DESAIN DISPOSAL AREA DAN PERHITUNGAN VOLUME TIMBUNAN OVERBURDEN BERBASIS SOFTWARE MINEX PADA PT. KARYA MEGAH BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA
PROPOSAL TUGAS AKHIR
OLEH :
NURHIDAYAH RIDWAN NIM : 2011 . 31 . 114
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIA MAKASSAR 2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Aspal Buton (Asbuton) adalah aspal alam yang terkandung dalam deposit
batuan yang terdapat di pulau Buton dan sekitarnya. Dengan jumlah deposit Asbuton yang mencapai 650 juta ton, menjadikan indonesia sebagai negara penghasil aspal alam terbesar di dunia. Kadar aspal yang terkandung dalam Asbuton bervariasi, antara 10 – 40 %. Ini merupakan kadar aspal yang cukup besar dibandingkan dengan kadar aspal negara - negara lain. Salah satu perusahaan yang memanfaatkan Aspal Buton yaitu PT. Karya Megah Buton (KMB) yang mulai beroperasi sekitar tahun 2000an merupakan salah satu perusahaan perseroan terbatas pertambangan yang melakukan kegiatan Eksplorasi, Penambangan dan Pengolahan bahan baku asphalt menjadi bahan setengah jadi untuk dijual kepada perusahaan lain yang akan mengolah bahan setengah jadi menjadi asphalt setengah pakai. Metode penambangan yang dilakukan oleh PT. Karya Megah Buton yaitu Open Pit. Dalam kegiatan awal dari proses penambangan adalah pembersihan lahan dan pengupasan overburden (OB). Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah pemindahan lapisan tanah penutup (OB) dengan alat-alat mekanis agar dapat dilakukan proses penambangan bijih. Overburden yang telah dikupas kemudian dipindahkan ke tempat penimbunan yang biasa disebut disposal. Disposal merupakan daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang digunakan sebagai tempat membuang material kadar rendah dan/atau material bukan bijih. Material
tersebut harus digali dari pit agar dapat memperoleh bijih/material kadar tinggi. Lokasi disposal merupakan lereng yang sudah ditambang yang nantinya akan dilakukan revegetasi. Disposal biasanya juga digunakan sebagai tempat pembuangan reject dryer, maupun sampah padat pabrik lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul penelitian tugas akhir ” Desain Disposal Area Dan Perhitungan Volume Timbunan Overburden Berbasis Software Minex “.
1.2
Indentifikasi Masalah Dari latar belakang diatas, maka terlebih dahulu diidentifikasi pokokpokok permasalahan yang timbul antara lain : 1.
Perancangan desain disposal pada area tertentu yang dibuat oleh PT. Karya Megah Buton (KMB).
2.
1.3
Perhitungan timbunan overburden berbasis software minex.
Perumusan Masalah 1. Bagaimana perancangan desain disposal pada area tertentu yang dibuat oleh PT. Karya Megah Buton (KMB). 2. Cara perhitungan timbunan overburden berbasis software minex.
1.4
Batasan Masalah Dari rumusan masalah diatas maka batasan masalah yang akan di teliti ialah
hanya pada perancangan desain disposal, analisis yang senantiasa dilakukan berkaitan dengan aspek keselamatan, aspek kestabilan lereng disposal, dan menyangkut jenis atau tipe disposal.
1.5
Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari penyusunan proposal tugas akhir ini adalah sebagai
berikut: 1. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Studi Teknik Pertambangan Batubara Politeknik Akamigas Palembang 2. Agar dapat mengaplikasikan keilmuan yang dimiliki di bangku kuliah dan menambah pengetahuan lapangan dan pengalaman di bidang tambang. 3. Mengkaji dan mendalami fungsi software minex dalam perencanaan desain disposal area tambang 4. Agar dapat mengetahui dan memahami desain disposal area yang dibuat oleh PT. Karya Megah Buton (KMB).
