PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI GIZI MELALUI MEDIA VIDEO DAN LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA SISWA SMA Diajukan Sebagai Syarat Memenuhi Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir Pada Prodi DIII Gizi Di Poltekkes Kemenkes Palembang
Disusun Oleh Nama : Yayu Wulandari NIM : PO.71.31.0.17.038 Program Studi : DIII Gizi
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
HALAMAN JUDUL
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI GIZI MELALUI MEDIA VIDEO DAN LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA SISWA SMA
Disusun Oleh Nama : Yayu Wulandari NIM : PO.71.31.0.17.038 Program Studi : DIII Gizi
KATA PENGANTAR Assalamualakum Warakmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayahNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pengerjaan Proposal Laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari dalam penulisan Proposal Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Wassalamualakum Warakmatullahi Wabarakatuh
Curup, 18 Desember 2010 Penulis
Yayu Wulandari PO.71.31.0.17.038
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kelompok remaja perlu mendapat perhatian khusus karena kualitas sumber daya manusia masa yang akan datang sangat ditentukan oleh kualitas generasi muda masa kini, sehingga untuk menunjang tercapainya kualitas tersebut, maka kebutuhan remaja secara fisiologis dan psikologi harus diperhatikan. Menurut World Health Organization (WHO) yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu 1224 tahun. Pemenuhan fisiologis tersebut membutuhkan pemenuhan zat gizi yang cukup termasuk buah dan sayur. Namun, pola makan remaja saat ini telah mengalami pergeseran. Remaja cenderung memilih makanan cepat saji (fast food), mengonsumsi gula tambahan, lemak dengan jumlah yang berlebihan daripada mengonsumsi sayur, buah dan susu (Xie, dkk., 2004; Briefel dan Johnson, 2004). Remaja putri cenderung memiliki kebiasaan makan yang kurang baik dan kurang puas dengan bentuk tubuhnya. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja, remaja putri akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya terlihat lebih gemuk, sedangkan remaja putra lebih bangga dengan bentuk tubuhnya karena terjadi peningkatan berat badan. Hal tersebut yang mendorong remaja putri melakukan diet untuk mengontrol berat badannya agar terlihat lebih langsing, ramping dan menarik (StriegelMoore, dkk., 2009). Konsumsi makanan yang kurang baik tanpa disertai dengan konsumsi buah dan sayur yang cukup sebagai sumber serat dan mineral dapat mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas pada remaja (Ratu, IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 1 – Januari 2018 ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 96 2011). Remaja yang mengonsumsi lebih banyak sayur dan buah memiliki risiko yang rendah terkena penyakit stroke (Ness, dkk., 2005) dan hipertensi di usia dewasa (Moore, dkk., 2005). Sayur dan buah merupakan sumber zat gizi mikro yang diperlukan untuk proses metabolisme tubuh (Kemenkes, 2014). Sayur dan buah mengandung serat, vitamin dan mineral yang berguna untuk pemeliharaan kesehatan, mengurangi risiko
penyakit jantung koroner dan beberapa jenis kanker (Hung, dkk., 2004), diabetes (Liu, dkk., 2004), stroke (Johnsen, dkk., 2003), serta mengurangi risiko obesitas (Buijsse, dkk., 2009). Di Indonesia, konsumsi buah dan sayur yang dianjurkan terdapat dalam Tumpeng Gizi Seimbang. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang dianjurkan untuk mengonsumsi buah sebanyak 2-3 porsi dalam sehari dan untuk sayuran dianjurkan mengonsumsi 3-5 porsi dalam sehari (KFI, 2011). Kecenderungan kurang mengonsumsi buah dan sayur juga terjadi di Indonesia. Prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur menurut Riskesdas tahun 2013 sebesar 93,5%. Kemudian berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010-2013 menunjukan bahwa secara nasional perilaku penduduk umur 10 tahun ke atas yang kurang mengonsumsi buah dan sayur masih diatas 90%. Selanjutnya prevalensi kurang mengonsumsi buah dan