PROPOSAL PENELITIAN EKSPERIMEN PENERAPAN METODE SCAFFOLDING PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI 1 KUALA
Dosen: Dra. Ida Wahyuni, M.Pd dan Dr. Derlina Nasution, M.Si Disusun Oleh:
Sintia
: 4161121024
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN, 2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Masalah dan Pembatasan Masalah..................................................... 2 1.3 Variabel Penelitian ............................................................................. 2 1.4 Definisi Operasional .......................................................................... 3 1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4 2.1 Belajar ....................................................................................................... 4 2.2 Metode Scaffolding .................................................................................... 7 BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 11 3.1 Metode Penelitian....................................................................................... 11 3.2 Populasi dan Sample .................................................................................. 11 3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 11 3.4 Teknik Analisis Data .................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha dasar dan tercapainya untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual agama, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara. UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 dalam Cahyo (2013:18). Menurut Hamalik (2004) dalam Cahyo (2013:17), “pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaikmungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahandalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi sebagai yang kuat dalam kehidupan masyarakat” Kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari faktor pendidikan, karena pendidikanmempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia yang merupakan unsur penting dalam memajukan dan menyempurnakan mutu pendidikandengan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.Guru merupakan pemegang peranan penting dalam menciptakan suasana yangdapat menunjang peningkatan pemahaman siswa, sehingga siswa mampu mencapai perkembangan potensialnya. Ketika siswa telah mampu mencapai perkembangan potensialnya, maka siswa tersebut telah mampu berpikir tingkat tinggi. Agar implementasi pembelajaran dapat mencapai hasil yang memuaskan dan ZPD (zone of proximal development) perlu disajikan sebagai landasan utama.Disamping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki keragaman modelatau metode pembelajaran, karena tidak ada satu model atau metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam. Apabila konsep pembelajaran tersebut dipahami oleh guru, maka upaya mendesain pembelajaran bukan menjadi beban, tetapi menjadi pekerjaan yang menantang. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses belajar mengajar seorangguru harus memiliki model atau metode pembelajaran yang tepat untuk menyajikan pokok bahasan yang diajarkan pada peserta didik, adapun salah satu metode pembelajaran tersebut yang digunakan adalah metode Scaffolding . Scaffolding merupakan membantu siswa pada awal belajar untuk mencapai pemahaman dan ketrampilan dan secara perlahan-lahan bantuan tersebut dikurangisampai akhirnya siswa dapat belajar mandiri dan menemukan pemecahan bagi tugas-tugasnya, (Cahyo 2013:127). Metode Scaffolding diperkenalkan pertama kali oleh Jerome Bruner di akhir 1950-an, seorang prikolog kognitif. Ia menggunakan istilah untuk menggambarkananak-anak muda dalam akuisisi bahasa. Anak-anak pertama kali mulai berbicara melalui bantuan orang tua mereka, secara naluriah anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar berbahasa. Jarome Bruner menyebutkan bantuan orang dewasa dalam proses belajar anak dengan istilah Scaffolding , yaitu sebuah dukungan untuk belajar dan memecahkan problem. Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang dewasa dan anak-anakyang memungkinkan anak-anak untuk melakasanakan sesuatu di luar usaha siswanya. Sebagian
pakar pendidikan mendefinisikan Scaffolding berupa bimbingan yangdiberikan seorang pembelajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang bersifat positif.Konstruksi scaffolding terjadi pada peserta didik yang tidak dapatmengartikulasikan atau menjelajahi belajar secara mandiri. Scaffolding dipersiapkanoleh guru untuk tidak mengubah sifat atau tingkat kesulitan dari tugas,melainkan dengan scaffolding yang disediakan memungkinkan peserta didik untuk berhasil menyelesaikan tugas. Berdasarkan inforasi dari guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Kuala bahwa nilai tes pelajaran fisika belum mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM). Hal ini di sebabkan metode yang diajarkan yaitu metode pembelajaran (konvensional) seperti cerama, tanya jawab, diskusi. Sehingga peserta didik hanyamenerima secara pasif. Hal ini menimbulkan kejenuhan dari peserta didik untuk belajardan proses belajar mengajar cendrung berjalan kurang aktif. Guru tidak dapat disalahkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran karenakeinginan dan minat belajar itu tergantung kepada siswa itu sendiri. Untuk itudibutuhkan metode yang tepat untuk menumbuhkan keinginan dan minat belajarsehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Penerapanmetode Scaffolding pada mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Kuala.
