beban kerja perawat dengan
pelaksanaan hand hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018.
6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Beban Kerja Perawat 1. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani tenaga kerja, baik secara fisik maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaan. Kondisi tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik (Depkes RI, 2007). Beban kerja adalah besarnya pekerjaan yang harus di lakukan oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu (Utomo, 2008).
Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh perawat dengan jenis pekerjaan dan beratnya pekerjaan yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu di suatu unit pelayanan keperawatan (Huston, 2012). Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan (Anwar, 2013).
Beban kerja merupakan jumlah kegiatan yang harus di selesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. (Haryanto, 2014).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Menurut Manuaba (2000 dalam Prihatini, 2007) beban kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: a. Faktor eksternal yang mempengaruhi beban kerja antara lain : 1) Beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti; Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas
7
yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan. 2) Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang. 3) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis. b. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
3. Klasifikasi Beban Kerja Beban kerja yang dibedakan menjadi kelebihan beban kerja secara kuantatif (Quantitative Overload) dan beban kerja secara kualitatif (Qualitative Overload). Caplan & Sadock (2006 dalam Mastini, 2013). a. Beban kerja secara kuantitatif mencakup: Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja, terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan, terlalu beragamnya pekerjaan yang harus dikerjakan, kontak langsung perawat klien secara terus menerus selama jam kerja, rasio perawat-klien. b. Beban kerja secara kualitatif mencakup: Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di ruangan, tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien kritis di ruangan, harapan pimpinan Rumah Sakit terhadap pelayanan yang berkualitas, tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien, setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat, tugas memberikan obat secara intensif, menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal, tindakan penyelamatan pasien.
8
4. Jenis Kegiatan atau Tindakan Keperawatan Beban kerja seorang perawat dapat ditentukan berdasarkan jenis kegitan yang dilakukannya. Menurut Gillies (1996) dalam memberikan pelayanan keperawatan ada 3 bentuk jenis kegiatan yang dilakukannya yaitu : a. Kegiatan perawatan langsung Merupakan aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisiki, psikologi, dan spiritual pasien. Kebutuhan ini meliputi : komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan procedur tindakan. Seperti : mengukur tanda-tanda vital, merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan observasi, memasang dan observasi infus dan memberikan dan mengontrol pemasangan oksigen.
b. Kegiatan perawatan tidak langsung kepada pasien dan ini merupakan kegiatan persiapan untuk melengkapi tindakan keperawatan langsung. Kegiatan yang dimaksud antara lain administrasi pasien, Merupakan kegiatan keperawatan tidak langsung yang dilakukan oleh perawat menyiapkan obat-obatan, menyiapkan alat, melakukan kodinasi dan konsultasi demi kepentingan pasien, dan kegiatan kurir yang berkaitan dengan kepentingan pasien, kegiatan pengembangan keperawatan misalnya membaca buku keperawatan, diskusi antara sesama perawat atau dengan atasan maupun tim kesehatan lain terhadap perkembangan dan kondisi pasien, kegiatan pengembangan organisasi rumah sakit seperti pertemuan dengan pimpinan rumah sakit.
c. Kegiatan non keperawatan Kegiatan ini non produktif anatara lain : istirahat, menonton televise, tidur, menerima dan menelepon untuk urusan pribadi, membaca koran dan majalah, menerima tamu pribadi, datang terlambat dan pulang lebih cepat dari waktu kerja selesai. Serta kegiatan pribadi, terkait
9
aktivitas sehari-hari misal makan, minum, kekamar mandi, ganti pakaian dan sembahayang.
5. Cara Mengukur Beban Kerja Mengukur beban kerja banyak di terapkan oleh para ahli agar benar-benar menggambarkan kebutuhan tenaga perawat sepanjang masa sehingga setiap kondisi pasien banyak atau sedikit tidak perlu lagi mencari tenaga tambahan. Salah satu cara terbaik menurut Anwar Kurniadi (2013) adalah menghitung berdasarkan beban kerja riil yaitu akumulasi jumlah tindakan keperawatan semua pasien yang harus di berikan asuhan keperawatan dalam jangka waktu satu tahun yang dirata-ratakan.