sayur penduduk 10 tahun ke atas menurut Provinsi untuk Jawa Tengah adalah 92,0%, prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur di Kabupaten Semarang 97,3%, dan Salatiga adalah 97,9% (Riskesdas, 2013). Seperti yang sudah ditegaskan sebelumnya bahwa kebiasaan para remaja cenderung kurang mengonsumsi buah dan sayur dan mereka justru lebih memilih mengonsumsi makanan siap saji yang tinggi kandungan kolesterol dan garam tetapi rendah akan serat (Arisman, 2007). Hal tersebut juga terjadi pada kalangan mahasiswa yang tergolong remaja akhir, adalah kelompok yang sering menjalani konsumsi makan yang tidak sehat. Menurut Kamso (2000) seseorang yang sibuk oleh berbagai aktivitas cenderung akan memilih jenis makanan yang praktis dan mudah diperoleh. Peran media dalam promosi kesehatan adalah sebagai sarana membangun suasana kondusif terhadap perubahan perilaku positif terhadap kesehatan. Promosi kesehatan dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Metode mengajar dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak dipakai dalam praktik promosi kesehatan. Salah satu kelebihan dalam media video, media video dapat menarik perhatian para remaja sehingga para remaja dapat mengerti apa yang dipromosikan. Sementara, leaflet dapat memberikan pesan secara rinci yang tidak mungkin disampaikan secara lisan.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah media video dan leaflet berpengaruh terhadap perubahan konsumsi buah dan sayur pada siswa SMA?
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari masing-masing jenis media video dan leaflet terhadap perubahan konsumsi buah dan sayur pada siswa SMA? 3. Apakah ada perubahan pada perilaku konsumsi buah dan sayur setelah disampaikan media video dan leaflet pada siswa SMA ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh media video dan leaflet terhadap perubahan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang konsumsi sayur dan buah pada siswa SMA
2. Tujuan Khusus
Mengukur pengetahuan siswa sebelum diberikan penyuluhan dengan video dan leaflet tentang sayur dan buah di SMA
Mengukur pengetahuan siswa setelah diberikan penyuluhan dengan video dan leaflet tentang sayur dan buah di SMA
Mengukur peningkatan pengetahuan siswa sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dengan video dan leaflet tentang sayur dan buah di SMA
Mengetahui pengaruh penyuluhan gizi melalui media video dan leaflet tentang perubahan pengetahuan sayur dan buah pada siswa SMA
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Penulis Sarana untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian dibidang gizi masyarakat. 2. SMA Menambah informasi dan menambah pengetahuan siswa mengenai sayur dan buah yang diharapkan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Prodi D III Gizi Palemnbang Bahan referensi bagi pendidikan dan peneliti lain tentang pengetahuan siswa mengenai sayur dan buah setelah diberikan penyuluhan .
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Masa Remaja Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh
termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.
2. Sayur dan Buah a. Definisi Sayur dan Buah Sayur dan buah merupakan bahan makanan yang kaya akan nutrisi dan berbagai zat yang bermanfaat, mengonsumsi buah dan sayur secara rutin dapat mencegah timbulnya penyakit dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit (Fitriana, 2015). 1) Definisi Sayur Sayuran merupakan bentuk turunan dari kata sayur yang artinya sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal (Fauziah, 2015). 2) Definisi Buah Buah adalah bagian dari tanaman yang strukturnya mengelilingi biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai fundamen (bagian) dari bunga itu sendiri. Buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan karotin atau provitamin A) dan mineral (seperti zat kalsium, zat pospor dan lainnya) dalam jumlah kecil. Serat banyak terdapat pada buah-buahan dibagian kulitnya. Jadi, bila buah yang dapat dimakan dengan kulitnya, dianjurkan tidak perlu dikupas, hanya dicuci sampai bersih (Soediatama, 2004).
