PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN TOTAL Coliform PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENDALIAN IV KOTO TAHUN 2018
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tinggi Program Diploma III Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang
Oleh: VIVI UNTARI RETNA SARI NIM :18345533297
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG 2019
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN TOTAL Coliform PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENDALIAN IV KOTO TAHUN 2018
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi D III Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang
Oleh: VIVI UNTARI RETNA SARI NIM :18345533297
Menyetujui : Pembimbing
Dewi Yudiana Shinta, M.Si., Apt NIDN :
Mengetahui Ketua Program Studi D III Teknologi Laboratorium Medik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang
Endang Suriani, SKM, M.Kes NIDN : 1005107604
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Air adalah materi essensial dasar bagi perkehidupan di bumi. Tanpa air
Commented [u1]: Tlg bahasanya diperbaiki.
berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesejahteraan manusia (Rangga dan Baharudin, 2017). Selain mengambil peran penting dalam kehidupan manusia, air juga merupakan media penularan penyakit, keracunan dan media pertumbuhan bakteri termasuk bakteri Coliform. Salah satu kebutuhan air adalah berupa air minum. Dalam peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
Commented [u2]: Pindahkan ke pargraf berikutnya.sebaiknya urut ceritanya jgn balik-balik.
492/Menkes/per/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum menyatakan persyaratan kualitas air minum meliputi syarat mikrobiologi, kimiawi, radio aktif dan fisik. Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi adalah total bakteri Coliform yaitu yang berasal dari feses manusia/hewan yang merupakan flora normal saluran cerna. Persyaratan mikrobiologis berdasarkan PERMENKES nomor 492 tahun 2010 untuk parameter total bakteri Coliform, kadar maksimum yang diperkenankan adalah 0 per 100 ml sampel. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh air minum yang kualitasnya mikrobiologisnya buruk adalah diare. Diare merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kualitas air yang buruk. Menurut data dari program Pemberantasan penyakit menular (P2M) tercatat ada 1689 kasus pada tahun 2018 dan angka ini masuk kedalam daftar 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Pendalian IV Koto. Menurut Putri (2015) faktor yang diduga dapat menyebabkan diare di Indonesia salah satunya diakibatkan oleh kontaminan bakteri, diantaranya adalah bakteri Coliform. Perkembangan zaman dan teknologi telah mempengaruhi pola fikir manusia yang salah menuju kepraktisan sehingga hampir semua kalangan mayarakat lebih memilih mengkonsumsi air dalam kemasan atau air minumisi ulang. Air minum isi ulang adalah air yang mengalami proses pemurnian baik
Commented [u3]: Sebaiknya tidak usah
secara penyinaran ultraviolet, ozoznisasi, ataupun keduanya melalui berbagai tahap filtrasi untuk mendapatkan air bersih yang dapat digunakan untuk menapatkan air bersih yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Air kemasan yang sekarang lebih populer adalah air galon karena lebih praktis di bandingkan dengan mengkonsumsi air yang direbus terlebih dahulu (Alang, 2014). Seiring dengan hal tersebut maka dewasa ini usaha depot air minum isi ulang (DAMIU) mulai berkembang hingga menjangkau ke daerah terpencil. Perkembangan DAMIU ini dapat berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap konsumen bila tidak ada monitor serta pengujian yang memadai atas keamanan air minum isi ulang (Sapulette dkk, 2016). Hasil dari penelitian yang dilakuan oleh Wahyuni pada tahun 2017 menunjukan sebanyak 21 sampel yang di ambil dari DAMIU di Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu hanya 6 sampel yang memenuhi standar nasional Indonesia.Selebihnya adalah