Proposal.docx

  • Uploaded by: Alfan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,126
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Kelangsungan hidup manusia di muka bumi tidak bisa lepas dari kebutuhan

akan enegi listrik. Saat sekarag ini kebutuhan akan listik semakin hari semakin meningkat seiring kemajuan teknologi yang ssemakin maju. Denga kemajuan teknolgi yang semakin maju akan sangat membutuhan kebutuhan akan energy listrik yang semakin banyak pula. Dapat dikatakan kemajuan teknologi akan berbanding lurus dengan konsumsi energi listrik. Oleh sebab itu dibutuhkan pembangkit listrik yang lebih banyak lagi untuk mmenuhi kebutuhan listrik tersebut. Dengan menggunakan segala sumber daya alam yang ada sebgai pembengkitnya. Salah satu pembangkit yang paling banyak beropersai untuk memenuhi kebutuhan listrik dunia dan termasuk di Indonesia adalah Pembangkit listrik tenaga gas uap. Unit Pembangkitan Gresik memiliki total daya terpasang sebesar 2255 MW, unit ini mampu memproduksi listrik rata-rata 10.859 GWh tiap tahunnya dan disalurkan melalui Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV dan Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi 150 kV. Unit Pembangkitan Gresik Terdiri atas beberapa pembangkit termal yaitu 3 unit PLTG, 4 unit PLTU, dan 3 unit PLTGU. Kapasitas total Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Gresik dapat mencapai 1575 MW. PLTGU Gresik blok 1 dan blok 2 dapat menggunakan dua macam bahan bakar yaitu HSD (High Speed Diesel Oil) yang dipasok oleh PERTAMINA dan gas alam yang dipasok langsung dari lapangan gas milik HESS dan KODECO yang disalurkan melalui pipa bawah laut dari wilayah Madura utara. Kedua bahan bakar ini digunakan secara bergantian sesuai dengan tingkat ketersediaan bahan bakar. Sedangkan PLTGU Gresik blok 3 didesain hanya dapat menggunakan bahan bakar gas alam saja yang dipasok oleh pemasok yang sama dengan blok 1 dan blok 2.Pada Unit Pembangkitan Gresik memilik 3 unit HRSG

dimana unit tersebut telah mengalami proses retubing sebagai peremajaan guna meningkatkan efisiensi dari pembangkit tersebut. Penelitian mengenai efisiensi maupun performa HRSG sebelumnya pernah dilakukan oleh Kolluru, et al. (2014) melakukan penelitian tentang Performance Analysis of A Heat Recovery Steam Generator. Pada penelitiannya menjelaskan kinerja dan analisis HRSG dengan menggunakan dua siklus yaitu siklus turbin gas dan siklus turbin uap dimana siklus tersebut merupakan sistem yang ada pada HRSG. Nordin dan Majid (2015) melakukan penelitian tentang Performance Assessment of Heat Recovery Steam Generator at District Cooling Plant. Pada penelitiannya menjelaskan tentang kinerja HRSG yang didasarkan pada hukum pertama dan kedua termodinamika. Parameter yang diambil dalam penelitian ini adalah efisiensi energi dan efisiensi exergi dimana laju aliran massa bahan bakar mempengaruhi efisiensi energi dan efisiensi exergi HRSG. Sreesankar, et al. (2015) melakukan penelitian tentang Efficiency Analysis and Enhancement of Heat Recovery Steam Generator of a Combined Cycle Power Plant through Incorporation of Additional Bank of Tube in the Economizer. Pada penelitiannya menjelaskan tentang efek kinerja HRSG dengan memasukkan bank tabung tambahan di ruang bawah bank tabung bawah tujuannya adalah untuk mengekstraksi jumlah panas maksimum dari gas buang dan meningkatkan laju pengambilan panas dari saluran air umpan ke HRSG. Nadir dan Ghenaiet (2015) melakukan penelitian tentang Thermodynamic Optimization of Several (heat recovery steam generator) HRSG Configurations for a Range of Exhaust Gas Temperatures. Pada penelitiannya menyajikan tentang perbandingan termodinamika antara tiga konfigurasi HRSG yang beroprasi padasuhu gas buang 350-650 derajat celcius. Dalam penelitian ini akan dikaji performa HRSG sebelum dan sesudah retubing pada system pembangkit listrik tenaga gas uap unit pembangkitan gresik. Mengetahui pengaruh efisiensi HRSG sebelum dan sesudah retubing. Perhitungan efisiensi HRSG pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan laju aliran energi yang digunakan untuk menguapkan air, baik pada uap tekanan rendah

maupun uap tekanan tinggi dan laju aliran energi yang terkandung dalam gas buang dari sistem PLTG yang berguna dalam HRSG. 1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di bahas di atas, masalah yang dapat

diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pengaruh retubing terhadap performa HRSG 2. Pengaruh nilai perhitungan efisiensi HRSG dengan membandingkan laju aliran energi 1.3