1.2 Masalah dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Masalah Rumusan masalah diatas adalah “Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan penerapan metode Scaffolding pada mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Kuala?” 1.2.2 Pembatasan Masalah Untuk memperjelas dan menghindari salah tafsir terhadap masalah dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan sebagai berikut : 1. Metode Scaffoldinga dalah metode dengan cara membantu siswa pada awal belajar untuk mencapai pemahaman dan ketrampilan dan secara perlahan-lahan bantuan tersebut dikurangi sampai akhirnya siswa dapat belajar mandiri dan menemukan pemecahan bagi tugas-tugasnya. 2. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai fisika yang diperoleh dari hasil tes. 3. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas ? SMA Negeri 1 Kuala. 4. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Gerak Lurus Berubah Beraturan. 1.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian menurut Sugiyono (2013:61) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Daridefinisi tersebut yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pembelajaran fisika menggunakan metode Scaffolding. 2
1.4 Definsi Operasional Variabel Agar kedua pengertian variabel tersebut jelas, maka perlu didefinisikan sebagai berikut : 1. Metode Scaffolding adalah salah satu metode mengajar berupa bimbingan yangdiberikan oleh seorang pembelajar kepada peserta didik dalam proses pembelajarandengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang bersifat positif. Hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah mengalami proses belajar yangditunjukkan dengan nilai atau angka. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui meningkat atau tidak hasil belajar fisika siswa dengan di terapkannya metode Scaffolding pada mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Kuala. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi sekolah : Sebagai pertimbangan untuk menerapkan metode pembelajaran di sekolah sehingga dapat menciptakan situasi belajar yang lebih efektif. 2. Bagi guru : Sebagai masukan atau informasi dalam melaksanakan pembelajaran fisika dengan menggunakan metode Scaffolding sehingga dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa. 3. Bagi siswa : Diharapkan dengan adanya metode Scaffolding kegiatan belajar lebih aktif, kreatif, dan mandiri dalam segala hal. 4. Bagi peneliti : Sebagai pengalaman dan pelajaran bagi peneliti dalam menerapkan pembelajaran mata pelajaran fisika dengan menggunakan metode Scaffolding.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar 2.1.1 Hakekat Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang adadi sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkankepada pencapaian tujuan dan proses berbuat malalui berbagai pengalaman yangdiciptakan guru. Menurut Sudjana (1989:28) dalam Rusman (2013:83) belajar jugamerupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.Menurut Rusman (2013:85) Belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses mental, misalnya aktivitas berfikir, memahami,menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkapkan,menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya (produk), apresiasi dan sebagainya.Lebih jauh Hilgard (1962) dalam Rusman (2013:85) berpendapat bahwa belajaradalah proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya responsterhadap sesuatu situasi. Menurut James O. Whitaker dalam Djamarah (2000:12) “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman”. Dari beberapa pendapat tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan yang menghasilkan perubahan perilaku positif.Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku siswa. Menurut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010:35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baikmelalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.Menurut Surya (1997) dalam Rusman (2013:87) ada delapan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu: 1. Perubahan yang Disadari dan Disengaja (Intensional).Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individuyang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutanmenyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannyasemakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat. 2. Perubahan yang Berkesinambungan (Kontinu).Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnyamerupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolehsebelumnya. 3. Perubahan yang Fungsional.Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidupindividu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masamendatang. 4. Perubahan yang Bersifat Positif.Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukkan kearahkemajuan. Misalnya seorang mahasiswa sebelum belajar 4
5. 6. 7.
8.
tentang psikologi pendidikan menganggap bahwa dalam proses belajar mengajar tidak per lu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilakudan pribadi peserta didiknya. Perubahan yang Bersifat Aktif. Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupayamelakukan perubahan. Perubahan yang Bersifat Permanen.Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap danmenjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Perubahan yang Bertujuan dan Terarah.Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Perubahan Perilaku secara Keseluruhan.Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuansemata,tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.
2.1.2 Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Bruce Weil (1980) ada tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. 2. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang pengetahuantersebut adalah pengetahuan fisis, sosial, dan logika.
harus
dipelajari,
3. Dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial.Prinsipprinsip belajar relatif berlaku umum berkaitan dengan (1) Perhatian danMotivasi, (2) Keaktifan, (3) Keterlibatan Langsung/Berpengalaman, (4) Pengulangan, (5) Tantangan, (6) Balikan dan Penguatan, dan (7) Perbedaan Individual.
