BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Lensa kontak adalah lensa tipis yang ditempatkan langsung pada permukaan mata. Softlens pertama ditemukan oleh Leonardo da Vinci dengan menggambarkan atau mensketsakan lensa kontak pada tahun 1508. Pada awalnya lensa kontak tersebut terbuat dari bahan yang kaku yaitu dari material kaca, yang diperkenalkan sekitar tahun 1887 oleh ahli dokter mata dari jerman yang bernama adolf gaston eugen fick sebagai bahan pembuatan lensa kontak, namun hanya bagian pinggir lensa kontak yang menggunakan plastik, namun ada zona optiknya masih menggunakan kaca. Pada tahun 1946 pengaplikasian bahan plastik untuk seluruh bagian lensa kontak baru dimulai, jenis plastik yang dipakai adalah PMMA (polymethyl methacrylate). Eksperimen pembuatan soft contact lens baru dilakukan pada akhir akhir tahun 1950 dengan menggunakan hydroxyethyl methacrylate (HEMA), yaitu sejenis bahan polymer yang dapat mengandung air, yang dibuat oleh Dr. Drahoslav Lim. Bahan ini terus dikembangkan dan masih digunakan sebagai bahan lensa kontak hingga masa sekarang ini (Dr.Prilia Tri Suryani,Sp.M, 2011) Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas
cahaya
pada
fotoreseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf (Sloane, 2004) Mayoritas lensa kontak yang digunakan di Ghana adalah lensa lunak, untuk tujuan koreksi penglihatan. Penggunaan lensa kontak adalah umum di antara individu di masa dewasa awal dan mereka yang berpendidikan tinggi Lensa kontak adalah penutup dari kaca atau plastik yang melengkung digunakan langsung diatas bola mata atau kornea mata untuk memperbaiki kesalahan refraksi mata.(Anderson 2007), penggunaan lensa kontak adalah untuk
mengatasi gangguan pada mata, dengan indikasi dan membuat seperti kelainan refraksi, mempercepat penyembuhan epitel kornea, menghilangkan rasa sakit pada mata, preservasi integritas kornea dan lain sebagainya seperti pemberian obat dan penanganan ptosis selain untuk alasan estetika (Kanski 2011). Lensa kontak sering kebanyakan orang menggunakannya untuk penampilan atau disebut dengan fashionnya tersendiri dalam kehidupan sehari-harinya banyak siswa yang menggunakan lensa kontak dengan tujuan untuk penampilan/fashionnya dalam kehidupan sehar-harinya. Pada mulanaya lensa kontak hanya digunakan sebagai alat bantu penglihatan dan merupakan salah satu alternatif bagi orang yang memiliki kelainan refraksi pada mata dan tidak ingin menggunakan kacamata, karena memiliki kegunaan yang sama dengan kacamata. Lensa kontak dikatakan lebih modis dan membuat lebih percaya diri dibandingkan menggunakan kacamata, karena sekarang semakin berkembangnya kemajuan teknologi yang semakin canggih, lensa kontak sekarang banyak dipakai sebagai penunjang kebutuhan penampilan dan sebagai atribut atau asesori perlengkapan mode. Banyak dari wanita maupun pria, baik remaja hingga dewasa yang tidak memiliki kelainan refraksi banyak memakai lensa kontak, karena sangat mudah, praktis serta dapat menunjang penampilan, dimana saat ini berbagai macam lensa kontak dengan berbagai warna dan motif telah beredar bebas. Walaupun secara umum lensa kontak aman dipakai pada mata, namun jika pemakaian jangka yang panjang dan penggunaan yang tidak sesuai dengan prosedur dapat menimbulkan masalah bagi kesehatn mata. Prosedur penggunaan lensa kontak perlu diperhatikan, seperti ketika memasang lensa kontak, cara melepas lensa kontak yang benar, berapa lama aturan penggunaan atau pemakaian lensa kontak,serta cara membersihkan atau merawat dan cara penyimpanan lensa kontak. Kesehatan mata merupakan suatu aspek yang penting dan harus dijaga demi memperoleh informasi yang diperlukan. Namun, banyak manusia yang mengabaikan
bahkan
tidak
peduli pada
kesehatan mata, sehingga dapat
menimbulkan gangguan pada mata. Salah satunya adalah cara perawatan
pengguna lensa kontak (softlens) dalam menjaga kebersihan lensa kontak saat tidak digunakan atau tidak dipakai. Berdasarkan hasil survei yang saya lakukan kepada mahasiswa/mahasiswi universitas perjuangan jurusan pendidikan bahasa inggris hampir 10 orang yang menggunanakan lensa kontak adapaun tujuannya yaitu untuk gaya adapun yang untuk lensa koreksi, universitas siliwangi jurusan kesehatan masyarakat di dapatkan sebanyak 7 orang yang menggunakan lensa kontak dan di bandingkan dengan sekolah tinggi ilmu kesehatan tasikmalaya yaitu stikes bth lebih banyak yang menggunakan lensa kontak
Judul : Penggunaan lensa kontak dan dampak negatif yang dihasilkan karna penggunaan yang tidak sesuai dengan prosedur . 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana perilaku mahasiswa/mahasiswi pengguna lensa kontak dalam perawatan dan dampak nya yang tidak sesuai prosedur. 2. Bagaimana pengetahuan tentang pemakaiannya.