Manfaat yang dapat diperoleh dalam melakukan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan gelar ahli madya setelah melaksanakan tugas akhir ini. 2. Mengetahui dan menganal masalah-masalah teknik desain, maupun redesain disposal area yang terdapat di PT. Karya Megah Buton (KMB) 3. Dapat mengetahui tahapan melakukan suatu desain disposal dengan software minex. 4. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan lebih tentang desain disposal area yang baik dan sesuai dengan ketentuan di PT. Karya Megah Buton (KMB)
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Dasar Teori
2.1.1
Disposal Secara Umum Suatu kegiatan pertambangan umumnya memindahkan tanah penutup
untuk mengambil bahan galian yang berada di dalam bumi. Oleh karena itu, diperlukan suatu area tertentu untuk membuang material tanah penutup tersebut sehingga tidak menutupi area yang masih mengandung bahan galian yang ekonomis. Tempat penimbunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu waste dump/disposal dan stockpile. Waste dump/disposal adalah daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang dijadikan tempat membuang material kadar rendah dan/atau material bukan bijih. Material tersebut perlu digali dari pit demi memperoleh bijih/material kadar tinggi, sedangkan stockpile digunakan untuk menyimpan material yang akan digunakan pada saat yang akan datang. Stockpile juga dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan bijih kadar rendah yang dapat diproses pada saat yang akan datang maupun tanah penutup atau tanah pucuk yang dapat digunakan untuk reklamasi. Berdasarkan alasan sosiologis di masyarakat, banyak perusahaan menjauhi nama waste dumps. Istilah yang dipakai adalah disposal area, waste rock storage area, rock piles, dan lain-lain. Disposal biasanya dibuat pada lubang-lubang bekas penambangan ataupun bekas penambangan kuari, seperti yang terlihat pada gambar 1.1.
Ketika lubang tersebut telah penuh, maka permukaan dari disposal ini akan ditutupi dengan lapisan tanah penutup (top soil) untuk dijadikan daerah penghijauan. Sudah menjadi tanggung jawab tiap perusahaan penambangan untuk melakukan penghijauan kembali setelah area penambangan ditutup. Oleh karena itu, suatu area yang berupa lubang atau lereng bekas penambangan harus disiapkan untuk menjadi disposal area. Rancangan disposal sangat penting untuk perhitungan keekonomian. Lokasi dan bentuk dari disposal akan berpengaruh terhadap jumlah gilir truk, biaya operasi dan jumlah truk dalam satu armada yang diperlukan. Pada umumnya daerah yang diperlukan untuk disposal luasnya berkisar antara 2– 3 kali dari daerah penambangan (pit). Hal ini berdasarkan pertimbangan diantaranya: 1. Material yang telah dibongkar (loose material) berkembang 30 – 45 % dibandingkan dengan material in situ. 2. Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya lebih landai dari pit. 3. Material pada umumnya tidak dapat ditumpuk setinggi kedalaman dari pit.