b. Jenis-Jenis sayur dan buah Menurut Astawan (2008) sayuran dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Jenis sayuran daun, misalnya daun bayam, kangkung, daun singkong, lembayung, katuk, genjer, sawi, kenikir, daun ubi, daun jambu mete dan tespong 2) Jenis sayuran buah, misalnya terong, labu siam, tomat, pare, dan labu air. 3) Jenis sayuran bunga, misalnya kembang kol, bunga pisang (jantung pisang), bunga papaya, bunga sedap malam, buka turi, brokoli 4) Jenis sayuran kacang muda, misalnya kacang panjang, buncis, kapri, kara dan kecipir. Disebut kacang muda karena dipetik dan digunakan masih muda. Bila dibiarkan sampai tua dan kering bijinya yang digunakan. Biji yang tua ini termasuk kacang-kacangan yang mengandung zat protein nabati. 5) Jenis sayuran tunas, misalnya taoge dan rebung.
Menurut Radha dan Mattheuw 2007 dalam Nurlidyawati 2015, buahbuahan dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Buah di iklim sedang, misalnya: apel, pir, almond, walnut. 2) Buah di daerah tropis, misalnya: mangga, pisang, pepaya, jambu biji merah, jeruk. 3) Buah di daerah sub tropis, misalnya: anggur, citrus, zaitun
c. Manfaat Sayur dan Buah Bagi Tubuh Khomsan, dkk (2008) dalam Nurlidyawati (2015), buah dan sayur mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. ada dua alasan utama yang membuat konsumsi sayut dan buah itu penting untuk kesehatan, yaitu: 1) Sayur dan buah sangat kaya akann kandungan vitamin, mineral, dan zat gizi lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tanoa mengonsumsi sayur dan buah, maka kebutuhan gizi seperti vitamin C, vitamin A, pottasium dan folat kurang terpenuhi. Oleh karena itu, sayur dan buah merupakan sumber makanan yang baik dan menyehatkan. 2) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi tinggi sayur dan buah dapat menurunkan insiden terkena penyakit kronis.
3) Sayuran dan buah-buahan segar juga mengandung enzim aktif yang dapat mempercepat reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Komponen gizi dan komponen aktif non-nutrisi yang terkandung dalam sayur dan buah berguna sebagai antioksidan untuk membebaskan radikal bebas, anti kanker, dan menetralkan kolesterol jahat.
d. Akibat Kurang Mengonsumsi Sayur dan Buah Bagi Tubuh Dampak apabila seseorang kurang mengonsumsi buah dan sayur menurut Ruwaidah (2007) dalam Nurlidyawati (2015), antara lain: 1) Meningkatkan kolesterol darah 2) Gangguan penglihatan/mata 3) Menurunkan kekebalan tubuh 4) Meningkatkan resiko kegemukkan 5) Meningkatkan resiko kanker kolon 6) Meningkatkan resiko sembelit 7) Anjuran Kebutuhan Sayur dan Buah Badan kesehatan dunia (WHO) menganjurkan konsumsi sayuran dan buahbuahan bagi orang Indonesia adalah 300-400 gram per orang per hari untuk anak balita dan anak usia sekolah, yang terdiri dari 250 gram sayur dan 150 gram buah ini setara dengan 2 ½ porsi atau 2 ½ mangkuk sayur setelah dimasak atau ditiriskan. Untuk konsumsi buah setara dengan tiga buah pisang ambon ukuran sedang atau dua buah apel ukuran sedang setiap hari (Kemenkes, 2014)
Gambar 1. Tumpeng Gizi Seimbang Konsumsi sayur dan buah harus cukup, tidak boleh kurang ataupun berlebihan sebab jika kekurangan ataupun kelebihan dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh. Kekurangan sayur dan buah dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat-zat gizi seperti vitamin dan mineral yang bermanfaat dan dibutuhkan tubuh, sedangkan jika tubuh kelebihan sayur dan buah dapat berakibat membebani kerja ginjal (Khomsan, 2003).