2.1.3 Pengertian Hasil Belajar Menurut Rusman (2013:123) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yangdiperolah siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidakhanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macammacam keterampilan,cita-cita, keinginan dan harapan. Menurut Oemar Hamalik (2002:45) yang menyatakan bahwa “hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku”. Sedangkan menurut UNESCO dalam Rusman (2013:91) hasil belajar dapatdituangkan dalam empat pilar pembelajaran, yaitu learning to know, learning to be,learning to life together, dan learning to do. a. Belajar mengetahui (Learning to Know) 5
Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan, dan pemanfaataninformasi. Dewasa ini terdapat ledakan informasi dan pengetahuan. Hal ini bukan sajadisebabkan karena adanya perkembangan yang sangat cepat dalam bidang ilmu danteknologi, tetapi juga karena perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutamadalam bidang elektronika. Jacques Delors (1996) dalam Rusman (2013:91), sebagai ketua komisi penyusun Learning the Treasure Within, menegaskan adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean) dan pengetahuan sebagai hasil (end). Pengetahuanterus berkembang, setiap saat ditemukan pengetahuan baru. Oleh Karen itu, belajarmengetahui harus terus dilakukan, bahkan ditingkatkan menjadi knowing much (berusaha tahu banyak). b. Belajar Berbuat/Berkarya (Learning to Do) Belajar berkarya berhubungan pengetahuanmendasari perbuatan. Belajar menguasaiketerampilan dan kompetensi kerja.
dengan berkarya
belajar mengetahui, sebab adalah belajar atau berlatih
c. Belajar Hidup Bersama (Learning to Live Together) Dalam kehidupan global, kita tidak hanya berinteraksi dengan beranekakelompok athik, daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup berasama dan bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. d. Belajar Menjadi Diri Sendiri yang Utuh (Learning to Be) Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik,maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajarmengembangkan seluruh aspek kepribadiannya.Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (2008:24) meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu: a.Faktor Internal 1. Faktor Fisiologis Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidakdalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dansebagainya. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran. 2. Faktor Psikologis Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologisyang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya.Beberapa factor psikologis meliputi intelegrasi (IQ), perhatian, minat, bakat,motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa. b. Faktor Eksternal 6
1. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan inimeliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnyasuhu, kelmbaban, dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruang yang memilikiventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya denganyang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan ruang yang cukupmendukung untuk bernafas lega . 2.Faktor Instrumental Faktor Instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannyadirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor inidiharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor Instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru. (Rusman, 2013:124).
2.2 Metode Scaffolding 2.2.1 Pengertian Metode Scaffolding Metode scaffolding didasarkan pada teori Vygotsky. Menurut Vygotsky (dalamTrianto, 2010: 76) bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajarmenangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih beradadalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada dalam Zone of Proximal Development (ZPD) yaitu perkembangan sedikit di atas perkembanganseseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi padaumumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu, sebelum fungsimental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.Istilah Scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa bangunankerangka sementara atau penyangga (biasanya terbuat dari bambu, kayu, atau batang besi) yang memudahkan pekerja membangun gedung. Scaffolding diartikan dalam bahasa Indonesia “perancah”, yaitu bambu (balok dsb) yang dipasang untuk tumpuan ketika mendirikan rumah, mendirikan tembok, dan sebagainya . Scaffolding is the assistance (parameters, rules or suggestions) a teacher givesa student in a learning situation. Scaffolding adalah bantuan (parameter, aturan atau saran) pembelajar memberikan peserta didik dalam situasi belajar. Scaffolding allows the student to have help with only the skills that are new orbeyond her ability. Scaffolding memungkinkan peserta didik untuk mendapat bantuan melaluiketerampilan baru atau di luar kemampuannya. Menurut Agus N. Cahyo Scaffolding adalah membantu siswa pada awal belajaruntuk mencapai pemahaman dan ketrampilan dan secara perlahan-lahan bantuantersebut dikurangi sampai akhirnya siswa dapat belajar mandiri dan menemukan pemecahan bagi tugastugasnya.Sebagian pakar pendidikan mendefinisikan Scaffolding berupa bimbingan yangdiberikan seorang pembelajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang bersifat positif. Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh JeromeBruner, seorang prikolog kognitif. Ia menggunakan istilah untuk menggambarkan anak-anak muda 7