2.1.2
Kegunaan Software Minex dalam kegiatan perencanaan Minex merupakan salah satu produk yang dikembangkan oleh
GEMCOM selain minescape, surfac dan software terkait lainnya. Software ini khusus dikembangkan untuk kegiatan yang berhubungan dengan geologi dan perencanaan pertambangan, baik itu desain pit, stockpile, disposal area
dan lain sebagainya, software minex mempunyai beberapa revisi atau perkembangan dari produk yang telah dikeluarkan dengan kemampuan yang semakin akurat dan banyak fitur-fitur pedukung baru yang terkait kegiatan pertambangan di masa modern ini. Minex adalah pemimpin dunia yang diakui solusi geologi dan perencanaan tambang terpadu untuk batubara dan deposit bertingkat lainnya. Minex memastikan sumber daya dievaluasi secara akurat dan efisien ditambang dari eksplorasi ke rehabilitasi. Sebagai solusi terintegrasi tunggal, data dan keterampilan dapat dengan mudah dipindahkan antara tim di waktu penghematan biaya. 2.1.3
Manfaat Minex 1. Hemat waktu – desain tambang dibuat lebih mudah 2. Membuat keputusan yang lebih baik, kecepatan dan akurasi atas seluruh proses 3. Meningkatkan komunikasi, interpretasi yang lebih baik dari data dengan alat visualisasi kuat dan tampilan grafis 4. M encapai akurasi lebih besar, ketat intergasi dengan model stratigrafi
2.1.4
Asphalt
2.1.4.1. Pengertian Asphalt Bitumen adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Bitumen terutama mengandung senyawa hidrokarbon seperti aspal, tar, atau pitch
Asphalt adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementitious) yang akan melembek dan meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya. 2.1.4.2
Jenis-Jenis Aspal Aspal yang digunakan untuk bahan perkerasan jalan terdiri dari
aspal alam dan aspal buatan. 1. Aspal alam, dapat dibedakan atas : •
Aspal gunung (Rock Asphalt) contoh : aspal dari pulau Buton
•
Aspal danau (Lake Asphalt) contoh : aspal dari Bermudus Trinidat
a. Berdasarkan kemurniannya sebagai berikut : • •
Murni dan hampir murni (Bermuda Lake Asphalt) Tercampur dengan mineral di Pylau Buton, Aspal gunung (Rock Asphalt) contoh : aspal dari pulau Buton, Trinidat, Prancis dan Swiss
b. Berhubung aspal alam tidak mempunyai mutu tertentu penggunaan aspal tersebut dapat dievaluasi dengan baik. 2.
Aspal buatan
Jenis ter dibuat dari proses pengolahan minyak bumi. Jadi bahan baku yang dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak mengandung aspal. Ter merupakan hasil penyulingan batu bara tidak umum digunakan untuk perkerasan jalan karena lebih cepat mengeras, peka terhadap temperature dan beracun. Aspal minyak bumi dengan bahan dasar dapat dibedakan atas : a.
Aspal Keras Aspal keras/panas (Asphalt Cement, Ac) adalah aspal yang
digunakan dalam keadaan cair dan panas, aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan temperatur ruang (25oC – 30oC). Aspal semen
terdiri
dari
beberapa
jenis
tergantung
dari
proses
pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya. Pengelompokan aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasan pada temperatur 25oC ataupun berdasarkan nilai Visiositasnya. Di Indonesia aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasi. • AC per 40/50
→ yaitu AC dengan penetrasi antara 40 - 50
• AC per 60/70
→ yaitu AC dengan penetrasi antara 60 - 70
• AC per 84/100 → yaitu AC dengan penetrasi antara 85 - 100 • AC per 120/150 → yaitu AC dengan penetrasi antara 120 - 150 • AC per 200/300 → yaitu AC dengan penetrasi antara 200 - 300
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas (lalu lintas dengan volume tinggi) sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dengan lalu lintas ber volume rendah. Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi (60/70 dan 80/100) b.
Aspal Cair Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan
pencair dari hasil penyulingan dengan minyak bumi, dengan demikian cut back aspal berbentuk cair dalam temperatur ruang. Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan menguap bahan pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan atas : •
RC (Rapid Curing Cut Back)
Merupakan aspal (semen yang dilarutkan dengan bensin atau premium). RC merupakan Cut Back aspal yang paling cepat menguap. •
MC (Medium Curing Cut Back) Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan pencair
yang lebih kental seperti minyak tanah. •
SC (Slow curing Cut Back)
Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan yang lebih kental seperti solar, aspal jenis ini merupakan cut back aspal yang paling lama menguap. Berdasarkan jenis pelarut •
RC dari Ac + Premium
•
MC dari Ac + Bensin
•
SC dari + Solar
3.
Aspal Emulsi Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan
pengemulsi berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya aspal emulsi. Dalam aspal emulsi Kationik dan anionic, kedua golongan tersebut masih dipecahkan lagi menurut sifat labil sebagai berikut : a.