Batasan Penelitian Untuk lebih memperjelas tujuan dari penelitian ini, maka dibuat beberapa

ruang lingkup masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya mengkaji performa sebelum dan sesudah retubing HRSG PLTGU Gresik Blok 1. 2. Penelitian ini hanya mengkaji perbandingan laju aliran energi pada HRSG 1.4

Hipotesis Dalam penelitian ini penulis ingin menjabarkan tentang hipotesis pengolahan

data yang didapat oleh penulis, Dimana penulis menjelaskan hipotesis-hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh terhadap performa HRSG akibat dilakukannya retubing. 2. Didapatkan peningkatan nilai laju aliran energy setelah dilakukan retubing. 3. Didapatkan peningkatan efisiensi setelah dilakukan retubing. 1.5

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh proses retubing pada performa HRSG 2. Untuk mengetahui pengaruh laju aliran energy sebelum dan sesudah retubing 3. Mendapatkan nilai peningkatan efisiensi setelah dilakukan retubing

BAB II LANDASAN TEORI 2.1

Studi Literatur Sreesankar, et al (2015) menyatakan bahwa Kerugian efisiensi utama dari

HRSG disebabkan oleh outlet gas tumpukan panas ke atmosfer yang mencemari atmosfer. Salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan efisiensi dari HRSG tekanan horizontal dorong adalah memasang economizer pada HRSG. Economizer adalah penukar panas, yang mentransfer panas dari tumpukan gas ke feedwater yang masuk. Economizer ditempatkan di HRSG dekat dengan outlet gas stack dari HRSG. Sebuah penelitian dilakukan pada efek kinerja HRSG dengan memasukkan tumpukan tabung tambahan di ruang bawah tumpukan tabung bawah. Gagasan utamanya adalah untuk mengekstraksi jumlah panas maksimum dari gas buang dan meningkatkan laju pengambilan panas dari saluran air umpan ke HRSG. Dengan mengasumsikan tambahan tumpukan tabung, berbagai perhitungan perpindahan panas dilakukan dan pengurangan suhu keluaran gas buang dan peningkatan suhu keluaran air umpan ditemukan. Akhirnya perbandingan efisiensi HRSG dibuat antara unit yang ada dan unit ketika tambahan bank tabung diasumsikan diplot. Peerhitungan untuk efisiensi HRSG a. Metode Langsung Metode ini juga dikenal dengan metode input-output karena ia hanya membutuhkan keluaran uap berguna dan input panas bahan bakar untuk mengevaluasi efisiensi. Efisiensi ini dapat dihitung dengan rumus: 𝐻𝑅𝑆𝐺 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 =

β„Žπ‘’π‘Žπ‘‘ π‘œπ‘’π‘‘π‘π‘’π‘‘ Γ— 100% β„Žπ‘’π‘Žπ‘‘ 𝑖𝑛𝑝𝑒𝑑

Parameter-parameter yang akan diamati untuk perhitungan efisiensi HRSG dengan metode langsung adalah: ο‚·

Kualitas uap yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/hr

ο‚·

Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam

ο‚·

Tekanan kerja (kg/cm2)

ο‚·

Temperature superheat (Β°C)

ο‚·

Temperature feed water (Β°C)

ο‚·

Jenis bahan bakar dan nilai kalor bahan bakar (GCV) (kkal/kg) 𝐻𝑅𝑆𝐺 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 =

𝑄 Γ— (β„Žπ‘” βˆ’ β„Žπ‘“ ) Γ— 100% π‘ž Γ— 𝐺𝐢𝑉

Dimana, hg : Entalpi saturated steam (kkal/kg) hf : Entalpi feed water (kkal/kg)

b. Metode Tidak Langsung Metode tidak langsung juga disebut sebagai metode kehilangan panas. Efisiensi dapat diperoleh, dengan mengurangi fraksi kehilangan panas. Kerugian yang terjadi pada HRSG diantaranya: ο‚·