positif mengandung bakteri Coliform. Hal tersebut diakibatkan karena buruknya kualitas mutu produk air minum isi ulang yang dihasilkan. Karena bakteri tersebut secara alami terdapat pada feses manusia dan binatang. Ini di perkuat juga dengan penelitian. Puskesmas Pendalian IV Koto merupakan pengawas kualitas DAMIU yang merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu. Pengawasan ini di lakukan secara berkala per enam bulan sekali untuk memantau Kualitas air berdasarkan pengujian bakteriologis, pengujian fisik dan pengujian kimiawi. Selain itu juga diadakan pemantauan laik hygien dan sanitasi DAMIU itu sendiri beserta pengelolanya. Sebagaimana di kecamatan lainnya di Indonesia, air minum isi ulang telah menjadi alternatif bagi masyarakat di kecamatan Pendalian IV Koto dalam pemenuhan kebutuhan air minum. Kecamatan ini terdiri dari lima desa dan terdapat 9 depot yang aktif beroperasi. Dari
paparan
di
atas
maka
penulis
tertarik
untuk
melakukan
penelitiandengan judul “Gambaran hasil pemeriksaan total Coliform pada depot air minum isi ulang di wilayah kerja Puskemas Pendalian IV KotoTahun 2018’’
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka dapat
dirumuskan msalah sebagai berikut “Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan total Coliform pada depot air minum isi ulang di wilayah kerja Puskemas Pendalian IV Koto Tahun 2018” 1.3
Batasan Masalah Pada penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada depotair
minum isi ulang di wilayah kerja Puskemas Pendalian IV Koto. 1.4
Tujuan Masalah
1.4.1 Tujuan Umum Mengetahuigambaran hasil pemeriksaan total Coliform pada depot air minum isi ulang di wilayah kerja Puskemas Pendalian IV Koto Tahun 2018 1.4.2 Tujuan Khusus Mendeskripskan hasil pemeriksaan total Coliform pada depot air minum isi ulang diwilayah kerjaPuskemas Pendalian IV Koto Tahun 2018 merujuk ke PERMENKES nomor 492 tahun 2010 untuk parameter total bakteri Coliform. 1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pengelola DAMIU Pengelola DAMIU mengetahui kualitas air Baku dan air minum yang diproduksi, serta kondisi lingkungan yang perlu diperbaiki sehingga dapat mencegah kejadian penyakit atau gangguan kesehatan terpapar oleh agent atau faktor-faktor resiko yang berada di dalam lingkungannya. 1.5.2 Bagi Penulis Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya tentang uji bakteriologis pada air minum isi ulang pada depot.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Air Minum Pengertian air minum menurut Permenkes RI No 43 Tahun 2014 adalah
air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat langsung diminum. 2.1.1
Kontaminasi Bakteri pada Air Minum Bakteri merupakan salah satu penyebab terjadinya kontaminasi pada air
minum, salah satunya yaitu bakteri Coliform. Coliform merupakan bakteri pathogen yang hadir di lingkungan berasal dari kotoran hewan dan manusia. Coliform ada dalam jumlah besar di usus dan tinja manusia serta hewan berdarah panas lainnya. Coliform memiliki kemungkinan kecil untuk menyebabkan penyakit. Namun kehadiran Coliform dalam air minum merupakan indikasi kuat dari kontaminasi limbah atau kotoran hewan. Air Minum harus terbebas dari Coliform agar meyakinkan aman untuk dikonsumsi. Secara teori bakteri juga dapat menyebabkan keracunan pada minuman terutama bakteri Coliform yang merupakan bakteri pathogen dan menjadi indicator kebersihan air, pengolahan makanan atau kebersihan diri (Putri, 2015) 2.1.2
Penyakit yang dapat di tularkan melalui Air Menurut Putri (2015), dilihat dari sudut ilmu kesehatan masyarakat,
penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat di bagi kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit dibagi menjadi empat, antara lain : 1. Water Born Disease Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang ditularkan melalui mulut atau system pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini ini antara lain kolera, thipoid, hepatitis viral, disentri basiller, dan poliomyelitis.
