PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAHUAN DAN ASUPAN ZAT GIZI BESI PADA REMAJA PUTRI YANG ANEMIA DIKECAMATAN LUBUK PAKAM
JESIKA LUSIANA SIALLAGAN P01031216017
PRODI DIV JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah memberikan berkat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan panulisan Proposal penelitian yang berjudul “PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAHUAN DAN ASUPAN ZAT GIZI BESI PADA REMAJA PUTRI YANG ANEMIA DIKECAMATAN LUBUK PAKAM” dengan baik. Sebelumnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen Pembimbing yang telah memberikan tugas ini dan yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian proposal ini, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Penulis menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada, sehingga terbuka kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan Proposal Penelitian ini. Penulis sangat memerlukan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca Proposal Penelitian ini, terutama Bapak/Ibu Dosen untuk penyempurnaan Proposal Penelitian ini Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap semoga Proposal Penelitian ini bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Lubuk Pakam , Januari 2019
DAFTAR ISI Halaman Sampul………………………………………………………………………………….i Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………… 1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………… 1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………………………....... 1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………... 1.3.1
Tujuan Umum………………………………………………………..
1.3.2
Tujuan Khusus………………………………………………………
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………… BAB II Tinjauan Pustaka A. Landasan Teori……………………………………………………………………. B. Kerangka Teori……………………………………………………………………. C. Kerangka Konsep………………………………………………………………… D. Hipotesis…………………………………………………………………………… E. Defenisi Operasional…………………………………………………………….. BAB III Metode Penelitian 3.1 Desain , Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………… 3.2 Populasi dan Sampel……………………………………………………………. 3.3 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data……………………………………. 3.4 Pengolahan dan Analisis Data…………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai masalah gizi masih diderita oleh sebagian masyarakat di Indonesia dan salah satu masalah gizi utama adalah anemia gizi yang umumnya disebabkan oleh kekurang- an zat besi. Anemia adalah suatu keadaan kekurang- an kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang terutama disebabkan oleh kekurangan zat gizi (khususnya zat besi) yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut (Depkes, 1998). Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) sehingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi. Anemia ini sering juga disebut sebagai penyakit kurang darah yang biasanya ditandai dengan gejala cepat lelah, kurang bergairah, tidak mampu berkonsentrasi, kurang selera makan, pusing, sesak nafas, mudah kesemut- an, merasa mual dan jantung berdebar-debar (Husaini dan Karyadi, 1978). Anemia gizi karena kekurangan zat besi ini dapat terjadi karena pola konsumsi makanan masyarakat Indonesia masih didominasi pangan nabati, sedangkan pangan hewani seperti daging dan susu sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron) jarang dikonsumsi pen- duduk. Di samping itu, keadaan tertentu se- perti kebutuhan yang meningkat pada masa remaja, kehamilan, mengidap penyakit seperti TBC dan malaria, kehilangan darah, kekurang- an zat gizi lainnya, dan kecacingan, akan memperberat masalah anemia gizi (Depkes, 1998). Remaja, termasuk mahasiswa baru, me- rupakan salah satu kelompok yang rawan ter- hadap masalah anemia gizi. Hal ini dapat di- maklumi karena masa remaja adalah masa per- tumbuhan yang lebih banyak membutuhkan zat gizi termasuk zat besi. Penderita anemia diperkirakan hampir dua milyar atau 30% dari populasi dunia. Prevalensi anemia di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu pada remaja wanita 26.50%, wanita usia subur (WUS) 26.9%, ibu hamil 40.1% dan anak balita 47.0%.Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia pada kelompok remaja usia 15-24 tahun mencapai 18,4%. Remaja puteri menjadi rentan terhadap anemia sebab
remaja puteri
mengalami siklus menstruasi Ketidakseimbangan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja puteri biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap makanan Pemberian pendidikan gizi pada remaja putri diharapkan dapat menambah pengetahuan remaja putri tentang gizi khusunya tentang anemia, dan diharapkan dapat mengubah pola makan sehingga asupan gizi menjadi lebih baik. Pemikiran yang terbuka dan karakteristik remaja yang masih dalam tahap belajar secara tidak langsung akan memengaruhi kebiasaan mereka. Dengan pendidikan gizi, remaja akan lebih mengenal