1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan untuk mengetahui dampak dari penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai prosedur/tidak mengetahui cara penggunaannya yang baik dan benar 2. Tujuannya untuk mengetahui berapa banyak orang yang mengerti tentang pengetahuannya dalam penggunaan dan perawatannya.
1.4 Manfaat penelitian 1. Manfaat penelitian ini yaitu dapat mengetahui dampak dari penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai prosedur. 2. Manfaatnya mengetahui cara perawatannya dan edukasinya.
BAB II
2.1 Landasan Teori Sekarang ini pemakaian lensa kontak merupakan sesuatu hal yang biasa terutama di kalangan remaja. Banyak alasan orang menggunakan lensa kontak. Bagi orang dengan kelainan repraksi, lensa kontak merupakan solusi untuk memberikan visi penglihatan yang lebih baik, lebih praktis penggunaannya dan tidak berat seperti memakai kacamata terutama orang dengan aktivitas tinggi. Selain itu lensa kontak juga digunakan dengan alasan penunjang penampilan atau fashion supaya mata terlihat menarik dengan lensa kontak berwarna. Akan tetapi pada pelaksanaannya masih sering orang mengabaikan kebersihan dalam penggunaan lensa kontak ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, tidak adanya komitmen dari pemakai lensa kontak untuk menjaga kebersihan dan perawatan lensa kontak serta tidak adanya edukasi dari penjual lensa kontak tentang cara menjaga kebersihan, pemakaian serta perawatan lensa kontak. Menurut American Optometric Association (AOA) (2006), penggunaan lensa kontak lebih diminati dibandingkan dengan penggunaan kacamata karena lensa kontak mengikuti pergerakan bola mata dibandingkan dengan kacamata. Sehingga lensa kontak lebih di pakai dalam
kehidupan
sehari-hari.
Tetapi
penggunaan
lensa
kontak
menimbulkan banyak dampak negatif yang perlu di waspadai bagi pengguna, terlebih jika tidak mengikuti aturan pemakaian (Dart,2008) Dari dampak penggunaan yang tidak sesuai prosedur ataupun perawatannya yang tidak sesuai prosedur terhadap mahasiswa/mahasiswi dalam penggunaan lensa kontaknya sering mengalami perih, kemerahan karena tidak di perhatikan dalam perawatan lensa kontak nya mengakibatkan seperti itu dalam wawancara yang saya lakukan kepada mahasiswa/mahasiswi pemakai lensa kontak.