Kehilangan panas karena gas asap kering

ο‚·

Kehilangan panas karena kelembaban bahan bakar dan

ο‚·

udara pembakaran

ο‚·

Hilangnya panas karena pembakaran hidrogen

ο‚·

Kehilangan panas karena radiasi

ο‚·

Kehilangan panas karena tidak terbakar

Kerugian-kerugian tersebut tidak dapat dikontrol oleh desain. Data-data yang diperlukan untuk peritungan efisiensi HRSG menggunakan metode tidak langsung adalah: ο‚·

Analisis utama bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)

ο‚·

Persentase Oksigen atau CO2 dalam gas buang

ο‚·

Suhu gas buang dalam Β° C (Tf)

ο‚·

Suhu lingkungan dalam Β° C (Ta) & kelembaban udara dalam kg / kg udara kering

ο‚·

GCV bahan bakar dalam kCal / kg

ο‚·

Persentase mudah terbakar dalam abu (dalam kasus padat bahan bakar)

Sreesankar, et al (2015) menyimpulkan bahwa efisiensi keseluruhan HRSG meningkat dengan penambahkan tumpukan tabung tambahan di ekonomiser. Tumpukan tambahan tabung akan meningkatkan luas permukaan pada economizer

makan transfer panas akan meningkan dengan demikian akan meningkatkan efisiensi. Efisiensi dapat ditingkatkan dengan metode berikut: ο‚·

Multiple pressure steam generation

ο‚·

Mengoptimalkan pengaturan permukaan pemanasan

ο‚·

Penembakan Auxilliary

ο‚·

Penggunaan permukaan sekunder seperti pemanas kondensat, de-aerator atau penukar panas

ο‚·

Menggunakan pinch rendah dan poin pendekatan untuk Evaporator HRSG

ο‚·

Inkorporasi tabung baffle di economizer

2.2 2.2.1

Studi Pustaka Teori Dasar Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) adalah gabungan antara

PLTG dengan PLTU, dimana panas dari gas buang dari PLTG digunakan untuk menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja di PLTU. Dan bagian yang digunakan untuk menghasilkan uap tersebut adalah HRSG (Heat Recovery Steam Generator). PLTGU merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi panas (hasil pembakaran bahan bakar dan udara) menjadi energi listrik. Pada dasarnya, sistem PLTGU ini merupakan penggabungan antara PLTG dan PLTU. PLTU memanfaatkan energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam Genarator), sehingga menjadi uap jenuh kering. Uap jenuh kering inilah yang akan digunakan untuk memutar sudu (baling-baling). Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadi energi listrik. Dibanding jenis pembangkit lainnya PLTGU memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain: 1. Dapat memperbaiki efisiensi (dibandingkan yang hanya menggunakan PLTG). 2. Pembangunan dapat dilakukan secara bertahap (pertama dibangun PLTG dan selanjutnya ditambah PLTU).

3. Dapat dibangun dengan beberapa turbin gas dan HRSG untuk satu turbin uap sehingga pengoperasian PLTG dapat bergantian tanpa melakukan shutdown pada bagian PLTU. 4. Jumlah air pendingin tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan PLTU konvensional untuk daya yang sama. 5. Proses start lebih cepat dibandingkan PLTU konvensional. Namun

PLTGU

mempunyai

beberapa

kelemahan

yang

harus

dipertimbangkan dalam memilih jenis pembangkit termal. Kelemahan itu adalah: 1. Membutuhkan lahan yang luas 2. Tingginya investasi awal 3. Proses pembangunan yang lama