2. Water Washed Disease Penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Dalam hal ini terjadi tiga cara penularan, yaitu : a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak, terjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya ketersediaan air untuk makan, minum, dan memasak serta kebersihan alat-alat makan. b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma, berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya ketersediaan air bersih untuk hygiene perorangan (mandi dan cuci) c. Penularan melalui bintang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis, berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya ketersediaan air untuk hygiene perorangan yang ditunjukkan untuk mencegah investasi insekta parasit pada dan pakaian. 3. Water Based Disease Penyakit yang ditularkan dengan cara ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya dalam tubuh vector atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air, contohnya Schistosomiasis dan penyakit akibat Drancunculus medinensis. 4. Water related insect vector Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak didalam air. Air merupakan salah satu unsur alam yang harus ada dalam lingkungan dan manusia merupakan media yang baik bagi insect untuk berkembang biak. Contoh penyakit melalui cara ini filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever. 2.1.3
Persyarata Air minum Persyaratan air minum berdasarkan Permenkes nomor 492 tahun 2010
adalah pengujian secara fisika, kimiawi dan mikrobiologi.
Persyaratan fisika
meliputi warna, bau, rasa, warna ,temperature dan kekeruhan. Kualitas kimia berhubungan dengan ion-ion senyawa maupun logam yang membahayakan seperti
Hg, Pb, Cu dan Zn. Syarat bakteriologis air minum tidak boleh mengandung bakteri pathogen, yang dapat menyebabkan penyakit terutama penyakit saluran pencernaan yaitu bakteri Coliform. Standar kandungan bakteri Coliform dalam air minum 0 per 100 ml sampel.
2.3
Coliform Kelompok bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya kontaminan
kotoran dan kondisi dari sanitasi yang tidak baik. Sedangkan fecal Coliform adalah kelompok bakteri Fakultatif anaerob, gram negatif
tidak membentuk
spora, berbentuk batang pendek, mampu memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas serta tumbuh pada suhu 45oC ± 0,5oC selama sekurang kurangnya dalam waktu 24 Jam (SNI, 2002)
Gambar 1 Bakteri Coliform Sumber : google.com
2.4
Depot Air Minum Isi Ulang Menurut Permenkes RI nomor 43 Tahun 2014 Depot air minum isi ulang
yang selanjutnya disingkat DAMIU adalah usaha yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual langsung kepada konsumen. Adapun air minum yang dimaksud adalah air baku yang telah telah diproses dan aman untuk diminum, untuk air baku adalah air yang belum diproses atau sudah diproses menjadi air bersih yang memenuhi
persyaratan mutu sesuai Peratuaran Menteri Kesehatan untuk diolah menjadi air minum 2.4.1
Pengawasan Depot Air Minum Isi Ulang Untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi
memenuhi persyaratan, dalam peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang tata laksana pengawasan kualitas air minum wajib melaksanakan pengawasan eksternal dan internal terhadap kualitas air yang siap dimasukkan ke dalam galon/wadah air minum. Proses produksi DAMIU menurut keputusan menteri Perindustrian dan perdagangan RI N0 651/MPP/Kep/10/2004 tentang persyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya, yaitu penampungan air baku dan syarat bak penampung air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung terbuat dari bahan seperti stainlis Depot air minum isi ulang wajib melakukan pengujian mutu produk di laboratorium Pemeriksaan Kualitas air yang di pilih oleh pemerintah Kabupaten/Kota sekurang kurangnya 6 bulan sekali. Pengujian ini bertujuan tersebut bertujuan menjamin mutu produk air minum yang di hasilkan, mendukung terciptanya usaha depot air minum isi ulang yang sehat dan upaya perlindungan kepada konsumen. 2.5