Lensa kontak merupakan suatu alat medis yang dipasang menempel pada jaringan anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki tajam penglihatan dan kosmetik (Permenkes, 2008). Pemberian lensa kontak seharusnya dilakukan oleh orang yang kompeten dibidangnya, seperti yang telah diatur oleh Permenkes tahun 2013 bahwa Refraksionis Optisien atau Optometris yang telah lulus pendidikan sesuai dengan ketentuan
perundang-
undangan
dalam
pelaksanaan
pekerjaannya
berwenang melakukan pelayanan lensa kontak. Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakan di dataran depan kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan adapun untuk penggunaan lensa kontak sebagai gaya penampilan dalam melakukan aktivitas diluar kegiatan kebanyakannya digunakan oleh perempuan untuk gaya penampilannya. Banyak jenis desain gambar dan warna lensa kontak yang ada dipasaran dengan berbagai merek yang ditawarkan tanpa tahu bahwa lensa kontak tersebut terbuat dari berbagai jenis bahan yang penggunaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan penglihatan, gaya hidup dan kondisi mata orang yang akan memakainya. Pemberian lensa kontak tanpa pemeriksaan kondisi mata dan edukasi pemakaian, bahkan perawatan akan menimbulkan komplikasi pada mata seperti mata kering, penglihatan jadi kabur bahkan gatal hingga kebutaan. Berdasarkan data dari jurnal NCBI dari jurnal ilmu kesehatan mata Falkultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Menado, secara keseluruhan penggunaan lensa kontak didunia mencapai 140 juta orang untuk penggunaan koreksi atau kosmetik, dengan 38 juta pengguna di benua Amerika, 24 juta dari Asia dan 20 juta pengguna dari Eropa. Dan menurut Stanler,
sekitar 80 ribu pengguna lensa kontak menderita
penyakit mata dengan gangguan pada konjungtiva, kornea dan kelenjar air mata.
Menurut salah satu dokter spesialis mata dari Graha Amerta RSUD dr soetomo, dari Herndrian D. Soebagyo, Spm mengaku, pasien yang ditanganinya hampir 50% mengalami gangguan mata akibat dari penggunaan lensa kontak yang sudah terkontaminasi amoeba dan 1% mengalami gangguan berat hingga menyebabkan buta permanen (Prestiwati, 2015). Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan mata untuk mengetahui kondisi mata, memberikan edukasi tentang perawatan, pemakaian serta cara menjaga kebersihan supaya tidak mengalami komplikasi pada mata yang dapat merugikan pemakai. Lensa kontak adalah sebuah lensa buatan yang dipasang di depan mata dan lensa juga bisa sebagai pengganti kacamata. Lensa kontak terbuat dari bahan plastik dan memiliki beragam warna, lensa kontak di ciptakan pertama kali dipergunakan untuk membantu memperjelas penglihatan bagi penderita kurang penglihatan pada mata. Di era kemajuan jaman lensa kontak bukan saja untuk membantu penglihatan tetapi juga digunakan sebagai gaya hidup dalam kecantikan. Lensa kontak banyak dicptakan dalam berbagai warna agar menambah daya tarik bagi pemakai. Banyak orang mengenakan lensa kontak hanya bertujuan untuk gaya hidup namun softlens juga dikenakan dengan alasan optik, medis ataupun bedah. Lensa kontak juga nerbahaya jika menyebabkan abrasi jaringan pada mata. Pemakaian softlens dengan jangka panjang ataupun menggunakan lensa kontak yang kurang bersih dapat mengakibatkan peradangan pada mata. (Pustaka Kesehatan Populer Edisi Panca Indra, 2009 ) Lensa kontak adalah penutup dari kaca atau plastik yang melengkung digunakan langsung diatas mata atau kornea mata untuk memperbaiki kesalahan refraksi mata (Anderson, 2007). Penggunaan lensa kontak adalah untuk mengatasi gangguan pada mata, dengan indikasi