2.2.2

Prinsip Kerja PLTGU Dalam operasinya, unit turbin gas dapat dioperasikan terlebih dahulu untuk

menghasilkan daya listrik sementara gas buangnya berproses untuk menghasilkan uap dalam ketel pemanfaat gas buang. Kira-kira 6 (enam) jam kemudian, setelah uap dalam ketel uap cukup banyak, uap dialirkan ke turbin uap untuk menghasilkan daya listrik. Secara umum sistem produksi tenaga listrik pada PLTGU dibagi menjadi dua siklus, yaitu sebagai berikut : a. Siklus Terbuka (Open Cycle) Siklus Terbuka merupakan proses produksi listrik pada PLTGU dimana gas buangan dari turbin gas langsung dibuang ke udara melalui cerobong saluran keluaran. Suhu gas buangan di cerobong saluran keluaran ini mencapai 550Β°C. Proses seperti ini pada PLTGU dapat disebut sebagai proses pembangkitan listrik turbin gas yaitu suatu proses pembangkitan listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas. b. Siklus Tertutup (Closed Cycle) Jika pada Siklus Terbuka gas buang dari turbin gas langsung dibuang melalui cerobong saluran keluaran, maka pada proses Siklus Tertutup, gas buang dari turbin gas akan dimanfaatkan terlebih dahulu untuk memasak air yang berada di HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Kemudian uap yang dihasilkan dari HRSG tersebut akan digunakan untuk memutar turbin uap agar dapat menghasilkan

listrik setelah terlebih dahulu memutar generator. Jadi proses Siklus Tertutup inilah yang disebut sebagai proses Pembangkitan Listrik Tenaga Gas Uap yaitu proses pembangkitan listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas dan turbin uap.

Gambar 2.2.1 - Diagram Alir PLTGU Pada dasarnya prinsip kerja dari PLTGU adalah prinsip kerjapada PLTG yang dilanjutkan prinsip kerja PLTU. Pertama, turbin gas berfungsi menghasilkan energi mekanik untuk memutar kompresor dan rotor generator yang terpasang satu poros, tetapi pada saat start up fungsi ini terlebih dahulu dijalankan oleh penggerak mula (prime mover). Penggerak mula ini dapat berupa diesel, motor listrik atau generator turbin gas itu sendiri yang menjadi motor melalui mekanisme SFC (Static frequency Converter). Setelah kompresor berputar secara kontinu, maka udara luar terhisap hingga dihasilkan udara bertekanan pada sisi discharge (tekan) kemudian masuk ke ruang bakar. Proses selanjutnya pada ruang bakar, jika start up menggunakan bahan bakar cair (fuel oil) maka terjadi proses pengkabutan (atomizing) setelah itu terjadi proses pembakaran dengan penyala awal dari busi, yang kemudian dihasilkan api dan gas panas bertekanan. Gas panas tersebut dialirkan ke turbin sehingga turbin dapat menghasilkan tenaga mekanik berupa putaran. Selanjutnya gas panas dibuang ke atmosfir dengan temperatur yang masih

tinggi. Proses seperti tersebut diatas merupakan siklus turbin gas, yang merupakan penerapan Siklus Brayton. Namun pada PLTGU gas panas tidak langsung dibuang ke atmosfir melainkan dimanfaatkan untuk memanaskan air pada HRSG hingga berubah fasa menjadi uap untuk selanjutnya digunakan untuk memutar turbin uap. DImana turbin uap tersebut dikopel dengan generator uap dan akan menghasilkan listrik. 2.2.3

Siklus Gabungan (Combined Cycle) Siklus pembentukan uap pada HRSG berdasarkan siklus Brayton dan siklus

Rankine. Siklus Brayton sebagai distribusi aliran panas dari gas buang dan siklus Rankine sebagai penerima panas untuk menghasilkan uap. Siklus diagram T-S pada HRSG dapat dilihat di Gambar 2.2.2.

Gambar 2.2.2 - Diagram T-S HRSG

Diagram T-S yang menggambarkan keseluruhan proses ditunjukkan tersebut. Diagram tersebut menyatakan siklus Brayton untuk turbin gas dan siklus Rankine untuk turbin uap. Berdasarkan diagram tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Siklus Brayton : ο‚·

a-b udara masuk ke dalam kompresor mengalami kenaikan tekanan dan temperatur.

ο‚·

b-c menunjukkan proses pembakaran. Bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang bakar bersama dengan udara dari kompresor.

ο‚·

c-d menunjukkan proses ekspansi gas turbine. Terjadi penurunan temperature, tekanan dan entropy.

b) Siklus Rankine : ο‚·

1-2 menunjukkan air yang dipompa oleh condensate pump dari kondensor menuju preheater. Mengalami kenaikan tekanan dan temperatur pada entropy tetap.