Uji kualitas Air minum Metode yang digunakan untuk uji kualitas bakteriologis air minum adalah
Most Probable Number (MPN). MPN digunakan untuk mengetahui jumlah Coliform dalam uji kualitas air. Metode MPN merupakan salah satu teknik menghitung jumlah mikoroorganisme per mili sampel yang digunakan media biakan. Perhitungan didasarkan pada tabung yang positif, yaitu tabung yang menunjukkan adanya gelembung gas pada tabung durham setelah inkubasi dalam waktu 24-48 jam. Metode MPN initerdiri dari 3 tahapan yaitu uji pendugaan, uji penguat dan uji kelengkapan. Khusus untuk uji kualitas air minum isi ulang, metode MPN dilakukan sampai metode uji penguat, dikarenakan metode ini sudah
cukup kuat digunakan sebagai pengujian ada tidaknya bakteri Coliform dalam sampel air minum isi ulang (Natalia, 2014)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan mengambil data untuk
memberikan gambaran hasil pemeriksaan total Coliform pada depot air minum isi ulang di wilayah kerja Puskesmas Pendalian IV Koto tahun 2018. 3.2
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini di rencanakan akan di lakukan pada bulan 3- 4 April 2019 di
Puskesmas Pendalian IV Koto. 3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Seluruh depot air minum isi ulang di wilayah kerja Puskesmas Pendalian IV Koto 3.3.2 Sampel Jenis pengambilan sampel dilakukan secara Non Probality Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, dikarenakan jumlah populasi yang ada relatif kecil. Sampel dalam penelitian ini adalah depot air minum isi ulang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pendalian IV Koto yang berjumlah 9 depot. 3.4
Alat dan bahan
3.4.1
Alat Alat yang diunakan adalah pipet ukur, bunsen, rak tabung reaksi, tabung
durham, tabung reaksi, inkubator, autoklaf, botol penutup steril, ose, spidol,oven 3.4.2 Bahan Bahan yang digunakan adalah media LB (Lactose Broth), Media BGLB (Brilian Green Bile Broth), media LBDS (Lactose brothh double stregth, Media LBSS ( lactose broth single strength), label, kapas dan sampel air minum isi ulang
3.5
Prosedur Kerja
3.5.1 Sterilisasi Alat Alat-alat yang akan diperlukan dicuci dengan detergen wadah mulut lebar dibersihkan dengan direndam dengan larutan detergen panas selama 15-30 menit diikuti dengan pembilasan pertama dengan HCL 0,1% dan terakhir dengan air suling. Alat-alat di keringkan dengan posisi terbalik di udara terbuka, setelah kering di bungkus dengan kapas bersih. Alat-alat dari kaca di sterilkan di oven pada suhu 180o c selama 1-2 jam. 3.5.2 Pengambilan Sampel dan pengiriman ke Laboratorium Dipersiapkan segala sesuatu untuk pengambilan sampel seperti alat tulis, catatan pada formulir pemeriksaan tentang lokasi pengambilan, peralatan, botol sampel, dan termos es tempat sampel. Botol sampel disterilkan dengan kapas steril. Persiapkan air minum isi ulang untuk dimasukkan kedalam botol sampel steril. Botol sampel diberi nomor kode dengan menggunakan spidol. Masukkan sampel ke dalam cooler (termos es) selanjutnya pengiriman dilakukan secepatnya ke laboratorium, yaitu dalam waktu 3 jam sampai di laboratorium. 3.5.3 Pembuatan Media 3.5.4 Metoda Pada penelitian ini dilakukan uji Coliform menggunakan tabung seri ganda 5-1-1 (5 double lactose broth, 1-1single lactose broth) sebagaimana yang terdapat dalam petunjuk pemeriksaan bakteriologis air. Pada uji ini digunakan ragam 5x10 ml. 1x1 ml, 1x0,1 ml karena mengambil specimen yang sudah diolah atau angka kumannya diperkirakan rendah. Menyiapkan media steril yaitu untuk media Lactose Broth double Broth dan single strength dan Brilliant green lactose broth, di isi media 10 ml tiap tabung lengkap dengan tabung durham posisi terbalik, pemeriksaan coliform meliputi tahapan : 1. Uji Penduga (Presumtive Test) Sederetan tabung berisi Lactose Broth standar 5-1-1 masing-masing diisi sampel 10 ml, 1 ml, 0,1 ml dengan menggunakan spuit disposable yang telah steril. Pengisian dilakukan seaseptis mungkin. Semua tabung