seperti kelainan refraksi, mempercepat penyembuhan epitel kornea, menghilangkan rasa sakit pada mata, preservasi integritas kornea dan lain sebagainya seperti pemberian obat dan penanganan ptosis, selain untuk alasan estetika (kanski, 2011). Berdasarkan american optometric association, alasan orang memilih menggunakan lensa kontak dai pada kacamata karena lensa kontak mengikuti pergerakan bola mata dan tidak seikitpun mengurangi lapang pandang mata, sehingga tidak mengganggu penglihatan, memperindah penampilan, nyaman , lebih terang. Tidak ada bingkai yang mengganggu pandangan mata, mengurangi distorsi, tidak berkabut, tidak mudah terkena air hujan, dan tidak menghalangi aktivitas. Lensa kontak adalah lensa yang dipasang menempel pada jaringan anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki tajam penglihatan dan kosmetik. (Kemenkes, 2008) Lensa kontak semakin populer di negara-negara berkembang sebagai alternatif untuk kacamata untuk koreksi kesalahan bias. Karena itu, perlu untuk menghasilkan informasi untuk memandu mode praktik, dan membantu industri dalam mengembangkan produk untuk populasi pengguna lensa kontak yang meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi profil demografi, serta pengetahuan, sikap untuk memakai dan perawatan rejimen pemakai lensa kontak di Ghana Pengguna lensa kontak memang berpotensi terinfeksi bakteri, jamur, atau mikroba lainnya apabila digunakan tanpa memperhatikan aspek kebersihan dan petunjuk penggunaan. Kasus keluhan paling banyak terjadi adalah konjungtivitis akibat ketidak patuhan pasien dalam menggunakan lensa kontak Untuk menilai prevalensi dan pengetahuan umum pemakai lensa kontak di kalangan mahasiswa , mencari tahu kebiasaan rutin penggunaan dan kondisi higienis ketika mengenakan lensa kontak 2.2 Dampak dari penggunaan lensa kontak
Untuk menilai prevalensi dan pengetahuan umum pemakai lensa kontak di kalangan mahasiswa , mencari tahu kebiasaan rutin penggunaan dan kondisi higienis ketika mengenakan lensa kontak begitu banyak dampak negatifnya dari tidak sesuainya penggunaannya karna kurangnya pengetahuan atau edukasi tentang penggunaan dan perawatan lensa kontaknya. Dampak penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai prosedur mengakibatkan timbulnya gejala pada mata seperti mata mengalami iritasi sehingga mata memerah, adanya benda asing disekitar bagian kornea seperti debu halus, sehingga mata mengalami rasa pedih dan gatal-gatal disekitar mata dan dapat menimbulkan kerusakan pada kornea mata dan sekitarnya. Seperti yang diungkapkan oleh siskawati, karyawati PT. Glory Industrial Semarang II sebagai pengguna lensa kontak, harus melakukan pemeriksaan dan perawatan disebuah rumah sakit di Kota semarang karena matanya mengalami infeksi dan peradangan pada mata yang ditimbulkan dari penggunaan lensa kontak secara berlebihan dari pagi hingga malam. Menurut Dr.P.A Dewi Sarjadi,Sp.M, selaku dokter spesialis mata di Rumah Sakit Umum William Booth Semarang, mengungkapkan bahwa lensa kontak di indonesia mulai digunakan sekitar tahun 1996. Pada tahun 2015 dari jumlah pasien yang mengalami masalah gangguan mata sebanyak 8.131 orang. 4.894 orang adalah pengguna lensa kontak, yang mengalami masalah gangguan mata karena diakibatkan oleh lensa kontak. Mengenakan lensa kontak memerlukan kesadaran tentang kemungkinan kontaminan, agen penyebab berbagai komplikasi Lensa kontak telah digunakan oleh jutaan orang setiap hari, mereka berisiko terkena infeksi mata. Infeksi pada kornea yaitu keratitis adalah infeksi yang paling umum yang terkait dengan penggunaan lensa kontak (Asuri, 2003).