dalam akuisisi bahasa. Anak-anak pertama kali mulai berbicara melalui bantuan orang tua mereka, secara naluriah anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar berbahasa. Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang dewasa dananak-anak yang memungkinkan anak-anak untuk melakasanakan sesuatu di luar usaha siswanya. Menurut Vygotsky dalam Cahyo (2013:129), peserta didik mengembangkanketerampilan berpikir tingkat yang tebih tinggi ketika mendapat bimbingan (Scaffolding) dari seorang yang lebih ahli atau melalui teman sejawat yang memilikikemampuan yang lebih tinggi. Vygotsky juga mengemukakan tiga kategori perceraiansiswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu siswa mencapai keberhasilandengan baik, siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, dan siswa gagal dalammeraih keberhasilan. Maka Scaffolding berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan.Menurut Lange (2001) dalam Cahyo (2013:129), ada dua langkah utama yangterlibat dalam Scaffolding pembelajaran: pengembangan rencana pembelajaran untukmembimbing peserta didik dalam memahami materi baru, dan pelaksanaan rencana, pembelajar memberikan bantuan kepada peserta didik di setiap langkah dari proses pembelajaran. Scaffoldingterdiri dari beberapa aspek khusus yang dapat membantu peserta didik dalam internalisasi penguasaan pengetahuan. Berikut aspek-aspek Scaffolding : 1. Intensionalitas; kegiatan ini mempunyai tujuan yang jelas terhadap aktivitas pembelajaran berupa bantuan yang selalu diberikan kepada setiap peserta didik yangmembutuhkan. 2. Kesesuaian; peserta didik yang tidak bisa menyelesaikan sendiri permasalahan yangdihadapinya, maka pembelajaran memberikan bantuan penyelesaiannya. 3. Struktur; modeling dan mempertanyakan kegiatan terstruktur di sekitar sebuahmodel pendekatan yang sesuai dengan tugas dan mengarah pada urutan alam pemikiran dan bahasa . 4. Kolaborasi; pembelajaran menciptakan kerja sama dengan peserta didik danmenghargai karya yang telah dicapai oleh peserta didik. Peran pembelajar adalah kolaborator bukan sebagai evaluator . 5. Internalisasi; Eksternal Scaffolding untuk kegiatan ini secara bertahap ditariksebagai pola yang diinternalisasi oleh peserta didik. 2.2.2 Prinsip-Prinsip Metode Scaffolding Prinsip-prinsip belajar kontruktivisme dengan pendekatan Scaffolding Yang ditetapkan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik. b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pembelajar ke peserta didik. c. Dengan keaktifan peserta didik sendiri untuk menalar. 8
d. Peserta didik aktif mengontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmah. e. Pembelajar sekedar memberi bantuan dan menyediakan saran serta situasi agar proses konstruksi belajar lancar. f. Hadapi masalah yang relevan dengan peserta didik. g. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pernyataan. h. Mencari dan menilai pendapat peserta didik. i. Menyelesaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan peserta didik.
2.2.3 Langkah-Langkah Metode Scaffolding a. Menjelaskan materi pembelajaran. b. Menentukan Zone Of Proximal Development (ZPD) atau level perkembangansiswa berdasarkan tingkat kognitifnya dengan melihat nilai hasil belajarsebelumnya. c. Mengelompokkan siswa menurut ZPD-nya. d. Memberikan tugas belajar berupa soal-soal berjenjang yang berkaitan denganmateri pembelajaran. e. Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar menyelesaikan soal-soal secaramandiri dengan berkelompok. f. Memberikan bantuan berupa bimbingan, motivasi, pemberian contoh, kata kunciatau hal lain yang dapat memancing siswa ke arah kemandirian belajar. g. Mengarahkan siswa yang memiliki ZPD yang tinggi untuk membantu siswayang memilki ZPD yang rendah. h.Menyimpulkan pelajaran dan memberikan tugas-tugas. 2.2.4 Keuntungan Mempelajari Metode Scaffolding Menurut Agus N.Cahyo keuntungan mempelajari scaffolding adalah : a. Memotivasi dan mengaitkan minat siswa dengan tugas belajar. b. Menyederhanakan tugas belajar sehingga bisa lebih terkelola dan bisa dicapaioleh anak. c. Memberi petunjuk untuk membantu anak berfokus pada pencapaian tujuan. d. Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak dan solusi standaratau yang diharapkan. e. Mengurangi frustasi atau resiko. f. Memberi model dan mendefenisikan dengan jelas harapan mengenai aktivitasyang akan dilakukan.