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Sayur dan Buah Menurut Green dalam Fatmah (2014), faktor perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: 1) Faktor perdisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilainilai, dan sebagainya. Pengetahuan siswa tentang sayur dan buah dapat mempengaruhi perilaku konsumsi sayur dan buah 2) Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang mendukung atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pendukung yang dimaksud adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor terwujud dari lingkungan fisik yaitu tersedia atau tidak tersedianya. Dalam hal perilaku konsumsi sayur dan buah yaitu ketersediaan bahan pangan tersebut. 3) Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Dalam hal konsumsi sayur dan buah perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya dalam mengonsumsi sayur dan buah dapat dijadikan contoh bagi perilaku masyarakat.
3. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan-keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Azwar, 1983) dalam (Maulana, 2009).
Penyuluhan Kesehatan dalam promosi kesehatan
diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran, disamping pengetahuan sikap dan perbuatan (Maulana, 2009).
Penyuluhan gizi adalah pendekatan edukatif yang menghasilkan perilaku
individu/masyarakat
yang
diperlukan
dalam
peningkatan/mempertahankan gizi baik (Suharjo, 2003). b. Tujuan penyuluhan Tujuan Penyuluhan Gizi adalah sebagai berikut: 1) Terciptanya sikap positif terhadap gizi. 2) Terbentuknya pengetahuan dan kecakapan memilih dan menggunakan sumber-sumber pangan. 3) Timbulnya kebiasaan makan yang baik. 4) Adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan gizi (Suhardjo, 2003). c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan Penyuluhan adalah sebagai proses perubahan perilaku melalui suatu kegiatan pendidikan non formal. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan keadaan yang disebabkan karena penyuluhan di antaranya adalah 1) Faktor penyuluh a) Kurang persiapan. b) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan. c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran. d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah-istilah asing. e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar. f)
Penyampaian
materi
penyuluhan
terlalu
monoton
sehingga
membosankan. 2) Faktor Sasaran a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan yang disampaikan. b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah. c) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah. d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku. 3) Faktor Proses dalam Penyuluhan a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran.
b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat dengan tempat keramaian. c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan penyuluhan. d) Alat peraga atau media dalam memberikan penyuluhan kurang dapat mempermudah pemahaman sasaran. e) Metode yang digunakan kurang tepat. f) Bahasa yang dipergunakan kurang dimengerti oleh sasaran. (Effendy, 2012) d. Metode Penyuluhan Menurut (Notoatmodjo, 2005) metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain : 1) Metode penyuluhan perorangan (individual) Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain : a) Bimbingan dan penyuluhan Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut. b) Wawancara Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2) Metode Penyuluhan Kelompok Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup: a) Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar. (1) Ceramah Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah.
Hal-hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
menggunakan metode ceramah adalah : (a) Persiapan Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi jika disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran. (b) Pelaksanaan Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran. Untuk dapat menguasai sasaran, penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta dan berdiri di depan / dipertengahan. (2) Seminar Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat. b) Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.
3) Metode Penyuluhan Massa Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public. Sasaran metode ini bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.
4) Proses adopsi dalam penyuluhan Adopsi adalah penyerapan program oleh target audiens. Proses perubahan perilaku adalah adanya suatu ide/gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan yang diharapkan untuk diterima oleh individu tersebut. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu: 1) Awareness (kesadaran), orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) 2) Interest (merasa tertarik) tertarik terhadap stimulus atau objek. Disini sikap subjek sudah mulai timbul 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Sikap responden sudah lebih baik lagi 4) Trial, subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendai oleh stimulus. 5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Fatmah, 2014).