Dampak negatif yang lain yang dapat ditimbulkan seperti gangguan metabolisme mata (hypoxia), kerusakan stroma, trauma endotel, timbulnya toksik dan alergi. Tetapi dampak yang paling sering timbul adalah neovaskularisasi pada kornea mata akibat hypoxia dan keratitis yang disebabkan oleh bakteri yang ditimbulkan akibat adanya stress dari penggunaan lensa kontak (Dart, 2008). Insidens keratitis yang disebabkan oleh bakteri meningkat setiap dekadenya seiring dengan peningkatan populasi pengguna lensa kontak. Diperkirakan insiden keratitis ini yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak sekitar 1,8 sampai 2,44 per 10.000 pengguna lensa kontak/tahun (Moriyama, 2008). Dari jumlah pengguna lensa kontak, yang mengalami masalah gangguan mata karena diakibatkan oleh lensa kontak sebanyak 2.615 orang. Pada tahun 2004 , diketahui pengguna lensa kontak di Amerika serikat sekitar 38 juta orang, rata-rata pengguna lensa kontak diseluruh dunia sekitar 128 juta orang, dan sekitar 13,2 juta orang pengguna lensa kontak berusia antara 18 sampe 34 tahun (Bar, 2005). Tetapi penggunaan lensa kontak menimbulkan banyak dampak negatif yang perlu diwaspadai, terlebih jika tidak mengikuti aturan pemakaian. Seperti gangguan metabolisme mata (hypoxia), kerusakan stroma, trauma endotel, timbulnya toksik dan alergi, keratitis steril, keratitis mikroba, gangguan aliran air mata, dan distorsi kornea mata. Tetapi yang sering timbul adalah neovaskurarisasi pada kornea mata akibat hypoxia dan keratitis yang disebabkan bakteri timbul akibat adanya stress dari penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai dengan prosedurnya (dart, 2008). Konsekuensi dari kurang memperhatikan kebersihan lensa kontak memang sangat fatal bagi kondisi mata. Banyak orang yang tidak cuci tangan sebelum memakaikan lensa kontak pada mata. Hal ini bisa memicu terjadinya iritasi yang jika dibiarkan bisa menjadi infeksi parah. Menurut
Dr. H. Dwight Cavanagh, seorang profesor ahli mata dari Southwestern Medical Center, Amerika Serikat dalam tulisannya “Eye and Contact Lens” pada 2003, mengungkapkan sebanyak 2.500 pengguna lensa kontak mengalami “corneal ulcers”. Hal itu terjadi pada pengguna yang menggunakan lensa kontak setiap hari. Corneal ulcer yaitu kondisi dimana terdapat luka terbuka pada kornea. Hal ini sering disebabkan oleh infeksi dan luka kecil atau goresan yang bisa terjadi akibat penggunaan lensa kontak yang kurang hati-hati. Gejala yang timbul biasanya produksi air mata yang meningkat, sensitif terhadap cahaya, pandangan menjadi kabur, gatal dan nyeri. Jika gejala tersebut dibiarkan dan tidak dilakukan perawatan intensif bisa memicu terjadinya kebutaan Efek samping dari penggunaan lensa kontak yang harus diperhatikan oleh pengguna lensa kontak adalah sebagai berikut
Menyebabkan kekeringan pada mata yang disebabkan ditariknya air mata oleh lensa kontak, oleh karena itu air dalam mata harus cukup sehingga tidak mengakibatkan dhidrasi
Pemakaian lensa kontak dapat menghalangi masuknya oksigen ke dalam kornea mengalami kekurangan oksigen. Akibatnya sel-sel epitel pada kornea tidak bergenerasi dengan normal dan menjadi tidak sehat mengakibatkan kornea menebal, bengkak, keruh dan kusam. Sel-sel yang kekuangan oksigen mengalami penurunan daya tahan terhadap invasi kuman yang dapat penyebabkan infeksi mata.
Lensa kontak dapat menimbulkan alergi pada penggunaan jangka panjang. Reaksi awal saat terjadi alergi adalah mata terasa gatal seperti ada yang mengganjal di belakang kelopak mata setelah itu timbul benjolan-benjolan kecil pada mata sehingga membuat softlens bergeser pada saat dipakai. (Beljan Jl, Beljan K, Beljan Z. Complications caused by contact lens wearing. Call antropol. 2013)
2.3 Prosedur Penggunaan dan Perawatan lensa kontak Sekarang ini banyak sekali orang yang memakai lensa kontak, tidak hanya digunakan untuk membantu penglihatan yang sedang mengalami masalah penglihatan pada mata, namun sekarang lensa kontak juga dipakai sebagai kebutuhan fashion agar bisa terlihat lebih tampil beda. Yang harus diperhatikan saat menggunakan lensa kontak adalah kebersihan dan perawatan yang tepat. Karena lensa kontak akan berinteraksi langsung dengan kornea sehingga resiko-resiko yang ditimbulkan juga sangat besar. Petunjuk pemakaian lensa kontak
Sebelum memutuskan untuk menggunakan lensa kontak sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter ahli mata atau kepada petugas refraksionis dahulu
Pilih lensakontak yang memiliki kandungan kadar air yang tinggi.
Sebelum memegang lensa kontak, cuci tangan terlebih dahulu sampai benar-benar bersih
Tidak diperbolehkan menggunakan cairan atau air biasa, harus menggunakan cairan khusus lensa kontak.