9
2.2.5 Kelemahan Mempelajari Metode Scaffolding Kelemahan dari pembelajaran Scaffolding ini membutuhkan waktu yang banyakkarena tidak semua siswa dapat mengkontruksi pengetahuan yang diterima secara cepat.Pembelajaran ini hanya dapat diterapkan pada materi dengan karakteristik tertentu, yaitumateri-materi yang rumit (berhubungan dengan rumus-rumus) seperti materi fisika yangmemerlukan penjelasan lebih dan juga banyak latihan.
10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode penelitian “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto,2006:160). Lebih lanjut Surachman (1978:131) mengemukakan bahwa metode dalam suatu penelitian diperlukan guna mencapai tujuan penelitian serta untuk menjawab masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik dan alatalat tertentu. Dari kedua kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian untuk menjawab masalah penelitian dengan menggunakan cara dan alat tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu atau category one shot case study yang bertujuan untuk mengetahuihasil belajar fisika siswa dengan metode Scaffolding pada mata pelajaran fisika. Dalam penelitian ini hanya ada kelas sampel yang menjadi kelas eksperimendan tanpa ada kelas kontrol atau kelas pembanding dan juga tanpa tes awal denganmodel ini peneliti ingin mengetahui faktor lainnya (Sugiyono, 2013:111).
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Menurut Prof. Sugiyono (2013:117) Populasi adalah wilayah generalisasi yangterdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapunyang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X DI SMA Negeri 1 Kuala yang berjumlah laki-laki 76 orang dan perempuan 56 orangdengan jumlah 132 orang peserta didik . 3.2.2 Sampel Sampel menurut Prof. Sugiyono (2013:118) adalah bagian dari jumlah dankarakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 1 kelas dari 7 kelas yang menjadi sampel di SMA Negeri 1 Kuala yaitu kelas X yang berjumlah 31 orang peserta didik yang dipilih secara acak . 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah hasil tes. Pada penelitian inites diberikan secara tertulis dalam bentuk essay. 3.3.1 Tes “Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untukmendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (testulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)” (Sudjana, 2010:35). Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah proses belajar mengajar.Tes yang dilakukan dalam 11
penelitian ini adalah 5 soal essay yang diberikansetelah proses belajar mengajar dengan materilistrik dinamis sub pokok rangkaian seri- paralel dan hukum ohm pada mata pelajaran fisika.
3.4 Teknik Analisis (Ujian Tertulis) Setelah data terkumpul akan dianalisis dengan tujuan penganalisaan ini untukmengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Scaffolding pada mata pelajaran fisika.Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tes hasil belajarsiswa yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Membuat kisi-kisi dan membuat soal tes Membuat kunci jawaban dan memberikan skor masing-masing jawaban soal Memeriksa jawaban siswa Memberi skor dari hasil jawaban siswa sesuai dengan skor patokan yang telahditentukan. 5. Skor yang diperoleh masing-masing siswa dikonversikan menjadi nilai dalamrentang 0-100, dengan menggunakan rumus: N=RxS Keterangan : S = Nilai yang dicari atau dicapai R= Skor mentah yang diperoleh siswa N = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan100 = Bilangan tetap 6. Nilai akhir yang diperoleh dibuat dalam daftar distribusi frekuensi danmenentukan rata-rata nilai akhir siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut: X = f x iX /xi Keterangan : X = Rata-rata nilai siswa Ix = Nilai Tengah tanda kelas ke-ii f = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas i xi= 1,2,3,....
7. Rata-rata nilai akhir yang diperoleh digunakan untuk melihat kategori hasil belajar siswa. Kriteria penilaian untuk mengetahui keampuan siswa berupa kuantitatif dan kualitatif.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Pontianak : Alfabeta. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Penerbit Aneka Cipta. Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual DanTerpopuler. Jogjakarta : Diva Press. Puspitasari, Yesi. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooferatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) Pdada Mata Pelajaran Fisika di SMP Negeri 7 Palembang. Palembang. Skipsi. Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:PT Remaja Rosadakarya. Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. TriantoSudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Renika.
13