kebiasaan
baik
dalam
hal
pemenuhan
kebutuhan
asupan
gizi,
sehingga
dapat
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal ini maka penelitian bertujuan (1) menganalisis efek pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi, (2) menganalisis efek pendidikan gizi terhadap asupan zat gizi (protein, vitamin C, vitamin A, asam folat, besi, zink dan tembaga) pada remaja di kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara tahun 2019. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang tersebut dapat diindentifikasikan beberapa masalah yaitu : 1) Adakah pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi remaja? 2) Adakah pengaruh pendidikan gizi terhadap asupan zat besi pada remaja ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi remaja 1.3.2 Tujuan Khusus a. Menganalisis Pengaruh pendidikan gizi terhadap asupan zat besi pada remaja b. Mengidentifikasi sikap remaja tentang pentingnya asupan zat gizi
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan mengenai anemia pada remaja. 2.
Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan serta pemahaman peneliti tentang pengaruh pendidikan
gizi dalam meningkatkan pengetahuan dan asupan gizi pada remaja putri yang anemia di Kecamatan Lubuk Pakam. 3.
Bagi Profesi Gizi Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi petugas kesehatan khususnya bagi
Ahli Gizi dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai Anemia pada Remaja. 4.
Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang
anemia pada remaja sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 2.1 Pengetahuan (Knowlegde) Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what “, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab “why “ dan “ how”, misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas,dan sebgainya (Notoatmodjo, 2012) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalh yang dihadapi. Pengetahuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang
dalam
berperilaku termasuk perilaku ibu hamil dalam keteraturan kunjungan antenatal. Menurut L.Green (1980) perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh factor predisposisi yang meliputi pengetahuan,sikap, kepercayaan, nilai dan sebagainya. Hal yang sama juga disampaikan oleh Nasution (2009) bahwa pengetahuan merupakan hal yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Selain itu juga perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut bersifat langgeng (long lasting). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni : 1) Tahu (know) Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dsb. 2) Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (aplication) Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah ipelajari pada situasi atau kondisi real. 4) Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
Kemampuan analisis ini dapat
dilihat
dari penggunaan kata kerja seperti
menggambarkan (membuat bagan), memisahkan, mengelompokkan, dsb. 5) Sintesis (synthesis) Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dsb terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi terhadap suatu materi atau obyek (Notoatmodjo,2012). Pengetahuan adalah suatu kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan tahayul dan pengembangan keliru. 2.1.1. Fungsi Pengetahuan Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali, atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai sesuatu yang konsisiten ( Notoatmodjo, 2012)
2.2 Pendidikan Gizi Pendidikan
gizi
pendekatan
edukatif
untuk
menghasilkan
perilaku
individu/masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau dalam mempertahankan gizi tetap baik. Menurut Suharjo (2007), tujuan pendidikan gizi adalah sebagai berikut: a. Dapat membentuk sikap positif terhadap makanan bergizi. b. Terciptanya pengetahuan dan kecakapan dalam memilih dan menggunakan bahan makanan. c. Terbentuknya kebiasaan makan yang baik. d. Adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan makanan bergizi. Pendidikan gizi pada dasarnya hanya akan berhasil bila subjek merasa perlu tertarik dengan isi pendidikan tersebut karena menyangkut kesehatan dan kesejahteraannya. Hasilnya akan berbeda apabila konsep pendidikan yang telah diberikan hanya berdasar pada kebutuhan peneliti atau ahli untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi tersebut kepada subjek penelitian. Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan informasi atau pengetahuan, khususnya mengenai gizi, adalah tidak hanya kesesuaian isi, tetapi juga cara komunikasi terhadap subjek penelitian.