Kationik Disebut juga aspal elmulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan arus listrik negatif. Berdasarkan sifat labil dibedakan atas : -
(ML), labil Memisah dengan cepat, tidak dapat dipergunakan untuk campuran sebelum dihampar.
-
(MS) Agak Stabil, mempunyai
kestabilan sehingga
dapatdipergunakan untuk campuran dengan jenis-jenis batuan dan gradasi tertentu sebelum dihampar. - (ML) Stabil, dapat dicampurkan dengan semua jenis batuan yang bisa digunakan segala macam gradasi termasuk gradasi filler semen portland. b.
Katonik Merupakan aspal emulsi yang bermuatan positif berdasarkan
sifat bekerja dapat dibedakan atas : -
(MCK) Bekerja Cepat
:
Cepat bereaksi dengan batuan
pada terjadinya kontak dengan permukaan jalan maupun batuan sehingga tidak dapat batuan sebelum dihampar. - (MSK) Bekerja Kurang Cepat
:
Reaksi
kurang
cepat
dengan batuan menyebabkan jenis ini dapat digunakan untuk pekerja, pencampuran dengan bantuan bergradasi kasar dan bersih. - (MLK) Bekerja Lamban :
Karena reaksi lamban sekali
maka jenis ini dapat dipergunakan untuk menampung dengan batuan bergradasi halus mis : glury dan tidak bersih.
c.
Nonionik Merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi berarti
tidak menghantarkan listrik. Selain pengelompokan menurut apa yang disebut di atas aspal emulsi dibagi juga menurut viscositasnya. Berdasarkan geologi maka pembagian aspal emulsi akan menyangkut kadar bitumen atau kadar air dan kandungannya karena kadar air mempengaruhi viscositas. -
(RS) Rapid Setting aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatnya yang terjadi cepat.
-
(MS) Medium Setiing
-
(SS) Slow Setting, jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap.
Aspal yang digunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai berikut : 1.
Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan aggregat dan antara aspal itu sendiri.
2.
Bahan Pengisi, mengisi rongga antar butir-bitir aggregat dan pori yang ada dari aggregat itu sendiri.
3. 4.
Menutupi permukaan jalan hingga tidak berdebu Menambah stabilitas atau memberikan semacam bantalan antar batuan.
5.
Membuat permukaan jalan kedap air. Berdasarkan fungsi aspal tersebut maka aspal harus mempunyai
daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis yang baik. Spesifikasi Aspal a.
Syarat Umum Aspal Keras
1. Aspal keras harus berasal dari hasil minyak bumi 2. Aspal keras harus mempunyai sifat sejenis, bebas air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai 175oC. 3. Kadar paraffin dalam aspal tidak melebihi 2 % b. Syarat-Syarat Umum Aspal Cair Spesifikasi meliputi tiga mutu aspal cair RC – 70, RC – 250 fan RC – 800 1. Aspal cair harus berasal dari hasil minyak bumi 2. Aspal harus mempunyai sifat sejenis, bebas air dan tidak berbusa jika di panaskan 3. Jika dipakai menunjukkan pemisahan atau penggumpalan 4. Kadar paraffin dalam aspal tidak melebihi 2 %.
2.1.4.3
Asphalt Buton
2.1.4.3.1 Ganesa Terbentuknya Aspal Buton Asphalt yang terdapat di pulau Buton dapat diklasifikasikan sebagai suatu lapisan homoklin yang tersingkap keluar dan tererosikan. Minyak yang mengalir perlahan - lahan membentuk suatu telaga pada tempat perembesan keluar dan fraksi ringannya telah menguap. Lapisan yang mengandung asphalt tersebut adalah gamping globigerina yang berpori-pori dan gamping terumbu yang dinamakan formasi sampolaksa. Formasi ini mengandung batupasir yang dijenuhi 10-20% bitumina, bahkan sampai 30%, namun ada beberapa teori lain tentang cara terbentuknya aspal alam yaitu : 1.