Menurut Nursalam (2016), ada tiga cara yang dapat digunakan untuk mengukur beban kerja perawat antara lain sebagai berikut : a. Work Sampling Teknik ini di kembangkan pada dunia industri untuk melihat beban kerja yang dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang maupun jenis tenaga tertentu. Pada metode work sampling dapat di amati halhal spesifik tentang pekerjaan antar lain : 1) Aktivitas yang sedang dilakukan pada waktu jam kerja. 2) Apakah aktivitas berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja. 3) Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif. 4) Pola beban kerja dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja.
Berikut langkah langkah untuk mengetahui survei tentang kerja personel diantaranya yaitu : 1) Menentukan jenis personel yang akan disurvey. 2) Bila jumlah personel banyak perlu dilakukan pemilihan sampel sebagia subjek personel yang akan diamati dengan menggunakan
10
metode simple random sampling untuk mendapatkan sampel yang representatif. 3) Membuat formulir kegiatan perawat yang dapat di klasifikasikan sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif dapat juga di kategorikan sebagai kegiatan langsung dan tidak langsung. 4) Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan menggunakan work sampling. 5) Pengamatan kegiatan personel dilakukan dengan interval 2-15 menit tergantung karakterisstik pekerjaan yang dilakukan
b. Time and motion study Teknik ini mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang di lakukan oleh personel yang sedang diamati. Melalui teknik ini akan didapatkan beban kerja personel dengan kualitas kerjanya. Adapun langkah-langkah untuk melakukan teknik ini yaitu : 1) Menentukan personel yang akan diamati untuk menjadi sampel dengan metode purposive sampling. 2) Membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan 3) Daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan seberapa banyak personel yang melakukan kegiatan tersebut secara baik dan rutin selama dilakukan pengamatan. 4) Membuat klasifikasi atas kegiatan yang dilakukan tersebut menjadi kegiatan medis, kegiatan keperawatan, dan kegiatan administrasi. 5) Menghitung waktu objektif yang di perlukan oleh personel dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Penelitan alam menggunakan teknik ini dapat di gunakan untuk melakukan evaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang bersertifikat atau bisa juga digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu metode yang ditetapkan secara baku oleh suatu instansi seperti rumah sakit.
11
Dari metode work sampling dan time and motion study maka akan di hasilkan output sebagai berikut : 1) Deskripsi kegiatan menurut jenis dan alokasi waktu untuk masingmasing pekerjaan baik yang bersifat medis, perawatan maupun administrasi. Selanjutnya dapat dihitung proporsi waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing kegiatan selama jam kerja. 2) Pola kegiatan yang berkaitan dengan waktu kerja, kategori tenaga atau karakteristik demografis dan sosial. 3) Kesesuaian beban kerja dengan variabel lain sesuai dengan kebutuhan penelitian. Beban kerja dapat dihubungkan dengan tenaga, umur, pendidikan, jenis kelamin atau variabel lain. 4) Kualitas kerja pada teknik ini juga menjadi perhatian karena akan menentukan kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki oleh personel yang diamati.
c. Daily log Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut. Penggunaan ini tergantung kerjasama dan kejujuran dari yang diamati. Pendekatan ini relatif lebih sederhana dan biaya yang murah. Debelum dilakukan kegiatan pencatatan kegiatan peneliti menjelaskan tujuan dan cara pengisian formulir kepada subjek personel yang diteliti, tekankan pada personel yang diteliti yang terpenting adalah jenis kegiatan, waktu dan lama kegiatan, sedangkan informasi personel tetap menjadi rahasia dan tidak akan dicatumkan pada laporan peneliti. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu yang diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan dengan daily log.
Menurut Gillies (2006) untuk mengukur beban kerja dikembangkan berdasarkan sistim klasifikasi pasien. Perhitungan ini menghasilkan
12
perhitungan beban kerja yang lebih akurat karena dalam sistem klasifikasi pasien dikelompokkan sesuai tingkat ketergantungan pasien atau sesuai waktu, tingkat kesulitan serta kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.