Cuci terlebih dahulu lensa kontak yang akan dipakai hingga bersih dengan menggunaka air solutation.
Sebaiknya pakai lensa kontak sebelum menggunakan make up, hindari masuknya cairan make up kemata, agar lensa kontak tidak terkontaminasi dengan bahan make up atau bahan kimia lainnya.
Saat memakai lensa kontak, sering meneteskan cairan khusus lensa kontak. Agar lensa kontak selalu lembab dan tidak menyebabkan iritasi mata yang akut.
Jangan sekali-kali menggunakan lensa kontak yang telah lewat tanggal atau sudah kadaluwarsa.
Ada dua jenis lensa kontak, yaitu hard contact lens dan soft contact lens atau yang biasa dikenal dengan soft lens. sedikit cerita tentang soft lens dan hard lens : Pada awalnya, lensa kontak memang dibuat dari bahan yang rigid/kaku, yang setelah muncul adanya softlens, maka lensa kontak tersebut sering disebut dengan hard contact lens. Kaca lah material yang dipakai sebagai bahan lensa kontak pada saat awal diperkenalkan, sekitar tahun 1887. Baru pada sekitar tahun 1936, plastik mulai diperkenalkan sebagai bahan pembuatan lensa kontak. Namun hanya bagian pinggir lensa kontak yang menggunakan plastik, sedangkan pada bagian zona optiknya (tengah) masih menggunakan kaca. Pengaplikasian bahan plastik untuk seluruh bagian lensa kontak baru dimulai pada tahun 1946. Plastik jenis PMMA adalah yang paling sering dipakai. Eksperimen pembuatan soft contact lens baru dilakukan pada akhir akhir tahun 1950 dengan menggunakan hydroxyethyl methacrylate (HEMA), yaitu sejenis bahan polymer yang dapat mengandung air, yang dibuat oleh Dr. Drahoslav Lim. Bahan ini terus dikembangkan dan masih digunakan sebagai bahan lensa kontak hingga masa sekarang ini (Dr.Prilia Tri Suryani,Sp.M, 2011). Softlens, tidak lah berposisi sebagai pengganti hard contact lens, tapi hanya merupakan pelengkap keberadaan lensa kontak. Terbukti hingga saat ini, lensa kontak berbahan rigid/kaku masih tetap dibuat, bahkan terus dikembangkan, sebab ada beberapa keunggulan fungsi yang tidak dapat tergantikan oleh lensa kontak lunak/softlens. Salah satunya adalah kemampuan dalam membentuk ulang (reforming) kontur permukaan kornea, sehingga dipakai dalam proses orthokeratology untuk mengatasi myopia ringan. Lensa kontak kaku juga dapat mengeliminasi efek dari tidak ratanya kontur kelengkungan kornea, misalnya pada kasus astigmatisme irregular yang disebabkan oleh kontur lengkung kornea yang
tidak beraturan. Kedua hal tersebut sampai saat ini tidak dapat dilakukan dengan menggunakan softlens. seiring dengan perkembangan jaman lensa kontak yang dulunya bertujuan sebagai alat bantu penglihatan, seperti yang telah tertulis di atas, lensa kontak selain sebagai alat bantu penglihatan juga mempunyai kemampuan dalam membentuk ulang (reforming) kontur permukaan kornea. tapi anda harus tetap hati hati dalam menggunakan lensa kontak. adalah hal yang wajar jika suatu kegiatan ada resiko yang baik dan juga resiko yang buruk. begitu juga dengan penggunaan lensa mata. anda pun juga harus hati-hati dengan resiko penggunaan lensa kontak, seperti mara merah, iritasi, masukknya benda asing pada bola mata, dan lain lain. sangat dianjurkan bagi anda pengguna lensa kontak untuk selalu menjaga kebersihan, karena jika tidak dapat mengakibatkan masalah mata yang cukup serius seperti mata kering, penglihatan menjadi kabur, gatal hingga kebutaan. Ada beberapa jenis lensa kontak yang digunakan sesuai dengan kebutuhan penglihatan, gaya hidup dan kondisi mata : 1. Jenis lensa kontak lunak yang berbahan HEMA (Hydroxyethyl methacrylate) terbuat dari
material lembut dan fleksiblel,
mampunyai kemampuan untuk meneruskan oksigen ke kornea sehingga nyaman digunakan untuk sehari- hari untuk jangka panjang atau jangka pendek akan tetapi lensa kontak ini mudah menyerap air, kondisi ini akan menyebabkan lensa kontak terasa kering khususnya pada mereka yang tidak memiliki cukup air mata atau berada pada kondisi ruang ber AC sehingga harus sedia cairan tetes mata dalam pemakaiannya. 2. Jenis lensa kontak keras atau RGP (Rigid gas permeable), terbuat dari silikon yang hanya mengcover bagian kornea cocok untuk penggunaan jangka panjang. Lensa kontak ini memiliki daya tembus oksigen yang tinggi sehingga baik untuk kornea meskipun