Pendidikan gizi melalui komunikasi untuk merubah kebiasaan atau perilaku sangat berhubungan dengan pola asuh, pola hidup dan praktek hidup sehat. Selain itu, lingkungan yang mendukung, seperti fasilitas dan sarana-prasarana, teman, keluarga dan orang tua dapat membantu perubahan perilaku menjadi lebih baik (Nikmawati, 2009). Pendidikan gizi yaitu suatu informasi mengenai gizi yang dapat meningkatkan pengetahuan anak yang diharapkan dapat merubah kebiasaan makan pada anak ke pola makan seimbang.
Menurut Johnson dan Johnson (dalam Emilia, 2009) pendidikan gizi mempunyai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah: 1) Mendapatkan pengetahuan tentang makanan yang menyediakan zat gizi esensial bagi tubuh dan mengetahui kegunaan zat gizi bagi tubuh, 2) Membangun kerangka konseptual tentang prinsip-prinsip gizi, penjabarannya dan aplikasi dari prinsip tersebut, 3) Membangun sikap positif terhadap kebiasaan mengembangkan motivasi menggunakan pengetahuan gizi untuk promosi kesehatan dan kesejahteraan, merespon makanan bergizi dalam sikap yang baik, 4) Mengkonsumsi makanan bergizi, termasuk menggunakan pengetahuan gizi dalam memilih makanan. Tujuan jangka panjang pendidikan gizi adalah: 1) Menggunakan kerangka konseptual gizi untuk mengatur perubahan suplai makanan dan dapat membedakan beberapa anjuran diet, 2) Mencari dan mau menerima pengetahuan tentang gizi, 3) Seleksi dengan baik dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dari hari ke hari sepanjang hidup untuk memelihara kesehatan, kesejahteraan dan produktivitas. 2.2.1 Media Pendidikan Gizi Media pendidikan gizi dan kesehatan tidak kalah pentingnya dalam proses penyampaian informasi kesehatan. Media ini berfungsi sebagai alat bantu penyuluhan. Berdasarkan fungsinya, media dibagi menjadi 3, yaitu (Notoatmodjo, 2006): a. Media cetak, terdiri dari : 1) Buklet : media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk buku. 2) Leaflet : seperti flyer tetapi dalam bentuk lipatan 3) Flyer : media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk lembaran 4) Flip chart/ lembar balik : media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk lembaran besar yang disatukan. Halaman depan bersisi materi yang dilihat peserta, bagian belakang berisi materi yang sama tetapi dilihat oleh penyuluh. 5) Rubrik/ tulisan pada surat kabar/ majalah mengenai suatu masalah kesehatan. 6) Poster : bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan, yang biasanya ditempel pada tempat-tempat umum.
b. Media elektronik Media penyampaian informasi kesehatan melalui instrumen seperti radio, video, atau slide. c. Media papan (bill board) Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai sebagai media untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan. 2.3 Anemia 1. Pengertian Anemia gizi besi Anemia didefinisikan sebagai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah sesuai batas yang direkomendasikan (WHO, 2007). Anemia gizi merupakan kekurangan zat besi dalam tubuh, merupakan masalah gizi yang paling tinggi di Indonesia, selain itu mempengaruhi pembentukan hemoglobin yaitu besi, protein, vitamin C, Piridoksin, vitamin E (Almatsier, 2009). Anemia Gizi Besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar besi dalam darah. Semakin berat kekurangan zat besi yang terjadi akan semakin berat pula anemia yang diderita (Gibney,2008). 2. Etiologi Menurut Mansjoer (2008), etiologi anemia, meliputi : a. Asupan besi yang berkurang pada jenis makanan yang mengandung Fe. b. Kehilangan/pengeluaran besi berlebihan pada perdarahan saluran cerna kronis. c. Kebutuhan energi dan zat besi yang meningkat oleh karena pertumbuhan pada bayi, remaja, dan ibu hamil. d. Asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat. 3. Tanda-tanda anemia Gejala atau tanda-tanda yang dapat dilihat menurut Helen Varney (2009), adalah : a. Letih, mengantuk, malas b. Lemah c. Sakit kepala d. Kulit pucat e. Kehilangan nafsu makan, mual, muntah.