ο‚·

2-3 menunjukkan proses pemanasan awal pada preheater. Pada kondisi ini air mengalami kenaikan temperatur dan entropy pada tekanan tetap. Air berubah dari fase cair menjadi cair jenuh.

ο‚·

3-4 menunjukkan air yang dipompa oleh feed water pump dari preheater menuju ekonomiser. Mengalami kenaikan tekanan dan temperature pada entropy tetap. Kondisi air kembali menjadi cair, disebabkan karena kenaikan tekanan.

ο‚·

4-5 menunjukkan proses pemanasan pada ekonomiser. Pada kondisi ini air mengalami kenaikan temperatur dan kenaikan entropy pada tekanan tetap. Selanjutnya air yang memiliki fasa cair berubah menjadi fasa cair jenuh.

ο‚·

5-6 menunjukkan proses pemanasan pada evaporator. Pada kondisi ini tidak mengalami kenaikan temperatur dan tekanan tetapi mengalami kenaikan entropy. Energi panas yang berasal dari gas buang pada evaporator digunakan untuk mengubah fase cair jenuh menjadi steam jenuh.

ο‚·

6-7 menunjukkan proses pemanasan pada superheater. Mengalami pemanasan lanjut untuk mengubah kondisi dari fase steam jenuh menjadi uap superheated.

ο‚·

7-8 menunjukkan losses yang terjadi pada saat mengalirkan steam dari superheater menuju turbin, maka terjadi penurunan temperatur.

ο‚·

8-9 menunjukkan proses ekspansi steam turbine. Steam yang memiliki temperature dan tekanan tinggi, digunakan untuk menggerakkan steam turbin. Setelah keluar turbin, terjadi penurunan temperature dan tekanan serta perubahan fase pada steam.

ο‚·

9-1 menunjukkan proses kondensasi pada kondensor. Disini terjadi perubahan fasa menjadi cair jenuh, temperatur dan tekanan tetap. Namun entropy berkurang kembali ke proses awal

2.2.4

Komponen Utama PLTGU Pada dasarnya PLTGU adalah gabungan antara PLTG dan PLTU, maka dari

itu komponen utamanya merupakan gabungan dari kedua jenis pembangkit tersebut namun memiliki beberapa perbedaan. Pertama Kompresor, kompresor berfungsi untuk menaikkan tekanan dan temperatur udara sebelum masuk ruang bakar, udara juga dimanfaatkan untuk udara pembakaran, udara pengabut bahan bakar, udara pendingin sudu dan ruang bakar dan perapat pelumas bantalan. Kedua Ruang Bakar, disebut juga Combustion Chamber, combustor, sebagai wadah terjadinya pembakaran dimana energi kimia bahan bakar diubah menjadi energi termal. Ketiga Tubin Gas, turbin gas berfungsi mengubah energi termis menjadi energi kinetis dalam sudu tetap kemudian menjadi energi mekanis dalam sudu jalan sehingga energi mekanis akan memutar poros turbin, gas sisa akan keluar dari turbin yang selanjutnya dialirkan ke HRSG. Keempat generator, generator berfungsi untuk mengubah energy mekanik putaran pada rotor yang terdapat kutub magnet, kemudian menjadi energi listrik pada kumparan stator. Kelima HRSG, Heat Recovery Steam Generator berfungsi untuk memanaskan air dengan menggunakan panas gas buang dari turbin gas sehingga dihasilkan uap dengan tekanan dan temperatur tertentu yang konstan. HRSG merupakan penghubung antara PLTG (siklus Brayton) dengan PLTU (siklus Rankine). Keenam Turbin Uap, turbin uap berfungsi untuk merubah energi panas yang terkandung dalam uap menjadi gerakan

memutar (putaran). Uap dengan tekanan dan temperatur tinggi diarahkan untuk mendorong sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros sehingga poros turbin berputar. Akibat melakukan kerja di turbin tekanan dan temperatur uap keluar turbin turun hingga menjadi uap basah. Uap ini kemudian dialirkan ke kondensor, sedangkan tenaga putar yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator. Ketujuh Generator, generator adalah suatu sistem yang menghasilkan tenaga listrik dengan masukkan tenaga mekanik. Disini generator berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Kedelapan Kondensor, kondensor merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk mengubah uap bekas dari turbin tekanan rendah menjadi air hasil kondensasi untuk dapat disirkulasikan kembali, fungsi utama kondensor adalah untuk mengkondensasikan uap exhaust dan menghilangkan panas laten dari turbin tekanan rendah, panas pada uap tersebut ditransfer ke air pendingin yang dipompakan oleh pompa air pendingin dari penampungan air menuju ke kondensor, air pendingin ini dilewatkan melalui media condenser tube.