pemakaiannya kurang nyaman dan banyak direkomendasikan oleh para ahli. 3. Jenis lensa kontak Silicone Hydrogel, lensa kontak ini memiliki kelenturan yang hampir sama dengan softlens sehingga nyaman digunakan. Walaupun kadar airnya tergolong rendah tetapi daya tembus oksigennya lebih banyak sehingga bisa digunakan 12 jam per hari Jenis infeksi yang disebabkan oleh pemakaian lensa kontak Infeksi yang disebabkan penggunaan lensa kontak dapat terjadi pada bagian kornea atau dikenal dengan istilah keratitis. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai kuman sehingga memicu inflamasi dan kerusakan, namun kerusakan kornea dapat bersifat menetap sehingga memerlukan transplantasi pada kasus infeksi yang parah. Berdasarkan jenis penyebabnya, infeksi ini dapat dibedakan menjadi empat jenis, di antaranya: 1) Keratitis bakteri Infeksi ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Kedua bakteri ini dapat dengan mudah ditemukan pada permukaan tanah dan air, bahkan tubuh manusia. Memakai lensa kontak yang terkena permukaan tubuh atau benda tanpa dibersihkan terlebih dahulu dapat dengan mudah memicu infeksi keratitis bakteri. Keratitis bakteri pada umumnya dengan cepat menimbulkan iritasi, segera hentikan pemakaian jika Anda mengalami rasa tidak nyaman saat memakai lensa kontak untuk mencegah keratitis bertambah parah. 2) Keratitis jamur Jenis jamur yang menyebabkan infeksi pada kornea adalah berbagai jamur Fusarium, Aspergillus dan Candida. Sama halnya dengan agen bakteri, jamur yang dapat menginfeksi mata terdapat pada tubuh manusia.
Jamur ini juga dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan terbuka dengan iklim tropis seperti di Indonesia. Sifat jamur dapat dengan mudah menyebar ke bagian mata lainnya, sehingga Anda perlu menggunakan obat anti-jamur dalam beberapa bulan untuk mencegah keratitis bertambah parah. 3) Keratitis parasit Meskipun jarang ditemukan, infeksi parasit pada kornea mata mungkin terjadi dan hal ini adalah infeksi yang serius. Keratitis parasit disebabkan oleh mikroorganisme parasit Acanthamoeba. Seperti parasit pada umumnya, Acanthamoeba tidak hanya merusak namun juga hidup dari individu yang dihinggapinya. Parasit ini dapat dengan mudah ditemukan pada permukaan tanah dan badan air termasuk air keran dan unit AC yang lembap. Infeksi Acanthamoeba pada mata hanya mungkin disebabkan karena pemakaian lensa kontak, karena parasit ini harus kontak langsung dengan permukaan suatu organ untuk menginfeksinya. Selain rasa tidak nyaman, infeksi Acanthamoeba juga menyebabkan perubahan warna seperti keputihan pada kornea mata. Diagnosis dan penanganan dini sangat diperlukan karena saat bertambah parah memerlukan tindakan medis yang serius dan operasi mata. 4) Keratitis virus Keratitis jenis ini disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV). Jenis virus ini hanya dapat ditemukan pada manusia dan hanya dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi HSV. Tidak seperti jenis keratitis lainnya keratitis yang disebabkan oleh HSV dapat ditularkan. Keratitis virus juga memungkinkan untuk infeksi berulang, dan hal ini mungkin terjadi pada orang mengalami infeksi HSV. Infeksi virus bergantung pada imunitas seseorang, oleh karena itu penanganan keratitis virus memerlukan obat-obatan anti-virus dan obat tetes mata. Keratitis
virus
juga
cenderung
penanganannya.
jarang
memerlukan
operasi
mata
untuk
BAB III Metode Penelitian 3.1 Metode dan desain Penelitian Peneletian ini menggunakan desain penelitian metode kualitatif kepada mahasiswa/mahasiswi yang menggunakan lensa kontak di stikes bth kota tasikmalaya dalam dampak negatif dari penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai prosedur dengan metode pengumpulan data.