Cara Aliran ( Over Flow ) Terjadi dalam tiga bentuk :
“ Spring ” yaitu cairan aspal yang terbentuk dalam bumi muncul di permukaan bumi melalui celah – celah rekahan dan patahan.
“ Lake ” yaitu asphalt cair atau semi cair yang mengalir kepermukaan bumi melalui celah atau patahan yang kemudian mengendap dalam cekungan.
“ Sepage ” yaitu asphalt yang terdapat dalam batuan dan kemudian mengalir kebagian yang lebih rendah disebabkan tekanan material disekitarnya atau karena panas matahari.
2.
Impregnasi Dalam Batuan ( Impregnating Rock ) : Asphalt cair yang mengalir dan memasuki pori-pori batupasir,
batu gamping, dan konglomerat sehingga aspal itu menjadi satu dengan batuan dimana asphalt mengalir. 3.
Pengisian Rekahan ( Filling Veint ) : Asphalt cair yang mengalir melalui patahan dan akhirnya
mengisi patahan tersebut hingga berbentuk seperti urat-urat. 2.1.4.3.2 Karakteristik Aspal Buton Seperti telah diketahui didalam asphalt Buton terdapat dua unsur utama, yaitu asphalt ( Bitumen ) dan mineral. Di dalam pemanfaatannya untuk pekerjaan
pengaspalan,
kedua
unsur
tersebut
akan
sangat
dominan
mempengaruhi kinerja dari campuran asphalt yang direncanakan. Deposit Kabungka dan Lawele berdasarkan pengujian fisik dan analisis kimia dari mineral dan bitumen ashalt Buton hasil ekstraksi, diketahui komposisi kimia dari mineral dan bitumen asphalt Buton dari kedua daerah tersebut memiliki senyawa Nitrogen base yang tinggi dan parameter malten yang baik. Hal ini mengindikasikan, bahwa aspal Buton memiliki pelekatan yang baik dengan agregat dan keawetan yang cukup. Namun dilihat dari karakteristik lainnya, asphalt Buton dari kabungka memiliki nilai penetrasi yang relatif rendah dibandingkan dengan asphalt Buton dari Lawele.
Mineral asphalt Buton didominasi oleh Globigerines limestone yaitu batu kapur yang sangat halus yang terbentuk dari jasad renik binatang purba foraminifera mikro yang mempunyai sifat yang sangat halus, relatif keras berkadar kalsium tinggi dan baik sebagai filler pada campuran pengaspalan. 2.2 Tinjauan Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mempersiapkan beberapa materi penunjang yang berkaitan dengan penelitian secara umum. Studi pustaka yang digunakan sebagai dasar pengolahan data penelitian tidak hanya dilakukan pada tahapan persiapan tetapi juga pada tahapan penelitian dilapangan, pengolahan dan analisis data hingga pada tahap perampungan sebelum dilakukannya seminar penelitian. Studi pustaka yang paling menunjang diantaranya sebagai berikut: 1. Anonim. Cara menghitung produksi dan ongkos produksi. 2. Projosumarto, 1993. Pemindahan tanah mekanis 3. Indonesianto, 2008. Pemindahan tanah mekanis 4. Nurhakim, 2004. Tambang terbuka & buku panduan lapangan KLT 5. Projosumarto, 1993 Unit produksi tambang 6. Wedhanto, 2009.Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis
2.3 Hipotesis Penelitian Tipe-tipe
disposal
yang
biasa
diterapkan
dalam
pertambangan
menggunakan jenis penambangan open cast mining terbagi atas tiga jenis, yaitu: Finger Disposal, Semi Induced Disposal dan Induced Fow Dsposal (Sunarno, 2008).
a.
Finger Disposal Finger Disposal adalah disposal yang dibuat maju dengan bantuan dozer.