2.2.5

Heat Recovery Steam Generator (HRSG)

Gambar 2.2.3 - HRSG pada PLTGU (Rayaprolu, 2009) HRSG atau Heat Recovery Steam Generator merupakan komponen utama dari sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU). HRSG ini memanfaatkan gas buang turbin gas untuk menghasilkan uap yang akan digunakan sebagai penggerak turbin uap. Komponen – komponen HRSG memiliki prinsip kerja yang sama dengan boiler pada umumnya, namun pada HRSG fluida panas yang digunakan untuk memanaskan air adalah gas buang dari turbin gas yang memiliki temperatur sekitar 450 Β°C - 630 Β°C (Rayaprolu, 2009). Apabila dilihat dari sumber panasnya, HRSG ini dibagi menjadi dua jenis yaitu HRSG unfired dan HRSG fired (auxiliary burner atau supplementary burner). HRSG unfired adalah HRSG yang seluruh sumber panasnya diperoleh dari gas buang turbin gas. Sedangkan HRSG fired adalah HRSG yang dilengkapi dengan peralatan pembakaran bahan bakar (burner) sehingga sumber panasnya bukan hanya diperoleh dari gas buang turbin gas tetapi diperoleh juga dari hasil pembakaran pada burner. Pada umumnya HRSG yang terdapat pada PLTGU merupakan HRSG unfired karena HRSG pada PLTGU memiliki tujuan untuk

memanfaatkan gas buang dari turbin gas. Selain itu, ditinjau dari tingkatannya, HRSG terbagi menjadi dua yaitu HRSG horizontal dan HRSG vertikal. HRSG horizontal adalah HRSG yang sirkulasinya terjadi secara natural, sedangkan HRSG vertikal adalah HRSG yang sirkulasinya dipaksa. Dengan kata lain, HRSG vertikal membutuhkan pompa yang dapat menjaga tekanan fluida kerja tetap pada kondisi yang ditentukan dan dapat mensirkulasikan air umpan menuju masukan HRSG yang berada di bagian paling tinggi dari HRSG tersebut.

Gambar 2.2.4 - HRSG Horizontal dan Vertikal Di dalam HRSG terdapat 3 komponen yang memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda, walaupun secara fisik relatif sama yaitu berbentuk pipa - pipa (tube). Komponen komponen tersebut adalah ekonomiser, evaporator dan superheater. Ekonomiser merupakan elemen pipa - pipa penerima air umpan atau air kondensat yang berasal dari elemen pemanas feed water heater. Air umpan atau air kondensat ini masuk ke dalam ekonomiser dengan cara dipompakan oleh feed water pump dan kemudian dipanaskan. Fungsi dari ekonomiser adalah untuk memperingan proses penguapan pada evaporator. Air umpan yang masuk ke dalam evaporator sudah pada temperatur yang tinggi sehingga evaporator yang akan menguapkan air umpan hanya membutuhkan sedikit panas untuk proses penguapan tersebut. Evaporator pada HRSG berfungsi menguapkan air dan menghasilkan uap jenuh, yang nanti nya uap jenuh ini akan dipanaskan kembali oleh superheater dan akan menghasilkan uap superheat yang akan digunakan untuk memutar turbin uap. Pipa evaporator pada HRSG tersusun dari steam drum (drum bagian atas) hingga ke drum bagian bawah dan akan dilewati oleh exhaust gas dari turbin gas. Superheater merupakan suatu komponen yang berfungsi pemanas uap lanjut yang merubah

saturated vapor menjadi superheated vapor, hal ini agar kondisi uap masuk turbin dalam kondisi kering untuk mencegah pengembunan yang dapat menyebabkan kerusakan pada turbin akibat water hamer.

More Documents from "Alfan"

Tugas Paper Review 1.docx
December 2019 51
Proposal.docx
May 2020 33
Dari Mbakpur.docx
June 2020 33
G08rfe.pdf
December 2019 35
Jurnal.docx
June 2020 12