4. Batasan Anemia Menurut Manuaba (2010), batasan anemia adalah sebagai berikut: a. Tidak anemia Hb > 11 gr % b. Anemia Ringan Hb 9-10 gr % c. Anemia Sedang Hb 7-8 gr % d. Anemia Berat Hb < 7 gr % 2.4 Remaja 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Masa remaja (Adolescence) merupakan masa dimana terjadi transisi masa kanak-kanak menuju dewasa yaitu antara usia 13 sampai 20 tahun (Potter. Perry, 2009). Perubahan-
perubahan yang terjadi pada masa remaja menurut Potter dan Perry dalam Fundamental of Nursing adalah : a. Perubahan Fisik Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada masa remaja. Kematangan seksual terjadi seiring perkembangan karakteristik seksual primer dan sekunder. Fokus utama perubahan fisik khususnya pada remaja putri adalah pertumbuhan tulang dan otot, payudara membesar, pinggang dan pinggul melebar, perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder yang ditandai dengan menarche, pertumbuhan rambut diketiak maupun pubis. Untuk mendukung pertumbuhan jasmani yang optimal, perlu diperhatikan masalah gizi pada remaja, supaya memenuhi semua unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Selain itu remaja putri juga memerlukan tambahan makanan yang banyak mengandung zat besi karena remaja putri akan mengalami perdarahan setiap bulan melalui proses menstruasi. b. Perubahan Kognitif Perubahan pada pikiran dan lingkungan sosial remaja akan menghasilkan tingkat perkembangan intelektual tertinggi. Remaja memperoleh kemampuan memperkirakan suatu kemungkinan, mengurutkannya, memecahkan masalah dan mengambil keputusan melalui pemikiran logis. Remaja dapat berpikir abstrak dan dapat mengatasi masalah hipotesis. Saat menghadapi suatu masalah, remaja akan mempertimbangkan berbagai kemungkinan penyebab dan penyelesaiannya sehingga dengan kemampuannya tersebut remaja akan memperoleh identitas diri. Pada masa remaja timbul kualitas introspektif seiring dengan peningkatan kognitif. Remaja percaya bahwa diri mereka unik dan merupakan pengecualian sehingga mereka membangun tingkah laku yang beresiko. c. Perubahan Psikososial Pencarian jati diri merupakan tugas utama remaja pada perkembangan psikososial. Remaja dapat membentuk kelompok yang erat atau memilih untuk tetap terisolasi. Remaja berusaha memisahkan unsure emosional dari pihak orang tua sambil tetap mempertahankan hubungan keluarga. Selain itu, remaja membangun sistem etis yang berdasarkan nilai-nilai pribadi antara lain mengambil keputusan mengenai karier, pendidikan dimasa depan dan gaya hidup. 2.5 Anemia pada Remaja Putri Pada umumnya remaja putri lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati dibandingkan makanan hewani, sehingga banyak yang menderita anemia. Hal ini disebabkan zat besi dalam makanan nabati berbentuk ikatan ferri yang harus dipecah terlebih dahulu menjadi ferro oleh getah lambung sebelum diserap oleh tubuh. Sedangkan pada makanan hewani zat besi sudah dalam bentuk ferro yang lebih mudah diserap oleh tubuh.