4. Media Penyuluhan a. Definisi Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Sehingga media pendidikan dapat didefinisikan sebagai alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaikan bahan pendidikan pengajaran (Suiraoka & Supariasa, 2012). Sebagai suatu sarana untuk menimbulkan minat/rangsangan dalam belajar, media disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu dapat diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak panca indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh (Suiraoka dan Supariasa, 2012). Menurut penelitian para ahli panca indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak yaitu mata (kurang lebih 75%-87%), sedangkan 13% sampai 25% diperoleh dari indera lainnya (Maulana, 2009: 172). a. Manfaat Media Menurut (Suiraoka dan Supariasa, 2012) ada lima manfaat penggunaan media dalam pendidikan kesehatan, yaitu: 1) Merangsang minat sasaran pendidikan Penggunaa media dapat menyebabkan proses pendidikan kesehatan yang dilakukan lebih menarik perhatian sasaran pendidikan dan tidak kaku, sehingga menumbuhkan motivasi belajar 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, bahasa dan daya indera 3) Mengatasi sikap pasif sasaran pendididkan dan dapat memberikan perangsangan, pengalaman, serta menimbulkan persepsi yang sama. 4) Mendorong keinginan sasaran untuk mengetahui, mendalami, dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik. 5) Merangsang seasaran untuk meneruskan pesan-pesan kepada orang lain. b. Jenis-Jenis Media Pembagian alat peraga atau media secara umum yaitu: 1) Alat bantu lihat (Visual Aids)
Alat bantu ini digunakan untuk membantu menstimulasi indera penglihatan saat proses pendidikan kesehatan. Terdapat dua macam bentuk alat bantu lihat yaitu: a) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, overhead projektor, atau OHP, serta film strip. b) Alat yang tidak diproyeksikan, misalnya dua dimensi seperti gambar, peta dan bagan kemudian alat bantu cetak atau tulis seperti leaflet, poster, lembar balik, dan booklet. Selain itu tiga dimensi misalnya bola dunia dan boneka. 2) Alat bantu dengar (Audio Aids) Alat bantu ini digunakan untuk menstimulasi indera pendengaran saat proses pendidikan kesehatan. Misalnya piringan hitam, radio, tape, dan CD. 3) Alat bantu dengar dan lihat (Audio Visual Aids) Alat bantu ini digunakan untuk menstimulasi indera pendengaran dan indera penglihatan saat proses pendidikan kesehatan. Misalnya televisi, film, serta video. (Maulana, 2009: 174) Media yang digunakan dalam proses belajar memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Secara garis besar media diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu media cetak, media elektronik, dan media ruang. Tabel 2. Klasifikasi Media Definisi
Contoh media
Kelebihan
Media Cetak Media statis yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk visual
Media Elektronik Media yang bersifat dinamis dapat dinikmati oleh alat indera
Poster, leaflet, brosur, surat kabar, majalah, buku, pamflet, dan lain-lain Tahan lama, dapat menjangkau banyak orang, biaya produksi tidak tinggi, dapat dibawa kemana-mana, meningkatkan keinginan belajar,
Televisi, radio, film, video, kaset CD dan lain-lain Mampu mengikutsertakan semua panca indera, lebih menarik karena ada suara dan gambar, jangkauan relatif lebih besar, dapat
Media Luar Ruang Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan baik melalui media cetak maupun elektronik diluar ruangan secara umum Papan reklame, banner, layar lebar, dan lain-lain Memberikan informasi umum sekaligus hiburan, jangkauan relatif lebhi besar
Kekurangan
mempermudah pemahaman Muda terlipat, tidak dapat menstimulus efek suara, dan efek gerak
diulang-ulang dan lain-lain. Biaya lebih tinggi, lebih rumit, memerlukan listrik, memerlukan alat canggih untuk memproduksinya, perlu persiapan matang.
Biaya lebih tinggi, lebih rumit, peralatan selalu berkembang dan berubah perlu keterampilan dalam pembuaatan, penyimpanan dan pengoperasian..