Swansburg dalam Ilyas (2004) membagi tingkat ketergantungan pasien menjadi 5 (lima) kategori. a. Kategori 1 : perawatan mandiri 1) Aktivitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut: makan dan minum dapat dilakukan sendiri atau dengan sedikit bantuan, merapikan diri ke kamar mandi
sendiri serta
mengatur kenyamanan posisi tubuh dapat dilakukan sendiri. 2) Keadaan umum baik, masuk ke RS untuk prosedur diagnostic, simpel, atau bedah minor. 3) Kebutuhan
pendidikan
membutuhkan
penjelasan
kesehatan untuk
dan tiap
dukungan prosedur
emosi: tindakan,
membutuhkan penjelasan/orientasi waktu, tempat dan orang tiap shift. 4) Tindakan dan pengobatan tidak ada atau hanya tindakan dan pengobatan sederhana.
b. Kategori 2: perawatan minimal 1) Aktivitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut: makan/minum perawat membantu dalam mempersiapkan, masih dapat makan dan minum sendiri, merapikan diri perlu sedikit bantuan demikian juga dengan penggunaan urinal, kenyamanan posisi tubuh perlu sedikit bantuan. 2) Keadaaan umum: tampak sakit sedang, perlu monitoring tandatanda vital, urine, diabetic, drainage atau infuse. 3) Kebutuhan pendidikan kesehatan: dibutuhkan 5-10 menit shift klien mungkin sedikit bingung tetapi dapat dikendalikan dengan obat.
13
4) Pengobatan dan tindakan diperlukan waktu 20-30 menit setiap shift. Diperlukan evaluasi terhadap aktifitas pengobatan dan tindakan perlu observasi status mental setiap 2 jam.
c. Kategori 3: perawatan moderat 1) Aktivitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini di uraikan sebagai berikut: makan dan minum disuapi, masih dapat mengunyah dan menelan makanan, merapikan diri tidak dapat dilakukan sendiri, eliminasi di sediakan pispot atau urinal, ngompol 2x setiap shift, kenyamanan posisi tergantung pada perawat. 2) Keadaan umum: gejala sakit dapat hilang timbul, perlu observasi fisik dan emosi setiap 2- 4 jam. Infus monitoring setiap 7 jam. 3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi perlu 10-30 menit per shift, gelisah , menolak bantuan dapat dikendalikan dengan obat. 4) Pengobatan dan tindakan: perlu 30-60 menit per shift, perlu sering di awasi terhadap efek samping atau reaksi elergi. Perlu observasi status mental setiap 1 jam.
d. Kategori 4 : perawatan ekstensif (semi total) 1) Aktivitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut: makan dan minum, tidak bisa mengunyah dan menelan, perlu sonde, merapikan diri perlu dibantu semua, dimandikan, perawatan rambut dan kebersihan gigi dan mulut harus dibantu, eliminasi sering ngompol lebih 2x setiap shift. Kenyamanan posisi perlu dibantu dua orang. 2) Keadaan umum: tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah, gangguan sistem pernapasan akut, perlu sering di pantau 3) Kebutuhan pendidikan dan kesehatan dan dukungan emosi: perlu lebih dari 30 menit setiap shift, pasien gelisah dan tidak dapat di control atau dikendalikan dengan obat.
14
4) Pengobatan atau tindakan: perlu lebih dari 60 menit per shift. Pengobatan lebih banyak dilakukan dalam 1 shift. Observasi status mental perlu lebih sering ( kurang dari satu jam).
e. Kategori 5 : perawatan intensive (total) 1) Pasien yang termasuk dalam kategori ini memerlukan pengawasan secara intensive terus menerus dalam setiap shift dan di lakukan satu perawat untuk satu pasien. 2) Semua kebutuhan pasien diurus/dibantu oleh perawat. Pada pasien mandiri memerlukan pendidikan kesehatan yang terkait dengan perawatan diri di rumah (discharge/planning). 3) Perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat ketergantungan atau klasifikasi
pasien
dapat
dilakukan
berdasarkan
kegiatan
keperawatan selama memberi asuhan keperawatan. 4) Kegiatan keperawatan seperti kegiatan keperawatan langsung dan kegiatan keperawatan tidak langsung.
6. Penilaian Beban Kerja Pasien yang datang ke rumah sakit sampai pasien keluar rumah sakit merupakan tugas dan tanggungjawab penuh seorang perawat selama 24jam dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat yang bertanggungjawab terhadap administrasi kepada kepala ruangan dan terkait pelayanan tekhnis medis operasional melaksanakan tanggung jawab terhadap dokter ruangan atau dokter yang bertanggung jawab di ruangan yaitu perawat fungsional (Depkes RI, 2004). Untuk menghitung beban kerja dapat di lihat dari beberapa aspek sebagai berikut : a. Aspek fisik Beban kerja Beban kerja dapat dilihat dari tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya yaitu jumlah pasien yang harus dirawat dan banyaknya perawat yang bertugas dalam suatu unit atau ruangan. Tingkat tergantungan pasien diklasifikan menjadi tiga tingkat yaitu
15
tingkatan tergantung minimal /ringan, tingkatan tergantung parsial/ sebagian, dan pasien dengan ingkatan tergantung penuh/total.