Selain itu, remaja putri lebih banyak terkena anemia karena remaja putri lebih sering melakukan diet pengurangan makan dengan menu yang tidak seimbang sehingga tubuh kekurangan zat-zat penting seperti zat besi dan terjadinya menstruasi setiap bulan yang berarti kehilangan darah secara rutin setiap bulannya. Anemia gizi besi pada remaja putri akan
berdampak
menurunnya
kemampuan dan
konsentrasi
belajar,
mengganggu
pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak sehingga menimbulkan gejala muka tampak pucat, letih, lesu dan cepat lelah akibatnya dapat menurunkan kebugaran dan presatasi belajar (Depkes,2003). 2.6 Asupan Zat Besi pada Remaja Zat besi (Fe) adalah mikro elemen yang essensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu dalam syntessa hemoglobin Hb. Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, diantaranya dalam produksi sel darah merah. Sel ini diperlukan untuk mengangkat oksigen keseluruh jaringan tubuh. sedangkan oksigen penting dalam proses pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah. Hampir semua jenis anemia pada umumnya disebabkan kekurangan zat besi. Hal ini dapat menimbulkan kurangnya konsentrasi hemoglobin dan jumlah serta besarnya sel darah merah. Anemia tipe ini disebabkan karena kurangnya zat besi yang dimakan, absorpsi zat besi yang kurang baik dalam intestine, atau kenaikan kebutuhan zat besi seperti pada saat menstruasi, pertumbuhan, dan kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara asupan zat besi dengan kejadian anemia. Hasil penelitian ini mendukung penelitian di India yang menunjukkan penurunan prevalensi anemia dari 65,3% menjadi 54,3% setelah diberikan suplementasi zat besi (100 mg) dan asam folat (0,5 mg) selama 30 hari1. Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada tingkat absorpsinya. Diperkirakan hanya 515% besi makanan diabsorpsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorpsi dapat mencapai 50%. Penyerapan zat besi di dalam usus yang kurang baik (terganggu) juga merupakan penyebab terjadinya anemia. Zat besi dari pangan hewani lebih mudah diserap, yaitu antara 1020%, sedangkan dari pangan nabati hanya sekitar 1-5%. Oleh karena itu, menkonsumsi zat besi dari pangan hewani jauh lebih baik daripada pangan nabati. Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam daging hewan dapat diserap oleh tubuh dua kali lipat daripada besi-nonhem.
B. KERANGKA TEORI Pengetahuan Gizi Remaja
Karakteristik Keluarga -
Pendidikan Ayah Ibu Pekerjaan Ayah Ibu Kepemilikan Rumah
Status Anemia Asupan Zat Gizi Besi Remaja
C. KERANGKA KONSEP Pendidikan Gizi
Pengetahuan Gizi dan Asupan Zat Besi sesudah Intervensi
Pengetahuan Gizi dan Asupan Zat Besi sebelum Intervensi C. Hipotesis
Ho : Ada Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi dan asupan zat gizi pada remaja Ha : Tidak ada Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi dan asupan zat gizi pada remaja Variabel Penelitian Variabel Penelitian : a. Variabel Independen : Pendidikan Gizi b. Variabel Dependen
: Pengetahuan Gizi dan Asupan Zat Besi
E. Defenisi Operasional Variabel
Defenisi Operasional
Cara Ukur
Alat
Skala
Ukur
Ukur Rasio
Hasil Ukur
1.Status
Perubahan status anemia
Pemeriksaan/
Easy
Anemia
yang
tes darah
Touch®
sebelum
GCHb
intervensi dan
diukur
menggunakan alat ukur
Selisih nilai Hb
sesudah intervensi 2. Asupan
Perubahan jumlah asupan
Pengurangan
Food
Zat Besi
zat besi per mg
jumlah asupan
Recall
asupan
zat
24
besi
Hours
intervensi dan
besi
sesudah intervensi dan
Rasio
Selisi
jumlah zat
sesudah
sebelum
sebelum
intervensi
intervensi 3.
Perubahan pengetahuan
Pengurangan
Kuesion
Pengetah
mengenai
nilai
er
uan Gizi
satuan nilai pengetahuan
pengetahuan
soal
gizi
dalam
gizi
sesudah
25
Rasio
Selisih
pengetahuan gizi
sesudah
intervensi
intervensi
dengan
dengan
sebelum
sebelum
intervensi
intervensi
nilai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian, Tempat dan Waktu. Jenis penelitian adalah quasy experiment dengan rancangan pretest-posttest group. Lokasi Penelitian di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam , Deli Serdang , Sumatera Utara. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2019.