3.2 Populasi dan Sample Populasi dan sample diambil dari mahasiswa/mahasisiwi stikes bth kota tasikmalaya yang menggunakan lensa kontak.
3.3 Instrumen Penelitian a) Wawancara Data akan diperoleh dengan wawancara langsung terhadap mahasiswa/mahasiswi
stikes
bth
kota
tasikmalaya
yang
menggunakan lensa kontak tentang penggunaan lensa kontak dan dampak negatifnya dari penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai dengan prosedur dan memberitahukan kepada rekan-rekan yang tidak mengetahui edukasi perawatan dalam penggunaan lensa kontak dan dampak dari penggunaanya yang tidak sesuai prosedur.
3.4 Definisi Operasional
Definisi Oprasional Variabel
Definisi
Tingkat
Peringkat
Skala
Konseptual
Pengguna
Pengguna
Pengukura n
Penggunaan
Penggunaan
Tergantun
Tingkatanny
1-5
Lensa Kontak
Lensa Kontak
g dari
a gimana
tidak Sesuai
tidak Sesuai
dampakny
dampaknya
Prosedur
Prosedur
a
lebih parah
adalah
atau biasa aja
Dimensi/aspek penilaian Kinerja Dampak
Dampak
Hampir
Hampir
Ketidaksesuaia
Ketidaksesuaia
banyak
banyak
n pengguna
n pengguna
dampak
dampak
Lensa Kontak
Lensa Kontak
negatifnya
negatifnya
adalah
yang tidak
yang tidak
sesuai
sesuai
prosedur
prosedur
1-5
3.5 Analisis Data Setelah pengumpulan data yang didapat dari penelitian yang menggunakan wawancara kepada mahasiswa/mahasiswi stikes bth kota tasikmalaya yang mengetahui hasil dari peneletian dengan wawancara dalam penggunaan lensa kontak dan dampak yang tidak sesuai prosedur. .
3.6 Langkah-Langkah Penelitian Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara dengan cara mewawancarai langsung kepada mahasiswa/mahasiswi yang memakai lensa kontak atau memberikan informasi pengetahuan tentang penggunaan
lensa
kontak
yang
sesuai
prosedur
kepada
mahasiswa/mahasisiwi yang menggunakan lensa kontak dan memberi pengetahuan kepada siswa yang tidak memakai lensa kontak supaya tau bagaimana cara penggunaan lensa kontak dengan baik dan benar secara prosedur.
3.7 Rencana Penelitian
Matrik Waktu Penelitian
Target Waktu Penelitian No.
Oktober
Jenis Kegiatan 1
1.
Survey Awal
2.
Pengajuan Judul
3.
Konsultasi Pembimbing
4.
Pencarian Data ke
2
3
November 4
1
2
-
Lapangan
5.
Pengumpulan Data
6.
Pengolahan Data
-
3
Desember 4
1
2
DAFTAR PUSTAKA James.2003.Leecture Notes:Oftalmology.jakarta:EGC. Anonim 2008 dari www.jakartaeyecenter,com Ilyas, S 2006. Ilmu penyakit mata edisi ke3 jakarta: FK UI. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta; CV.Sagung Daniel. 2000 Rohayati sit 2006 Dart, J.K.G, 2008. Disease and riks Associated with the contact lenses. Br J Opthalmol American Optometric Association, 2006. Medical dictionary. 31st ed. Anderson, 2007 Contact Lens Sprectrum’s Annual Repot of Major Corporate and Product Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Standar Profesi Refraksionis Optisien. (Online)diakses tanggal 29 januari 2019. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Standar Pelayanan Refraksionis Optisien/ Optometri. (Online)diakses tanggal 29 januari 2019.