b. Aspek waktu kerja Waktu kerja produktif yaitu banyaknya jam kerja produktif dapat dipergunakan pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan uraian tugas dan waktu melaksanakan tugas tambahan yang tidak termasuk dalam tugas pokoknya. Alokasi waktu bekerja menurut Depkes RI, 2006 yakni bekerja normal per-hari yaitu 8 jam /hari (5 hari bekerja), dengan waktu efektif kerja/hari 6,4 jam/hari. Sehingga kesimpulannya waktu efektif bekerja yaitu 80% dari waktu bekerja 8 jam/hari.
7. Dampak Kelebihan Beban Kerja Semakin banyak pasien yang ditangani seorang perawat selama periode waktu tertentu, maka semakin berat atau besar beban kerja perawat tersebut (Gilles, 1996). Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai salah satunya tergantung pada seimbangnya antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerjanya di suatu rumah sakit.
Menurut Manuaba (2000 dalam Prihatini, 2007) beban kerja yang berlebihan dapat menyebabkan menurunnya moral dan motivasi perawat sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab kelelahan kerja. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang dilakukan karena pengulangan gerak yang menimbulkan kebosanan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja.
16
B. Pelaksanaan Hand Hygiene 1. Pengertian Hand Hygiene Hand hygiene adalah segala tindakan untuk membersihkan tangan (WHO, 2009). Hand hygiene merupakan suatu proses yang dilakukan secara mekanik untuk melepas kotoran dan debris kulit dari tangan dengan menggunakan sabun dan air ( Depkes RI, 2008)
Menurut Abdullah (2014) mengatakan bahwa hand hygiene adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit tangan dengan memakai sabun dan air. Hand hygiene merupakan tindakan membersihkan seluruh permukaan tangan dari kotoran dengan menggunakan air sabun, tindakan ini harus dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, membantu pasien memenuhi kebutuhan dan menyentuh luka (Ganda, 2013)
Hand Hygine merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perawat dan pasien dalam mencegah infeksi nosokomial (Elies dkk, 2014). Hand hygiene adalah prosedur awal dan penutup
yang
dilakukan
perawat
dalam
memberikan
tindakan
keperawatan.
2. Tujuan Hand Hygiene Tujuan dari Hand Hygine yaitu menjaga kondisi tangan tetap bersih dan mengangkat mikro organisme ditangan sehinga dapat mencegah infeksi silang. Tindakan ini juga bertujuan menghilangkan kotoran organik material atau mikro organisme yang menempel di tangan (WHO 2009). Hand hygiene juga bertujan menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikro organisme sementara (Abdullah, 2014).
Tujuan hand hygiene agar menurunkan jumlah mikroorganisme yang ada ditangan, menurunkan resiko perpindahan mikro organisme pada klien,
17
menurunkan resiko kontaminasi silang antara klien dan menurunkan resiko perpindahan organisme sumber infeksi kediri perawat dan klien (Rosyidi, 2013).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Hand Hygiene Menurut Andreas (2009), faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hand hygiene dapat dikategorikan menjadi faktor internal yaitu karakteristik perawat itu sendiri (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, kepribadian, sikap, kemampuan, persepsi dan motivasi) dan faktor
eksternal
(karakteristik
organisasi,
karakteristik
kelompok,
karakteristik pekerjaan, dan karakteristik lingkungan). Sedangkan menurut Pittet (2001 dalam Fauzia Neila, 2014) mengatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi pelaksaan hand hygiene yaitu : a. Faktor individu Faktor individu merupakan faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kepatuhannya dalam melaksanakan hand hygiene. Faktor individu tersebut di antaranya faktor pengetahuan, sikap, motivasi dan beban kerja.
b. Faktor organisasi faktor organisasi merupakan dorongan yang diberikan oleh organisasi untuk meningkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan hand hygiene. Faktor organisasi meliputi ada tidaknya prosedur tetap, sanksi, penghargaan, dukungan, diskusi pelatihan dan ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana.
c. Faktor lingkungan Faktor lingkungan meliputi air dan arsitektur bangunan.