dimasukkan dalam incubator pada suhu 37o C dan ditunggu 2x 24 jam. Hasil fermentasi positif jika terjadi fermentasi laktosa oleh kuman coliform sampel. Sehingga terbentuk gas yang dapat berupa rongga kosong pada bagian atas tabung durham terbalik yang ada dalam media Lactose Broth. 2. Uji Penguat (Confirmation Test) Tabung yang positif pada presumptive test dilanjutkan dengan uji penegas. Kemudian masing-masing sampel yang positif menunjuukkan gas, ditanam pada media BGLB dengan standar tabung 5-1-1, inokulasi dari biakan positif
pada media LB ke media BGLB dilakukan dengan
menggunakan ose dan diinkubasi dalam incubator pada suhu 37o C dan di tunggu 2x24 jam. Jika terbentuk gas pada beberapa tabung media BGLB, maka dapat disesuaikan dengan tabel indeks MPN 5-1-1 (lampiran) sesuai dengan angka jumlah tabung yang positif. Tabel I. Tabel MPN Ragam I Index MPN Jumlah Tabung (+) Gas Per 100 ml 10 ml 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5
1 ml 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1
0,1 ml 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
Sumber : Google
2 2 4 2,2 4,4 4,4 6,7 5 7,5 7,6 10 8,8 12 12 16 15 20 21 27 38 96 240 Commented [u4]: Sumbernya artikel.
3.6
Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang didapat kemudian di analisis dengan cara deskriptif
kualitatif yaitu menampilkan
data jumlah bakteri dan identifikasi bakteri
Coliform yang terdapat pada sampel air minum yang diambil dari DAMIU yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pendalian IV Koto, kemudian di bandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh Menkes RI nomor 492 /Menkes/per/ 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
DAFTAR PUSTAKA Alang, H. 2014.
Analisis Coliform kualitas air galon berdasarkan lama
penyimpanannya di kecamatan Rapoccini kota Makassar. Jurnal . Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. STKIP Makassar Badan Standar Nasional Indonesia. 2002. Pengujian bakteri Coliform. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Syarat-syarat Pengawasan kualitas
Air minum Permenkes RI.907/Menkes/SK/VII/2002/. Depkes
RI. Jakarta Keputusan menteri Perindustrian dan perdagangan. 2004.Persyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya RI N0 165/MPP/Kep/10/2004. Jakarta _______.2010.
Persyaratan
Kualitas
air
minum
Permenkes
RI
Permenkes
RI
no.492/MENKES/PER/IV/2010. Depkes RI. Jakarta _______.2014.
Hygien
sanirasi
depot
air
minum
No.43/MENKES/2014. Depkes RI. Jakarta Keputusan menteri Perindustrian dan perdagangan. 2004.Persyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya RI N0 165/MPP/Kep/10/2004. Jakarta Natalia, AL. 2014. Kajian kualitas bakteriologis air minum isi ulang di kabupaten Blora melalui metode Most Probable number. Skripsi. Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam :Universitas Negeri Semarang Rangga, L dan Baharuddin, A. 2017. Kualitas Air Minum Isi Ulang Pada Depot di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Kota Makassar. Jurnal. Volume 3 No 2ISSN : 2541-5301. Semiati, R dkk.2014. Uji Bakteriologis Es Batu rumah tangga yang digunakan penjual minuman di pasar lubuk buaya kota Padang. Jurnal kesehatan andalas. Volume 3 No.2
Sapulette, R dkk. 2016. Gambaran Mikrobiologi Air Minum dari depot isi ulang di Kecamatan Ranoyapo. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Topik: Volume IV Nomor 1 Wahyuni, RR. 2017. Uji Bakteriologis air minum isi ulang di Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Menara Ilmu. Volume XI Jilid 1