Disposal tipe ini memiliki ciri-ciri yaitu ketinggian kurang dari 15 meter dengan kemiringan lereng yang landai kurang dari 400. Dibutuhkan kontinuitas dari material sipil sebagai landasan Dump Truck agar tidak terjadi longsoran. Jika diperlukan dapat dibuat dyke untuk melindungi area yang belum terganggu dan juga untuk meningkatkan kapasitas disposalnya. Sama seperti tipe dumping Semi Induced Flow, material didorong dengan dozer hingga ujung lereng. Dozer mendorong material buangan dari jarak 7,5 meter dari crest yang merupakan posisi truk menongkang muatannya (Sunarno, 2008).
Gambar 2.2 Rancangan Finger Disposal (Sunarno,2008) Karena kemiringannya yang landai, pengaruh gaya gravitasi tidaklah terlalu besar sehingga dibutuhkan dozer yang lebih banyak untuk mendorong material. Disposal
ini dapat bergerak maju setelah dilakukan pembatuan dengan
menggunakan material sipil seperti slag, material reject, dan material kuari.
Kelebihan dari jenis ini yaitu dapat memaksimalkan kapasitas disposal
itu
sendiri. Sedangkan kerugiannya, membutuhkan biaya untuk pembatuan atau kontinuitas material sipil. b.
Disposal Tipe Induced Flow Induced Flow Disposal adalah tipe disposal yang memanfaatkan beda
ketinggian > 15 meter untuk mendumping material, dengan sudut kemiringan antara 500 maksimum 700. Disposal tipe ini dibangun di atas tanah asli yang stabil (original), pada area blue zone atau pada area yang direkomendasikan oleh engineer geoteknik. Disposal ini juga dilengkapi dengan backstop
sebagai
dudukannya (bund wall) setinggi setengah ban roda truk yang terletak pada ujung crest seperti yang terlihat pada gambar 2.3 dan 2.4. Untuk mendorong material yang cukup padat ke bawah bisa disemprot dengan air. Selain itu, juga diperlukan instalasi alat pemantauan untuk mengamati ada tidaknya pergerakan tanah pada lereng, alatnya berupa inclinometer.
Gambar 2.3 Rancangan Induced Flow (Sunarno,2008)
Gambar 2.4 Rancangan Backstop Induced Flow (Sunarno,2008) Kekurangan tipe dumping ini yaitu tidak dapat diterapkan pada semua slope karena batuan landasannya harus cukup kuat untuk menahan live road dari truk beserta muatannya hingga ke crest-nya, kapasitas disposal-nya kurang
maksimal dan membutuhkan banyak biaya untuk pengadaan backstop (Sunarno, 2008).
c.
Disposal Tipe Semi Induced
Disposal Semi Induced Flow, umumnya sama atau memiliki kemiripan dengan Induce Flow tetapi truk hanya bisa dumping pada jarak tertentu yang diperbolehkan yaitu 12.5 m dari original crest. Setelah itu tanah penutup di dorong oleh dozer hingga ujung crest. Crest ke toe adalah 30 meter dengan kemiringan lereng antara 260- 360. Semi Induce Flow membutuhkan pembatuan material sipil pada landasan truk yang akan menongkang untuk menambah daya dukung tanah agar tidak terjadi longsoran (subsidence). Karena kemiringannya lebih besar, disposal tipe ini membutuhkan dozer yang lebih sedikit dari pada Fnger Flow. Namun batas dorongan dozer pada disposal jenis ini tidak bergerak maju. Sebagai langkah antisipasi kelongsoran, perlu dilakukan pemantauan dengan alat extensometer (Sunarno, 2008). Kelebihan dari jenis ini yaitu tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan pembatuan di dumping area. Kekurangannya dibanding Disposal Induced Fow adalah mengeluarkan biaya untuk pengadaan dozer dan apabila dibandingkan dengan Finger disposal, kapasitas disposal-nya kurang maksimal.