18
4. Indikasi Pelaksanaan Hand Hygiene Indikasi pelaksanaan hand hygiene digunakan dan dilakukan untuk antisipasi perpindahan kuman melalui tangan (Depkes, 2008). Adapun indikasi dari pelaksanaan hand hygiene yaitu: a. Sebelum kontak dengan klien, khususnya pada klien dengan daya imun yang rendah atau klien yang beresiko tinggi terinfeksi. b. Setelah merawat klien. c. Setelah menyentuh bahan- bahan organik. d. Sebelum melakukan prosedur invasif non bedah seperti memasang infus. e. Jika terjadi kontaminasi pada tangan seperti memegang instrumen yang kotor. f. Setelah membersihkan peraltan – peralatan yang terkontaminasi. g. Diantara kontak dengan klien yang satu dengan yang lainnya terutama diruang dengan resiko tinggi infeksi. h. Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan baik steril ataupun bersih. i. Bila berpindah dari bagian tubh terkontaminas ke bagian tubuh bersih. j. Setelah menggunakan kamar mandi. k. Sebelum makan (Rosyidi Kholid, 2013)
Menurut (WHO, 2009) terdapat lima momen pelaksanaan hand hygiene yaitu: a.
Sebelum kontak dengan pasien
b.
Sebelum tindakan aseptis
c.
Sesudah terkena cairan tubuh pasien
d.
Setelah kontak dengan pasien
e.
Sesudah kontak dengan lingkungan pasien
5. Langkah-Langkah Melakukan Hand Hygiene Langkah-langkah dalam melakukan hand hygiene yaitu yang pertama membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air (hand washing)
19
dan dengan menggunakan antiseptik yang berisi alkohol (hand rub) (WHO, 2009)
Langkah untuk membersihkan tangan dengan Hand washing sebagai berikut : a. Lama cuci tangan 40-60 detik. b. Buka air kran, basahi kedua tangan secara merata dengan air mengalir, tutup kembali air kran. c. Tuangkan sabun biasa atau sabun antiseptic secukup nya pada salah satu telapak tangan atau jika menggunakan sabun batang, gosokkan sabung dengan kedua telapak tangan sampai membentuk busa. d. Gosok kedua telapak tangan secara memutar e. Telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, gosok punggung tangan dan sela-sela jari, gerakan maju mundur, dan sebalik nya. f. Kedua telapak tangan saling berhadapan dan jari-jari saling menyilan, gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari dari bagian pangkal jari ke arah luar (ujung). g. Kedua tangan saling menggegam, jari-jari saling mengunci, punggung jari tangan satu pada telapak tangan lainnya saling menggosok. h. Telapak tangan kanan menggenggam ibu jari kiri, gosok secara memutar ibu jari kiri dan sela ibu jari dan telunjuk menggunakan ibu jari dan telapak tangan kanan , lakukan sebalik nya. i. Gosok secara memutar ujung jari tangan kanan di atas telapak tangan kiri, posisi jari dalam keadaan rapat, lakukan sebaliknya. j. Lakukan pembilasan dengan air mengalir secara merata pada seluruh permukaan tangan dengan pengulangan gerakan tehnik enam langkah kebersihan tangan di bawah air mengalir. Kemudian keringkan kedua tangan dengan menggunakan tissue sekali pakai atau pengering elektronik.
20
Langkah untuk membersihkan tangan dengan Hand rub sebagai berikut : a. Lama cuci tangan 20-30 detik b. Tuangkan handrub antiseptic secukupnya ke salah satu telapak tangan, ratakan handrub pada seluruh permukaan tangan menggunakan teknik 6 langkah : c. Gosok kedua telapak tangan secara memutar. d. Telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, gosok punggung tangan dan sela-sela jari, gerakan maju mundur, dan sebalik nya. e. Kedua telapak tangan saling berhadapan dan jari-jari saling menyilan, gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari dari bagian pangkal jari ke arah luar (ujung). f. Kedua tangan saling menggegam, jari-jari saling mengunci, punggung jari tangan satu pada telapak tangan lainnya saling menggosok. g. Telapak tangan kanan menggenggam ibu jari kiri, gosok secara memutar ibu jari kiri dan sela ibu jari dan telunjuk menggunakan ibu jari dan telapak tangan kanan , lakukan sebalik nya. h. Gosok secara memutar ujung jari tangan kanan di atas telapak tangan kiri, posisi jari dalam keadaan rapat, lakukan sebaliknya.
C. Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Pelaksanaan Hand Hygiene Penelitian yang dilakukan oleh Seheithauer dkk (2017) terkait dengan Workload even effects hand hygiene in a highly trained and well stafed setting di University Hospital Bazel, menggunakan observasi analitik kohort yang nilai p<0,01 (p= -0,411) menyatakan bahwa semakin tinggi beban kerja maka semakin rendah untuk melakukan hand hygiene
Umboh, (2017) terkait dengan Analisis factor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat melaksanakan hand hygiene di RS Advent Manado menggunakan Chi Square, menggunakan observasi analitik cross sectional, teknik pengambilan sampel yang digunakan total sampling sebanyak 75 responden yang nilai p<0,05 (p=0,069) menunjukkan tidak terdapat hubungan
21
yang bermakna antara faktor beban kerja dengan perawat melaksanakan hand hygiene.
D. Kerangka Konsep Penelitian Variabel independen
Beban Kerja Perawat
Variabel dependen
Pelaksanaan Hand Hygiene
Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
E. Hipotesa Penelitian Ha
: Adanya hubungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan hand hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018.
Ho
: Tidak ada hubungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan hand hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018.
22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain Deskriptif Korelasi dengan pendekatan croos sectional dimana peneliti ingin melihat hubungan variabel-variabel penelitian. Variabel tersebut yang di maksud beban kerja perawat dengan kepatuhan hand hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018 (Notoadmodjo, 2010 ).
B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perawat berjumlah 57 perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap Asoka I, Asoka II, Melati III dan Kenanga I RSUD Dr. Pingadi Medan 2018.
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang rawat inap Asoka I, Asoka II, Melati III dan Kenanga I sebanyak 57. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total Sampling dimana semua populasi penelitian menjadi sampel penelitian.
C. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Asoka I, Asoka II, Melati III dan Kenanga I RSUD Pirngadi Medan 2018.
D. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2018 - oktober 2018.
23
E. Defenisi Operasional Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Pelaksanaan Hand Hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018. Variabel bebas beban kerja kerja perawat dan variabel terikat kepatuhan hand hygiene. Defenisi dari kedua variabel tersebut dapat di lihat dari tabel :
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Variabel Independen: Beban kerja perawat
Variabel Dependen: Pelaksanaan Hand hygiene
Definisi Operasonal
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Jumlah kegiatan atau aktifitas yang dilakukan seperti uraian tugas pokok dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruangan, jumlah pasien yang dirawat, jumlah perawat yang bertugas dan waktu bekerja tiap shift jaga perawat
Kuisioner
Berat Sedang Ringan
Ordinal
Pelaksanaan hand hygine merupakan tindakan yang di lakukan oleh perawat dengan penggunaan handrub sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedur.
Lembar Observasi
Baik Cukup Kurang
Ordinal
F. Aspek Pengukuran 1. Beban Kerja Perawat Untuk mengukur beban kerja perawat peneliti menggunakan kuesioner yang diadopsi oleh Arlina (2016) dan telah diuji validitas nilai cronbach alpha 0,631. Kuesioner penelitian ini memuat 27 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban berdasarkan skala Likert yaitu “tidak pernah’’, “pernah”, “sering”, “sangat sering”, jika responden menjawab “tidak pernah” diberi skor 1, jika “pernah” diberi skor 2, jika “sering” diberi skor 3, dan jika “sangat sering” diberi skor 4. Maka skor tertinggi adalah 108 dan skor terendah adalah 27. Untuk menentukan interval kelas maka di gunakan penentuan berdasarkan rumus statistik berikut.(Hidayat, 2009).
24
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
108 − 27 3 81 = 3 = 27
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka beban kerja perawat dapat digolongkan : Berat
: 82-108
Sedang
: 54-81
Ringan
: 27-53
2. Pelaksanaan Hand Hygiene Untuk mengetahui Pelaksanaan Hand Hygiene instrumen penelitian berupa lembar obervasi dengan 10 item prosedural dengan pilihan jawaban “Dilakukan” dan “Tidak dilakukan”. Jika “Dilakukan” maka diberi skor “1” sedangkan “Tidak dilakukan” maka diberi skor “0”. Maka skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0. Teknik pengukuran tersebut dengan cara memberi tanda (√) sesuai dengan indikasi yang dilakukan responden.