3.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh remaja putri yang anemia. Sampel adalah total populasi yang dipilih dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi : 1) aktif sekolah dan datang ketika dilakukan pemeriksaan darah, 2) sehat dan tidak sakit diare, TBC, atau penyakit lain saat penelitian, 3) tinggal bersama orang tua dan 4) bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent. Kriteria eksklusi: 1) sedang menstruasi ketika pemeriksaan darah dilakukan, 2) dalam tiga bulan terakhir mengonsumsi suplemen besi, 3) pekerjaan orang tua dibidang kesehatan, 4) pendidikan orang tua lebih dari lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 5) penghasilan orang di atas dua juta per bulan. Setelah penerapan kriteria inklusi dan eksklusi, maka 51 remaja putri sebagai sampel.
3.3 Jenis Data dan Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data Penelitian ini menggunakan jenis data : Data primer adalah data atau materi yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat
berlangsungnya
penelitian
dan
diperoleh
langsung
dari
responden
dengan
menggunakan kuesioner dan pemeriksaan secara langsung. 3.3.2 Intsrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah alat ukur yang berupa kumpulan beberapa pertanyaan bisa digunakan bila jumlah responden besar dan dapat mengungkapkan hal-hal yang rahasia (Sugiyono, 2010). Kuesioner yang telah disusun secara terstruktur ini terdiri dari kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dan sebelum kuesioner tersebut diberikan kepada responden. Topik kuesioner meliputi pengertian, orang yang berisiko, faktor risiko, tanda dan akibat anemia, cara pencegahan dan cara penanggulangan serta zat-zat gizi yang berhubungan dengan anemia. Sebelum intervensi, sampel diberikan pretest pengetahuan gizi, dan asupan zat gizi besi.
3.4 Pengolahan Data dan Analisis Data 3.4.1 Pengolahan Data Langkah-langkah pengolahan data dalam penilitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Editing (memeriksa data) Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner tersebut.
Dilakukan memeriksa kelengkapan, kejelasan, relevansi, konsistensi masing-masing jawaban dari data kuesioner. 2.
Coding (pemberian kode) Pemberian kode yang diberikan dijabarkan sebagai berikut :
a.
Pengetahuan Remaja
1)
Baik
2)
Cukup
: diberikan kode 2
3)
Kurang
: diberikan kode 3
b.
: diberikan kode 1
Status Anemia
a. Tidak anemia Hb > 11 gr % b. Anemia Ringan Hb 9-10 gr % c. Anemia Sedang Hb 7-8 gr % d. Anemia Berat Hb < 7 gr %
3.
Entering Proses memasukan data ke dalam computer untuk selanjutnya dilakukan analisis
data dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solition). Efek pendidikan gizi terhadap asupan zat gizi dianalisis dengan uji beda pengetahuan gizi, dan asupan gizi. Bila data berdistribusi normal, maka analisis dilakukan dengan uji statistik parametrik yaitu uji t berpasangan. Sebaliknya, bila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Wilcoxon. 4.
Cleaning (Pembersihan data) Peneliti menghilangkan data-data yang tidak diperlukan dan mengecek kembali data-
data yang sudah di entering, apakah ada kesalahan atau tidak (Notoatmodjo, 2012). 3.4.2 Analisis Data 1.
Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik setiap variabel
penelitian. Variabel bentuk analisis univariat ini yaitu kategorik yang menghasilkan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik setiap variabel penelitian. Adapun variabel yang di analisis adalah pengetahuan gizi remaja, asupan zat besi dan status anemia.
2.
Analisis Bivariat Analisis bivariat diperlukan untuk menjelaskan tentang dua variabel yaitu antara
variabel bebas dengan variabel terikat (Budiharto, 2008). Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan dan asupan zat besi pada remaja di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, Deli Serdang.