Gambar 2.5 Semi Induced Flow Disposal (Sunarno,2008) Dari jenis-jenis disposal dapat diketahui bahwa material sipil digunakan sebagai bahan untuk perkuatan, baik itu perkuatan untuk jalan dozer, maupun sebagai landasan untuk tempat backstop. Landasan dozer dibutuhkan agar nantinya dozer yang digunakan tidak terperosok.
Pada backstop, perkuatan
dilakukan agar cukup kuat untuk menahan beban sehingga tidak terjadi longsor.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Metode Kerja Adapun penulisan laporan ini didasarkan pada 4 metode yaitu :
1. Observasi Metode ini dilakuakan dengan cara melakukan tinjauan secara langsung terhadap kondisi lapangan di PT. Karya Megah Buton (KMB) 2. Diskusi Metode ini melibatkan secara langsung mahasiswa untuk berdiskusi dengan pihak-pihak yang berhubungan dalam desain tambang khususnya yang ahli dan berkompeten di bidang desain disposal serta pihak pendukung lainnya dalam keperluan data dan lain-lain. 3. Pengumpulan Data Hasil Pengamatan Mecatat serta mengumpulkan semua data informasi yang didapat pada saat observasi maupun informasi-informasi yang didapatkan dari pihak-pihak yang berkompeten di bidangnya masing-masing. 4. Studi Pustaka Pengolahan data dilakukan berdasarkan hasil data pengamatan untuk menganalisis tentang pelaksanaan pertambangan yang berwawasan lingkungan. Kemudian analisa dilakukan terhadap hasil pengolahan data tersebut, apakah kegiatan pertambangan yang dilakukan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang ada serta apakah pertambangan ini telah melakuakan pengelolaan lingkungan dengan baik atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pemindahan Tanah Mekanis, SAP Peralatan Pekerjaan Tanah. Universitas Bina Nusantara: Jakarta Anonim. Cara Menghitung Produksi dan Ongkos Produksi Anonim. Caterpillar Performance Handbook Edition 34 Arif, I. 1998. Submodul Pelatihan Perencanaan Tambang Perhitungan Biaya dan Evaluasi Finansial. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. ITB. Bandung. Indonesianto, Y. 2008. Pemindahan Tanah Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta
Mekanis,
Jurusan
Teknik
Nurhakim. 2004/2005. Tambang Terbuka. Program Studi Teknik Pertambangan: Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nurhakim. 2004. Buku Panduan Kuliah Lapangan Tambang Edisi 2. Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat: Banjarbaru Projosumarto, P. 1993. Pemindahan Tanah Mekanis. Jurusan Teknik Pertambangan: Institut Teknologi Bandung Projosumarto, P. 1993. Diktat Unit Produksi Tambang. Jurusan Teknik Pertambangan: Institut Teknologi Bandung Sunarno, P. 2008. Standard Job Procedure Perencanaan dan Pelaksanaan Disposal. Mining Departement PT. Inco Tbk.: Sorowako
Wedhanto, S. 2009. Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil). Universitas Malang: Malang
Wafi Auzan, H. 2010. Optimasi Pemilihan Material Civil Untuk Mendukung Keperluan Produksi di PT International Nickel Indonesia Tbk. Teknik Pertambangan UPN : Yogyakarta
LAMPIRAN
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Tempat Kegiatan Nama Instansi / Perusahaan : PT. Karya Megah Buton Alamat Perusahaan
: Desa Nambo, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten
Buton,
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
Jadwal / Waktu Pelaksanaan Sesuai dengan surat permohonan yang diajukan kepada Bapak Pimpinan PT. Karya Megah Buton. Kami berencana akan melaksanakan tugas akhir dari bulan Juni - Juli 2016. Adapun rincian kegiatan dari pelaksanaan tugas akhir tersebut adalah :
MINGGU KE No.
KEGIATAN
1
1
2
3
4
+
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
+
Orientasi Lapangan di PT. Karya Megah Buton 2 Pengambilan Data 3 Penulisan Laporan
Keterangan : + = Tahap pelaksanaan pada saat melakukan tugas akhir