Sumber: Depkes 2006
5. Video dan leaflet sebagai media penyuluhan a. Video Video merupakan media elektronik yang mampu menggabungkan teknologi audio dan visual secara bersama sehingga menghasilkan suatu tayangan yang dinamis dan menarik. Video dapat dikemas dalam bentuk VCD dan DVD sehingga mudah dibawa kemana-mana, mudah digunakan, dapat menjangkau audiens yang luas dan menarik untuk ditayangkan. Media video memiliki fungsi sebagai media pembelajaran yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris (Arsyad 2002). Fungsi atensi yaitu media video dapat menarik perhatian dan mengarahkan konsentrasi audiens pada materi video. Fungsi afektif yaitu media video mampu menggugah emosi dan sikap audiens. Fungsi kognitif dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan atau informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang. Sedangkan fungsi kompensatoris adalah memberikan konteks kepada audiens yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi yang telah diperoleh. Dengan demikian media video dapat membantu audiens yaitu petani yang lemah dan lambat menangkap suatu pesan menjadi mudah dalam menerima dan memahami inovasi yang disampaikan, hal ini disebabkan karena video mampu mengkombinasikan antara visual (gambar) dengan audio (suara). Pemilihan video sebagai media penyebarluasan inovasi selain mampu mengkombinasikan visual dengan audio juga dapat dikemas dengan berbagai
bentuk, misalnya menggabungkan antara komunikasi tatap muka dengan komunikasi kelompok, menggunakan teks, audio dan musik. Menurut Sudjana dan Rivai (1992) manfaat media video yaitu: 1) dapat menumbuhkan motivasi; 2) makna pesan akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami oleh petani dan memungkinkan terjadinya penguasaan dan pencapaian tujuan penyampaian informasi; 3) Metode penyuluhan akan bervariasi tidak semata-mata melalui komunikasi ceramah; 4) Audiens akan lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar tidak hanya mendengar tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung dan memerankan. b. Leaflet Leaflet adalah Berupa lembaran Kertas yang didlipat-lipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar tertentu tentang suatu topik khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran umumnya 20 x 30 cm, dengan jumlah tulisan umumnya 200-400 kata, secara umum berisi garis-garis besar penyuluhan dan isi-isi harus dapat di tangkap dengan sekali baca. Leaflet biasanya diberikan setelah penyuluhan selesai dilaksanakan atau dapat pula diberikan sewaktu penyuluhan berlangsung untuk memperkuat ide yang di sampaikan.
Kekuatan media Leaflet/Flyer adalah : Dapat disimpan lama
Sasran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri
Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai Jangkauan sasaran lebih luas Dapat membantu media lain
Isi dapat di cetak kembali
B. Kerangka Teori
Media Cetak: Leaflet Media Elektronik: Video Narasumber: Penyuluhan
Faktor Perdisposisi: - Pengetahuan - Pengetahuan Pendidikan Informasi
Budaya Pengalaman Sosial Ekonomi Umur
- Sikap - Kepercayaan Faktor Pendukung: - Ketersediaan bahan pangan
Perilaku konsumsi sayur dan buah
Faktor Pendorong: - Petugas kesehatan - Contoh masyarakat
Proses Belajar: 1. Faktor internal a. Faktor fisiologis (kematangan fisik, indera dan kesehatan) b. Faktor psikologis (motivasi, emosi, sikap, minat, intelegensi, bakat, kreativitas) 2. Faktor eksternal a. Keluarga b. Metode pembelajaran c. Media pembelajaran d. Masyarakat
Gambar 2. Kerangka Teori Sumber: Disarikan dari Irman, M., Tri, W.P, Nurdin (2008), Notoatmodjo (2010), Teori Lawrance Green dalam Fatmah (2014) dan Sunaryo (2003)
C. Kerangka Konsep Pengetahuan tentang sayur dan buah
Media Penyuluhan Video dan Leaflet
1. Sebelum penyuluhan 2. Sesudah penyuluhan Variabel Penganggu : 1. Pendidikan 2. Informasi dari media lain 3. Pengalaman 4. Sosial Ekonomi 5. Budaya 6. Umur Gambar 3. Kerangka Konsep
Keterangan: = Variabel independent = Variabel dependent = Variabel pengganggu