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
10 − 0 3 10 = 3 =3
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
25
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka pelaksanaan hand hygiene dapat digolongkan : Berat
: 7-10
Sedang
: 4-6
Ringan
: 0-3
G. Alat dan Prosedur Pengambilan Data 1. Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian (field research) mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti, dengan cara pembagian kuesioner yang diberikan langsung kepada responden dan lembar observasi di isi oleh peneliti.
2. Prosedur Pengumpulan a. Prosedur administrasi 1. Permohonan izin memperoleh data dasar yang ditujukan ke RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2018. 2. Setelah mendapat izin dari RSUD Dr. Pirngadi Medan, penulis melakukan survey pendahuluan untuk memperoleh data dasar. 3. Penulis mendapatkan data dari RSUD Dr. Pirngadi Medan yaitu jumlah perawat di ruang rawat inap Asoka I, Asoka II, Melati III dan Kenangan I dan laporan hasil surveilans infeksi ruang rawat inap. b. Pelaksanaan 1. Penulis akan menemui calon responden, kemudian memperkenal kan diri, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian. 2. Setelah memahami tujuan dan manfaat penelitian, calon responden akan diminta menandatangani informed consent sebagai kesediaan menjadi responden penelitian. 3. Kemudian penulis akan menjelaskan cara mengisi kuesioner dan data demografi meliputi usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir.
26
4. Memberitahu
bahwa
peneliti
akan
melakukan
observasi
pelaksanaan hand hygiene dalam 1x kesempatan. 5. Penulis akan melakukan cross chek ulang terhadap kelengkapan kuesioner dan lembar observasi untuk menghindari penelitian berulang dan data yang kurang lengkap. 6. Kuesioner dan lembar observasi akan di intreprestasikan dengan bantuan sistem komputerisasi.
H. Etika Penelitian Selama penelitian, responden di lindungi dengan memperhatikan aspek-aspek self determination, privacy, and anonmymity, beneficience, maleficience, justice (Polit & Beck, 2013). Penelitian ini di lakukan setelah mendapat persetujuan dengan menekankan masalah etika sebagai berikut : 1. Tekad Individu (Self determination) Prinsip self determination di jelaskan bahwa responden diberi kebebasan oleh penulis untuk menentukan keputusan sendiri, apakah bersedia ikut dalam penelitian atau tidak tanpa paksaan. Setelah respon bersedia, maka langkah selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dantujuan serta manfaat penelitian, kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden, setelah setuju respon diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subjek penelitian atau informed consent yang di sediakan.
2. Kerahasiaan (Privacy and Anonmymity) Prinsip etika Privacy and Anonmymity yaitu prinsip menjaga kerahasiaan informasi responden dengan tidak mencantumkan nama, tetapi hanya menuliskan kode inisial dan hanya di gunakan untuk kepentingan peneliti.
3. Keadilan (Justice) Justice merupakan prinsip etik yang memandang keadilan dengan memberikan keadilan bagi responden dan perlakuan sama kepada semua responden.
27
4. Persetujuan (Informed Consent) Informed Consent merupakan persetujuan atau izin yang diberikan oleh responden untuk memperbolehkan dilakukannya suatu tindakan atau perlakuan.
I.
Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2010) setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data melaui beberapa tahap : a. Editing Editing dilakukan segera setelah peneliti memperoleh hasil mencakup tentang kualitas isian dalam alat pengumpulan data dan memeriksa kelengkapan isian dalam lembar observasi dan kuisioner
b. Coding Memberi kode pada setiap jawaban observasi, pemberian kode dalam bentuk angka terhadap lembar observasi dan jawaban hasil kuisioner untuk memudahkan proses entri data dan analisa data.
c. Tabulating Mengelompokan jawaban yang sudah di edit menurut macamnya. Pengelompokan dilakukan dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka kemudian diolah dan dianalisis data menggunakan komputer.
d. Entri Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya memasukan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria pada program computer yakni SPSS untuk dianalisa secara univariat dan bivariat.
28
2. Analisa Data Data yang terkumpul akan dianalisa secara deskriptif korelasi, data yang dianalisis secara deskriptif dalam bentuk, yaitu : a. Analisa Univariat, yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005)
b. Analisa Bivariat, yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berkolerasi. Analisa data dilakukan dengan uji Chi-square untuk memprediksi kuat hubungan variabel independen terhadap variabel dependen dengan CI = 95%, dan α = 0,05 (Notoatmodjo, 2005).